• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan Teori 1. Hegemoni Politik

Dalam dokumen Sampaikan olehmu dari padaku (Halaman 36-55)

Tengah dengan kultur masyarakat yang masih kental dengan nilai-nilai religiusitasnya.

F. Landasan Teori

mereka, bahkan kalau perlu mempergunakan kekuatan senjata. Di lain pihak, sebuah kelompok sosial memimpin kelompok-kelompok kerabat dan sekutu mereka. Sebuah kelompok sosial dapat dan bahkan harus sudah menerapkan kepemimpinan sebelum memenangkan kekuasaan pemerintahan. Kelompok sosial tersebut kemudian menjadi dominan ketika dia mempraktekkan kekuasaan, bahkan bila kelompok sosial itu telah memegang kekuasaan penuh di tangannya, ia masih harus terus memimpin juga, atau selalu melakukan langkah-langkah untuk melanggengkan kekuasaannya.

Hal ini menunjukkan suatu totalitas yang didukung oleh kesatuan dua konsep, yaitu kepemimpinan (direction) dan dominasi (dominance). Hubungan antara dua konsep menyiratkan tiga hal, yaitu:

(1) dominasi dijalankan atas seluruh musuh, sedang bentuk kepemimpinannya dilakukan terhadap segenap sekutu-sekutunya, (2) kepemimpinan adalah prakondisi untuk menakhlukkan aparat negara, dan (3) sekali kekuasaan negara dapat dicapai, dua aspek supremasi kelas, baik pengarahan maupun dominasi (hegemoni) dapat dilanjutkan dengan mudah13

Gramci juga menyebutkan bahwa hegemoni adalah sebuah rantai kemenangan yang didapat melalui mekanisme konsensus ketimbang melalui penindasan terhadap kelas sosial lainnya. Terdapat berbagai cara yang digunakan, misalnya melalui institusi yang ada di masyarakat yang menentukan secara langsung atau tidak langsung struktur-struktur kognitif dari masyarakat.

Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa hegemoni pada dasarnya adalah upaya untuk menggiring orang agar menilai dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang ditentukan.

13Inid

Dalam konteks ini, Antonio Gramci merumuskan konsepnya yang merujuk pada pengertian tentang situasi sosial-politik, dalam terminologinya yang mana filsafat dan praktek sosial masyarakat menyatu dalam keadaan seimbang. Kemudian dominasi itu sendiri merupakan konsep dari realitas yang menyebar melalui masyarakat dalam sebuah lembaga dan manifestasi perseorangan. Pengaruh ini membentuk moralitas, adat, religi, prinsip-prinsip politik dan semua realitas sosial.

Dengan demikian bahwa hegemoni selalu berhubungan dengan penyusunan kekuatan negara sebagai kelas ditaktor. Di samping itu, hegemoni juga merujuk pada kedudukan ideologis satu atau lebih kelompok atau kelas dalam masyarakat sipil yang lebih tinggi dari yang lain14

Gramsci juga melihat kenyataan bahwa di dalam masyarakat selalu terdapat kelompok yang memerintah dan yang diperintah.

Persoalan bagi yang memerintah adalah bagaimana menciptakan kepatuhan dan meniadakan perlawanan dari yang diperintah. Jalan yang ditempuh Gramsci untuk mewujudkan hal itu adalah penguasa mempergunakan cara lewat dominasi atau penindasan dalam bentuk kekuatan (force) dan hegemoni yakni memegang kendali kepempimpinan intelektual dan moral yang diterima secara sukarela lewat kesadaran.15

Adapun terkait dengan makna politik, dalam bahasa Indonesia kata politik mempunyai beberapa pengertian, yaitu: (i) ilmu/pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan; (ii) segala urusan dan tindakan ( kebijakan, siasat, dan sebagainya ) mengenai pemerintahan Negara atau terhadap Negara lain; dan (iii)

14 Billah, M.M. . 1996. “Good Gorvenance dan Kontrol Sosial Realitas dan Prospek”.

Prisma, 8 Agustus, p. 43.

15Ibid

kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).16

b. Pengertian Politik

Secara etimologi kata “politik” berasal dari bahasa yunani,yaitu dari perkataan “polis” yang dapat mempunyai arti kota dan Negara kota. Kata “polis” tersebut berkembang menjadi kata lain seperti

“politis” yang berarti warga Negara dan “politikus” yang berarti kewarganegaraan (civic).

Politik dalam bahasa Inggris Politik yang berarti ilmu yang mengatur ketatanegaraan. Sedangkan dalam kamus politik, ada empat definisi politik, yaitu:17

1) Perkataan “politik“ berasal dari bahasa Yunani dan diambil alih oleh banyak bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Pada zaman klasik Yunani, negara atau lebih tepat negara-kota disebut polis. Plato (±

347 sebelum Masehi) menamakan bukunya tentang soal-soal kenegaraan politik, dan muridnya bernama Aristoteles (± 322 sebelum Masehi) menyebut karangannya tentang soal-soal kenegaraan Politikon. Maka “politik” memperoleh arti seni mengatur dan mengurus negara dan ilmu kenegaraan. Politik mencakup kebijaksanaan atau tindakan yang bermaksud mengambil bagian dalam urusan kenegaraan/pemerintahan termasuk yang menyangkut penetapan bentuk, tugas dan lingkup urusan negara.

2) “Politik” adalah masalah yang mencakup beraneka macam kegiatan dalam suatu sistem masyarakat yang terorganisasikan

16 Departemen P dan K, Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995, cet. Ke-8.

h. 694

17 Andi Mappetahang Fatwa, Demi Sebuah Rezim, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000, . 32

(terutama negara), yang menyangkut pengambilan keputusan baik mengenai tujuan–tujuan sistem itu sendiri maupun mengenai pelaksanaannya.

3) “Politik” berarti sebuah kebijakan, cara bertindak dan kebijaksanaan.

4) Dalam arti yang lebih luas “politik” diartikan sebagai cara atau kebijaksanaan (policy) untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Deliar Noer “Politik” adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Politik juga menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals), dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Lagi pula politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik.18

Secara umum politik dapat diartikan sebagai kebijakan yang digunakan dan dipakai dalam setiap urusan dan tindakan.

dalam kosa kata bahasa Indonesia terdapat kata “siasat”, yang berasal dari kata bahasa Arab siyasah, karena itu kata politik\ siasat sangat luas jangkauannya. Dalam kamus bahasa Arab siyasah secara etimologi mempunyai beberapa arti; mengatur, mengurus, memerintah, memimpin, membuat kebijaksanaan, pemerintahan dan politik.19

Sedang secara istilah (termologi), Ibnu al-Qayim memberi arti siyasah adalah suatu perbuatan yang membawa manusia dekat kepada kemaslahatan dan terhindar dari kerusakan walaupun Rasul

18 Deliar Noer, Pengantar ke Pemikiran Politik, Medan : Dwipa, 1965, cet.I. 56

19 J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet. Ke-5, 2002, . 23.

tidak menetapkannya dan Allah tidak mewahyukannya baik kepentingan agama, sosial dan politik.

Secara epistemologis siyasah tercakup dalam tema pembahasan yang mengatur kepentingan-kepentingan manusia tersebut, yang disebut dengan fiqh siyasah atau siyasah syar’iyah.Abdul Wahab Khalaf memberi arti fiqh siyasah atau siyasah syar’iyah adalah pengelolaan masalah umum bagi negara bernuansa Islami yang menjamin terealisasinya kemaslahatan dan terhindar dari kemadharatan dengan tidak melanggar ketentuan syari’ah dan prinsip-prinsip syari’ah yang umum meskipun tidak sesuai dengan pendapat-pendapat imam mujtahid.

Inti dari politik sebagai pengaturan negara dan mengatur pola kemasyarakatan manusia, sehingga kata ”memerintah dan mengatur”

diartikan sebagai keseluruhan masyarakat. Kaitannya dengan kekuasaan yang terorganisasi serta lembaga-lembaga kepemimpinan dan pemilik kekuasaan penekan. Kekuasaan adalah seluruh jaringan lembaga- lembaga13 (institusion) yang mempunyai kaitan dengan otoritas, dalam hal ini adalah suasana dominasi atas orang lain.20

c. Politik Kepartaian

Partai Politik Menurut Carl J Friedrich32 adalah sekelompok manusia yangterorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankanpenguasaan terhadap pemerintahan bagi pemimpin partainya dan, berdasarkanpenguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifatidiil maupun materiil.21

20 Abdurrahman, Fenomena Kiai Dalam Dinamika Politik: Antara Gerakan Moral dan Politik, KARSA, Vol. XV No. 1 April 2009, 26

21 Carl J Friedrich,Constitutional Government and Democracy:Theory and Practice in Europe and

America, (Waltham:Blaisdell Publishing Company,1967),419

Menurut UU no 2 tahun 2008 tentang Parpol, Partai Politik adalahorgnisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara sukarela, atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita, untukmemperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsadan negara, serta memelihara keutuhan NKRI berdasarkan pancasila dan UUD 45.

Kegiatan seseorang dalam partai politik merupakan suatu bentukpartisipasi politik. Partisipasi politik mencakup semua kegiatan sukarela melaluimana seseorang turut serta dalam proses pemilihan pemimpin-pemimpin politikdan turut serta secara langsung atau tak langsung dalam pembentukan kebijakanumum. Kegiatan ini mencakup kegiatan memilih dalam pemilihan umum; menjadianggota golongan politik seperti partai, kelompok penekan, kelompok, kepentingan;

duduk dalam lembaga politik seperti dewan perwakilan rakyat ataumengadakan komunikasi dengan wakil-wakil rakyat yang duduk dalam badan itu;berkampanye, dan menghadiri kelompok diskusi, dan sebagainya.

Fungsi Partai PolitikDalam Negara demokratis partai politik mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:22

1) Fungsi Artikulasi Kepentingan; Artikulasi kepentingan adalah suatu proses penginputan berbagai kebutuhan, tuntutan, dan kepentingan melalui wakil-wakil kelompok yang masuk dalam lembaga legislatif, agar kepentingan, tuntutan dan kebutuhan kelompoknya dapat terwakili dan terlindungi dalam pembuatan kebijakan publik. Bentuk artikulasi paling umum disemua system politik adalah pengajuan, permohonan, secara individual kepada

22 Miriam Budiarjo,Dasar-Dasar Ilmu Politik,(Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,2007),159

anggota dewan (legislatif),atau Kepala Daerah, Kepala Desa, dan seterusnya.

2) Fungsi Agregasi Kepentingan; Merupakan cara bagaimana tuntutan-tuntutan yang dilancarkan oleh kelompok-kelompok yang berbeda, digabungkan menjadi alternatif-alternatif pembuatan kebijakan publik.

3) Fungsi Sosialisasi Politik; Sosialisasi Politik merupakan suatu cara untuk memperkenalkan nilai-nilai politik, sikap-sikap dan etika politik yang berlaku atau dianut oleh suatu Negara. Pembentukan sikap-sikap politik atau untuk membentuk suatu sikap keyakinan politik dibutuhkan waktu yang panjang melalui proses yang berlangsung tanpa henti.

4) Fungsi Rekrutmen Politik; Rekrutmen Politik adalah suatu proses seleksi atau rekrutmen anggota-anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan administratif maupun politik.

Setiap sistem politik memiliki sistem atau prosedur-prosedur rekrutmen yang berbeda. Pola rekrutmen anggota partai disesuaikan dengan sistem politik yang dianut.

5) Fungsi Komunikasi Politik; Merupakan salah satu fungsi yang dijalankan oleh partai politik dengan segala struktur yang tersedia, mengadakan komunikasi informasi, isu dan gagasan politik.

Media-media massa banyak berperan sebagai alat komunikasi politik dan membentuk kebudayaan politik.

Setiap partai politik memiliki asas dan orientasi yang berbeda antara satu dengan lainnya yang disebut tipologi partai politik . Semakin banyak kepentinganpolitik yang diusung oleh partai politik dalam suatu negara, maka inimencerminkan bahwa kepentingan masyarakat yang ada di negara tersebutberagam.

Untuk melihat banyaknya kepentingan dalam suatu negara, maka dapat dilihat dari asas dan orientasi yang di anut dari masing- masing partai politikdalam negara tersebut.

d. Asas dan Orientasi Partai Politik

Ramlan Surbakti dalam bukunya “Memahami Ilmu Politik”

mengklasifikasiasas dan orientasi partai politik menjadi tiga tipe yaitu:

1) Partai politik pragmatis; Yaitu suatu partai yang mempunyai program dan kegiatan yang tidakterikat kaku pada suatu doktrin dan ideologi tertentu.

2) Partai politik doktriner; Yaitu suatu partai politik yang memiliki sejumlah program dankegiatan konkret sebagai penjabaran ideologi.

3) Partai politik kepentingan; Yaitu suatu partai politik yang dibentuk dan dikelola atas dasarkepentingan tertentu, seperti petani, buruh, etnis, agama, ataulingkungan hidup secara langsung ingin berpartisipasi dalampemerintahan.

Beberapa asas dan komposisi partai politik ini, dituangkan ke dalam sebuahprogram politik yang nyata, dimana program-program tersebut harus dilaksanakanberdasarkan aspirasi masyarakat secara keseluruhan. Setiap partai politik memilikiprogram-program yang berbeda-beda, hal ini merupakan penjabaran ideologi yangdianut partai tersebut. Jadi, semakin banyak kepentingan yang di usung oleh partaipolitik, maka ini menandakan adanya spesialisasi kepentingan- kepentingan yangdibawa oleh partai politik, sehingga kepentingan- kepentingan yang diaspirasikanoleh partai politik tersebut dapat terlaksana dengan maksimal berdasarkankepentingan masyarakat yang memilihnya.

Sedangkan berdasarkan komposisi dan fungsi anggotanya, partai politikmemiliki karakter yang berbeda-berbeda antara satu dengan lainya. Hal ini dapatdilihat dari para pengikut-pengikutnya ataupun kader-kader yang mewakili partaitersebut dalam lembaga legislatif.

Untuk itu menurut Ramlan surbakti dalambukunya

“Memahami Ilmu Politik”, setidaknya ada dua penggolongan komposisidan fungsi anggota partai politik yaitu antara lain:

1) Partai politik massa atau lindungan; Yaitu partai politik yang mengandalkan kekuatan pada keunggulan jumlah anggota dengan cara memobilisasi massa sebanyak-banyaknya, dan mengembangkan diri sebagai pelindung bagi setiap kelompok dalam masyarakat sehingga pemilihan umum dapat dengan mudah dimenangkan, dan kesatuan nasional dapat dipelihara, tetapi juga masyarakat dapat memobilisasi untuk mendukung dan melaksanakan kebijakan tertentu. Partai ini seringkali merupakan gabungan berbagai aliran politik yang sepakat untuk berada dalam lindungan partai guna memperjuangkan dan melaksanakan program-program yang pada umumnya bersifat sangat umum.

2) Partai politik kader; Yaitu suatu partai yang mengandalkan kualitas keanggotaan, keketatan organisasi, dan disiplin anggota sebagai sumber kekuatan utama. Seleksi keanggotaan dalam partai kader biasanya sangat ketat, yaitu melalui jenjang dan intensif, serta penegakan disiplin partai yang konsisten dan tanpa pandang bulu.

Adam Kuper&Jessica Kaper dalam “Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial” jugamengklasifikasikan partai berdasarkan tiga dimensi utama.

1) Bentuk organisasi, yang membedakan antara partai massa dan parta cadre. Partai massa memiliki anggota yang relatif lebih formal dan tersentralisasi, disiplin, dan bersifat sangat oligarkis. Sedangkan partai cadre mempunyai keanggotaan formal yang jauh lebih kecil dan sentralisasi tingkat rendah.

2) Program-program partai yang bias bersifat ideologis atau pragmatis, yang merefleksikan pandangan kiri, tengah, maupun kanan.

3) Pendukung partai, yang mungkin kebanyakan berasal dari kelas pekerja atau sebagian besar merupakan kelas menengah atau didefinisikan berdasarkan kerangkan di luar spektrum sosio ekonomi seperti agama dan suku.23

e. Peran Politik

Peran politik dapat dimaknai dengan partisifasi/keterlibatan politik. Menurut Huntington Samuel dan Nelson Joan , partisipasi politik dapat berwujud berbagai bentuk. Sehingga studi–studi tentang partisipasi dengan menggunakan skema klasifikasipun berbeda-beda.

Namun kebanyakan riset membedakan jenis-jenis prilaku sebagai berikut:

1) Kegiatan Pemilihan mencakup suara, sumbangan-sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi setiap calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan.

2) Lobbying yaitu Upaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat pemerintahan dan pemimpin politik dengan maksud mempengaruhi keputusan-keputusan mereka mengenai persoalanpersoalan yang menyangkut sebagian besar orang.

23 Adam Kuper & Jessica Kaper,Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2008),732

3) Kegiatan Organisasi menyangkut partisipasi sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi yang tujuan utama dan eksplisitnya adalah mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah.

4) Mencari Koneksi (Conecting) merupakan tindakan perorangan yang di tujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat bagi hanya satu orang atau segelintir orang.

5) Tindakan Kekerasan (violence) yaitu upaya mempengaruhi pemerintah dengan jalan menimbulkan kerugian fisik terhadap orang-orang dan harta benda.

Dalam tinjauan yuridis, Pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur kebebasan warga negara utuk ikut serta dalam pemerintahan yang demokratis adalah:

1) Pasal 28 D(3) ” Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan”

2) Pasal 28 E(2) ”Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati nuraninya”.

3) Pasal 28 E(3) ”Setiap orang berhak atas atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat”.

Dari pasal-pasal tentang hak warga negara diatas menjamin kebebasan warga negara Indonesia untuk ikut serta dalam suatu pemerintahan yang demokratis asalkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai pancasila dan nilainilai Ketuhanan.

Karena Indonesia adalah “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” (pasal 29 ayat 1). Bunyi pasal di atas memberi penjelasan tentang peran seseorang sebagai warga negara Indonesia.

2. Konsep Dakwah

a. Pengertian Dakwah

Dakwah menurut etimologi (bahasa) berasal dari kata bahasa Arab yang berarti mengajak, menyeru, dan memanggil seruan, permohonan,dan permintaan. Dalam pengertian lain menyebutkan dakwah merupakann bahasaArab, berasal dari kata da’wah, yang bersumber pada kata (da’a,yad’u, da’watan) yang bermakna seruan, panggilan, undangan atau do’a.24

Menurut Pengertian dakwah secara istilah yang diartikan oleh berbagaiahli sebagai berikut:25

Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagaiupaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benarsesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.

SyaikhAli Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikandefinisi dakwah sebagai berikut: dakwah Islam yaitu;

mendorongmanusia agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk (hidayah),menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari kemungkaran,agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Hamzah Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umatmanusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjukAllah dan Rasul-Nya.

Menurut Prof Dr. Hamka dakwah adalah seruan panggilan untukmenganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengansubstansi terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma’ruf nahimungkar.

24Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006 Ed.1 Cet. 1, h. 17

25

Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah menyerukepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran adalah fardlu yangdiwajibkan kepada setiap muslim.

Mengacu pada beberapan pengertian diatas, dakwah intinya adalah menyeru kepada kebaikan atau kembali kepada jalan yang telah digariskan oleh agama dengan cara – cara yang ma’ruf.

b. Unsur-unsur Dakwah

Yang dimaksud unsur-unsur dakwah dalam pembahasan ini adalah bagian-bagian yang terkait dan merupakan satu kesatuan dalam suatu penyelenggaraan dakwah. Jadi, unsur-unsur dakwah tersebut adalah:

1) Subjek Dakwah

Dalam hal ini yang dimaksud dengan subjek dakwah adalah yang melaksanakan tugas-tugas dakwah, orang itu disebut da’i atau muballigh.29

Dalam aktivitasnya subjek dakwah dapat secara individu ataupun bersama-sama. Hal ini tergantung kepada besar kecilnya skala penyelenggaraan dakwah dan permasalahan-permasalahan dakwah yang akan digarapnya. Semakin luas dan kompleks-nya permasalahan dakwah yang dihadapi, tentunya besar pula penyelenggaraan dakwah dan mengingat keterbatasan subjek dakwah, baik di bidang keilmuan, pengalaman, tenaga dan biaya, maka subjek dakwah yang terorganisir akan lebih efektif daripada yang secara individu (perorangan) dalam rangka pencapaian tujuan dakwah.

29 Masdar Helmy. Dakwah dalam Alam Pembangunan (Semarang: Toha Putra, 1975), hal. 47.

Dalam pengertian subjek dakwah yang terorganisir, dapat dibedakan dalam tiga komponen, yaitu (1) da’i, (2) perencana dan (3) pengelola dakwah.

Sebagai seorang da’i harus mempunyai syarat tertentu, diantaranya:

a) Menguasai isi kandungan al-Quran dan sunah Rasul serta hal-hal yang berhubungan dengan tugas-tugas dakwah.

b) Menguasai ilmu pengetahuan yang ada hubungannya dengan tugas- tugas dakwah.

c) Takwa pada Allah SWT.30 2) Objek Dakwah (audience).

Objek dakwah adalah setiap orang atau sekelompok orang yang dituju atau menjadi sasaran suatu kegiatan dakwah. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap manusia tanpa membedakan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, warna kulit, dan lain sebagainya, adalah sebagai objek dakwah. Hal ini sesuai dengan sifat keuniversalan dari agama Islam dan tugas kerisalahan Rasulullah.31

Ditinjau dari segi tugas kerisalahan Rasullulah SAW, maka objek dakwah dapat digolongkan menjadi dua kelompok, pertama, umat dakwah yaitu umat yang belum menerima, meyakini, dan mengamalkan ajaran agama Islam. Kedua, umat ijabah yaitu umat yang dengan secara ikhlas memeluk agama Islam dan kepada mereka sekaligus dibebani kewajiban untuk melaksanakan dakwah.32

Mengingat keberadaan objek dakwah yang heterogen, baik pada tingkat pendidikan, ekonomi, usia, dan lain sebagainya, maka

30 M. Mashur Amin, Metode Dakwah Islam Dan Beberapa Keputusan Pembangunan Tentang Aktivitas Keagamaan ( Yogya: Sumbangsih, 1980), hal. 22-24.

31 A.Karim Zaidan, Asas al-Dakwah, diterj.M. Asywadie Syukur dengan judul Dasar- dasar Ilmu Dakwah (Jakarta: Media Dakwah,1979, hal. 69.

32 Op., cit., hal. 22.

keberagaman tersebut hendaknya dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan model penyelenggaraan dakwah, sehingga benar-benar dapat secara efektif dan berhasil dalam menyentuh persoalan-persoalan kehidupan umat manusia sebagai objek dakwah.

c. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan oleh da’i kepada objek dakwah, yakni ajaran agama Islam sebagaimana tersebut dalam al-Qur’an dan Hadits.

Agama Islam yang bersifat universal yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, dan bersifat abadi sampai di akhir jaman serta mengandung ajaran-ajaran tentang tauhid, akhlak dan ibadah.33 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa materi dakwah meliputi tauhid, akhlak dan ibadah.

Sangat mendalam dan luasnya ajaran Islam menuntut subjek dakwah dalam penyampaian materi dakwah sesuai dengan kondisi objektif objek dakwah, sehingga akan terhindar dari pemborosan. Oleh karena itu, seorang da’i hendaknya mengkaji objek dakwah dan strategi dakwah terlebih dahulu sebelum menentukan materi dakwah sehingga terhindar dari hal-hal yang dapat menghambat kegiatan dakwah.

1) Metode Dakwah.

Metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan kepada objek dakwah, baik itu kepada individu, kelompok maupun masyarakat agar pesan-pesan tersebut mudah diterima, diyakini dan diamalkan.34bSebagaimana yang telah tertulis dalam al-Qur’an dalam surat an-Nahl ayat 125:

33 Nasrudin Razak, Dienul Islam (Bandung: Al-Ma’arif,1986), hal.35.

34Shalahudin Sanusi, Pembahasan Sekitar Prinsip-Prinsip Dakwah Islam (Semarang:

Ramadhani, 1964), hal. 111.

ُنَسْحَأ َيِه ْيِتَّلاِب ْمُهْلِداَجَو ِةَنَسَحْلا ِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِحْلاِب َكِّبَر ِلْيِبَس ىَلِإ ُعْدُا نْيِدَتْهُمْلاِب ُمَلْعَأ َوُه َو ِهِلْيِبَس ْنَع َّلَض ْنَمِب ُمَلْعَأ َوُه َكَّبَر نِإَّ

َ

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”35

2) Landasan Dakwah

Landasan dakwah dalam al- Qur’an ada tiga, yaitu:

a) Bil hikmah ( kebijaksanaan), yaitu cara-cara penyampaian pesan- pesan dakwah yang sesuai dengan keadaan penerima dakwah.36 Operasionalisasi metode dakwah bil hikmah dalam penyelenggaraan dakwah dapat berbentuk: ceramah-ceramah pengajian, pemberian santunan kepada anak yatim atau korban bencana alam, pemberian modal, pembangunan tempat-tempat ibadah dan lain sebagainya.26

b. Mau’idah hasanah, yakni memberi nasehat atau mengingatkan kepada orang lain dengan tutur kata yang baik, sehingga nasehat tersebut dapat diterima tanpa ada rasa keterpaksaan. Penggunaan metode dakwah model ini dapat dilakukan antara lain dengan melalui:kunjungan keluarga, sarasehan, penataran/kursus-kursus, ceramah umum, tabligh, penyuluhan.37

c) Mujadalah (bertukar pikiran dengan cara yang baik), berdakwah dengan mengunakan cara bertukar pikiran (debat). Pada masa sekarang menjadi suatu kebutuhan, karena tingkat berfikir

35 Departemen Agama RI, Op.,cit., hal. 421.

36 Shalahudin Sanusi, Op.,cit., hal.123.

26 Sami’an Hadisaputra, Problematika Komunikasi Dakwah Dan Hambatannya ( Prespektif teoritis dan fenomenologis, Jurnal Adzikra, Vol. 03, No. 1, (Januari-Juni) 2012, 67

37 Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah ( Bandung: Al-Ma’arif,1983), hal.27.

Dalam dokumen Sampaikan olehmu dari padaku (Halaman 36-55)