• Penerbitan 2 POJK yang mengatur Pengawasan Perbankan, 15 POJK yang mengatur Pengawasan Pasar Modal dan 7 POJK yang mengatur Pengawasan
• Pencabutan Surat Tanda Tercatat kepada 8 Penyelenggara Industri Keuangan IKNB Digital dan menetapkan 3 Penyelenggaran IKD dengan status tercatat
• Penerbitkan 4 Surat Perintah Penyidikan (Sprindik), 8 pelimpahan berkas perkara ke Kejaksaan, dan terdapat 7 berkas perkara yang telah dinyatakan lengkap (P-21)
• Penetapan status klaster model bisnis IKD Social Network & Robo Advisor dan klaster Online Gold Depository menjadi direkomendasikan
• Penetapan hasil penilaian Program Penilaian Konsistensi Peraturan (RCAP) terhadap regulasi sektor perbankan di Indonesia dengan nilai Compliant (C) untuk kerangka NSFR (Net Stable Funding Ratio) dan Large Exposures (LEx)
• E-Proxy: Platform Pemberian Kuasa Perwakilan RUPS Secara Elektronik
• Webinar Sosialisasi Peraturan dan Kebijakan Perlindungan Konsumen bagi Pelaku Usaha Jasa Keuangan di Tegal dan Tasikmalaya
• Generic Model skema Kredit/Pembiayaan Melawan Rentenir (K/PMR)
• Program Satu Pelajar Satu Rekening (KEJAR)
• Mobile Application Financial Services Locator (MAFLO)
• Kompetisi Inklusi Keuangan (KOINKU)
• Strategi Nasional Keuangan Inklusif Perempuan (SNKIP)
• Optimalisasi Edukasi dan Literasi Keuangan melalui Minisite dan Media Sosial Sikapi Uangmu
• Aplikasi Portal Perlindungan Konsumen
• Kajian Perlindungan Konsumen “Implemetasi Online Dispute Resolution (ODR) di Sektor Jasa Keuangan”
2.1 Aktivitas Pengaturan
2.1.1 Pengaturan Bank
Pada triwulan II-2020, OJK menerbitkan lima peraturan yang terdiri dari dua POJK dan tiga SEOJK terkait perbankan, sebagai berikut:
1. POJK Nomor 18/POJK.03/2020 tentang Perintah Tertulis untuk Penanganan Permasalahan Bank Tindak lanjut Pasal 23 ayat (2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/
atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan, yang memberikan kewenangan kepada OJK untuk memberikan Perintah Tertulis kepada Bank melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan/atau integrasi, maupun menerima penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan/atau integrasi, yang bertujuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan ditengah- tengah kondisi terjadinya pandemi COVID-19 dan/
atau menghadapi ancaman krisis ekonomi dan/atau stabilitas sistem keuangan. Adapun pokok-pokok ketentuan yang diatur antara lain:
a. Ruang lingkup pengaturan berlaku bagi Bank yaitu bank umum konvensional (BUK), bank umum syariah (BUS), bank perkreditan rakyat (BPR), bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS), dan kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri.
b. Kewenangan OJK memberikan Perintah Tertulis kepada Bank untuk:
1. Melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan/atau integrasi; dan/atau 2. Menerima penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, dan/atau integrasi.
2. POJK Nomor 34/POJK.03/2020 tentang Kebijakan bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Sebagai Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019
Perkembangan penyebaran COVID-19 di wilayah Indonesia berdampak cukup signifikan terhadap kinerja BPR dan BPRS, sehingga peningkatan potensi risiko kredit dan pelemahan arus kas masuk dapat mengganggu kinerja BPR dan BPRS, serta dapat memengaruhi pertumbuhan industri BPR dan BPRS.
Oleh karena itu, untuk mendorong optimalisasi kinerja industri BPR dan BPRS, perlu diambil kebijakan terhadap ketentuan BPR dan BPRS sebagai tanggapan atas dampak penyebaran COVID-19 dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Adapun pokok- pokok ketentuan yang diatur antara lain:
BPR dan BPRS dapat menerapkan kebijakan terhadap ketentuan BPR dan BPRS sebagai tanggapan atas dampak penyebaran COVID-19. Kebijakan dimaksud terdiri dari:
a. Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP) umum untuk aset produktif dengan kualitas lancar dapat dibentuk sebesar 0% (nol persen) atau kurang dari 0,5% (nol koma lima persen) dari aset produktif dengan kualitas lancar sebagaimana diatur dalam POJK Kualitas Aset Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aset Produktif BPR;
b. Persentase nilai Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) sebagai faktor pengurang modal inti dalam perhitungan KPMM BPR dan BPRS menggunakan perhitungan persentase dari nilai AYDA sebagai faktor pengurang modal inti dalam perhitungan KPMM BPR dan BPRS pada posisi laporan bulan Maret 2020;
c. Penyediaan dana dalam bentuk penempatan dana antar bank pada BPR atau BPRS lain untuk penanggulangan permasalahan likuiditas pada BPR atau BPRS lain dikecualikan dari ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD). Penempatan dana antar bank tersebut dapat dilakukan kepada seluruh BPR pihak terkait dan tidak terkait paling banyak 30% (tiga puluh persen) dari modal BPR dan BPRS; dan/atau
d. Penyediaan dana pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) tahun 2020 dapat disediakan sebesar kurang dari 5% (lima persen) dari realisasi biaya SDM tahun sebelumnya.
3. SEOJK Nomor 5/SEOJK.03/2020 tentang Perubahan Atas Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 56/
SEOJK.03/2017 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Penyusunan POJK dilakukan dalam rangka mengatur perubahan terkait dengan penyesuaian pengaturan tindakan pengawasan BPR dan BPRS dalam pengawasan normal yang memiliki permasalahan signifikan, serta penyesuaian terhadap sistem penilaian tingkat kesehatan BPR yang digunakan sebagai salah satu kriteria BPR dalam pengawasan intensif. Adapun pokok-pokok ketentuan yang diatur antara lain:
a. Penyelarasan ketentuan mengenai POJK mengenai sistem penilaian tingkat kesehatan BPRS.
b. Penghapusan norma yang menjelaskan lebih lanjut terkait tindakan pengawasan terhadap BPR dan BPRS dalam pengawasan normal yang memiliki permasalahan siginifikan.
c. Penambahan penjelasan mengenai rencana perbaikan permodalan yang harus disusun Bank Dalam Pengawasan Intensif (BDPI) untuk mencapai dan memelihara rasio KPMM sesuai dengan ketentuan.
d. Penambahan penegasan mengenai periode penilaian yang digunakan dalam rangka penetapan kriteria BDPI dan Bank Dalam Pengawasan Khusus (BDPK).
e. Penyesuaian alamat korespondensi dari BPR atau BPRS kepada OJK yang berkaitan dengan BDPI dan BDPK.
4. SEOJK Nomor 6/SEOJK.03/2020 tentang Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Standar Bagi Bank Umum
Dalam rangka memenuhi standar Basel III Reforms tahun 2017, diperlukan pengaturan mengenai pendekatan perhitungan aset tertimbang menurut risiko (ATMR) yang diterapkan terhadap risiko
operasional dengan menggunakan pendekatan standar yang bersifat sederhana, dapat diperbandingkan, dan lebih sensitif terhadap risiko. Adapun pokok-pokok ketentuan yang diatur antara lain:
a. Untuk melakukan perhitungan ATMR untuk risiko operasional dalam perhitungan KPMM, Bank menggunakan pendekatan standar dengan rumus sebagai berikut:
b. Modal Minimum Risiko Operasional (MMRO) merupakan perkalian antara Komponen Indikator Bisnis (KIB) dengan Faktor Pengali Kerugian Internal (FPKI).
c. KIB merupakan perkalian antara Indikator Bisnis (IB) dengan koefisien marjinal (α). IB dihitung dengan mempertimbangkan:
1. Komponen bunga, sewa, dan dividen (KBSD);
2. Komponen jasa (KJ); dan 3. Komponen keuangan,
selama 3 (tiga) tahun. Sedangkan kofisien marjinal (α) merupakan angka (12%, 15%, atau 18%) yang dikalikan dengan IB untuk mendapatkan hasil KIB.
5. SEOJK Nomor 9 /SEOJK.03/2020 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Umum Konvensional SEOJK ini menggantikan SEOJK No.43/SEOJK.03/2016 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Umum Konvensional dan menjadi peraturan pelaksana dari POJK No.37/POJK.03/2019 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank. Adapun ketentuan yang diatur antara lain:
a. Laporan Publikasi Keuangan dan Informasi Kinerja Keuangan (periode Bulanan, Triwulanan dan Tahunan).
b. Laporan Publikasi Eksposur Risiko dan Permodalan (periode Triwulanan dan Tahunan).
c. Laporan Publikasi Informasi atau Fakta Material d. Laporan Publikasi Suku Bunga Dasar Kredit/ SBDK
(periode Bulanan)
e. Laporan Publikasi Lain (periode Tahunan) 2.1.2 Pengaturan Pasar Modal
Pada triwulan II-2020 OJK menerbitkan sembilan POJK dan tujuh konversi peraturan terkait Pasar Modal dengan rincian sebagai berikut:
1. POJK Nomor 15/POJK.04/2020 tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka
Peraturan ini merupakan revisi atas POJK Nomor 32/
POJK.04/2014 tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka.
Pokok-pokok ketentuan yang diatur dalam POJK ini antara lain:
a. Ketentuan penyelenggaraan RUPS:
1) Kewajiban Perusahaan Terbuka untuk
menyelenggarakan RUPS Tahunan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir;
2) Permintaan penyelenggaraan RUPS;
3) Prosedur penyelenggaraan RUPS;
b. Ketentuan mengenai pimpinan RUPS, dan tata tertib RUPS;
c. Keputusan, kuorum kehadiran, dan kuorum keputusan RUPS:
d. Ketentuan mengenai risalah RUPS dan ringkasan risalah RUPS;
e. Media pengumuman dan bahasa pengumuman.
2. POJK Nomor 16/POJK.04/2020 tentang Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka Secara Elektronik
Peraturan ini diterbitkan dalam rangka memfasilitasi Perusahaan Terbuka untuk dapat menyelenggarakan RUPS secara efektif dan efisien dengan
memanfaatkan teknologi informasi sehingga tetap mendukung terciptanya stabilitas sistem keuangan.
Pokok-pokok ketentuan yang diatur dalam POJK ini antara lain:
a. Pelaksanaan RUPS secara elektronik merupakan alternatif pelaksanaan RUPS selain dilakukan secara fisik.
b. Pelaksanaan RUPS secara elektronik dapat dilakukan dengan menggunakan:
1) e-RUPS yang disediakan oleh Penyedia e-RUPS;
atau
2) Sistem yang disediakan oleh Perusahaan Terbuka.
c. Penyedia e-RUPS:
1) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian yang ditunjuk OJK; atau
2) Pihak lain yang disetujui OJK.
ATMR Risiko Operasional Dengan Menggunakan Pendekatan Standar = 12,5 x MMRO
MMRO = KIB x FPKI = (IB x α) x FPKI
3. POJK Nomor 17/POJK.04/2020 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha
Peraturan ini merupakan revisi dari Peraturan Nomor IX.E.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-614/BL/2011 tanggal 28 November 2011 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama. Pokok-pokok ketentuan yang diatur dalam POJK ini antara lain mencakup transaksi, batasan nilai transaksi material, prosedur transaksi material, dan prosedur perubahan kegiatan usaha.
4. POJK Nomor 19/POJK.04/2020 tentang Bank Umum Yang Melakukan Kegiatan Sebagai Wali Amanat Peraturan ini merupakan revisi dan penggabungan Peraturan Nomor VI.C.2 tentang Pendaftaran Bank Umum Sebagai Wali Amanat, Peraturan Nomor VI.C.3 tentang Hubungan Kredit dan Penjaminan Antara Wali Amanat dengan Emiten, POJK Nomor 28/
POJK.04/2017 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Wali Amanat, dan POJK Nomor 29/POJK.04/2017 tentang Laporan Wali Amanat menjadi satu POJK mengenai Bank Umum Yang Melakukan Kegiatan Sebagai Wali Amanat, dengan tujuan:
a. Simplifikasi dan kodifikasi pengaturan perwaliamanatan
b. Penambahan ruang lingkup pengaturan perwaliamanatan sukuk
c. Harmonisasi dengan perkembangan pengaturan lain di Pasar Modal
Ketentuan Pokok perubahan peraturan, antara lain:
a. Kondisi yang Dapat Membatalkan STTD b. Sanksi Administratif Berupa Denda
5. POJK Nomor 20/POJK.04/2020 tentang Kontrak Perwaliamanatan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk
Peraturan ini merupakan revisi Peraturan Nomor VI.C.4 tentang Ketentuan Umum dan Kontrak Perwaliamanatan Efek Bersifat Utang, dengan tujuan:
a. Penambahan ruang lingkup pengaturan kontrak perwaliamanatan sukuk
b. Pengaturan batasan kuorum ke-4 Rapat Umum Pemegang Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk c. Penambahan definisi dan terminologi
Ketentuan Pokok perubahan peraturan:
a. Pengaturan Kuorum Rapat Umum Pemegang Efek bersifat Utang dan/atau Sukuk (RUPO) ke-4 Dalam POJK ini menjelaskan dalam hal kuorum kehadiran RUPO ke-3 tidak tercapai, maka dapat diadakan RUPO keempat dengan ketentuan kuorum kehadiran dan kuorum keputusan ditetapkan oleh OJK
b. Berakhirnya tugas, kewajiban dan tanggung jawab Wali Amanat
Dalam POJK ini menjelaskan tugas, kewajiban dan tanggung jawab Wali Amanat berakhir saat:
1) Efek yang bersifat utang/Sukuk telah dilunasi atau dikonversi menjadi saham
2) Tanggal tertentu yang telah disepakati dalam Kontrak Perwaliamanatan setelah tanggal jatuh tempo setelah diangkatnya Wali Amanat baru 6. POJK Nomor 32/POJK.04/2020 tentang Kontrak
Derivatif Efek
Peraturan ini merupakan perubahan dari Peraturan Nomor III.E.1 tentang Kontrak Berjangka dan Opsi yang menyempurnakan lingkup produk dan lingkup penyelenggara perdagangan Kontrak Derivatif Efek, relaksasi persyaratan underlying, serta relaksasi pengaturan persyaratan harga penawaran jual (uptick rule) bagi Liquidity Provider di pasar derivatif.
Substansi pengaturan POJK Kontrak Derivatif Efek yaitu sebagai berikut:
a. Perdagangan atas kontrak derivatif efek;
b. Tata cara persetujuan kontrak derivatif efek;
c. Peraturan Bursa Efek, PPA, dan LKP; dan
d. Transaksi kontrak derivatif efek oleh Anggota Bursa Efek atau Pengguna Jasa PPA.
7. POJK Nomor 33/POJK.04/2020 tentang Laporan Keuangan Produk Investasi Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
Peraturan ini diterbitkan dalam rangka meningkatkan kualitas transparansi, keterbukaan, keseragaman penyusunan, dan daya banding laporan keuangan produk investasi berbentuk kontrak investasi kolektif, untuk melindungi kepentingan investor dalam mendapatkan informasi yang memiliki kualitas andal dari laporan keuangan produk investasi berbentuk kontrak investasi kolektif serta jalan dengan program konvergensi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ke International Financial Reporting Standard (IFRS). Substansi pokok pengaturan yang tercantum, antara lain:
a. Produk Investasi KIK yang diatur;
b. Kewajiban Laporan Keuangan Produk Investasi KIK disusun berdasarkan SAK;
c. Dalam hal Produk Investasi KIK memiliki
Pengendalian atas entitas lain, Produk Investasi KIK wajib mengonsolidasikan laporan keuangan entitas lain tersebut.
d. Manajer Investasi dan Bank Kustodian bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan Produk Investasi KIK sesuai fungsinya masing-masing.
e. Produk Investasi KIK wajib melakukan penyusunan laporan keuangan berdasarkan pedoman perlakuan akuntansi Produk Investasi KIK yang ditetapkan OJK;
f. Dalam hal terdapat perlakuan akuntansi yang tidak diatur dalam pedoman perlakuan akuntansi Produk Investasi KIK, maka perlakuan akuntansi yang tidak diatur tersebut wajib mengikuti SAK; dan
g. Dalam hal terdapat perubahan pada SAK setelah berlakunya ketentuan yang ditetapkan oleh OJK,
maka perlakuan akuntansi Produk Investasi KIK wajib mengikuti ketentuan SAK terkini, sepanjang tidak dinyatakan lain oleh OJK.
8. POJK Nomor 35/POJK.04/2020 tentang Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Bisnis di Pasar Modal Peraturan ini diterbitkan sebagai revisi dan penyesuaian Peraturan Nomor VIII.C.3 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha di Pasar Modal, dilatarbelakangi oleh adanya perubahan dan penyesuaian terhadap ketentuan pedoman dan standar yang berlaku pada profesi keuangan termasuk profesi Penilai. Pengaturan pada POJK ini disusun dengan mempedomani regulasi profesi Penilai di Indonesia, Standar Penilaian Indonesia, serta standar akuntasi keuangan.
Selain penyesuaian substansi pengaturan, POJK ini juga merubah terminologi dan definisi sesuai perkembangan yang terjadi saat ini.
Ketentuan pokok perubahan POJK ini adalah:
a. Diskon pengendalian dan diskon likuiditas pasar (discount for lack of control / lack of marketability) Diskon pengendalian/likuiditas pasar tidak diterapkan untuk penilaian atas penyertaan saham minoritas untuk transaksi yang bertujuan agar perusahaan tidak lagi menjadi perusahaan terbuka.
b. Pendekatan penilaian (valuation approach/method) Dalam POJK ini menjelaskan:
Penilai Bisnis wajib menggunakan dua pendekatan dalam melakukan penilaian bisnis, kecuali untuk penilaian:
1) Non-operating holding company
2) Perusahaan yang hanya memiliki asset dan tidak beroperasi
9. POJK Nomor 37/POJK.04/2020 tentang Tata Cara Pengecualian Pemenuhan Prinsip Keterbukaan bagi Emiten atau Perusahaan Publik Yang Merupakan Lembaga Jasa Keuangan Dalam Rangka Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan.
POJK ini merupakan pelaksanaan atas ketentuan Pasal 23 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang. Adapun tujuan penerbitan POJK adalah untuk memberikan pengecualian bagi pelaksanaan Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang merupakan lembaga jasa keuangan dalam rangka pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan serta menciptakan stabilitas sistem keuangan.
POJK ini mengatur antara lain:
a. Penetapan pengecualian pemenuhan Prinsip Keterbukaan bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang merupakan Lembaga Jasa Keuangan yang memiliki izin dari OJK untuk menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat.
b. Penetapan pengecualian pemenuhan Prinsip Keterbukaan dapat dilakukan berdasarkan:
1) Penelaahan oleh OJK terhadap Emiten atau Perusahaan Publik yang merupakan Lembaga Jasa Keuangan tertentu; dan
2) Permohonan yang diajukan oleh Pemohon kepada OJK.
10. Hasil Konversi Peraturan Bapepam dan Peraturan Bapepam-LK
a. POJK Nomor 21/POJK.04/2020 tentang Tata Cara Penyusunan Serta Pengajuan Rencana Anggaran dan Penggunaan Laba Bursa Efek;
b. POJK Nomor 22/POJK.04/2020 tentang Tata Cara Penyusunan serta Pengajuan Rencana Anggaran dan Penggunaan Laba Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian;
c. POJK Nomor 23/POJK.04/2020 tentang Tata Cara Penyusunan Serta Pengajuan Rencana Anggaran dan Penggunaan Laba Lembaga Kliring dan Penjaminan;
d. POJK Nomor 24/POJK.04/2020 tentang Pedoman Penyusunan Surat Pernyataan Manajemen dalam Bidang Akuntansi;
e. POJK Nomor 25/POJK.04/2020 tentang Pedoman Bentuk dan Isi Prospektus dalam Rangka Penawaran Umum Reksa Dana;
f. POJK Nomor 26/POJK.04/2020 tentang Penawaran Yang Bukan Merupakan Penawaran Umum; dan g. POJK Nomor 27/POJK.04/2020 tentang Saham
Bonus.
2.1.3 Pengaturan IKNB
Pada tahun 2020, OJK merencanakan penyusunan 43 peraturan peraturan di bidang IKNB, dengan 30 di antaranya merupakan peraturan yang termasuk Program Legislasi (Proleg) OJK tahun 2020. Pada triwulan II-2020 OJK menerbitkan tujuh POJK dan empat SEOJK, dengan rincian sebagai berikut:
1. POJK Nomor 30/POJK.05/2020 tentang Perubahan Kedua Atas POJK Nomor 11/POJK.05/2014 tentang Pemeriksaan Langsung Lembaga Jasa Keuangan Non Bank
Peraturan ini mengatur mengenai pemeriksaan langsung bagi LJKNB seperti penambahan objek pemeriksaan langsung LJKNB, yaitu perusahaan modal ventura, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, financial technology, perusahaan pembiayaan infrastruktur, PT.
Permodalan Nasional Madani, dan pergadaian, yang
sebelumnya diatur dalam ketentuan pemeriksaan di masing-masing LJKNB dimaksud. Selain itu, diatur pula mengenai frekuensi pemeriksaan langsung secara berkala, penghapusan laporan hasil pemeriksaan langsung sementara, dan pengaturan mengenai pelaksanaan konfirmasi kepada pihak LJKNB dan/
atau pihak terkait, pelaksanaan pre-exit meeting, dan pelaksanaan exit meeting.
2. POJK Nomor 38/POJK.05/2020 tentang Perubahan Atas POJK Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah
Peraturan ini mengatur ketentuan penempatan data bagi Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah untuk dapat dilakukan di luar wilayah Indonesia dengan memenuhi persyaratan tertentu.
3. POJK Nomor 39/POJK.05/2020 tentang Perubahan Kedua Atas POJK Nomor 14/POJK.05/2015 tentang Retensi Sendiri dan Dukungan Reasuransi dalam Negeri
Peraturan ini mengatur mengenai tahapan tidak berlakunya kewajiban persentase dukungan reasuransi dari reasuradur dalam negeri untuk pertanggungan yang memiliki risiko sederhana, tahapan tidak berlakunya kewajiban mengikuti besar minimum penempatan dukungan reasuransi otomatis dan dukungan reasuransi fakultatif untuk pertanggungan yang memiliki risiko non sederhana secara prioritas kepada reasuradur dalam negeri.
Tahapan tidak berlakunya ketentuan di atas hanya dapat dilakukan apabila negara mitra yang menyelenggarakan dukungan reasuransi telah memiliki perjanjian bilateral dengan Indonesia.
4. POJK Nomor 40/POJK.05/2020 tentang Perintah Tertulis Untuk Penanganan Permasalahan LJKNB Peraturan ini diterbitkan sebagai bentuk amanat dari ketentuan Pasal 23 ayat (2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan yang telah ditetapkan menjadi Undang- Undang melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020. Adapun ketentuan yang diatur dalam POJK ini yaitu kewenangan OJK untuk memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan Non Bank untuk melakukan/menerima penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan/atau integrasi, beserta tindak lanjut dan tata caranya.
5. POJK 14/POJK.05/2020 tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019 bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank
Perkembangan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) secara global telah berdampak secara langsung ataupun tidak langsung terhadap kinerja dan kapasitas operasional konsumen dan lembaga jasa keuangan non bank yang berpotensi mengganggu kinerja lembaga jasa keuangan non bank dan stabilitas sistem keuangan sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, untuk mendorong optimalisasi kinerja lembaga jasa keuangan non bank, menjaga stabilitas sistem keuangan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi, perlu diambil kebijakan countercyclical dampak penyebaran COVID-19 dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
6. POJK 28/POJK.05/2020 tentang Tingkat Kesehatan Lembaga Jasa Keuangan Nonbank
Tingkat Kesehatan LJKNB yang merupakan cerminan dari kondisi dan kinerja LJKNB merupakan sarana bagi Otoritas Jasa Keuangan dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap LJKNB tersebut. Perkembangan industri LJKNB saat ini semakin kompleks dan bersifat dinamis. Hal tersebut berpengaruh pada risiko yang dihadapi oleh LJKNB sehingga diperlukan metodologi penilaian Tingkat Kesehatan LJKNB yang dapat mencerminkan kondisi LJKNB saat ini dan pada waktu yang akan datang, sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja industri LJKNB dengan penilaian yang komprehensif dan terstruktur terhadap hasil integrasi profil risiko serta kinerja yang meliputi tata kelola perusahaan yang baik, rentabilitas, kemampuan permodalan, dan/atau pendanaan.
7. POJK 29/POJK.05/2020 tentang Perubahan Atas POJK Nomor 30/POJK.05/2014 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Latar belakang dan tujuan penyusunan POJK Tata Kelola Perusahaan Pembiayaan adalah untuk meningkatkan kualitas pengelolaan tata kelola perusahaan pembiayaan dan mengoptimalkan
pengawasan perusahaan pembiayaan oleh OJK. Adapun pokok-pokok perubahan dalam POJK Tata Kelola Perusahaan Pembiayaan, antara lain terkait perubahan definisi perusahaan pembiayaan, unit usaha syariah, tata kelola perusahaan yang baik, debitur, afiliasi, dewan pengawas syariah, komisaris independen, afiliasi, dan benturan kepentingan; penambahan tujuan dari penerapan tata kelola, salah satunya untuk memenuhi prinsip perlindungan konsumen; penambahan ketentuan mengenai kewenangan OJK; penambahan ketentuan mengenai jangka waktu cooling-off enam bulan bagi anggota dewan komisaris yang akan