• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pustaka

Dalam dokumen Sampaikan olehmu dari padaku (Halaman 31-36)

Kajian tentang dakwah dan politik sesungguhnya sudah banyak peneliti yang telah mengkajinya. Berikut akan diuraikan penelitian-penelitian yang terkait dengan dakwah dan politik:

1. Andy Darmawan, melakukan penelitian tentang Dialektika Dakwah, Politik dan Gerakan Keagamaan Kontemporer (Telaah Pemikiran Nasir al- Din al-Albani dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Salafy Kontemporer).7

Kajian ini menelaah tentang dialektika dakwah, politik dan gerakan keagamaan kontemporer khususnya aliran Salafy yang memiliki penganut di berbagai belahan dunia. Aliran Salafy, ternyata terbukti mendayagunakan pintu dakwah dan politik di dalam melancarkan visi dan misi Salafy guna membangun kekuatan jamaah yang militan.

Meski Tokoh utamanya menyatakan tak berpolitik dalam misi dakwahnya, tetapi kajian ini dapat menemukan tali simpul bahwa dakwah dan politik bisa bersinergi. Menggunakan pendekatan historis-kritis, proses perkembangan intelektualitas tokoh bernama Nasir al-Din al-Albani yang berdakwah melalui kendaraan kelompok Salafy dapat ditelusuri dinamika dan pengaruh besarnya pada msyarakat muslim. Hasil kajian ini menunjukkan, secara fungsional dakwah dan politik dapat dijadikan suatu dasar gerakan dalam gerakan sosial keagamaan. Dapat dikatakan pula bahwa antara dakwah, politik dan gerakan keagamaan tidaklah mesti berjalan sendiri-sendiri, tetapi ketiganya saling memanfaatkan.

7 Andi Darmawan, Dialektika Dakwah, Politik dan Gerakan Keagamaan Kontemporer (Telaah Pemikiran Nasir al-Din al-Albani dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Salafy Kontemporer)Jurnal Dakwah, Vol. XIV, No. 2 Tahun 2013. H.129

2. Ahmad Asroni dkk, melakukan penelitian tengan topik Dakwah dan Politik: Menakar Kontribusi Organisasi Islam Sayap Partai Politik Bagi Masyarakat Muslim Yogyakarta.8

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena menjelang pemilu, Seperti telah menjadi tradisi, menjelang Pemilu tak sedikit partai politik di Indonesia ramai-ramai mendirikan organisasi Islam. Dua dari sekian banyak partai politik yang mendirikan organisasi Islam sayap partai politik (parpol) adalah Partai Golkar dengan mendirikan Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) dan Pengajian Al-Hidayah serta PDI-P dengan membentuk Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi).

Setidaknya ada lima kontribusi organisasi Islam sayap parpol bagi masyarakat, yaitu: menambah pengetahuan keagamaan masyarakat, menggerakkan masyarakat untuk senantiasa berbuat baik, menambah ketrampilan, melatih dan memberi kesempatan berorganisasi, serta memperkuat rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Sementara dalam konteks parpol, berbagai program kerja dan aktivitas keagamaan yang organisasi Islam sayapnya berfungsi untuk menjaga loyalitas simpatisan kepada parpol, mengukur kekuatan parpol dari segi perkembangan jumlah simpatisan, menjaga citra baik parpol, dan menepis stigma parpol non- religius. Selain itu, keberadaan organisasi Islam sayap parpol acapkali dimanfaatkan secara personal oleh fungsionaris partai politik yang hendak mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan pimpinan eksekutif.

Penelitian ini menemukan bahwa dakwah yang dilakukan organisasi sayap parpol dilakukan dengan setengah hati. Kegiatan-kegiatan mereka tampak semarak hanya menjelang Pemilu. Hal ini mengindikasikan bahwa fungsi utama organisasi Islam sayap parpol hanya untuk membentuk pencitraan guna meraih simpati umat Muslim.

8 Ahmad Asrori dkk, Dakwah dan Politik: Menakar Kontribusi Organisasi Islam Sayap Partai Politik Bagi Masyarakat Muslim Yogyakarta, Jurnal Dakwah, Vol. XIV, No. 1 Tahun 2013.

H. 29

3. Agus Dedi Putrawan melakukan penelitian dengan topik Dekarismatisasi Tuan Guru Di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat.9

Penelitian ini membahas tentang kharisma tuan guru di pulau Lombok Nusa Tenggara Barat yang semula kuat kemudian memudar karena berbagai faktor. Selain menjadi guru dan pemimpin pesantren, sekaligus pemilik, menempatkan para tuan guru sebagai pemegang kekuasaan mutlak di lingkungan pesantrennya. Karisma tuan guru akan memudar ketika ia keluar melewati wilayah teritorialnya sendiri atau basis legitimasi (akuan karisma).

Dalam ranah politik praktis apabila dikaitkan dengan istilah karisma dan karena politik sifatnya temporal, tampak jelas pesona tuan guru memudar dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan, meskipun di ranah selain politik pertahanan karisma tuan guru begitu kuat. Di antara faktor-faktor tersebut ialah; perselingkuhan tuan guru dengan penguasa, pragmatisme pemilih, beda afiliasi dengan pengikut, serta berubah- ubahnya sistem Negara yang dahulu tradisional (sebelum kemerdekaan) menuju legal-rasional (setelah merdeka). Faktor-faktor determinan juga hadir dalam penelitian ini untuk melihat kuat dan tidaknya karisma itu bertahan, di antaranya; faktor gaya hidup (hidup glamor, gaya hidup elitis konsumtif, poligami, meninggalkan kehidupan sufistik) serta timbulnya public sphere.

4. Anwar Syarifuddin meneliti tentang “Hegemoni Budaya dalam Dinamika Dakwah di Rusia”. Penelitian ini mengkaji tentang fenomena dakwah di masyarakat muslim Rusia yang terkungkung dengan hegemoni budaya.

Keberadaan Islam dan komunitas muslim di Rusia pada hakikatnya merupakan entitas asal, baik secara kultural maupun politik.

Hanya saja, mereka mulai menjadi seperti orang asing di rumahnya sendiri

9 Agus Dedi Putrawam, Dekarismatisasi Tuan Turu Di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat, In Right Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusia Vol. 5, No. 2, Mei 2014, h. 282.

saat imperium Moskow menaklukkan lembah Volga. Hegemoni budaya melalui program rusifikasi yang dilakukan oleh penguasa imperial Rusia pasca anekasi Kazan pada 1552, menjadikan Islam sebagai target utama yang harus dihapuskan melalui gencarnya misi kristenisasi. Untung saja, keteguhan bangsa Volga Tatar dalam memeluk Islam dan melestarikan identitas nasionalnya, menandai keberhasilan sikap mempertahankan Islam sebagai agama mereka.

Resistensi ini menjadi buah keberhasilan dakwah yang mungkin manfaatnya hanya bisa dilihat dewasa ini, ketika hak kebebasan beragama benar‐ benar dipraktekkan. Namun, resistensi saja tidak cukup ketika gempuran hegemoni yang secara persuasif mendekatkan komunitas muslim dengan keinginan negara melalui pemakaian bahasa Rusia.

Pemakaian bahasa Rusia yang ditambah dengan pergaulan global, memberi penyadaran akan perlunya gagasan reformasi pemikiran Islam.

Dari sini, aktivitas dakwah tidak saja dilakukan secara pasif dengan mempertahankan keyakinan Islam dari gempuran hegemoni dan tekanan kristenisasi, tetapi menjadi berbuah manis pada penerimaan terhadap keberadaan masyarakat muslim Tatar Rusia di mata dunia secara umum, dan Islam khususnya. Dan pada titik yang lebih aktif, mampu memancarkan cahaya kebenaran Islam bagi komunitas agama lain di Rusia.10

Penelitian-penelitian tersebut mempunyai relevansi dengan penelitian ini, yakni sama-sama membahas tentang dakwah dan politik.

Akan tetapi beberapa perbedaan mendasar dengan penelitian ini adalah penelitian lebih fokus pada aktivitas dakwah “terkontaminasi” dengan kepentingan politik, dakwah yang mengambil setting lokal yaitu Lombok

10 Anwar Syarifuddin, Hegemoni Budaya dalam Dinamika Dakwah di Rusia. Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies Vol. 6 No. 2 Desember 2012 266-284

Tengah dengan kultur masyarakat yang masih kental dengan nilai-nilai religiusitasnya.

F. Landasan Teori

Dalam dokumen Sampaikan olehmu dari padaku (Halaman 31-36)