• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bersambungnya Sanad

Dalam dokumen hadis ma'lul - Repository IAIN Kediri (Halaman 59-63)

B. Hadis Sahih dan Hasan

1. Bersambungnya Sanad

Untuk memastikan bahwa sebuah Hadis benar ber- sumber dari Rasulullah, bisa dilacak melalui estafet periwa- yatannya yang disebut dengan sanad. Pelacakan tersebut akan bisa menghasilkan informasi yang valid apabila rangkaian periwayatannya bersambung. Oleh karena itu, bersambungnya sanad menjadi syarat utama kesahihan Hadis. Sanad Hadis disebut bersambung apabila memenuhi dua syarat: (1) Adanya proses penerimaan Hadis oleh seorang periwayat dari gurunya. (2) Rangkaian sanad tidak terputus.

3 Muhammad ‘Ajjaj al-Khalib, Us}u>l al-H{adi>th Terj. M. Qodirun Nur dan Ahmad Musyafi (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 276-277; M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kes}ah}ih}an Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang, 2005) 130. Lihat juga al-Tahhan, Taisi>r Mus}t}

ala>h}},hlm. 30-50. Lihat juga dalam Ibnu Kasir, Al-Ba>’is\ Al-H{as\i>s\ Sharh} Ikhtis}

a>r ‘Ulu>m Al-H{adi>th, tah}qi>q Ah}mad Muh}ammad Sya>kir, (Beiru>t: Da>r al-Fikr, 1996), hlm. 17-33.

Dua syarat tersebut bisa terpenuhi apabila ada perte- muan (liqa>) dan atau kesemasaan (mu’a>s{arah). Perte muan yang dimaksud adalah antara guru dan murid. Dikatakan bersambung jika seorang murid bertemu dengan gurunya dalam periwayatan Hadis. Hal ini sama dengan syarat periwayatan yang bersifat inderawi (hissiy) dalam Hadis mutawatir. Bagaimana mengetahui ada atau tidaknya pertemuan tersebut bisa dilihat dari simbol periwayatan yang terdapat pada sanad.4

Adapun yang dimaksud kesemasaan adalah masa hidup seorang periwayat dan masa hidup gurunya dan atau muridnya yang bisa dijadika tolok ukur rentang masa mereka bertemu. Untuk mengaplikasikan teori liqa>dan mu’a>s}arah tersebut, perhatikan Hadis berikut.

ِدْبَع ْنَع ِداَه ْلا ِنْبا ْنَع ُثْيَّللا اَنَ َبْخَأ ُّيِ ْصِمْلا ِرِجاَهُمْلا ِنْب ِحْمُر ُنْب ُدَّمَ ُمح اَنَثَّدَح ُهَّن َ

أ َمَّلَسَو ِهْي َلَع َُّللا َّل َص َِّللا ِلوُسَر ْنَع َرَمُع ِنْب َِّللا ِدْبَع ْنَع ٍراَنيِد ِنْب َِّللا ِراَّلنا ِلْه َ

أ َ َثرْك َ أ َّنُكُتْي َ

أَر ِّنِإَف َراَفْغِتْس ِلا َنْ ِثر ْكَأَو َنْقَّد َصَت ِءاَسِّنلا َ َشْعَم اَي َلاَق َنْعَّللا َنْ ِثرْكُت َلاَق ِراَّلنا ِلْهَأ َ َثرْكَأ َِّللا َلوُسَر اَي اَ َلن اَمَو ٌةَلْزَج َّنُهْنِم ٌةَأَرْما ْتَلاَقَف َّنُكْنِم ٍّبُل يِ ِلذ َبَلْغ َ

أ ٍنيِدَو ٍل ْقَع ِتا َصِقاَن ْنِم ُتْيَأَر اَمَو َيرِشَعْلا َنْرُفْكَتَو ُةَداَه َشَف ِلْقَعْلا ُنا َصْقُن اَّمَأ َلاَق ِنيِّلداَو ِلْقَعْلا ُنا َصْقُن اَمَو َِّللا َلوُسَر اَي ْتَلاَق ُرِطْفُتَو ِّل َصُت اَم ِلاَي َّللا ُثُكْمَتَو ِلْقَعْلا ُنا َصْقُن اَذَهَف ٍلُجَر َةَداَهَش ُلِدْعَت ِ ْيَتَأَرْما

ِني ِّلدا ُنا َصْقُن اَذَهَف َنا َضَمَر ِف

Bentuk lafal Sanad dan matan Hadis tersebut meru- pakan redaksi dari Imam Muslim (w. 261 H).5 Beliau

4 Lihat penjelasan terkait syarat Hadis Mutawatir pada poin periwayatan yang bersifat inderawi.

5 Nama lengkapnya Muhammad ibn al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusairi, Abu al- Hasan al-Naisaburi. Dia menerima Hadis dari Ibrahim ibn Khalid al-Yashkari, Ibrahim ibn Dinar, Ibn Sulaiman al-Hadrami, Muhammad ibn Rumh al­Misri, Muhammad ibn Rafi al-Naisaburi, Muhammad ibn Ma’mar al- Bahrani dan lainnya. Dia meriwayatkan hadis kepada al-Tirmidzi, Muhammad ibn Ishaq al-Sairafi Ibrahim ibn Abi Talib, Ibrahim ibn Muhammad ibn Hamzah, dan

meriwayatkannya dari (dengan simbol h}addathana>) Muhammad bin Rumh bin Muhajir al-Misri (w. 242/243 H)6 dari (akhbarana>) al-Laits ibn Sa’d (w. 175 H)7 dari (‘an) Yazid bin al-Had (w. 139 H.)8 dari (‘an) Abdullah bin Dinar

lainnya. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya: Abu Bakar al-Jazudi:

Dia adalah wadah ilmu; Maslamah ibn Qasim : Dia adalah thiqah, mulia kedudukannya dan termasuk imam-imam hadis; Ibn Abi Hatim: Dia adalah thiqah; Bandar : Al-Huffa ada 4, yaitu; Abu Zar’ah, Muhammad ibn Ismail, al- Darimi dan Muslim. Lihat Al-Mizzi, Tahdhi>b al-Kama>l, juz XXVII, hlm. 499-507;

al-Asqalani, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, juz X, hlm. 115

6 Nama lengkapnya Muhammad ibn Rumh ibn Muhajir ibn al-Muharrar ibn Salim al-Tajibi. Dia menerima Hadis dari Abdullah ibn Luhai’ah, al­Laits ibn Sa’d, Maslamah ibn ‘Ali al-Khushani, al-Mufaddal ibn Fadalah dan Na’im ibn Hamad. Dia meriwayatkan Hadis kepada Imam Muslim, Ibn Majah, Ibrahim ibn Samurah, Ahmad ibn Dawud ibn Abi Salih Abd al-Ghaffa ibn Dawud al-Harani, Ahmad ibn ‘Abd al-Warith ibn Jarir al-‘Assal, Ahmad ibn Muhammad ibn Najdah al-Tanukhi dan lainnya. Pernyataan para kritikus Hadis tentang dirinya: ‘Ali ibn al-Husain ibn al-Junaid: Dia lebih terpercaya (authaq) dibanding ibn Zaghbah; Ibn Dawud: Dia adalah thiqah, hanya aku belum menulis satu Hadispun darinya; Imam al-Nasa’i : Tidak pernah salah dalam satu Hadispun. Kalau saja Dia menulis dari Malik, maka Dia akan di letakkan pada tingkatan pertama dari sahabat-sahabat Malik; Abu Nasr ibn Makula: Dia adalah thiqah terpercaya; Ibn Hibban menyebutnya dalam kitab al-thiqa>t; Abu Sa’id ibn Yunus: Dia adalah thiqah, kuat Hadisnya. Lihat Al- Mizzi, Tahdhi>b al-Kama>l, juz XXV, hlm. 203—206.

7 Nama lengkapnya al-Laits ibn Sa’d ibn Abdurrahman al-Fahmi. Dia menerima Hadis dari Nafi’ ibn Abi Mulaikah, Yazid ibn Abi Habib, Yahya ibn Sa’id al-Ansari, Abd Rabbih ibn Sa’id, Ibn ‘Ajlan, al-Zuhri, Hisham ibn ‘Urwah,

‘Ata’ ibn Abi Rabah, Yazid ibn al­Had, Abu Zubair al-Makky dan lainnya.

Dia meriwayatkan Hadis kepada Shu’aib, Muhammad ibn ‘Ajlan, Hisham ibn Sa’ad, Ibn Luhai’ah, Hashim ibn Bashir, Qais ibn al-Rabi’, ‘Atta ibn Khalid, ibn al-Mubarak, ibn Wahb, Marwan ibn Muhammad, Qutaibah ibn Sa’id, Muhammad ibn Rumh ibn al­Muhajir dan lainnya. Pernyataan para kritikus Hadis tentang dirinya: Imam Ahmad menilainya thiqah dan tidak ada penduduk Mesir yang lebih sahih Hadisnya dibandingkan dengan dia;

al-Darimi berkata; “Aku bertanya kepada Ibn Ma’in mana yang lebih engkau sukai, Al-Layth atau Yahya ibn Ayyub?”Dia menjawab;” Al-Laits lebih aku sukai dan Yahya adalah thiqah’; Ibn al-Madini menilainya thiqah; Al-‘Ajily al-Misri juga menilainya thiqah demikian juga Al-Nasai, Abu. Zar’ah; Ibnu Kharras menilainya s}adu>q s}ah}i>h al-h}adi>th. Lihat al-Asqalani, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, juz VIII, hlm. 412—416.

8 Nama lengkapnya adalah Yazid ibn Abdullah ibn Usamah ibn al-Had al-Laits, Abu Abdullah al-Madani. Dia menerima Hadis dari Tha’labah ibn Abi Malik

(w. 127 H.)9 dari (‘an) Abdullah bin Umar (w. 74 H.)10 dari Rasulullah.

Imam Muslim dari Ibnu Rumh menggunakan simbol h}addathana>. Hal itu mengindikasikan adanya pertemuan antar keduanya. Demikian juga Ibnu Rumh dari al-Laits bisa diketahui adanya pertemuan diatara keduanya dengan melihat simbol periwayatan yang digunakan, yakni

al-Qardi, ‘Umair, Muhammad ibn Ibrahim al-Tayammi, Fuhaid ibn Mut}rif, Abdullah ibn Khabbab, Abdullah ibn Dinar, Ziyad ibn Abi Ziyad, Abi Hazim ibn Dinar dan lainnya. Dia meriwayatkan hadis kepada Yahya ibn Sa’id al- Ansari, Ibrahim ibn Sa’d, Malik, al­Laits ibn Sa’d, ‘Abd al-‘Aziz ibn Abi Hazim, Bakr ibn Mudar, Nafi ibn Yazid dan lainnya. Terkait penilaian para kritikus Hadis tentang dirinya, Imam Ahmad menilainya la> a’lamu bihi ba’than;

Ibn Ma’in dan al-Nasai menilainya thiqah; Ibn Hibban menyebutnya dalam kelompok thiqa>t; Ya’qub ibn Sufyan menyebutnya madaniyyun thiqah h}usn al- hadi>th; Al-‘Ajily : Dia adalah madaniyyun thiqah. Lihat al-Asqalani, Tahdhi>b al- Tahdhi>b, juz XI, hlm. 297.

9 Nama lengkapnya adalah Abdullah ibn Dinar al-Qurashy al-‘Adawi, Abu Abdurrahman al-Madani. Dia menerima Hadis dari Anas ibn Malik, Khalid ibn Khallad ibnSa’ib ibn Khallad, Dhakwan Abi Salih al Saman, Sulaiman ibn Yasar, Abdullah ibn Umar, dan lainnya. Dia meriwayatkan Hadis kepada Ismail ibn Ja’far al-Mudni, al-Hasan ibn Salih ibn Hayyi, Rabi’ah ibn Abi Abdirrahman, Yahya ibn Sa’id al-Ansari, Yazid ibn Abdullah ibn al­Had dan lainnya. Imam Ahmad menilainya thiqah, Mustaqi>m al-Hadi>th. Demikian juga Yahya ibn Ma’in, Abu Zar’ah, Abu Hatim, Muhammad ibn Sa’d dan al-Nasai menilainya thiqah. Al-‘Ajily pun menyebutkannya dalam kelompok al-thiqa>t dan berkata: Dia adalah madaniyyun ta>bi’iyyun thiqah. Lihat al-Mizzi, Tahdhi>b al-Kama>l, juz XIV, hlm 471—473.

10Nama lengkapnya adalah Abdullah ibn ‘Umar ibn al-Khatta al-Qurashy al-‘Adawi, Abu ‘Abdirrahman. Dia menerima Hadis dari Nabi Muhammad, Bilal, Rafi ibn Judhaij Zaid ibn Thabit, Sa’d ibn Abi Waqqas, Suhab ibn Sinan, Abdullah ibn Mas’ud,Abu Bakar al-Siddiq dan lainnya. Dia meriwayatkan Hadis kepada Adam ibn ‘Ali al-Bakri al-‘Ajili, Anas ibn Sirin, Junaid, Habib ibn Abi Thabit, Abdullah ibn Dinar, dan lainnya. Dari Hafsah diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: ”Sungguh Abdullah ibn ‘Umar adalah lelaki yang s}a>lih; Al-Zuhri menyatakan tidak ada yang mengingkari kecerdasan dbeliau;

Ibn Mas’ud menyebutnya sebagai Pemuda Quraish yang mampu menahan dirinya dari godaan dunia adalah Abdullah ibn ‘Umar. Tidak diragukan lagi kesalihan Ibn ‘Umar dan kedekatan beliau dengan Nabi. Lihat al-Mizzi, Tahdhi>b al-Kama>l, juz XV, hlm. 332—340 dan al-Asqalani, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, juz IV, hlm. 407—408.

akhbarana>. Dilihat dari tahun wafatnya juga, tiga periwayat tersebut dimungkinkan hidup pada masa yang saling terhubung. Jarak tahun wafat Imam Muslim dan Ibnu Rumh adalah 19 atau 20 tahun. Sedangkan Ibnu Rumh dan al-Laits terpaut masa 67 atau 68 tahun. Karena itu, rangkaian sanad tersebut bisa dikategorikan muttas}il (bersambung).

Adapun al-Laits dari Yazid bin al-Had dari Ibnu Dinar dari Ibnu Umar menggunakan simbol ‘an. Dari simbol tersebut, pertemuan antar guru dan murid dalam rantai periwayatan tersebut spekulatif. Akan tetapi, periwayatan tersebut tetap bisa dikategorikan tersambung apabila memenuhi dua syarat: (1) Para periwayat tersebut tidak ada yang masuk kategori mudallis dan (2) dilihat dari tahun wafatnya, bisa diperoleh informasi bahwa masa hidup antar satu periwayat dengan periwayat yang lain saling terhubung.

Berdasarkan penilaian para pakar al-jarh} wa al-ta’di>l, semua periwayat, mulai dari al-Laits, Yazid bin al-Had, Ibnu Dinar dan Ibnu Umar termasuk kategori periwayat yang terpercaya. Berdasarkan tahun wafatnya, al-Laits dari Yazid bin al-Had terpaut 36 tahun. Yazid bin al-Had dari Ibnu Dinar terpaut 12 tahun dan Ibnu Dinar dari Ibnu Umar terpaut 54 tahun. Dari data tersebut tampak adanya kesemasaan antara ketiganya, sekaligus memberi informasi bahwa mata rantai periwayatan hadis tersebut bisa dikategorikan bersambung.

Dalam dokumen hadis ma'lul - Repository IAIN Kediri (Halaman 59-63)