• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data dan Sumber Data

Dalam dokumen SKRIPSI (Halaman 72-80)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Data dan Sumber Data

meliputi data kelembagaan, data dari responden (santri putra) di Pondok Pesantren assyafi’iyah Durisawo ponorogo.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan tiga teknik penggalian data yang mendukung dalam pengumpulan data dari lapangan yaitu:

1. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih, yangmemuat perntanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian guna memperoleh jawaban.4 Macam-macam wawancara antara lain sebagai berikut:

a. Wawancara oleh tim atau panel.

b. Wawancara tertutup dan terbuka.

c. Wawancara riwayat secara lisan.

d. Wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.5

Peneliti akan menggunakan sistem wawancara tidak terstruktur, karena dengan metode ini peneliti akan lebih rileks dalam melakukan wawancara. Wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat atau idenya.6

Dalam penelitian ini, ada beberapa orang yang akan dijadikan informan, diantaranya: Pengasuh Pondok pesantresn assyafi’iyah durisawo untuk menggali kurikulum untuk menggali data tentang visi-misi pondok pesantren. Jajaran pengurus pondok pesantren guna menggali data tentang proses kegiatan pondok pesantren.

4 Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 130.

5 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 137

6 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: al-Fabeta, 2005), 67

2. Observasi

Observasi merupakan suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis dengan tujuan tertentu. Observasi yaitu, suatu kegiatan menggali data sehingga dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak serta adanya tujuan yang ingin dicapai.Perilaku yang tampak dapat berupa perilaku yang dapat dilihat langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur.7

Hasil observasi dalam penelitian ini, dicatat dalam transkip observasi, sebab transkip observasi merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif.Dalam penelitian kualitatif, peneliti mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam pengumpulan data lapangan. Pada waktu di lapangan dia membuat “catatan”, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun “catatan lapangan”.

Dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, jantungnya adalah catatan lapangan.Catatan lapangan pada penelitian ini bersifatdiskriptif.Artiya bahwa catatan lapangan ini berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan dan pembicaraan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan fokus penelitian.Dan bagian diskriptif tersebut berisi beberapa hal, diantaraya adalah gambaran diri fisik, rekonstruksi dialog dan perilaku pengamat.Format rekaman hasil observasi catatan lapangan menggunakan format rekaman hasil observasi.

Pra penelitian ini peneliti akan mengadakan pengamatan atau observasi secara langsung dilokasi penelitian yakni di Pondok Pesantren Assyafi’iyah

7 Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 130

Durisawo ponorogo. Dimana dalam penelitian ini peneliti akan mengamati proses kegiatan istighosah.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman.Rekaman sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenuhi accouting.Sedangkan dokumen digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto dan sebagainya.

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani.

Sumber ini terdiri dari dokumen antara lain letak geografis, struktur organisasi, denah bangunan, visi, misi, sarana prasarana. Sehingga peniliti akan mendapatkan data dari beberapa dokumen yang ada di Pondok Pesantren Assyafi’iyah Durisawo Ponorogo.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wanwancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain. Sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya di informasikan kepada orang lain. Menganalisis data dilakukan dengan mengorganisasi data, menjabarkan kedaan unit-unit, melakukan sintesa, menyusun keadaan pola, memilih mana yang penting dan mana yang kan dipelajari serta membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman yang mengemukakan bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secarainteraktif dan berlaku secara terus menerus secara tuntas, sehingga datanya sampai Valid.8

Dalam menganalisis data yang terkumpul baik dari hasil wawancara maupun dokumentasi penulis mencoba menginterpretasikan dengan menggunakan metode kualitatif. Dalam metode kualitatif analisis data dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya pengumpulan data. Tahap- tahap analisis data yaitu:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, maupun dokumentasi untuk memperoleh data yang lengkap Peneliti mencatat data yang diperoleh dari kegiatan observasi atau pengamatan keadaan santri, ustadz/ustadzah (pengajar) dan kyai di dalam pondok pesantren dan wawancaradengan ustadz/ustadzah (pengajar) serta para santri yang menetap di pondok pesantren.

2. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengandemikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Hasil pengumpulan data berasal dari kegiatan observasi santri, ustadz/ustadzah (pengajar) dan kyai di dalam pondok pesantren, hasil-hasil wawancara dengan ustadz/ustadzah(pengajar) dan para santri yang menjadi sumber informan, dan dokumentasiyang berasal dari pihak pondok pesantren dengan cakupan yang masih sangat luas, kemudian menggolongkan atau membuang yang tidak perlu dan tidak sesuai dengan fokus penelitian.

8 Ibid., 337.

3. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,hubungan antar kategori, bagan alur, dan sejenisnya. Miles dan Huberman menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian datadi sini berupa paparan hasil teks dalam paragraf-paragraf dan penggabunganfoto hasil dokumentasi sebagai penunjang dan memperkuat hasil penyajiandata yang berasal dari hasil pengamatan dan pengumpulan data penelitian yang diperoleh peneliti selama bulan maret-mei 2022 dengan menggabungkan informasi-informasi penting dan berguna mengenai pendidikan karakter di Pondok Assyafi’iyah durisawo ponorogo.

4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Simpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung. Sebaliknya bila didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan konsisten, makakesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Berdasarkan keterangan di atas maka setiap tahap dalam proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaahseluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan dan dokumen pribadi dokmen resmi, gambar, foto dan sebagainya melalui metode wawancara yang didukung dengan studi dokumentasi.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep yang penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (Validitas) dan keandalan (reabilitas). Dalam penelitian kualitatif, criteria utama terhadap data hasil penelitian adalah valid, reliable, obyektif.Data yang tidak berbeda

antara data yang dilaporkan oleh peeliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.9

Derajat kepercayaan keabsahan data (kredibilitas data) dapat dilakukan dengan pengecekan teknik pengamatan yang tekun. Ketekunan pengamat yangdimaksud adalah dengan cara menemukan cirri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara:

1. Mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan dalam menganalisa upaya membangun karakter religious santri durisawo dengan pembiasaan istighosah setiap hari dalam membentuk akhal santri putra.

2. Menelaah secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dialami.

Teknik triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekanatau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini, hal yang digunakan tekniktriangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasipenelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

9 Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif, 171

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen.

BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Latar Penelitian

1. Profil Pondok Pesantren Assyafi’iyah Durisawo Ponorogo

Pondok Pesntren Assyafi’iyah Durisawo Ponorogo adalah rintisanAlmarhum Almaghfurlah KH. Abu dawud pada tahun 1924. KH Abu Dawud adalah menantu dari KH. Abdul Wahab, beliau adalah tokoh yang babad wilayah Durisawo. Babad durisawo terjadi pada tahun 1855. Wilayah durisawo ini dulunya adalah tanah perdikan yang dihadiahkan oleh adipati ponorogo kepada KH. Abdul Wahab bin KH Pronodipo.

KH abdul wahab dan ayahnya KH pronodipo ialah sebagian dari lascar-laskar pelarian Pangeran Diponegoro. Halini diketahui dari sekitaran masjid dan pondok Durisawo yang banyak ditumbuhiPohon Sawo. Dalam hal ini pohon sawo merupasandi atau penanda pasukan Pangeran Diponegoro yang masih Hidup daalam hal berkomunikasi serta penyamaran sembari melakukan syiar agama islam

KH Abu Dawud bin Ky. Husyan bin Ky. Yusuf Purba bin Ky. Abdul Syukur bin Ky. Mu’min bin Ky. Nur Shodiq Tegalsari bin KH. Ageng Anom Besari. Beliau Adalah Tokoh yang Alim dan Kharrismatik dan juga Murid Thoriqoh Naqsyabandiyah KH. Romli Genthan. Semenjak KH. Abdul Wahab mendirikan Masjid Durisawo Tahun 1855, kemudian KH Abu Dawudmelengkapinya dengan bangunan bangunan di depan masjid yakni gotha’an untuk tempat tinggal para santri. Masa kepemimpinan KH. Abu dawud merupakan masa keemasan pondok Durisawo.

Pendidikan Pondok Pesantren Assyafi’iyah Durisawo dalam hal Unitkegiatan keagamaannya antara lain:

a. Pondok pesantren

b. Jam’iyyah Thoriqoh An-Naqsabandiyah 67

c. Madrasah Diniyah Awaliyah d. Madrasah Diniyah Wustho e. Majlis Dzikir

f. Majlia ta’lim masyarakat Umum, jamaah Thoriqoh dan santri (Setiap Jum’at Legi dan Kamis Sore.

g. Qiro’at Al-Qur’an h. Tahfidz Al-Qur’an

i. PAUD dan Taman kanak-kanak Al-kautsar j. Madrasah Ibtidaiyah Al-Kautsar

k. SMK Pembangunan

Setelah sepeninggalan KH. Abu Dawud, Pondok Pesantren Durisawo diteruskan oleh putranya yaitu KH. Chozin Dawudi. Pada masa kepemimpanan KH Chozin Dawudi inilah berdirinya yayasan yang diberinama YaYasan PondokPertama, yang menjadi kelegalan formal bagi pondok. Sedangkan pondok durisawo berubah nama menjadi pondok Asy-Syafi’iyah. Walaupun secara formal sudah berganti nama menjadi Pondok Pesantren Asy-Syafi’iyah, KH. Chozin Dawudi tetap mengenalkan nama Pondok “PERTAMA” Durisawo. Pemberian nama ini mempunyai dua arti, yaitu pondok yang pertama kali didirakan diwilayah Durisawo dan arti lainnya iailah singkatan dari “PertahananMadzhab” yaitu madzhab Syafi’i. sampai sekarang Pondok Pesantren Assyafi’iyah masih terkenal dengan sebutan Pondok Pertama Durisawo karena Namanya yang telah masyur di masyarakat.

Dalam beberapa periode, Pondok Pesantren Durisawo Mengalami Pasangsurut, pada tahun 1990an santri yang mukim di pondok mengalami penyusutan.Namun pada tahun 2000an dibawah kepemimpinan KH. Ahmad Muzayyin dan KH. Samuri Yusuf S.Ag melakukan pembaharuan dengan terobosan dari segala bidang untuk menarik minat masyarakat. Dari segi fisik dengan pembangunan asrama dan saraana prasarana

yang memadai. Sedangkan dari segi pendidikan dilakukan pembenahan materi yang diajarkan dipondok pesantren yaitu dengan perpaduan system modern tetapi tidak meninggalkan system sebagai pondok salaf. Hal ini bertujuan sebagai peningkatan mutu pendidikan dan lulusan pondok pesantren pertama durisawo agar mempunyai keunggulan dari segi ilmukeagamaan dan keunggulan dalam segi ilmu pengetahuan umum.

2. Letak Geografis Pondok Pesantren Assyafi’iyah Durisawo Ponorogo

Pondok Pesantren assyafi’iyah Durisawo Ponorogo terletak di Jl. Lawu Gg. IV No. 35 Dusun Durisawo, Kelurahan Nologaten, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Pondok Pesantren Assyafi’iyah durisawo ini mempunyai letak yang sangat strategis yaitu masuk dalam kawasankota ponorogo yang dekat dengan berbagai sarana dan fasilitas public, seperti Pasar Legi, Terminal Seloaji, Alun-Alun Kota Ponorogo dan berbagai sekolah- sekolah formal lainnya pendukung para santri untuk bersekolah ke sekolah formal.

3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Assyafi’iyah Durisawo Ponorogo

Setiap lembaga pendidikan formal maupun non-formal pasti memiliki visi dan misinya masing-masing guna mewujudkan tujuan dari lembaga tersebut. Pondok pesantren assyafi’iyah durisawo ponorogo juga memiliki visi dan misi, yaitu:

VISI: Membangun dan mencetak generasi bangsa yang bertaqwa dan Berakhlakul Karimah

MISI: Mencetak Kader-Kader islam yang mampu melakukan ibadah dengan baik, menjalankan syariat islam dengan baik dan menyebarkan siar islamdimasyarakat 4. Ustadz/Ustadzah dan Santri Pondok Pesantren As-syafi’iyah Durisawo Ponorogo

a. Ustadz dan Ustadzah

Ustadz dan Ustadzah di pondok pesantren Assyafi’iyah durisawo Ponorogo berjumlah 21 orang, terdiri dari 14 ustadz dan 7 ustadzah. Setiap ustad dan ustadzah

membidangi mata pelajaran madrasah diniyahyang sesuai dengan keahlian mereka masing-masing

b. Santri

Santri di pondok pesantren Assyafi’iyah Durisawo ponorogo berjumlah 187 santri, yang terdiri dari 56 santri putra dan 81 santri putri, serta 50 santri kecil yang masih duduk di sekolah dasar. Para santri bersekolah formal di berbagai sekolah yang ada di kota ponorogo. Hal ini karena di dalam yayasan pondok pesantren assdyafi’iyah durisawo ponorogo belummembuka sekolah formal jenjang SLTP dan SLTA.

5. Struktur organisasi Pondok Pesantren As-syafi’iyah Durisawo Ponorogo

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat berbagai unsur dan personel yang memerlukan i wadah dalam bentukorganisasi agar jalannya pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan dapat bejalan lancar sehingga dapat munuju tercapainya tujuan yangditetapkan. Dengan adanya susunan pengurus diharapkan setiap individu dapat bekerja sama sesuai tugas dan wewenangnya untuk mencapai tujuan bersama. Untuk susunan pengurus pondok pesantren Assyafi’iyah Durisawo Ponorogo yaitu:

Pembina penasehat ; Kyai Haji Syamsuri Yusuf, Ketua : Ahmad Syaiful, sekretaris : Fathurrohim Yunus, Bendahara M. Syaifuddin Zuhri, Seksi Pendidikan , Suryo Alvin Azzahro, Ahmad Atizani, Farhan Yusuf, Keamanan Eka Pramuditya, dan Ahmad Susilo, Kesejahteraan Ahmad Bagus dan Yonatama, Pengasuhan santri Kecil Hamdan Luqoni, Nofal Assidcki danM Fikri.

pengurus santri Putri: Ketua: Laily Amalia. Wakil : Rokhi Irma Azizah.

Sekretaris: Eka Nur Safitri, Afinda Rahayu, Bendahara: Khusnul Qotimah, Siti Roaidah. Pendidikan: Badiah, Hanik Masruroh, Nopsa Nurwiana, Faidatul Amalina.

Keamanan: Anis Rosyidah, Sabila Istiqomah, Zahrotun Barorina, Husnatul Maulida.

Kesejahteraan: Dwitayatul Latifah, Maghfiroh,Kholilatul Ummah, Lailatin Nikmatul K, Agustina Fatimah, Dewi Wulandari, Erlin Kurniawati. Seksi Pengasuhan santri kecil: Zulfa KhoirunNi’ mah, Alif Qurrotin Nuriana.

Pondok pesantren Durisawo selain mengajarkan Pendidikan Agama Islam seperti Qur’an Hadis, Aqidah dan Akhlak, Fiqih tentang sholat, puasa, zakat, juga tentang haji , sejarah peradaban Islam juga dalam kurikulum pesantren mengajarkan Tahfidhul Qur’an bagi santrinya mulai anak-anak sampai dewasa.

6. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Assyafi’iyah DurisawoPonorogo

Sarana dan prasarana yang, memadai akan membantu kelancaran dalam proses belajar mengajar disebuah lembaga pendidikan. Adapun sarana dan prasarana di pondok pesantren Assyafi’iyah Durisawo Ponorogo yaitu: Kamar santri putri terdapat 12 kamar, Kamar santri putra terdapat 10 kamar,15 kamar mandi, 1 ruang aula, Masjid, ruang kantor diniyah, 1 ruang kantor santri putri, 1 ruang kantor santri putra,4 ruang kelas untuk belajar mengajar,1 GOR ahraga Kembar Jaya.

7. Daftar Ekstrakulikuler Pondok Assyafi’iyah Durisawo Ponorogo

Selain adanaya sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan pendidikan, pondok Pesantren Assyafi’iyah durisawo ponorogo juga menerapkanekstrakulikuler untuk menunjang pengembangan diri para santri dan bekal setelah lulus dari pondok, antara lain: Khutbah dan Bilal untuk santri putra, Qiro’atil Qur’an, Muhadhoroh, Sholawat Al-barzanji, Futsal, Bulu Tangkis. Semua itu untuk menjadikan sarana kreatifitas santri sebagai upaya membentuk karakter santri yang siap dalam menghadapi tantangan zaman.

8. Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Assyafi’iyah Durisawo Ponorogo

Salah satu ciri penting pesantren adalah pengajian kitab kuning sebagai pokok pembelajaran para santrinya. Hubungan antara pengajian kitab kuning dengan lembaga

pesantren sangatlah penting, dalam arti bahwa keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, Kitab-kitabklasik (kitab kuning) yang dikaji di pesantren adalah kitab-kitab kuning yang isinya relevan dengan tujuan pesantren, yaitu mendidik dan mengajarkan ilmu- ilmu agama Islam, sebagai upaya membentuk santri-santri yang baik dan berakhlak mulia.

Di pondok pesantren assyafi’iyah diajarkan beberapa kitab-kuning, seperti masalah Tauhid, Fiqih, Tajwid;Nahwu, Shorof, Hadits yang semuanya itu dalamrangka membekali santri-agar menjadi santri yang berilmu sehingga berguna ketika sudah terjun ke masyarakat.

9. Peraturan-Peraturan di Pondok Assyafi’iyah Durisawo Ponorogo a. Kewajiban

1) Santri wajib mendaftarkan diri sebagai seorang santri di PP. as- Syafiiyah DurisawoSantri wajib

2) menjalankan paham Ahlu Sunnah Wal Jama’ah 3) Santri wajib taat dan patuh kepada pengasuh

4) Santri wajib mengikuti segala kegiatan yang telah ditetapkan 5) Santri wajib berjama’ah sholat lima waktu

6) Santri wajib menjalankan tata tertib

7) Santri wajib berbusana muslim/muslimah di dalam maupun di luar pondok

8) Santri wajib menjaga almamater dan nama baik lembaga di dalam maupun di luar pondok

9) Santri wajib menjaga keamanan dan ketertiban

10) Santri wajib menjaga ketertiban dan kebersihan pribadi maupun di lingkungan pondok

11) Santri wajib menjaga persatuan dan kesatuan

12) Santri wajib menghargai diri sendiri dan orang lain 13) Santri wajib belajar pada jam belajar

b. Larangan

1) Santri dilarang bertempat tinggal di pondok sebelum mendaftarkakn diri, kecuali ada izin.

2) Santri dilarang menjalankan paham atau aliran selain Ahlu Sunnah Wal Jami’ah.

3) Santri dilarang melakukan pembangkangan terhadap pengasuh dan pengurus PP.

As-Syaffi’iyah Durisawo

4) Santri dilarang berbusana yang tidak sopan atau tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5) Santri dilarang mencemarkan almamater, nama baik di dalam maupun di luar pondok.

6) Santri dilarang membuat kekacauan di dalam atau di luar podndok.

7) Santri dilarang memecah belah persatuan dan kesatuan antar santri.

8) Santri dilarang mengotori lingkungan pondok.

9) Santri Santri dilarang sombong dan merendahkan orang lain 10) Santri dilarang membolos pada jam-jam kegiatan.

11) Santri dilarang keluar pada waktu ba'da maghrib atau malam hari tanpa izin pengurus atau pengasuh

12) Santri dilarang merusak dan menyalah gunakan sarana dan prasarana yang ada di pondok.

13) Santri dilarang berhubungan dengan lawan jenis di dalam maupun di luar pondok.

B. Paparan Data dan Pembahasan

1. Kegiatan internalisasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam upaya membangun karakter santri di Pondok Pesantren Assyafi’iyah Durisawo Ponorogo

Kegiatan internalisasi nilai-nilai Pendidikan agama Islam yang di terapkan dalam upaya membangun karakter santri yaitu pertama meningkatkan mutukualitas proses pembelajaran dan mengimplementasikan dalam kehidupan dipesantren dan membiasakan dalam setiap aktifitas santri di pondok pesantrenassyafiiyah durisawo, dan hasil pendidikan yang mengarah pada upayapembentukkan karakter dan akhlak mulia para santri.

Dalam membangun karakter memuat berbagai macam karakter yang dapat meningkatkan pengetahuan dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujuddalam perilaku sehari-hari.

Pendidikan karakter di pondok pesantren secara sederhana dapat didefinisikakn sebagai tempat yang paling tepat untuk “pembelajaran pemahaman, penguatan, karakter dan pelaksanaan keutamaan (practice ofvirtue). Walaupun tidak semua karakter dapat dipelajari, namun terdapatbeberapa nilai-nilai karakter yang dapat diunggulkan dalam pendidikan karakterdi pondok pesantren.

Diantara beberapa nilai-nilai pendidikan karakter tersebutialah nilai religious nilai nilai keagamaan, nilai disiplin, nilai kemandirian dan nilai tanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan karakter di pondok pesantren mengacu pada proses penanaman nilai, berupa pemahaman-pemahaman, tata cara pelaksanan nilai-nilai karakter, serta bagaimana seorang santri memiliki kesempatan untuk dapat melatihkan nilai-nilai tersebut secara nyata.

Pembiasaan keagamaan yang diterapkan dipondok pesantren yaitu yang dapat dijadikan dasar dari pendidikan karakter yang lain. Walaupun begitu, penanaman

pendidikan karakter yang lainnya tidak bisa dikesampingkan, hanya saja penerapannya tidak sebanyak ketiga nilai-nilai karakter tersebut yang menjadi dasar pendidikan karakter dipondok pesantren.

Pondok pesantren assyafi’iyah durisawo ponorogo menerapkan nilai religius menjadi nilai yang paling utama dalam pendidikan karakter para santri. Hal tersebut berkaitan dengan tujuan pondok pesantren assyafi’iyah durisawo ponorogo yaitu mencetak generasi yang bertaqwa dan berakhlak mulia serta mencetak kader kader islam yang mampu menjalankan ibadah dengan baik, menjalankan syari’at islam dan menyebarkan syiar islam kepada masyarakat. Penanaman nillai nilai religius di pondok pesantren terfokus kepada peningkatan iman dan berakhlak yang baik.

Berikut ini hasil wawancara dengan beliau Romo KH. Samuri Yusuf sebaga pengasuh pondok pesantren, sebagai berikut:

“Di zaman modern ini bisa dilihat urgentsi terhadap generaasi muda ialah iman dan akhlak, jadi yang utama itu kita mengajarkan untuk membiasakan penerapan keimana para santri dengan pembiasaan beristiqomah dalam beribadah. Semisal kita sholat ataupun mengaji, kita tidak hanya dituntut hanya untuk mengaji tetapi juga harus terfokus kepada apa yang sudah disampaikan oleh ustadz kepada kita seperti contohnya bab akhlak, nah dari situ kita selain dibiasakan untuk bertanggung jawab melaksanakan kewajibanmengaji tetapi juga menerapkan apa yang sudah disampaikan oleh ustadz kepada kita tentang prilaku yang baik. Yang kedua ialah membangun akhlakgenerasi muda dengan menguatkan akidah, ibadah dan akhlak mulia, karena seperti yang kita tau di zaman teknologi yang semakin canggih ini, banyak contoh contoh aklak kurang baik, berita berita hoaks prilaku yang menyimpang maka pondok

Dalam dokumen SKRIPSI (Halaman 72-80)

Dokumen terkait