• Tidak ada hasil yang ditemukan

Weton

Dalam dokumen SKRIPSI (Halaman 56-62)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. METODE INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN

2. Weton

Wetonan adalah “metode pembelajaran dengan pola kyai membaca teks tertentu dihadapan santri secara masal-kolektif, kemudian santri mendengarkan dan menyimak apa yang di baca dan diceritakan kyai tersebut”36 Definisi lain menjelaskan metode wetonan adalah metode mengajarkan dengan sistem ceramah.

Kiai membaca di hadapan santri tingkat lanjut pada jumlah besar pada waktu-waktu tertentu sesudah shlat berjamaah subuh dan isya”37

Berdasarkan uraian di atas, dalam proses pengajaran ini, santri diwajibkan untuk

34 Zainal Abidin, Sejarah Pendiidkan Islam Dinamikasosial Intelektual dan Tranformasi Kelembagaan, (STAIN Metro: CV Dvifa, 2015), h. 171-172.

35 Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual., h. 93

36 Ghazali, M. Bahri, Pendidikan Pesantren Berwawasaan Lingkungan.., h.29.

37 Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual., h. 93

mendengarkan secara khusyu’ apa yang sedang disampaikan oleh kyai, selain itu sistem wetonan digunakan untuk jumlah santrinya sangat banyak, dibandingkan dengan sistem sorogan, dan sistem wetonan ini digunakan diberbagai pondok termaksuk pondok pesantren Assyafi’iyah Durisawo Ponorogo.

3) Bondongan

Bandongan adalah sistem pengajaran yang serangkai dengan sistem sorogan dan wetonan adalah bandongan yang dilakukan saling kait mengkait dengan yang sebelumnya. “sistem bandongan, seorang santri tidak harus menunjukan bahwa ia mengerti pelajaran yang sedang.dihadapi. Para kyai biasaya membaca dan menerjemahkan kata-kata mudah”38

Bandongan merupakan keterkaitan antara sistem pembelajaran yang sebelumnya yang digunakan kiai untuk menerjemahkan kata-kata yang mudah dipahami oleh seluruh santri sehingga santri lebih mudah mengingat dan menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pemaparan uraian di atas, ketiga pola pengajaran ini berlangsung semata-mata tergantung kepada kiai sebab segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tempat, materi pelajaran (kurikulum) yang terletak pada kiai atau ustadzah yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di pondok pesantren, sebab otoritas kiai sangat dominan di dalam memimpin pondok itu.

Kurikulum Pondok Pesantren Kurikulum Pesantren Kurikulum yang berlangsung di pesantren bertujuan membangun karakter Insan Kamil. Dalam persfektif Islam, untuk mewujudkan karakter Insan Kamil memiliki ciri-ciri khusus berikut: 1. Tujuan pendidikan anak didik untuk membentuk anak yang bertauhid; 2.

Kurikulum harus disesuaikan dengan fitrah manusia, sebagai makhluk yang memiliki

38 Ghazali, M. Bahri, Pendidikan Pesantren Berwawasaan Lingkungan.., h.29.-30.

keyakinan kepada tuhan; 3. Kurikulum yang disajikan merupakan hasil pengujian materi dengan landasan al-Qur’an dan as-Sunnah; 4. Mengarahkan bakat dan minat serta meningkatkan kemampuan aqliyah anak didik, sehingga pergaulannya tidak keluar dari tuntunan Islam; 5. Pembinaan akhlak anak didik, sehingga pergaulan tidak keluar dari tuntunan Islam; 6. Pendidikan karakter mengisyaratkan tiga macam dimensi dalam upaya mengembangkan kehidupan manusia, yaitu: a. Dimensi kehidupan duniawi yang mendorong manusia sebagai hamba Allah untuk mengembangkan dirinya dalam ilmu pengetahuan. b. Dimensi kehidupan ukhrawi yang mendorong manusia untukmengembangkan dirinya dalam pola hubungan yang serasi dan seimbang dengantuhan. c. Dimensi hubungan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi yang mendorong manusia untuk berusaha menjadikan dirinya sebagai hamba Allah yang utuh dan paripurna dalam bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta menjadi pendukung dan pelaksana ajaran Islam Untuk mewujudkan santri dengan karakter Insan Kamil, pesantren menyusun kurikulum yang lengkap dan lingkungan pendidikan yang kondusif, yakni:

Pertama, struktur materi ajar. Dengan pengajaran dan pengkajian ilmu ilmu agama di pesantren yaitu ilmuKhot, Imla, Nahwu, Shorof, bahasa Arab, Fikih, Ushul Fiqih, Hadits, Tafsir, Tauhid, Tasawuf, Adab, Tarikh dan Balaghoh. Pada pesantren yang telah menyelenggarakan pendidikan formal di dalamnya, diajarkan materi-materi kedinasan di ruang kelas, diantaranya matematika, bahasa Indonesia, pendidikan kewarganegaaran, ekonomi, sejarah, biologi, fisika, kimia, geografi, bahasa Inggris.

Dalam pengembangan minat dan bakat yang dapat membentuk karakter dengan beragam pilihan ektrakurikuler, meliputi bidang olah raga, bela diri, kesenian, komputer, pramuka, sampai kewirausahaan. Untuk keseharian santri baik di kelas, di kamar, dan di lingkungan pesantren perlu menjaga sikap dan perilakunya. Santri senantiasa mampu membiasakan kemandirian, kedisiplinan, kepemimpinan, tolong

menolog, peduli. Selain itu juga, santri mampu menjaga shalat lima waktu secara berjama’ah, shalat sunnah tahajud, dhuha, hajat, tasbish, witir. Santri juga mampu berpuasa wajib dan puasa sunah hari senin dan kamis, membaca dan memahami al- Quran dan Hadis, semangat belajar dan mengajar kepada adik adik kelasnya. Segala hal yang ada dan berlangsung di pesantren bertujuan untuk membentukan karakter santri.

Di lingkungan pesantren, santri tidak hanya belajar tentang karakter baik, santri melihat dan dituntut untuk dapat mempraktikkan langsung karakter- karakter yang baik. Pesantren menjadi lingkungan yang kondusif bagi pembinaankarakter santri- santrinya. Kedua, alokasi waktu. Pesantren merupakan contoh sekolah berbasis pendidikan karakter, karena di pondok pesantren pendidikan karakter terbentuk lewat kegiatan sehari-hari. Pendidikan karakter di pesantren dibentuk selama 24 jam penuh dimulai dari bangun tidur bahkan hingga tidur kembali. Pondok pesantren merupakan tempat pendidikan yang paling berhasil dalam membentuk karakter. Dengan kegiatan- kegiatan yang diselenggarakan pesantren mulai dari program harian, mingguan, bulanan, semesteran sampai tahunan. Semua kegiatan yang berlangsung di pesantren berorientasi pada pembentukan akhlak bagi santri: a) Program Harian; Shalat tahajud dan witir, morning assembly atau apel pagi, tahfidz Qur’an, kajian kitab, shalat dhuha, pemberian kosa-kata bahasa Arab dan Inggris, kegiatan belajar mengajar, sholat berjama’ah tepat waktu, dzikir dan sholawat, sholat sunnah rowatib, presensi kehadiran, shalat hajat sebelum tidur, membaca empat surat pilihan (Yaasin, al- Waqi’ah, ar-Rahman dan al-Mulk). b) Kegiatan Mingguan; Evaluasi mingguan pesantren dan sekolah, puasa Senin Kamis, Jum’at bersih, lari pagi, penilaian kebersihan kamar, kegiatan ekstrakurikuler: latihan pramuka, latihan pidato 3 bahasa, kaligrafi & lukis, disain grafis, muhadatsah Arab & Inggris, marawisy, hadroh, seni bela diri tapak suci, footsal, qira’at, taekwondo, karya ilmiyah remaja, persedaqu

(persatuan senam Daarul Qur’an), marching band. c) KegiatanBulanan; Buku daily activity, santri teladan, kegiatan kebersihan, lomba bersih kamar, lomba kekompakan dan kerapihan lari pagi, lomba karya ilmiah santri lama dan baru, muhadhoroh, kamar terbaik, sholat tasbih bersama setiap akhir bulan, outdoor activity, bimbingan dan konseling, penampilan seni, penilaian kelas, kerja bakti/kebersihan lingkungan, dan pembuatan majalah dinding. d) Kegiatan Semesteran; Lomba pidato tiga bahasa santri lama dan baru, ujian tahfidz, ujian Dirosah Islamiyah (pesantren), ulangan mid semester ganjil dan genap, ulangan semester ganjil genap, penyerahan raport ganjil dan genap, libur semester ganjil dan genap, pesan dan nasehat sebelum liburan, class meeting ganjil dan genap, pembacaan tata tertib siswa, lomba akademik, rapat kerja.

Pesantren telah secara lengkap menyajikan kegiatan-kegiatan bagi pembentukan dan pengembangan karakter bagi santri-santrinya. Kegiatankegiatan pesantren tidak semata berkenaan santri, tetapi juga berkenaankepada guru-gurunya.

Bagi pesantren tidak semata menginginkan santrinya memiliki karakter yang mulia, tetapi juga menghendaki agar guru-guru di pesantren memiliki karakter yang mulia juga. Dengan pengaturan alokasi waktu yang tepat, semua kegiatan yang berorientasi pada pembentukan karakter santri dapat dijalankan dengan maksimal. Tradisi-tradisi Pesantren Tradisi berarti adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Bisa juga diartikan penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar.25 Kata lain yang memiliki makna hampir sama adalah budaya. Tradisi sering dibahasakan dengan adat istiadat. Ada hal yang berkaitan erat dengan tradisi, pertama adalah karakter, kedua adalah kondisi geografis. Tradisi pesantren merupakan kerangka sistem pendidikan Islam tradisional. Tradisi pesantren telah menjadi obyek penelitian para sarjana yang mempelajari Islam di Indonesia. Pesantren menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya pendidikan Islam. Tradisi dalam pesantren merupakan elemen

penting dalam sistem dan kurikulum pesantren.

Dalam tradisi pesantren, selain diajarkan mengaji dan mengkaji ilmu agama, para santri diajarkan pula mengamalkan serta bertanggung jawab atas apayang telah dipelajari. Pesantren juga mengajarkan nilai-nilai kesederhanaan, kemandirian, semangat kerja sama, solidaritas, dan keikhlasan. Kesederhanaan menunjukkan pengunduran diri dari ikatan-ikatan dan hirarki-hirarki masyarakat setempat, dan pencarian suatu makna kehidupan yang lebih dalam yang terkandung dalam hubungan-hubungan sosial. Semangat kerja sama dan solidaritas pada akhirnya mewujudkan hasrat untuk melakukan peleburan pribadike dalam suatu masyarakat majemuk yang tujuannya adalah ikhlas mengejar hakikat hidup.

Dalam tradisi pesantren, dikenal rantai transmisi disebut sanad, dan setiap individu di setiap sanad disebut isnad. Ini berarti bahwa antara satu pesantren dengan pesantren lain, baik dalam satu kurun zaman maupun satu generasi ke generasi berikutnya, terjalin hubungan intelektual yang mapan hingga perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam lingkungan pesantren sekaligusdapat menggambarkan sejarah intelektual Islam tradisional. Ijazah pesantren berbentuk pencantuman nama dalam suatu rantai transmisi pengetahuan yang dikeluarkan oleh guru terhadap muridnya. Ijazah diberikan setelah menyelesaikanpelajarannya dengan baik tentang suatu buku atau keilmuan tertentu. Bagi muridyang mendapat ijazah berarti telah menguasai dan memenuhi persyaratan yang diinginkan oleh gurunya. Dengan ijazah itu, murid dapat mengajarkannya kembali kepada orang lain. Selanjutnya, dalam tradisi pesantren, perasaan hormatdan kepatuhan murid kepada gurunya adalah mutlak dan tidak boleh putus, artinya berlaku seumur hidup si murid. Kepercayaan dan penghormatan kepada guru didasarkan kepada keyakinan bahwa gurunya adalah seorang alim yang terpilih. Di samping itu para guru mencurahkan waktu dan tenaganya mengajar murid-muridnya karena si guru merasa bertanggung jawab di

depan Allah untuk menyalurkan ilmu yang dimilikinya kepada muridnya. Saling ketergantungan antara murid dan guru, saling pengertian antara satu dan yang lainnya, kebersamaan, kesabaran, ketulusan dan kecintaan antara guru dan murid, semuanya merupakan faktor yang sebenarnya menjamin kelangsungan kehidupan pesantren.

Tradisi-tradisi pesantren penuh dengan nilai-nilai karakter. Dengan demikian, pendidikan pesantren dapat menjadi sebuah model dalam pembinaan karakter anak didiknya.

Pesantren dengan segala kekhasan yang ada di dalamnya, telah sukses menyelenggarakan pendidikan bagi pembinaan karakter bagi santri-santrinya.

Pembinaan karakter pada santri di pesantren dapat berlangsung dengan maksimal disebabkan berbagai faktor:

Pertama, peran kyai. Kyai memiliki peran yang sangat komplek, diantaranya sebagai ulama, pendidik, pengasuh, orang tua, penghubung mesyarakat, mengelola pesantren dan pemimpin tertinggi serta manajer yang bagus. Kyai menjadi tokoh teladan bagi santri-santrinya. Kyai memantau perkembangan jiwa dan karakter santri selalu.

Kedua, penyusunan kurikulum yang berorientasii pada karakter santri. Dimulai dari penyusunan struktur da nisi materi yang mengintegrasikan pengetahuan kedinasan dan keislaman. Pembimbingan dan pengawasan paa sikap dan karakter santri dalam lingkungan pesantren.

C. Peran Kyai dalam Menginternalisasikan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Sebagai Upaya Membentuk Karakter Santri

1. Pengertian Kyai

Istilah kyai yang lekat dengan masalah agama Islam pada dasarnya bukan berasal dari bahasa Arab melainkan berasal dari bahasa Jawa. Zamakhsyari Dhofier.61berpendapat bahwa istilah kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda, yaitu:

a. Kyai dipakai sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat.

Kyai Garuda Kencana dipakai untuk sebutan “kereta emas” yang abadi di Keraton Yogyakarta. Kyai dipakai sebagai gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya

b. Kyai sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab klasik kepada para santrinya.

Pemakaian istilah Kyai yang paling banyak dipakai oleh masyarakat adalah seseorang yang menjadi pimpinan pesantren. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Dr. Manfred Ziemek (1986:131), yang mengatakan bahwa pengertian kyai yangpaling luas dalam Indonesia modern adalah pendiri dan pimpinan sebuah pesantren, yang sebagai muslim terpelajar telah membaktikan hidupnya demi Allah sertamenyebarkan dan memperdalam ajaran-ajaran dan pandangan Islam melalui kegiatan pendidikan.

Kedudukan seorang kyai sebagai pimpinan sentral yang berkuasa penuh di dalam pesantren memiliki otoritas, wewenang yang menentukan semua aspek kegiatan pendidikan dan kehidupan agama atas tanggungjawabnya sendiri.39

Kyai secara etimologi (lughotan) menurut Adaby Darban kata kyai berasal dari bahasa jawa kuno “kiya-kiya” yang artinya orang yang dihormati.13 Selain itu, ada pula yang perkataan “man balagha sinna al- arba'in”, yaitu orangorang yang sudah tua umurnya atau orang-orang yang mempunyai kelebihan. Sedangkan secara terminologi kyai menurut Manfred Ziemek adalah pendiri dan pemimpin sebuah pesantren yang sebagai muslim “terpelajar” telah membaktikan hidupnya “demi Allah” serta menyebarluaskan dan mendalami ajaran-ajaran, pandangan Islam melalui kegiatan pendidikan Islam. Kyai adalah orang yang memiliki ilmu agama(Islam) plus amal dan

39 Ziemek, Manfred. 1986. Pesantren Dalam Perubahan Sosial. Jakarta: P3M

akhlak yang sesuai dengan ilmunya. Kyai adalah seseorang yang mengajarkan pengetahuan agama dengan berceramah, menyampaikan fatwa agama kepada masyarakat. Menurut Saiful Akhyar Lubis, menyatakan bahwa “Kyai adalah tokoh sentral dalam suatu pondok pesantren, maju mundurnya pondokpesantren ditentukan oleh wibawa dan kharisma sang kyai. Karena itu, tidak jarang terjadi apabila sang kyai di salah satu pondok pesantren wafat, maka pamor pondokpesantren tersebut merosot karena kyai yang menggantikannya tidak sepopuler kyaiyang telah wafat itu.16 Kyai adalah pemimpin tertinggi dan sebagai kunci dalam pondok pesantren.17 Menurut Nurhayati Djamas mengatakan bahwa “Kyai adalah sebutan untuk tokoh ulama atau tokoh yang memimpin pondok pesantren. Secara umum Kyai mempunyai beberapa pengertian yaitu:

a. Kyai adalah orang yang memiliki lembaga pondok pesantren, dan menguasai pengetahuan agama serta konsisten dalam menjalankan ajaran-ajaran agama.

b. Kyai yang ditujukan kepada mereka yang mengerti ilmu agama, tanpa memiliki lembaga pondok pesantren atau tidak menetap dan mengajar di pondok pesantren.

c. Kyai adalah orang yang mengajarkan pengetahuan agama dengan cara berceramah, menyampaikan fatwa agama kepada masyarakat luas. Kyai adalah ulama Indonesia yang merujuk kepada tokoh yang alim dalam bidang keagamaan Islam,sebab kyai dari suatu pesantren disamping sebagai pengajar yang menguasai kitab kuning, sekaligus sebagai perintis, pendiri, pengasuh dan pemimpin pesantren.

Kyai memiliki otoritas dan wewenang yang bersifat mutlak. Berjalan atau tidaknya suatu pesantren bergantung pada sang kyai. Itulah sebabnya seringkali terlihat bahwa kyai yang memiliki ilmu terbatas dan bersifat konservatif, terbatas pula perkembangan pesantren yang dipimpinnya. Sebaliknya, seorang kyai yang kharismatik, berilmu tinggi, berpandangan luas, terampil dan dinamis, pesantren tersebut akan berkembang, besar dan terkenal.20 Dalam konteks pendidikan karakter,

peran guru sangat vital sebagai sosok yang diidolakan santri, serta menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi muridnya. Sikap dan perilaku seorang guru membekas dalam diri seorang murid, sehingga ucapan, karakter, dan kepribadian guru menjadi cerminan. Kehadiran kyai dalam pesantren sebagai guru karakter bagi santri- santrinya.

Pendidikan Karakter yang diberikan oleh kyai akan berupaya untuk membantu perkembangan jiwa santri baik secara lahir maupun batin, dari sifatkodratinya menuju sifat manusiawinya yang baik.

Abdurrahman Wahid mendefinisikan pengertian kyai sebagai hierarki kekuasaan satu-satunya yang ditegakkan di atas kewibawaan moral sebagai penyelamat para santri dari kemungkinan melangkah ke arah kesesatan, kekuasaan ini memiliki perwatakan absolut sehingga santri senantiasa terikat dengan kyainya seumur hidupnya, minimal sebagai sumber inspirasi dan sebagai penunjang moral dalam kehidupan pribadinya. Pada sisi lain, Horikoshi menguraikan bahwa istilah “ulama”

dan “kyai” tak dapat dipisahkan dari “ahli agama”.40

Kendati demikian, peran keduanya dapat dibedakan; ulama sebagai kepemimpinan “administratif”, sedangkan kyai sebagai kepemimpinan

“simbolik”.Eksistensi kyai dalam pesantren merupakan “lambang kewahyuan” yang selalu disegani, dipatuhi dan dihormati secara ikhlas, jauh dari hipokrit.Parasantri dan masyarakat sekitar selalu berusaha agar dapat dekat dengan para kyai/ulama untuk memperoleh “berkah” dari mereka.Tegasnya, kyai adalah tempat bertanya, sumber referensi, dan tempat meminta nasihat dan fatwa.41

2. Peranan Kyai

40 Abdurrahman.2001.Menggerakkan Tradisi, Esai-EsaiPesantren. Yogyakarta: LKIS.hal 6-7

41 Nata, Abuddin. 2001. Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo. Hal 11

Dalam kehidupan bermasyarakat, seorang kyai sebagai kelompok elit dalam struktur sosial, politik, ekonomi dan lebih-lebih di kalangan kelompok agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu:

a. Sebagai ulama

Kyai sebagai ulama artinya ia harus mengetahui, menguasai ilmu tentang agama Islam, kemudian menafsirkan ke dalam tatanan kehidupan masyarakat, menyampaikan dan memberi contoh dalam pengamalan dan memutuskan perkara yang dihadapi oleh masyarakat. Ulama adalah seseorang yang ahli dalam ilmu agama Islam dan ia mempunyai integritas kepribadian yang tinggidan mulia, serta berakhlakul karimah dan ia sangat berpengaruh di tengah- tengah masyarakat.

b. Sebagai pengendali sosial

Para kyai khususnya di daerah Jawa merupakan kepemimpinan Islam yangdianggap paling dominan dan selama berabad-abad telah memainkan peranan yang menentukan dalam proses perkembangan sosial, kultur, dan politik. Berkat pengaruhnya yang besar di masyarakat, seorang kyai mampu membawa masyarakat ke mana ia kehendaki. Dengan demikian, seorang kyai mampu mengendalikan keadaan sosial masyarakat yang penuh dengan perkembangan dan perubahan zaman. Kyai mengendalikan masyarakat akibatdari perubahan yang terjadi dengan cara memberikan solusi yang tidak bertentangan dengan kaidah- kaidah ajaran Islam.

c. Sebagai penggerak perjuangan

Kyai sebagai pimpinan tradisional di masyarakat sudah tidak diragukan lagi fungsinya sebagai penggerak perjuangan masyarakat setempat untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh masyarakatnya.Sejak zaman kolonial Belanda, para

kyai sudah banyak yang memimpin rakyat untuk mengusir penjajah.Islam pada zaman penjajahan Belanda merupakan faktor nomor satubagi kelompok-kelompok suku bangsa yang tinggal berpencar-pencar

d. Masyarakat

Meskipun demikian, kyai lebih banyak menghabiskan waktunyauntuk mendidik santri daripada hal-hal lainnya

e. Keberadaan

Kyai dalam lingkungan pesantren laksana jantung bagi kehidupan manusia.

Intensitas kyai memperlihatkan perannya yang otoriter, disebabkan karena kyailah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin, penanggungjawab, dan bahkan sebagai pemilik tunggal. Banyak pesantren yang mengalami kemunduran karena meninggalnya sang kyai, sementara ia tidak memiliki keturunan atau penerus untuk melanjutkan kepemimpinannya. Selain peranan-peranan tersebut, kyai juga memiliki peran penting dalam menjadikan pondok pesantren yang sesuai dengan fungsi pesantren itu sendiri,yakni sebagai transfer ilmu dan nilai agama seperti yang diterapkan oleh kebanyakan pondok pesantren pada umumnya.

D. Penelitian Terdahulu

Sebagai telaah pustaka, penulis melihat pada beberapa hasil karya terdahulu yang relevan dengan kajian penelitian ini. Adapun hasil-hasil karya tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng Asmiyanti Nurul Khotimah (2015) yang berjudul “Pembentukan Karakter Peserta didik Melalui Metode Pembiasaan di TK Islam Al-Azhar Purwokerto”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan karakter peserta didik melalui metode pembiasaan di TK Islam Al-Azhar Purwokerto meliputi: bagaimana karakter yang dibentuk,nilai- nilai karakter dan pembisaan yang dibentuk meliputi:beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur, cinta

alam ,disiplin, bertanggung jawab, mandiri, dan bergaya hidup sehat. Dalam penelitian disimpulkan bahwa pembentukan karakter peserta didik melalui metode pembiasaan cocok diterapkan di TK Islam Al-Azhar 39 Purwokerto, sesuai dengan perkembangan dan lingkungan anak.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Tsalis Nurul Azizah (2017) yang berjudul

“Pembentukan Karakter Religius Berbasis Pembiasaan dan Keteladanan diSMA Sains Al-Qur’an Wahid Hasyim. Yogyakarta”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 14 macam karakter religius yang terbentuk.

Kemudian pembentukan karakter religius berbasis pembiasaandan keteladanan yang dilakukan dengan berbagai kegiatan baik disekolah maupun diasrama. Bentuk implementasi pembentukan karakter religious peserta didik berbasis keteladanan terbagi menjadi dua yaitu keteladanan disengaja danketeladanan tidak disengaja.Dan keberhasilan pembentukan karakter religious berbasis pembiasaan dan keteladanan, telah berhasil membentuk karakter peserta didik yang religious yakni kedisiplinan, rajin mengaji, menghormati orang lain, meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekolah, dan mentaati peraturan sekolah.

3. Menurut Siti Rahmah NIM. D01207187 dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Kegiatan Istighosah terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di SMP Islam Darussalam Tambak Madu Surabaya Tahun 2011” menyatakan bahwa kesimpulan yang dapat ditarik dari skripsinya menggunakan perhitungan data statistik sederhana yaitu menggunakan rumus “r” product moment yaitu sebesar 0,72 yang apabila dikonsultasikan dengan standar yang diberikan olehSugiyono, yaitu apabila besar rxy 0,70 - 0,90 maka pengaruh tersebut tergolongkuat atau tinggi. Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “r” : df = N – k= 90-2 = 88. Dengan memeriksa tabel nilai “r”

product moment ternyata bahwadf sebesar 88 pada taraf siknifikansi 5% diperoleh r tabel 0,205; sedangkan signifikansi 1% diperoleh r tabel 0,267. Karena pada

signifikansi 5% sama besarnya dengan, maka taraf pada signifikansi 5% hipotesis nol (H0) di tolak sedangkan hipotesis alternatif diterima, berarti bahwa hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima yaitu berbunyi “ada pengaruh kegiatan istighosah terhadap pembentukan akhlak siswa di SMP Islam Darussalam Tambak Madu Surabaya.”

4. Berdasarkan penelitian skripsi oleh Ade Maskur Saputra, NIM. D71214045 dalam skripsi yang berjudul, “Pengaruh Kegiatan Istighosah terhadap Kecerdasan Spiritual Siswa di SMAN 1 Pacet Mojokerto” menyatakan bahwa kegiatan istighosah di SMAN 1 Pacet Mojokerto dalam kategori cukup baik, halini dibuktikan dengan nilai rata-rata kegiatan istighosah sebesar 45,1%, dan kecerdasan spiritual di SMAN 1 Pacet Mojokerto dalam kategori cukup baik haltersebut dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 47,1%, yakni beradadiantara 35%-50%. Pada Koefisiensi determinasi diperoleh nilai sebesar 0,033 atau 33% kegiatan istighosah mempengaruhi kecerdasan spiritual siswa. Pada perhitungan analisis regresi diperoleh nilai F hitung sebesar 4.990 dengan tingkat signifikansi 0,027 < 0,05. Dapat diartikan bahwa kegiatan istighosah berpengaruh terhadap kecerdasan spiritual peserta didik di SMAN 1 Pacet Mojokerto.

Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian tersebut di atas, maka dalam skripsi ini penulis akan membahas hal yang berbeda baik itu dalam hal subyek penelitian maupun obyek penelitian yaitu pembahasan mengenai Internalisasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam upaya membangun karakter santri di pondok pesantren Assyafiiyah durisawo dengan pendalaman dan penerapan ilmu ilmu agama di jadikan pembiasaan prilaku setiap hari santri guna membentuk akhlak, prilaku serta karakter santri setiap hari. Penelitian ini yang dijadikan obyek adalah lembaga-lembaga non formal seperti Pondok Pesantren. Dalam penelitian ini peneliti meneliti di lembaga non formal yaitu di Pondok Pesantren Assyafi’iyah Durisawo Ponorogo.

Dalam dokumen SKRIPSI (Halaman 56-62)

Dokumen terkait