Dalam rangka mendorong upaya perluasan akses keuangan di daerah, telah dibentuk Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD). Pembentukan TPAKD merupakan tindak lanjut dari Radiogram Menteri Dalam Negeri No.T-900/634/Keuda tanggal 19 Februari 2016 kepada Kepala Daerah dalam hal ini Gubernur, Bupati dan Walikota untuk membentuk TPAKD di provinsi/
kabupaten/kota, dan Memorendum dari Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan No. MO-1/D.01/2016 tanggal 15 Maret 2016 kepada seluruh Kepala OJK Regional/Kepala OJK Provinsi/Kepala OJK. TPAKD memiliki peran penting dalam upaya mendorong percepatan akses keuangan, mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Berbagai program TPAKD dibuat dan dijalankan agar dapat memberikan outcomes bagi masyarakat dan mendukung visi dan misi pemerintah daerah terutama dalam mengembangkan potensi unggulan dan sektor pembangunan prioritas di daerah.
Salah satu upaya yang dilakukan TPAKD tahun 2019 adalah pelaksanaan business matching. Business matching adalah upaya fasilitasi dari TPAKD untuk mempertemukan kebutuhan masyarakat akan produk keuangan—baik kredit/pembiayaan, asuransi, tabungan, dan investasi—dengan industri jasa keuangan. Selain itu, program kerja TPAKD juga dapat mendukung program pemerintah pusat, seperti program Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Ultra Mikro (UMi), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan lainnya.
Program-program TPAKD yang dilaksanakan pada 2019 dirangkum dalam laporan implementasi program kerja TPAKD. Laporan ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif acuan atau sarana pertukaran informasi dalam rangka penerapan program kerja TPAKD di daerah yang disesuaikan dengan kebutuhan di wilayah masing-masing. Selain itu, buku ini juga mencakup
arah pengembangan TPAKD tahun 2020, serta telah ditetapkan pula program tematik TPAKD tahun 2020 yaitu Business Matching TPAKD dan Kredit/Pembiayaan Melawan Rentenir. Dengan program tematik tersebut, diharapkan keberadaan serta peran TPAKD di daerah dapat lebih dirasakan oleh masyarakat.
Buku laporan implementasi program TPAKD 2019 dan arah pengembangan 2020 ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi seluruh pemangku kepentingan di daerah, mulai dari Pemerintah Daerah, regulator keuangan, industri keuangan, dan instansi terkait lainnya di daerah dalam menggali terobosan guna memperluas akses keuangan untuk mendukung kegiatan ekonomi yang lebih produktif dan merata.
Database Nasional Materi Literasi Keuangan yang akan dibangun adalah suatu pusat data yang menyediakan berbagai materi literasi dan edukasi keuangan, baik dari OJK maupun masyarakat.
Database ini akan menjadi bagian dari Aplikasi OPIK (Minisite) Sikapiuangmu. Sedangkan Data Literasi dan Inklusi Keuangan (Data-Link) merupakan pusat data yang dibangun oleh OJK khususnya bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen sebagai media penyampaian informasi terkait data indeks literasi dan inklusi keuangan hasil SNLIK tahun 2013, 2016 dan 2019 serta kegiatan literasi dan inklusi keuangan yang disampaikan melalui Sistem Informasi Pelaporan Edukasi dan Perlindungan Konsumen (SiPEDULI).
Kedua database ini akan menjadi bagian dari Minisite Sikapiuangmu.
C. Edukasi Keuangan Masif 1. Edukasi Keuangan Komunitas
Dalam rangka memaksimalkan pencapaian target indeks literasi dan inklusi keuangan, OJK melakukan sosialisasi dan edukasi dengan tema keuangan kepada komunitas sesuai dengan sasaran prioritas pada arahan Revisit SNLKI Tahun 2017. Pada triwulan II-2020 OJK menyelenggarakan kegiatan edukasi keuangan berbasis digital/online (webinar) kepada sejumlah komunitas sebagai berikut:
a. Edukasi Keuangan Virtual bagi Civitas Akademika Universitas Atma Jaya Yogyakarta
b. Webinar Edukasi Keuangan Syariah Bagi Mahasiswa Universitas Majalengka
c. Webinar Edukasi Keuangan Syariah Bagi Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon
d. Webinar Edukasi Keuangan Syariah bagi Santri Pondok Pesantren Al-Hidayah, Jambi
e. Edukasi Keuangan Virtual bagi pelaku UMKM di wilayah Samarinda
f. Webinar Edukasi Keuangan Bagi Mahasiswa Se Kota Ambon
g. Kegiatan Edukasi Keuangan Digital Bagi Petani, Penyuluh Pertanian dan ASN di Lingkungan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kab. Bogor Jawa Barat
h. Kegiatan Edukasi Keuangan bagi Mahasiswa dan Civitas Akademika Universitas Palangka Raya i. Edukasi Keuangan Virtual bagi pemuda dan pelajar
(milenial)
j. Webinar Edukasi Keuangan bagi Masyarakat Umum di Jambi
Cakupan materi yang diberikan kepada peserta meliputi:
a. Pengenalan OJK, Perlindungan Konsumen dan Waspada Investasi
b. Prospek Berkarir di Dunia Perbankan bagi Millenials c. Perencanaan Keuangan
d. Pengenalan Financial Technology Syariah e. Perencanaan keuangan bagi Milennial f. Investasi di Pasar Modal Indonesia
Total peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan ini mencapai 1.398 peserta, dengan tingkat pemahaman peserta melalui pre test dan post test antara 11% s.d 32%.
2. Edukasi Keuangan Melalui Media Elektronik Dalam rangka menjangkau audiens yang lebih luas, OJK menyelenggarakan Live Instagram Edukasi Keuangan melalui channel @sikapiuangmu yaitu bersama influencer yang aktif di dunia media sosial.
Diskusi tersebut mengangkat tema “Kreatif Menambah Pemasukan di Saat Pandemi COVID-19” dengan narasumber Adawiyah Riwan - @nanemtaneman yang merupakan founder dari akun Instagram bisnis jual tanaman hias secara online dan “Tips Mengatur Keuangan ala Travel Blogger/Freelancer di Saat Pandemi COVID-19” dengan narasumber Kenny Santana - @kartuposinsta yang dikenal sebagai salah seorang travel blogger yang melek keuangan.
Diskusi melalui media Instagram Live (IG Live) ini membahas tema antara lain tips bisnis dari hobi di tengah pandemi COVID-19, pengelolaan keuangan dan investasi. Total pengunjung (viewers) dalam setiap sesi IG Live yang dilaksanakan mencapai ±120 orang.
2.6.5 Perlindungan Konsumen
A. Sistem Layanan Konsumen Terintegrasi
OJK memiliki Layanan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Terintegrasi yang tersedia di 35 KR/KOJK dan telah memperoleh sertifikasi ISO 9001:2015 pada layanan konsumen di Kantor Pusat. OJK juga melengkapi kanal layanan melalui WhatsApp yang diberi nama Robot Penjawab Kontak OJK (Rojak).
Pada triwulan II - 2020, Layanan Konsumen OJK menerima 15.407 layanan yang terdiri dari 1.488 layananan
penerimaan informasi (laporan), 13.742 layanan pemberian informasi (pertanyaan) dan 177 layanan pengaduan.
Grafik II - 46 Penerimaan Layanan Triwulan II-2020 Grafik II - 47 Layanan Pertanyaan Triwulan II-2020
Pertanyaan Informasi Pengaduan
Total Layanan 15.407
1.488
177
9,66%
13.742
89,19%
1,15%
(Lain-lain) Perbankan
IKNB - Lembaga Pembiayaan IKNB - Dana Pensiun IKNB - Asuransi Pasar Modal IKNB - Lainnya
Total Layanan 177
Grafik II - 49 Layanan Pengaduan Triwulan II-2020
70
39,55%
2 2
1,13%
1,13%
(Lain-lain) Perbankan
IKNB - Lembaga Pembiayaan IKNB - Dana Pensiun IKNB - Asuransi Pasar Modal IKNB - Lainnya
47 56
26,55%
31,64%
Total Layanan 13.742
4.360 525
31,73%
3,82%
5.412
39,38%
1.081
1.930 26 408
7,87%
14,04%
0,19%
2,97%
Sumber: OJK
Grafik II - 48 Layanan Informasi Triwulan II-2020
Total Layanan 1.488 623
9 90
3
33
41,87%
0,60% 6,05%
0,20%
2,22%
65
665
4,37%
44,69%
(Lain-lain) Perbankan
IKNB - Lembaga Pembiayaan IKNB - Dana Pensiun IKNB - Asuransi Pasar Modal IKNB - Lainnya
Dari masing-masing sektor, terdapat jenis produk yang paling banyak ditanyakan oleh konsumen yaitu : Kredit Modal Kerja pada perbankan, Reksadana Konvesional - Saham pada pasar modal, Asuransi Berjangka (term life) pada perasuransian, Dana Pensiun Manfaat Pasti pada industri dana pensiun, Pembiayaan Konsumen pada industri lembaga pembiayaan, dan Pinjaman Dana pada sektor IKNB lainnya. Pada Pinjaman Dana, sebagian besar berkaitan dengan layanan financial technology (fintech).
Pada triwulan II - 2020, permasalahan yang paling banyak ditanyakan oleh konsumen pada masing-masing sektor yaitu: permintaan informasi debitur (SLIK) pada sektor perbankan, konsultasi SIPO (Sistem Pungutan OJK) pada sektor pasar modal, kesulitan klaim pada industri perasuransian, laporan SIPEDULI (Sistem Informasi Pelaporan dan Perlindungan Konsumen) pada industri dana pensiun, permintaan informasi debitur pada indusutri lembaga pembiayaan, dan perilaku debt collector pada IKNB-lainnya.
Grafik II - 50 Tingkat Penyelesaian Layanan Proses Selesai
Sumber: OJK 100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0% 6,80%
93,20%
Pertanyaan Pengaduan
58,19%
41,81%
Grafik II - 51 Kanal Layanan
Sumber: OJK
0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000
Surat Walk-in Surel Telepon
765
11.775 4
2.863
Tabel II - 30 Penerimaan Layanan OJK
Sumber: OJK
Penginput Total Layanan Porsi
Kantor Pusat 12.537 81,37%
Kantor Regional 630 4,09%
Kantor OJK 2.240 14,54%
Total 15.407 100,00%
Sumber: OJK
Grafik II - 52 Perbandingan Penerimaan Layanan Berdasarkan Satuan Kerja
Kantor Pusat Kantor Regional Kantor OJK Informasi
Pertanyaan Pengaduan
0 20% 40% 60% 80% 100%
177
12.146 256 1.340
214 374 900
Tabel II - 31 Permohonan Penyelesaian Sengketa yang Diterima oleh LAPS
Lembaga Persetujuan Permohonan Grand Total Disetujui Tidak Disetujui
BMAI 23 0 23
BAPMI 9 0 9
BMDP 0 0 0
LAPSPI 2 26 28
BAMPPI 0 0 0
BMPPVI 6 1 7
Total 40 27 67
OJK juga membuka layanan konsumen melalui Whatsapp yang dimulai sejak Februari 2019. Selama triwulan II-2020, OJK telah menyelesaikan layanan WhatsApp sebanyak 80.559 layanan. Layanan WhatsApp mengalami peningkatan sebesar 422,43% dibandingkan triwulan sebelumnya dari sebanyak 15.420 layanan yang diselesaikan menjadi sebanyak 80.559 layanan yang di selesaikan pada triwulan II-2020. Hal ini dipengaruhi oleh keluarnya kebijakan pemerintah terkait relaksasi dan restrukturisasi kredit.
Banyak konsumen yang menanyakan mekanisme untuk mendapatkan fasilitas keringanan kredit dan mengeluhkan pengajuan keringanannya ditolak oleh PUJK terkait.
Guna meningkatkan aksesibilitas layanan konsumen, OJK juga melayani konsumen di Kantor Regional (KR) dan Kantor OJK (KOJK) pada masing-masing wilayah untuk menerima dan menangani layanan konsumen.
Berdasarkan tabel penerimaan layanan di atas, Kantor Pusat tetap menjadi satuan kerja yang menerima layanan konsumen terbanyak yaitu sebesar 81,37% dari total penerimaan layanan triwulan II – 2020 yang telah tercatat pada sistem.
B. Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Terdapat 67 permohonan penyelesaian sengketa yang diterima oleh LAPS pada triwulan II-2020. Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Perbankan Indonesia (LAPSPI) menerima paling banyak permohonan yakni sebanyak 28 permohonan. Jenis sengketa diterima oleh LAPSPI pada triwulan II-2020 antara lain terkait keringanan angsuran/bunga/profit/denda, penyalahgunaan kartu kredit, permasalahan penolakan pencairan deposito, keberatan pembayaran biaya denda, permasalahan agunan kredit, take over kredit, restrukturisasi/rescheduling, dan pemblokiran rekening tabungan/deposito.
Guna mempermudah konsumen dan/atau masyarakat dalam mengakses layanan konsumen, OJK menyediakan berbagai kanal penerimaan layanan antara lain melalui media email, telepon, surat dan walk-in. Adapun jumlah konsumen yang mengakses layanan konsumen dimaksud, sebagai berikut:
Dari 40 permohonan yang disetujui LAPS untuk
ditindaklanjuti, sebanyak 27 permohonan ditindaklanjuti melalui layanan mediasi, dan 10 permohonan
ditindaklanjuti melalui layanan arbitrase. Sisanya sebanyak tiga permohonan ditindaklanjuti dengan layanan lain seperti internal dispute resolution (IDR) dan lain-lain.
Selain itu selama masa pandemi COVID-19, untuk meminimalisasi risiko terpapar oleh COVID-19, sebagian LAPS existing dalam menjalankan operasionalisasinya termasuk dalam melakukan mediasi, ajudikasi dan arbitrase memakai mekanisme komunikasi jarak jauh dalam bentuk conference call.
Terkait perkembangan pembentukan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Terintegrasi (LAPS Terintegrasi),
pada triwulan II-2020, guna mendukung kegiatan operasional LAPS, telah dilakukan pembukaan lowongan dan rekrutmen pengurus LAPS terintegrasi.
C. Online Dispute Resolution (ODR)
Masa pandemi menyebabkan sebagian besar kegiatan di seluruh sektor bergantung pada teknologi informasi dan telekomunikasi. Pada praktiknya, terdapat salah satu aspek dalam kegiatan sektor jasa keuangan yang belum memanfaatkan teknologi komunikasi secara maksimal, yaitu penyelesaian sengketa (dispute resolution).
Online dispute resolution (ODR) merupakan salah satu hal strategis untuk diterapkan pada LAPS. Hal ini mempertimbangkan kondisi terutama wilayah Indonesia yang sangat luas sehingga perlu dipikirkan kemudahan akses bagi konsumen untuk mendapatkan layanan LAPS. Dengan adanya perkembangan saat ini dimana masyarakat semakin akrab dengan penggunaan daring (online), maka ODR menjadi semakin relevan untuk segera diimplementasikan dalam mekanisme penyelesaian sengketa di sektor jasa keuangan. ODR apabila dilaksanakan dengan tata kelola yang baik dan benar, dapat meningkatkan efisiensi penyelesaian sengketa, terutama dalam kondisi yang tidak memungkinkan kedua belah pihak yang bersengketa untuk bertatap muka.
Pada 8 Mei 2020, OJK telah melaksanakan Knowledge Sharing Implementasi ODR di Sektor Jasa Keuangan dan juga melakukan penelaahan terhadap beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai alternatif penyelesaian sengketa, sistem elektronik, alat bukti hukum yang sah serta beberapa ketentuan internasional mengenai ODR. Beberapa hal yang disimpulkan yaitu sebagai berikut:
1. ODR dapat dilaksanakan di sektor jasa keuangan di Indonesia. Dasar hukum sudah ada dan memadai (didukung contoh praktik dan yurisprudensi di lembaga lain seperti: Mahkamah Agung, Pengadilan Negeri, dan Pusat Mediasi Nasional)
2. Konsep ODR pada UNCITRAL dan APEC Framework dapat digunakan sebagai dasar pelaksanaan ODR pada sektor jasa keuangan di Indonesia
3. LAPS di sektor jasa keuangan memiliki prospek untuk melakukan ODR pada sektor jasa keuangan di Indonesia.
2.6.6 Market Conduct A. Pemeriksaan Market Conduct
OJK melaksanakan pemeriksaan market conduct terkait perjanjian pada Tahun 2020 sebagai lanjutan dari pemeriksaan sebelumnya agar mendapatkan gambaran yang utuh. Sepanjang Januari – Juni 2020 telah dilaksanakan pemeriksaan onsite terhadap dua sampel Bank Umum, sementara review perjanjian baku secara offsite telah dilaksanakan terhadap 64 Bank Umum di
Indonesia. Di samping itu, pada Triwulan II-2020 OJK juga mulai meminta sampel perjanjian baku terhadap 30 Perusahaan Pembiayaan sebagai upaya pemeriksaan market conduct secara across the board.
Hasil dari pemeriksaan market conduct terkait perjanjian baku ini menjadi salah satu masukan dalam penyusunan Pedoman Perjanjian Baku. Tujuan dari penyusunan pedoman dimaksud adalah agar implementasi perjanjian baku Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) dapat
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam POJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
Penyusunan pedoman dimaksud juga melibatkan satuan kerja terkait di lingkungan OJK.
B. Mekanisme Pengawasan Market Conduct Dalam kerangka penguatan fungsi perlindungan konsumen, OJK merancang mekanisme pengawasan market conduct. Hal ini diharapkan dapat menjadi pelengkap fungsi pengawasan prudensial OJK untuk menciptakan stabilitas lembaga jasa keuangan. Sebagai payung hukum, tengah dilaksanakan Pembentukan Peraturan Dewan Komisioner (PDK) tentang Pengawasan Market Conduct dan Pembentukan Peraturan OJK (POJK) tentang Pengawasan Market Conduct.
Pembentukan payung hukum tersebut dilakukan bersama dengan penguatan infrastuktur guna menjalankan peran pengawasan market conduct, antara lain: penyusunan standar prosedur operasional, penyusunan struktur organisasi, penyusunan silabus untuk peningkatan kapabilitas sumber daya manusia, serta kerja sama dalam melaksanakan sosialisasi pengawasan market conduct secara virtual terhadap Kantor Regional/Kantor OJK.
C. Pemantauan Iklan Triwulanan
Sepanjang triwulan II-2020, ditemukan 1.870 iklan produk dan/atau layanan jasa keuangan. Sebanyak 21,18% di antaranya belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kategori pelanggaran terbanyak adalah iklan dengan informasi Tidak Jelas, antara lain: tidak mencantumkan pernyataan “terdaftar dan diawasi oleh OJK”, tidak mencantumkan tautan spesifik untuk iklan yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut, menyatakan
“syarat dan ketentuan berlaku” tanpa disertai informasi untuk mengakses syarat dan ketentuan dimaksud, dan/atau menggunakan tanda asterisk tanpa disertai penjelasan lebih lanjut. Kategori
pelanggaran selanjutnya adalah iklan dengan informasi Menyesatkan yang menggunakan frasa dan/atau pernyataan yang dapat menimbulkan persepsi yang berbeda dari maksud dari iklan yang sebenarnya dan
iklan dengan informasi tidak akurat yang menggunakan kata superlatif tanpa referensi pendukung yang kredibel.
Menduduki tiga peringkat media dengan jumlah iklan terbanyak berturut-turut adalah Twitter, Facebook, dan Instagram. Hal ini menunjukkan tren publikasi iklan di media sosial saat ini semakin masif dilakukan.
Sehubungan dengan hal tersebut, OJK juga tengah melaksanakan Penyempurnaan Pedoman Iklan Jasa Keuangan, terutama kaitannya dengan iklan di media sosial dan media daring.
2.7 Penyidikan Sektor Jasa Keuangan
2.7.1 Penanganan Perkara
Selama triwulan II-2020, OJK menerbitkan empat Surat Perintah Penyidikan (Sprindik), delapan pelimpahan berkas perkara ke Kejaksaan, dan terdapat tujuh berkas perkara yang telah dinyatakan lengkap (P-21) sehingga sampai dengan triwulan II-2020, OJK telah melaksanakan kegiatan penyidikan yang terdiri dari:
Tabel II - 32 Kegiatan Sektor Jasa Keuangan
Sektor Jenis Perkara Jumlah Kegiatan Penyidikan
Perbankan Perkara BPR/S 10
Pasar Modal Perkara Emiten/PP 1
IKNB - 2
Total 13
Tabel II - 33 Pemberkasan Kejaksaan
Perkara Pemberkasan Kejaksaan P21
Perbankan Perkara BPR/S 10 10
Pasar Modal Perkara Emiten / PP 2 -
IKNB - - -
Total 12 10
terkait sektor jasa keuangan yang berstatus P-21 memberikan efek jera bagi para pelaku / calon pelaku tindak pidana sektor jasa keuangan, memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat dalam melakukan
kegiatan di sektor jasa keuangan serta mewujudkan tercapainya sektor jasa keuangan yang stabil dan kondusif.
2.7.2 Kebijakan dan Dukungan Penyidikan Dalam rangka upaya penyempurnaan infrastruktur berupa penataan struktur organisasi, perbaikan ketentuan pelaksanaan penyidikan, perumusan dan evaluasi Nota Kesepakatan, serta penyusunan kajian terkait tindak pidana sektor jasa keuangan, selama triwulan II-2020, OJK melaksanakan beberapa kegiatan antara lain:
a. Perubahan PDK Nomor 3/PDK.01/2015 menjadi PDK Nomor 1/PDK.02/2020 tentang Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan b. Penyusunan Petunjuk Teknis terkait Restorative Justice
di Sektor Jasa Keuangan;
c. Kajian penerapan pasal penyertaan dalam KUHP dalam tindak pidana Perbankan;
d. Koordinasi terkait perpanjangan Perjanjian Kerja Sama antara OJK dan Polri dalam rangka Pencegahan, Penegakan Hukum, dan Koordinasi dalam Penanganan Tindang Pidana di Sektor Jasa Keuangan;
e. Pedoman Kerja OJK-Polri mengenai Pencegahan, Penegakan Hukum, dan Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Sektor Jasa Keuangan; dan
f. Perubahan Standar Operasional Prosedur Penyidikan terkait Struktur Organisasi
Untuk memperkuat langkah penyidikan dan dalam rangka membangun sistem peradilan pidana yang kredibel, OJK rutin menggelar koordinasi dengan lembaga dan Aparat Penegak Hukum terkait antara lain Kejaksaan RI, Bareskrim Polri, LPS, dan PPATK.
2.7.3 Dampak dan Tantangan selama Masa Pandemi COVID-19
Dalam rangka pencegahan penyebaran COVID-19 tersebut, Pemerintah telah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019, sehingga seluruh kegiatan termasuk bekerja dilaksanakan dari rumah dengan bantuan teknologi jaringan internet (Work From Home/WFH).
Kebijakan tersebut menimbulkan tantangan dalam proses penanganan perkara yang antara lain berdampak pada ketepatan waktu penyelesaian tugas penyidikan dan pencapaian target penyidikan 2020 yaitu:
a. Kegiatan pemeriksaan dilakukan secara daring;
b. Konfirmasi atas dokumen pemeriksaan dilakukan secara daring;
c. Penandatangan Berita Acara Pemeriksaan
disampaikan melalui jasa kurir ke terperiksa dalam rangka penerapan protokol PSBB;
Dari hasil penyidikan dan gelar perkara, OJK selanjutnya mengirimkan delapan berkas perkara kepada Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan RI dengan detail sebagai berikut.
Secara total, terdapat tujuh berkas perkara telah dinyatakan lengkap (P-21) oleh Kejaksaan RI. Perkara
OJK memiliki fasilitas penanganan pengaduan konsumen berupa website https://konsumen.ojk.go.id yang telah menerapkan konsep traceable dan trackable, serta dapat diakses baik oleh konsumen maupun LJK. Dalam rangka mengembangkan layanan tersebut, OJK tengah mempersiapkan layanan konsumen terintegrasi di sektor jasa keuangan berupa sistem yang disebut dengan Aplikasi Portal Pelindungan Konsumen (APPK). Sistem ini dikembangkan untuk mengoptimalkan pelaksanaan penanganan pengaduan dan penyelesaian sengketa di Sektor Jasa Keuangan. Melalui APPK yang akan efektif digunakan pada 1 Januari 2021 ini, pihak yang terlibat akan mendapatkan manfaat, baik untuk konsumen, PUJK, LAPS dan OJK sebagai regulator.
Dengan sistem APPK, konsumen akan dipermudah dalam menyampaikan pengaduannya ke PUJK. Konsumen dapat menyampaikan pengaduan secara online dan kemudian memantau proses penanganannya juga secara online.
Kemudian PUJK akan mendapatkan notifikasi atau alert dari sistem jika ada pengaduan konsumennya yang