• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Keterlibatan Tuan Guru Dalam Politik Praktis Terhadap Dakwah

Dalam dokumen Sampaikan olehmu dari padaku (Halaman 103-110)

87 BAB III

DAMPAK KETERLIBATAN TUAN GURU DALAM POLITIK PRAKTIS TERHADAP DAKWAH DI KECAMATAN PRAYA

A. Dampak Keterlibatan Tuan Guru Dalam Politik Praktis Terhadap

Pada pilkada 2009, ia kalah namun masyarakat sudah terlanjur mengenalnya sebagai seorang tuan guru, maka beberapa kalangan masyarakat di Lombok Tengah menjadikan ia sebagai salah satu tuan guru yang mengisi majlis taklim secara rutin.

b. Pondok Pesantren Berkembang

Efek dari keberhasilan dalam politik akan membawa dampak yang signifikan dalam perkembangan pondok pesantren. Bagi tuan guru baik sebagai politisi maupun sebagai pendukung, pada umumnya akan mendapatkan akses bantuan, biasanya para tuan guru digunakan melakukan pengembangan pondok pesantren baik secara infrastruktur maupun non infrastruktur.

Dengan semakin baiknya infrastruktur pondok pesantren secara otomatis akan dapat menarik lebih banyak santri yang akan belajar di pondok pesantren, hal ini akan berdampak pada peluang bertambahnya wilayah dakwah tuan guru, karena biasanya tuan guru akan semakin terkenal jika mempunyai santri dari berbagai daerah.

c. Pemberdayaan Masyarakat

Tuan guru sebagai politisi, akan banyak mengelola program pemberdayaan masyarakat. Hal ini peluang bagi tuan guru untuk memperluas dakwahnya di berbagai kalangan masyarakat. Adapun program-program pemberdayaan masyarakat tersebut merupakan aspirasi dari politisi sebagai amanat yang harus disampaikan ke masyarakat.

Keterlibatan tuan guru dalam program pemberdayaan masyarakat menambah nilai pada dakwah, dakwah bilkalam dan dakwal bil hal

dapat dijalankan secara lebih proporsional. Disamping itu tuan guru dapat lebih dalam memamahami masyarakat dari berbagai sisi, bukan semata dari sisi keagamaan juga dari sisi ekonomi sosial dan kemasyarakatan.

2. Dampak Negatif Keterlibatan Tuan Guru Dalam Politik Praktis

Masyarakat Lombok menempatkan tuan guru sebagai sumber rujukan moralitas Para tuan guru adalah panutan umat yang fatwa serta nasihatnya menjadi pegangan masyarakat. peran tuan guru merupakan faktor determinan kebijakan sosial dan pengambilan keputusan-keputusan penting menyangkut keberhasilan kehidupan masyarakat. Dengan demikian, tuan guru merupakan pilar bagaimana nilai-nilai moralitas dan nilai-nilai keagamaan dijalankan di tengah masyrakat.

Berbagai fenomena politik yang berkaitan dengan dukung- mendukungpolitik di dunia pesantren menunjukkan bahwa aktivitas politik pesantrenternyata memiliki dampak sangat luas. Analisis terhadap hal ini bisa dimulaidari perdebatan doktrinal keagamaan tentangan hubungan agama dan Negara di Indonesia, hingga dampak-dampak material yang mungkin diperoleh olehpesantren. Dengan demikian pesantren terlibat politik bukanlah sebuah frasasederhana, tetapi memiliki implikasi yang luas yang mesti dianalisis secarahati-hati.

Persoalan mengemuka ketika tuan guru yang merupakan referensi nilai-nilai keagamaan itu tertarik ke dalam dunia politik praktis dengan berbagai alasan yang diyakininya. Di sinilah sebagian orang menilainya sebagai bentuk penyimpangan terhadap peran sosial yang selama ini dijalankan tuan guru. Apalagi keterlibatan tuan guru dalam politik sering disertai aktivitas-aktivitas partisan sesuai tuntutan kepentingan politik yang terkadang tidak sejalan dengan logika masyarakat umum.

Di sini tuan guru tidak dapat memertahankan legitimasi keaagamaanya karena masyarakat telah meragukan otoritas dan ketulusan yang dimiliki, yakni apakah tuan guru sedang berbicara atas dasar kepentingan agama dan kepentingan umat atau atas dasar kepentingan partai politik atau politisi yang didukung tuan guru.

Berbagai fenomena politik yang berkaitan dengan dukungmendukung politik di dunia tuan guru menunjukkan bahwa aktivitas politik tuan guru ternyata memiliki dampak sangat luas. Ada beberapa dampak keterlibatan tuan tuan guru politik praktis terhadap dakwah, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Melemahnya Eksistensi Tuan Guru

Keterlibatan tuan guru dalam politik berimplikasi terhadap eksistensi tuan guru di satu sisi dan terhadap kekuatan politik yang didukung oleh tuan guru di sisi lain. Bagi tuan guru yang kegiatannya terlampau sibuk mengurus politik akan berkurang waktu dan perhatiannya dalam mengurus tuan guru. Hal itu disebabkan aktivitas politik membuat para kiai harus sering keluar untuk koordinasi, rapat, dan kegiatan politik lainnya.

H. Kasim seorang jamaah pengajian di Aik Mual melihat ada perubahan tingkat kesibukan seorang tuan guru yang terlibat dalam politik praktis. Sebagai orang yang sering mengundang tuan guru, ia kadang-kadang merasa kesulitan untuk mengundang tuan guru yang juga sebagai politisi. Ia mengatakan:

“Tuan guru yang terlibat politik praktis khususnya yang jadi, biasanya tidak mempunyai waktu luang untuk ummat, kalaupun punya pondok pesantren jarang-jarang bisa membersamai santri, kalaupun kita undang majlis taklim juga jarang punya, banyaklah agendanya sebagai politisi, ya sidanglah, ya kunjungan daerah lah, macem. Hal hal itu kemudian menjadikan ia semakin jauh dengan ummat, tidak semua memang, tapi adalah beberapa

tuan guru tetap mengalokasikan waktu ditengah kesibukannya”

Dalam arti lain H. Kasim ingin mengetakan banyak tuan guru yang mengalami penurunan kualitas karena tuan gurunya lebih sibuk berpolitik. Tuan guru yang terlampau aktif dalam peran politiknya (political orianted) mungkin akan ditinggal santrinya. Orangtua santri yang kritis akan memilih tuan guru yang lebih menjaga independensinya terhadap politik praktis. Pada titik ini, dapat disimak bahwa masyarakat yang sebelumnya sangat menghormati tuan guru dan selalu mengikuti anjuran serta arahan tuan guru, mempunyai dasar untuk menentang legitimasi fatwa tuan guru, khususnya terkait isu sosial dan politik dalam kasus pemilu.

Dalam konteks penentangan atau penolakan itu, anjuran tuan guru untuk memilih sebuah partai politik tertentu juga sering membuat umat terpecah dalam politik dukungmendukung yang tidak kondusif.

Perpecahan suara yang sering diiringi konflik-konflik sosial, membuktikan bahwa aktivitas politik praktis yang dilakoni tuan guru lebih banyak menimbulkan mudarat. Sementara itu, independensi tuan guru yang selama ini menjadi kekuatan utama dalam menjaga nilai dan moralitas masyarakat akan semakin sulit ditegakkan. Bahkan banyak tuan guru yang masuk dalam lingkaran kekuasaan politik secara sadar tunduk pada keputusan-keputusan politik.

b. Berubahnya content Dakwah

Dampak lain dari keterlibatan tuan guru dalam politik juga terlihat pada perubahan content dakwah tuan guru terlebih pada musim-musim pilkada. Content content dakwah/ceramah tuan guru lebih banyak mengarah ke politik berupa ajakan atau saran untuk memilih dirinya/calon tertentu dalam pilkada.

Amirul Mukiminin salah seorang jamaah majlid taklim di Sebenge Panjisari Praya sangat merasakan adanya perubahan content dakwah dalam majlis taklim, ketika salah seorang tuan guru yang membina majlis taklim mulai terlibat dalam politik praktis, Amirul Mukminin mengatakan:

“memang ada perubahan terhadap materi ceramah/pengjian dari sebelum tuan guru terlibat politik praktis dan dan sesudahnya. Sebelum terlibat politik praktis materi ceramah focus pada permasalahan-permasalahan agama, akan tetapi ketika tuan guru itu terlibat praktis seringkali materi-materi agama dihubungkan dengan politik yang ujung-ujungnya menyuruh kita mengikuti pilihan tuan guru dalam politik, dalam praktiknya tidak semua jamaah mengikutinya”.

c. Memudarnya Kepercayaan Masyarakat

Secara tradisional masyarakat memandang tuan guru sebagai sumber legitimasi moral. tuan guru adalah panutan serta pembimbing umat. Sebagai sumber moral dan panutan umat,tuan guru diharapkan menjadi teladan dalam mempraktikkan Islam ke dalam perilaku sehari- hari. Oleh karena itu, tuan guru tentu harus menjaga diri dari hal-hal yang bisa merusakkewibawaan dan integritas, semisal melibatkan tuan guru dalampolitik praktis.

H. Mastur seorang jamaah pengajian yang juga seorang tokoh masyarakat nelihat bahwa banyak tuan guru-tuan guru yang semula mendapat kpercayaan yang tinggi di masyarakat, akan tetapi ketika tuan guru terlibat politik praktis, kepercayaan masyarakat menjadi menurun, ia mengatakan:

“kita akui memang posisi tuan guru cukup strategis dalam mendulang suara dan tuan guru sering keliru disitu. Tentu tidak salah dalam berpolitik, hanya saja dunia dakwah dan politik itu jauh berbeda, dunia dakwah adalah dunia yang syarat dengan nilai-nilai agama, sedangkan politik adalah syarat dengan iming- iming, pencitraan, uang tidak jelas, sehingga ketika tuan guru terjebak disitu, maka runtuhlah kepercayaan

masyarakat, tapi tentu tidak mesti begitu, ada beberapa tuan guru yang berpolitik karena benar-benar memperjuangkan prinsip”

Betapapun demikian, memang tidak selamanya politik itu penuh dengan hal-hal negative tetapi pemahaman masyarakat umum telah menempatkannya sebagai media persaingan perebutan kekuasaan. Para tuan guru tentu akan menerima imbas dari persepsi umumtersebut. Konsekuensinya, predikat uswah hasanah tuan guru tentuakan tercerabut legitimasi sosialnya. Petuah, nasihat, dan fatwa yangdikeluarkan kiai akan dibaca dalam konteks politik.

Sejauh ini, ada beberapa bentuk resistensi masyarakat terhadap keterlibatan politik tuan guru. Pertama, masyarakat menilaituan guru yang terlalu politis akan tercerabut dari fungsi-fungsinyasebagai lembaga pendidikan Islam. Bahkan secara mencolok sebagianorang tua yang kritis menolak memasukkan anak mereka ke dalam tuan guru yang terlalu terlibat politik.

d. Pergeseran peran

Keterlibatan tuan guru dalam politik praktik berdampak pada pergeseran peran dari peran dari muballigh menjadi menjadi actor polittik praktis. Muballigh menyampaikan nilai-nilai bebas dari kepentingan politik sementar actor politik umumnya sarat dengan nilai-nilai politis, sehingga dengan pergeseran peran dikhatairkan tuan guru menjadi terjerumus ke dalam dunia politik yang bebas nilai.

Akan tetapi dengan nilai-nilai keislaman yang kuat, diharapkan tuan guru dapat mewarnai dunia poltik yang bebas nilai menjadi politik ang berkakter sesuai dengan nilai-nilai agama menuju siyasah al syariah.

Atharuddin, salah seorang jamaah pengajian menilai bahwa tuan guru-tuan guru yang terlibat dalam politik praktis tengah

mengalami pergeseran peran, sehingga tentu saja mengurangi peran seorang tuan guru, ia mengatakan:

“ yang sebenarnya seorang tuan guru itu harus banyak bersama masyarakat memberikan pengajian dan ceramah, seluruh waktunya disibukkan dengan dakwah dan pendidikan, kalau dia pimpinan pondok pesantren ya ful waktunya di Pondok Pesantren. Kalau tuan guru terlibat politik praktis otomatis akan terbagi perannya antara seorang tuan guru dan seorang politisi, lama lama bisa bergeser peran itu”

Peneliti melihat apa yang dirasakan oleh Atharuddin mewakili persepsi jamaah lain. Dimana tuan guru yang jadi politisi memang bisa berperan ganda secara proporsional tapi dalam beberapa kasus bisa saja mengalami pergeseran peran. Sebagai pimpinan pondok misalnya, bisa saja perannya digantikan oleh ustadz – ustadz lain sedangkan dia sendiri sibuk dengan tugasnya sebagai politisi.

B. Analisis Dampak Keterlibatan Tuan Guru Dalam Politik Praktis di Praya

Dalam dokumen Sampaikan olehmu dari padaku (Halaman 103-110)