Aplikasi Portal Perlindungan Konsumen
Tahap 1 Internal Dispute Resolution Tahap 2 - External Dispute Resolution
OJK memiliki fasilitas penanganan pengaduan konsumen berupa website https://konsumen.ojk.go.id yang telah menerapkan konsep traceable dan trackable, serta dapat diakses baik oleh konsumen maupun LJK. Dalam rangka mengembangkan layanan tersebut, OJK tengah mempersiapkan layanan konsumen terintegrasi di sektor jasa keuangan berupa sistem yang disebut dengan Aplikasi Portal Pelindungan Konsumen (APPK). Sistem ini dikembangkan untuk mengoptimalkan pelaksanaan penanganan pengaduan dan penyelesaian sengketa di Sektor Jasa Keuangan. Melalui APPK yang akan efektif digunakan pada 1 Januari 2021 ini, pihak yang terlibat akan mendapatkan manfaat, baik untuk konsumen, PUJK, LAPS dan OJK sebagai regulator.
Dengan sistem APPK, konsumen akan dipermudah dalam menyampaikan pengaduannya ke PUJK. Konsumen dapat menyampaikan pengaduan secara online dan kemudian memantau proses penanganannya juga secara online.
Kemudian PUJK akan mendapatkan notifikasi atau alert dari sistem jika ada pengaduan konsumennya yang
d. Penyerahan berkas perkara dan tersangka ke Kejaksaan Negeri di luar kota tertunda karena pemberlakuan PSBB;
e. Tertundanya proses pemeriksaan akibat terduga/
tersangka yang berstatus positif COVID-19.
Sebagai tindak lanjut atas kondisi tersebut, OJK melakukan penyesuaian strategi penyidikan yaitu dengan menujukan fokus penanganan pada perkara strategis dan besar yang memerlukan sumber daya lebih besar dan menyesuaikan capaian pelaksanaan tugas atas dampak COVID-19.
2.7.4 Satuan Tugas Penanganan Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang Penghimpunan Dana Masyarakat dan Pengelolaan Investasi (Satgas Waspada Investasi)
Di tengah maraknya penawaran kepada masyarakat untuk menempatkan dananya pada produk investasi yang semakin bervariasi jenis, bentuk, serta sasarannya, beberapa investasi yang ditawarkan tidak sesuai atau tidak memiliki legalitas sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Untuk menjaga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap industri jasa keuangan, diperlukan pengawasan terhadap penawaran penghimpunan dana dan pengelolaan investasi sehingga dapat menghasilkan deteksi dini terhadap kegiatan investasi yang merugikan masyarakat.
Dalam rangka upaya pencegahan terhadap kegiatan penawaran investasi yang diduga ilegal, Satgas Waspada Investasi memiliki program kerja melakukan kegiatan sosialisasi, edukasi kepada masyarakat dan pembekalan Tim Satgas Waspada Investasi Daerah (SWID) di KR/KOJK.
Kegiatan sosialisasi dan edukasi dilaksanakan di beberapa wilayah dengan skala prioritas terhadap daerah yang banyak beroperasinya penawaran kegiatan investasi yang diduga ilegal. Peserta kegiatan sosialisasi dan edukasi di masing-masing wilayah berasal dari segenap unsur masyarakat antara lain adalah tokoh masyarakat, tokoh agama, akademisi, TNI. Dengan narasumber dari OJK, Bareskrim Polri, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Koperasi dan UMKM.
Pada triwulan II-2020, Satgas Waspada Investasi mengadakan kegiatan sosialisasi dan edukasi waspada investasi secara daring kepada masyarakat Kupang dan Kendari. Adapun total peserta sosialisasi tersebut mencapai total 305 orang dengan nilai pemahaman di atas 90%.
Strategi lain OJK dalam mengedukasi masyarakat adalah melalui pelayanan masyarakat “Warung Waspada Investasi” di Kedai Kopi The Gade Coffee & Gold-Jakarta.
Pada wadah ini, masyarakat dapat memperoleh sosialisasi, edukasi, konsultasi, dan menyampaikan pengaduan mengenai berbagai persoalan terkait investasi, fintech lending, dan gadai swasta ilegal. Namun demikian sejak World Health Organization (WHO) mengumumkan COVID-19 sebagai pandemi global, kegiatan tatap muka dalam Warung Waspada Investasi dihentikan hingga keadaan memungkinkan.
Sosialisasi Waspada Investasi juga masih dilakukan melalui media Media Luar Ruang atau videotron dengan menampilkan video edukasi milik Dinas Kominfo Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Videotron saat ini masih ditayangkan di lima lokasi, yaitu dua lokasi di Taman Ismail Marzuki serta masing-masing satu lokasi di Jalan Hang Lekir, Kantor Badan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi DKI Jakarta, dan MalI Kelapa Gading.
2.7.5 Penanganan Perkara Investasi oleh Satgas Waspada Investasi
Pada periode triwulan II-2020, OJK dan Satgas Waspada Investasi menghentikan kegiatan usaha sebanyak 18 Entitas investasi ilegal dan 81 Entitas fintech peer to peer lending tanpa izin OJK, sehingga sampai dengan triwulan II-2020, secara total OJK melalui Satgas Waspada Investasi telah menghentikan entitas illegal sebagaimana berikut:
Sebagai tindak lanjut atas penghentian entitas ilegal oleh Satgas Waspada Investasi dilakukan pemeriksaan bersama Kementerian dan/atau Lembaga yang berwenang, penyampaian laporan informasi kepada Bareskrim Polri, dan/atau pemblokiran situs atau aplikasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dan Google LLC.
Informasi detail terkait entitas investasi ilegal yang dihentikan kegiatan usahanya dapat diakses melalui website OJK www.ojk.go.id/waspada-investasi/
dan www.sikapiuanmu.ojk.go.id. Masyarakat dapat menghubungi Kontak OJK 157 atau email konsumen@
ojk.go.id dan [email protected] untuk menanyakan informasi mengenai perusahaan ataupun entitas investasi yang telah memiliki izin.
Grafik II - 53 Penghentian Entitas Ilegal oleh Satgas Waspada Investasi - Triwulan I-2020 s.d. Triwulan II-2020
Fintech P2P Lending Ilegal
589
total
Gadai Ilegal
25
total
Investasi Ilegal
61
total
2.8 Penanganan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
2.8.1 Mutual Evaluation Review (MER) FATF 2019- 2020
Mutual Evaluation Review (MER) Indonesia oleh Financial Action Task Force (FATF) menilai kepatuhan rezim Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) di Indonesia terhadap seluruh Rekomendasi FATF. Hasil MER Indonesia oleh FATF yang baik akan menjadikan Indonesia sebagai anggota penuh FATF dan Indonesia akan mendapat pengakuan integritas sektor jasa keuangan di dunia internasional. Keberhasilan MER Indonesia membuktikan kepada dunia internasional akan stabilitas dan integritas sistem keuangan dan perdagangan Indonesia, meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi, dan kesejajaran Indonesia dengan negara-negara maju. Namun, apabila hasil MER Indonesia oleh FATF dinilai buruk, Indonesia akan dikategorikan menjadi negara berisiko tinggi di bidang Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.
Sektor jasa keuangan memiliki peran penting dan signifikan dalam pelaksanaan MER. Pada penilaian kepatuhan teknis atau Technical Compliance (TC), OJK sebagai Lembaga Pengawas dan Pengatur (LPP) di Sektor Jasa Keuangan, turut bertanggung jawab atas penilaian kepatuhan pada 23 dari 40 Rekomendasi FATF. Selain itu, dalam penilaian efektivitas implementasi (Immediate Outcome/IO), OJK bersama Penyedia Jasa Keuangan dan asosiasi sektor jasa keuangan turut bertanggung jawab atas penilaian 8 dari 11 Immediate Outcomes.
Di tengah penundaan agenda on-site visit Mutual Evaluation Review (MER) Indonesia oleh FATF akibat kondisi pandemi COVID-19 yang awalnya direncanakan pada 4-20 Maret 2020 menjadi November 2020, OJK bersama dengan Penyedia Jasa Keuangan dan asosiasi sektor jasa keuangan terus melakukan upaya persiapan dan penguatan penerapan program APU PPT. Pada 6 April 2020, OJK telah menyampaikan tanggapan OJK atas 2nd Draft Technical Compliance Annex dan dokumen OJK atas Additional Information Required by the Assessors kepada PPATK, selaku koordinator nasional MER.
Penyampaian tanggapan yang tepat, lugas, dan rasional menjadi penting sebagai pertimbangan assessor dalam menyesuaikan report penilaian technical compliance.
Upaya persiapan MER yang dilakukan oleh OJK saat ini juga meliputi updating data statistik, updating dokumen pendukung, dan penerjemahan dokumen pendukung yang dibutuhkan untuk kesuksesan MER Indonesia oleh FATF. Salah satu dokumen pendukung utama yang telah diselesaikan adalah Laporan Kompilasi dan Analisis Hasil Pengawasan Penerapan Program APU PPT Tahun 2019. Seluruh data dan informasi yang terangkum di dalam laporan ini menjadi bahan penting dan pendukung utama dalam pelaksanaan MER FATF, khususnya penilaian Immediate Outcome 3 yang menilai efektivitas OJK selaku Lembaga Pengawas dan Pengatur dalam melakukan pengawasan penerapan program APU PPT di sektor jasa keuangan.
Selanjutnya, OJK berupaya untuk menindaklanjuti respon FATF atas kondisi pandemi COVID-19. FATF telah mengeluarkan tanggapan yang tertuang dalam dokumen Statement by FATF President on COVID-19 and Measures to Combat Illicit Financing tanggal 1 April 2020 dan FATF Paper on COVID-19 Related Money Laundering/
Terrorism Financing Risks and Policy Responses bulan Mei 2020. Dari kedua dokumen tersebut, secara garis besar FATF menyampaikan tanggapan sebagai berikut:
a. FATF melihat bahwa peningkatan kejahatan terkait dengan COVID-19, seperti penipuan, cybercrime, penyalahgunaan dana pemerintah atau international financial assistance, menciptakan sumber baru hasil kejahatan bagi para pelaku kejahatan. Pandemi COVID-19 juga berdampak pada kemampuan pemerintah maupun sektor swasta dalam
mengimplementasikan program APU-PPT. Ancaman dan kerentanan tersebut dapat meningkatkan risiko tindak pidana pencucian uang dan pendanaan
terorisme (TPPU/TPPT), seperti upaya pelaku kejahatan untuk memotong proses Customer Due Diligence (CDD) karena remote working situation, peningkatan penyalahgunaan layanan keuangan secara online, peningkatan penggunanaan layanan dari unregulated financial sector, dan penyalahgunaan dana bantuan.
b. FATF menyampaikan bahwa respon kebijakan APU PPT sangat diperlukan dalam rangka mendukung langkah-langkah untuk merespon peningkatan
Optimalisasi Pemanfaatan Sarana elektronik dalam Komunikasi dan Koordinasi
Di tengah kebijakan work from home dan social distancing sebagai respon atas pandemi COVID-19, OJK tetap memberikan layanan komunikasi (contact point) dan penyampaian informasi terkait penerapan APU PPT kepada PJK di sektor jasa keuangan dengan mengoptimalkan sarana elektronik melalui e-mail [email protected] dan minisite APU PPT OJK.
Peningkatan Penerapan Risk-Based Approach (RBA) di Sektor Jasa Keuangan
OJK mendorong industri untuk menerapkan RBA secara penuh sesuai ketentuan APU PPT, antara lain:
• Dimungkinkannya penerapan CDD sederhana dalam hal risiko TPPU/ TPPT dinilai rendah;
• Dimungkinkannya penerapan penundaan penyelesaian verifikasi;
• Dimungkinkannya penerapan proses verifikasi secara non face-to-face dengan menggunakan sarana elektronik dan dengan memanfaatkan data kependudukan yang memenuhi dua faktor otentikasi.
Penerapan Pengawasan APUPPT Berbasis Risiko
OJK tetap melanjutkan penerapan pengawasan APU PPT berbasis risiko di sektor jasa keuangan secara konsisten. Lebih khusus, Pengawas Bank Umum telah memiliki Protokol Pengawasan Bank dalam rangka Pencegahan dan Penanganan Penyebaran COVID-19.
Penggunaan Digital ID dalam Proses CDD
OJK mendorong optimalisasi penggunaan responsible digital identity dan implementasi verifikasi secara non-face-to-face, dan berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) terkait akses bagi PJK untuk memanfaatkan data kependudukan dalam proses CDD.
Tabel II - 34 Tindak Lanjut Respon Kondisi Pandemi COVID-19 terkait APU PPT
pegawai, dan juga program pelatihan lanjutan yang mengangkat topik atau current issues tertentu. Pada triwulan II-2020, OJK telah memberikan kesempatan kepada pengawas di sektor Perbankan dan Pasar Modal, sektor yang dinilai berisiko tinggi dijadikan media pelaku kejahatan untuk melakukan pencucian uang berdasarkan National Risk Assessment, untuk mengikuti program sertifikasi Certified Anti Money Laundering Specialist (CAMS). Sertifikasi CAMS merupakan standar sertifikasi bidang APU PPT yang diakui secara internasional. Melalui sertifikasi CAMS diharapkan dapat meningkatkan kualifikasi dan expertise pengawas OJK dan juga dapat mendukung proses MER yang menentukan keanggotaan Indonesia pada FATF.
Pengembangan kapasitas sumber daya manusia juga dilakukan untuk pelaku industri jasa keuangan. OJK secara mandiri maupun bekerjasama dengan asosiasi- asosiasi sektor jasa keuangan menyelenggarakan pelatihan topik APU PPT. Selama triwulan II-2020, OJK secara aktif berkoordinasi dan mempersiapkan pelaksanaan workshop pendampingan penerapan program APU PPT berbasis risiko bagi PJK di sektor Pasar Modal dan Industri Keuangan Non-Bank. Persiapan dilakukan secara matang untuk tetap dapat memberikan output yang maksimal mengingat workshop
pendampingan kali ini akan diselenggarakan secara virtual sesuai dengan kebijakan pembatasan sosial berskala besar di tengah kondisi pandemi COVID-19.
2.8.3 Koordinasi Kelembagaan
Koordinasi kelembagaan merupakan bagian penting dalam penguatan rezim APU PPT di Indonesia. Dalam rezim APU PPT nasional telah dibentuk Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Komite TPPU) yang diketuai oleh Menkopolhukam dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia, dengan Ketua Dewan Komisioner OJK menjadi salah satu anggota Komite TPPU.
Koordinasi kelembagaan dalam rezim APU PPT di Indonesia dilakukan baik dalam ruang lingkup Komite TPPU maupun dalam lingkup koordinasi bilateral antar lembaga, untuk membahas isu-isu terkait penerapan program APU PPT di sektor jasa keuangan guna mendukung penguatan upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme di rezim APU PPT Indonesia. Selama periode triwulan II-2020, koordinasi kelembagaan terkait APU PPT telah dilakukan OJK dengan Kementerian/Lembaga terkait meliputi Kementerian Hukum dan HAM RI, PPATK, Komisi Pemilihan Umum, Kustodian Sentral Efek Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi, Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Badan Pusat Statistik, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan USAID CEGAH.
kejahatan terkait COVID-19 dapat berjalan dengan efektif, yang mencakup antara lain: koordinasi domestik untuk menilai dampak COVID-19 terhadap risiko TPPU/TPPT, penguatan komunikasi dengan sektor swasta, mendorong implementasi proses CDD berbasis risiko secara penuh, dan dukungan terhadap opsi electronic/digital payments.
Menindaklanjuti tanggapan FATF di atas, OJK melakukan koordinasi internal melibatkan satuan kerja pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan dan koordinasi eksternal dengan PPATK yang berhasil menyimpulkan komitmen bahwa kondisi pandemi COVID-19 tidak melemahkan penerapan program APU PPT di sektor jasa keuangan. Secara khusus, OJK perlu melanjutkan implementasi pengawasan APU PPT berbasis risiko. Sejalan dengan tanggapan FATF, OJK telah melakukan berbagai langkah terkait APU PPT untuk merespon kondisi pandemi COVID-19 yaitu:
2.8.2 Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia
Pengembangan kapasitas sumber daya manusia, baik bagi pengawas APU PPT di internal OJK maupun bagi para pelaku industri jasa keuangan, merupakan hal penting untuk penguatan dan peningkatan kualitas penerapan program APU PPT di sektor jasa keuangan.
Dari sisi internal OJK, program peningkatan dan pengembangan kapasitas dilakukan melalui program sertifikasi level 1 yang diberikan kepada seluruh
2.9 Hubungan Kelembagaan
Dalam rangka menguatkan peran OJK dalam fungsi pengaturan, pengawasan dan perlindungan konsumen sektor jasa keuangan, OJK memelihara hubungan kerja sama dengan instansi terkait baik dalam lingkup domestik dan internasional.
Tabel II - 35 Kerja Sama Domestik
No. Ringkasan Kerjasama
1. Sharing dan diskusi bersama pengamat ekonomi terkait perkembangan terkini sektor jasa keuangan dan berbagai kebijakan relaksasi yang diterbitkan OJK.
2. Sharing informasi dengan Tim Posko Pengaduan Daring COVID-19 Ombudsman RI mengenai Kebijakan Stimulus yang Dikeluarkan OJK 3. Kegiatan Webinar dengan tema OJK menjaga Industri Jasa Keuangan di Masa Pandemi COVID-19
4. Diskusi bersama Banker Association For Risk Management (BARA) Mengenai Kondisi Likuiditas Perbankan Saat Ini dan Peran Intermediasi Untuk Menggerakan Roda Perekonomian Dari Aspek Manajemen Resiko
5. Sharing dan diskusi bersama pengamat ekonomi terkait perkembangan terkini sektor jasa keuangan dan berbagai kebijakan relaksasi yang diterbitkan OJK.
6. Focus Group Discussion OJK dengan Redaktur dan Pengamat Sektor Keuangan dalam Rangka Penggalian Isu Strategis Kebijakan OJK 7. Sosialisasi Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional dengan Perbankan
8. Sosialisasi Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional dengan Perusahaan Pembiayaan
9. Sharing dan Diskusi bersama Pelaku Usaha dalam tema menggerakan sektor riil dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional.
10. Kegiatan Sosialisasi Implementasi Skema Subsidi Bunga Bagi Kredit UMKM Produktif Dalam Rangka Program Pemulihan Ekonomi Nasional
Selain kegiatan tersebut, sepanjang periode triwulan II-2020, OJK juga bekerja sama dengan Komisi XI DPR RI telah melakukan penyuluhan secara door to door kepada masyarakat di berbagai daerah sebanyak 113 kegiatan.
Tema penyuluhan yang telah diselenggarakan antara lain, meliputi:
a. Kebijakan Stimulus OJK Kepada Masyarakat Terdampak COVID-19;
b. Edukasi dan Pemanfaatan Produk Industri Jasa Keuangan;
c. Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan;
d. Peran OJK Dalam Pengaturan dan Pengawasan Perbankan, PM dan IKNB;
e. Restrukturisasi Kredit;
f. Peran OJK Dalam Menjaga Stabilitas Pasar Keuangan dan Fundamental Ekonomi Sektor Riil di Tengah Wabah COVID-19;
g. Kebijakan OJK Dalam Penanganan COVID-19;
h. Peran OJK Bersama Pemerintah dan Elemen
Masyarakat Menghadapi Dampak Pandemi COVID-19 Dalam Perekonomian Rumah Tangga;
i. Cara Bijak Menggunakan Pinjaman Online dan Waspada Investasi Illegal Secara Door-to-Door;
j. Waspada Penawaran Fintech Lending dan Penawaran Investasi Tanpa Izin di Masa Pandemi COVID-19.
Selain itu, OJK mengadakan Focus Group Discussion (FGD) mengundang seluruh Anggota Komisi XI DPR
RI yang dilaksanakan secara virtual dengan agenda pembahasan “Perkembangan Pelaksanaan Pemulihan Ekonomi Nasional dan Laporan Anggaran OJK”. Selain FGD, OJK bersama Komisi XI DPR RI juga melaksanakan Rapat Kerja Virtual sebanyak delapan kegiatan dengan tema antara lain:
a. Update Kondisi Industri Jasa Keuangan di Tengah Wabah COVID-19;
b. Perkembangan Kondisi Perekonomian Nasional di Tengah Pandemi COVID-19;
c. Realokasi dan Refocusing APBN 2020 dan Perubahan- Perubahan Asumsi Makro;
d. PEN dan Prakiraan Kebutuhan Pembiayaan.
OJK juga mengikuti Rapat Kerja Virtual bersama Komite IV DPD RI dengan tema “Implementasi Atas Peraturan OJK” dan Komisi III DPR RI yang membahas mengenai Asuransi Jiwasraya. Selain itu, OJK diundang untuk menghadiri Rapat Kerja Gabungan yang membahas mengenai upaya penyelamatan perbankan di masa pandemi COVID-19.
2.9.2 Kerja Sama Internasional
A. Kerja Sama Hubungan Bilateral dan Regional OJK terus memperkuat hubungan dan kerjasama dengan berbagai mitra internasional (counterparts), 2.9.1 Kerja Sama Domestik
Pada periode triwulan II-2020, OJK bekerjasama dengan Ombudsman, Asosiasi, serta pengamat ekonomi menyelenggarakan beberapa kegiatan sebagai berikut:
yang dilakukan secara bilateral maupun unilateral di regional. Secara umum, OJK aktif dalam perundingan perjanjian perdagangan internasional (PPI) terkait sektor jasa keuangan (SJK) serta kerja sama kelembagaan dengan otoritas pengawas negara lain dan lembaga internasional.
Terkait perundingan PPI, OJK memperkuat posisi sektor jasa keuangan untuk dapat diterima menjadi posisi Indonesia dan dapat diterima pula oleh counterparts.
Sementara itu terkait dengan kerjasama kelembagaan, OJK melakukan pembahasan perjanjian kerja sama baik dengan otoritas pengawas negara lain dan lembaga internasional, serta melakukan implementasi kerja sama kelembagaan yang telah disepakati.
1. Perundingan Perjanjian Perdagangan Internasional (Perundingan PPI)
a. Penguatan peran dan posisi OJK dalam Perundingan PPI
• Indonesia – European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) OJK berpartisipasi secara aktif dalam Working Group on Trade in Services pada pertemuan intersesi IEU-CEPA diadakan pada bulan Juni 2020. Teks Financial Services (FS) telah selesai secara substantif. Pada perundingan berikutnya akan dibahas mengenai proposal Uni Eropa untuk menambahkan artikel “Regulatory Dialogue in the Area of Financial Services” dalam teks FS IEU-CEPA.
Diskusi mengenai teks Digital Trade/Electronic Commerce dan Schedule of Specific Commitments (SoCs) sektor jasa keuangan akan dilanjutkan pada perundingan putaran selanjutnya.
• WTO Trade Policy Review (TPR) Indonesia Ketujuh OJK melanjutkan koordinasi dengan Kementerian Perdagangan RI selaku koordinator penyusunan Government Report dan Secretariat Report WTO TPR Indonesia. Koordinasi antar Kementerian/
Lembaga terkait akan terus dilaksanakan hingga pelaksanaan sidang TPR (tujuh tahun sekali) Indonesia ketujuh pada tanggal 2-4 November 2020 di kantor WTO, Jenewa, menyesuaikan dengan perkembangan kondisi global terkait COVID-19.
b. Perkembangan Terkini Perundingan PPI
• Sehubungan dengan pandemi COVID-19, terdapat penundaan beberapa agenda perundingan PPI baik bilateral/regional/multilateral yang saat ini sedang berlangsung seperti Amendment of the General Review of Indonesia-Japan EPA (IJEPA), Working Committee on Financial Services Liberalisation (WC- FSL), dan Bilateral Negotiation on ASEAN Banking Integration Framework /ABIF (OJK dan Bank of Thailand).
• Proses perundingan PPI tersebut tetap dilanjutkan melalui daring, yang didasarkan pada kesepakatan dengan mitra dagang.
2. Kerja Sama Kelembagaan
a. Perjanjian Kerja Sama dengan Otoritas Pengawas Lembaga Jasa Keuangan Asing dan Lembaga Internasional.
• Negosiasi Perjanjian:
OJK tengah melakukan beberapa negosiasi perjanjian kerja sama dengan beberapa otoritas antara lain dengan:
i. MoU dengan Banco Sentral ng Pilipinas (BSP) dalam rangka Consultation, Cooperation, and Exchange of Information, dengan ruang lingkup mencakup capacity building dan pertukaran informasi terkait licensing and authorization serta terdapat klausul penjajakan MoU terkait pengawasan lintas batas;
ii. Exchange of Letter Exchange of Letter (EoL) - Cooperation for Innovation in the Financial Sector (Fintech) dengan Japan Financial Services Agency (Japan FSA) dalam rangka kerjasama bidang teknologi finansial yaitu menyepakati ruang lingkup dari Exchange of Letter antara lain mekanisme rujukan institusi fintech antara kedua negara, potensi proyek inovasi bersama, dan pertukaran informasi; serta
iii. MoU Ammendement dengan United Nations Development Programme (UNDP) dalam rangka pengembangan keuangan berkelanjutan serta inklusi dan literasi keuangan dan penerapan sustainable development goals di Indonesia.
• Implementasi Kerja Sama:
OJK melakukan pertukaran informasi dengan otoritas mitra terkait penerapan IFRS 9 dan IFRS 13. OJK melakukan koordinasi dengan otoritas asing di tingkat regional dan melakukan pertukaran informasi terkait implementasi IFRS 9 dan IFRS 13 principles di sektor jasa keuangan terkait dampak pandemi COVID-19.
b. Dukungan Terhadap Perjanjian Pemerintah RI dengan Lembaga Internasional (OJK sebagai Implementing Agency)
• Promoting Innovative Financial Inclusion Program (ADB-PIFIP)
Pemerintah RI berencana melakukan beberapa reformasi untuk mempromosikan inklusi di sektor jasa keuangan dalam rangka mendukung pemerataan akses keuangan di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Kementerian terkait lainnya berpartisipasi sebagai implementing agency.
• Indonesia First Financial Sector Reform Development Policy Financing: COVID-19 Supplemental Financing
Indonesia First Financial Sector Reform Development Policy Financing: COVID-19 Supplemental Financing dari International Bank for Reconstruction and Development (IBRD, World Bank Group) telah diberikan kepada Pemerintah RI merujuk pada area policy reform yang sudah