EFISIENSI CHECKDAM TYPE GRID TERHADAP
tanah akan menyebabkan timbulnya bahan endapan atau sedimentasi di tempat lain.
Pada saat permulaan turun hujan, pukulan jatuhnya air hujan merupakan penghasil utama butir-butir yang terlepas dalam proses erosi tanah. Bersama dengan aliran air, butir-butir tanah yang terlepas akibat proses erosi akan diangkut masuk ke dalam aliran sungai dan kemudian akan diendapkan pada tempat-tempat tertentu (pada muara sungai dan waduk) berupa pengendapan atau sedimentasi. Tingginya angkutan sedimen dari erosi lahan di bagian hulu menyebabkan semakin tingginya biaya pemeliharaan untuk memperbesar daya tampung sungai agar dapat berfungsi secara optimal. (Saud, 2008).
Laju erosi dan sedimen yang terjadi pada daerah sungai sedikit banyaknya dipengaruhi oleh proses kegiatan manusia di daerah hulu maupun di sepanjang daerah aliran sungai yang dapat mengakibatkan perubahan kondisi daerah aliran sungai. Besarnya aliran permukaan yang terjadi pada musim penghujan dan berkurangnya luas kawasan hutan menyebabkan erosi permukaan menjadi semakin besar sehingga angkutan sedimen aliran permukaan semakin bertambah besar pula.
Angkutan sedimen yang terbawa aliran air akan mengendap di aliran sungai bagian hilir sehingga dapat terjadi pendangkalan dan pengurangan daya volume tampung pada aliran sungai.
Debris flow (aliran debris) merupakan aliran sedimen yang membawa material sedimen dengan proporsi dan ukuran, dengan konsentrasi tinggi yang mempunyai daya rusak yang sangat besar. Aliran debris pada umumnya terjadi akibat intensitas hujan yang tinggi dan endapan sedimen baik dari hasil letusan gunung api, longsoran kaki bukit atau erosi lahan kritis yang terakumulasi. Aliran debris ini terjadi secara mendadak hingga sulit diperkirakan sebelumnya dan tanpa tanda-tanda.
Penanganan bahaya akibat aliran debris ini perlu perhatian secara komprehensif, karena karakteristik dan mekanisme aliran debris sangat kompleks. Aliran debris tidak hanya material tanah atau bebatuan saja tetapi bisa terjadi berupa kayu-kayu akibat penebangan di bagian hulu yang tidak terkontrol (Maricar dkk., 2011).
Penanganan permasalahan angkutan sedimen pada daerah sungai dapat dilakukan dengan pembangunan bangunan pengendali sedimen (check dam). Check dam berfungsi untuk memperlambat proses sedimentasi pada hilir sungai dengan cara mengendalikan gerakan sedimen yang menuju sungai bagian hilirnya (Mizuyama, 2008). Selain itu, check dam juga berfungsi untuk menampung dan atau menahan sedimen dalam jangka waktu sementara atau tetap, dan harus tetap melewatkan air baik melalui mercu maupun tubuh bangunan (Miklau & Suda., 2011).
Berbagai penelitian telah dilakukan sebelumnya mengenai check dam tipe tertutup.
Efektivitas dam pengendali sedimen tipe terbuka (slit dam) dan tipe tertutup melalui uji model fisik dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dam pengendali sedimen tipe terbuka (slit dam) lebih efektif dalam mengontrol aliran sedimen dibandingkan dengan dam pengendali sedimen tipe tertutup. Penelitian kapasitas tampung check dam tipe tertutup dan tipe slit. Volume kontrol tergantung dari volume tampungan total dan volume tampungan mati (Setiyawati, 2008).
Sejalan dengan penelitian yang dimuat dalam International Journal of Erosion Control Engineering dengan judul Experimental Study of the Sediment Trap
Effect of Steel Grid-Type Sabo Dams (Teruyoshi & Kazuki, 2008) namun dalam penelitiannya tidak meneliti dan mengkaji tentang sedimen kayu yang terbawa aliran debris.
Bangunan check dam merupakan salah satu bangunan pengendali sedimen yang cukup penting. Bangunan check dam sudah banyak dibangun dan sangat terkenal pada banyak negara seperti Jepang, Italia, China, Nepal, Venezuela, Swiss, Indonesia dan lain-lain. Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku Check Dam sebagai bangunan pengendali sedimen sangat diperlukan.
Check Dam dapat juga berfungsi untuk mengurang debit dari aliran debris dan untuk memantapkan dasar sungai oleh material sedimen yang terkandung dalam aliran debris. Check Dam dapat di bagi atas dua jenis yaitu jenis tertutup dan jenis terbuka. Check Dam tertutup dibangun dengan menggunakan material beton. Check Dam tipe tertutup dapat berfungsi secara efektif untuk mengendalikan aliran debris jika daerah tampungannya dalam keadaan belum terisi sedimen.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan studi penelitian berupa model fisik tentang “Efisiensi Checkdam Type Grid Terhadap Pengendalian Aliran Debris di Hulu Sungai” dengan harapan dapat memberikan gambaran kemampuan check dam tipe grid dalam menanggulangi permasalahan aliran debris yang terjadi pada keadaan sebenarnya dibagian daerah hulu sungai.
Desain penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan flume yang tetap dengan kemiringan flume 10°. Sedangkan bidang yang berisi sedimen sepanjang 2500 Cm dan bidang pengamatan sepanjang 3500 Cm. Dasar tetap mempunyai kekasaran material yang sama dengan material yang ada di dasar bidang pengamatan. Partikel sedimen dan model potongan kayu ditempatkan di bagian dasar Flume sedangkan model check dam type grid dengan jarak antar tiangnya adalah 2 cm dan jarak antar portalnya adalah 2 cm dengan ø grid 1 cm ditempatkan di muka bidang pengamatan. Material sedimen diletakkan dibagian dasar Flume dengan ketebalan 10 cm sepanjang 2500 cm, sedangkan material kayu dengan ø 7 mm serta panjang 1 cm, 2 cm, 3 cm, 4 cm, 5 cm dan 6 cm di letakkan menyebar pada permukaan material sedimen. Dan posisi perletakan model dalam saluran dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Flume dan Posisi perletakan model dalam saluran
Kamera video ditempatkan di atas dan disisi kanan flume untuk merekam proses pengendapan material sedimen. Selanjutnya memvariasikan debit air yaitu yang dialirkan dari hulu flume menuju hilir untuk memicu angkutan sedimen dan air sepanjang dasar saluran.
Variabel yang Diteliti
Penelitian ini mengkaji mengenai pengaruh penempatan check dam tipe Grid dalam menahan angkutan sedimen. Oleh karena itu, variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu variasi debit aliran (Q) variasi sedimen (S) dan variasi waktu (T).
Kemiringan digunakan pada satu kondisi yaitu 10° dan debit aliran di variasikan sebanyak 3 kali sedangkan variasi sedimen sebanyak 2 kali. Variasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Variasi berdasarkan debit dan waktu
No. Variabel Variasi
Jenis Sedimen Pasir, Batu Kerikil dan Kayu
1 Waktu (T) 20 40 60 20 40 60 20 40 60
2 Debit (Q) m3/s 0.0028 0.0043 0.0058
3 Kemiringan 10°
Tabel 2. Variasi Penelitian jenis sedimen pasir dan boulder
No. Jenis Sedimen Ø Sedimen (mm)
Berat Total
(Kg) Bobot (%) Berat (Kg)
1 Pasir
1.1 D50 Ø 14.30 0.29 150 20 30
1.2 D65 Ø 21.00 0.42 150 20 30
1.3 D90 Ø 32.20 0.54 150 20 30
1.4 D95 Ø 34.50 0.69 150 20 30
2 Boulder/Kerikil
2.1 Small Ø 500 10 150 9 13.5
2.2 Medium Ø 1000 20 150 5 7.5
2.3 Medium Ø 1500 30 150 4 6
2.3 Large Ø 2000 40 150 2 3
Jumlah 100 150
Hasil analisis Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Hasanuddin, 2016
Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini langkah pertama yang dilakukan adalah studi pendahuluan yang selanjutnya diteruskan dengan kajian pustaka dari berbagai teori, kalibrasi alat, kemudian dilakukan pengambilan data dengan melakukan simulasi secara experimental di laboratorium. Data yang diperoleh di laboratorium mencakup data banyaknya sedimen dan banyaknya potongan kayu yang tertahan dan lolos melewati check dam dan tinggi endapan sedimen di depan check dam yang diukur berdasarkan berat material dan mencermati permukaan material dengan menggunakan point gauge untuk menggambarkan tinggi endapan sedimen di depan check dam dengan menggunakan program Surfer 11.
Analisis Data
Dalam menganalisa hubungan antara banyaknya sedimen yang tertahan dan lolos yang berpengaruh yaitu variasi debit aliran (Q), variasi sedimen (S), variasi waktu (T) dengan cara sedimen yang diperoleh ketika penelitian dioven terlebih dahulu untuk mendapatkan berat kering dari sedimen tersebut. Setelah diperoleh berat kering kemudian hasil ini dibandingkan dengan cara menganalisa dalam bentuk persentase.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Dengan adanya penelitian ini maka didapat data-data sebagai berikut : Untuk debit Q = 0.0028 m3/s dengan waktu running T1 = 20 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 59.49% dan yang lolos mencapai 40.51%, Untuk debit Q = 0.0028 m3/s dengan waktu running T2 = 40 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 61.82% dan yang lolos mencapai 38.18%, Untuk debit Q = 0.0028 m3/s dengan waktu running T3 = 60 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 58.06% dan yang lolos mencapai 41.94%, untuk debit Q = 0.0043 m3/s dengan waktu running T1 = 20 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 61.59% dan yang lolos mencapai 38.41%, Untuk debit Q = 0.0043 m3/s dengan waktu running T2 = 40 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 61.32% dan yang lolos mencapai 38.68%, Untuk debit Q = 0.0043 m3/s dengan waktu running T3 = 60 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 50.52% dan yang lolos mencapai 49.48%, untuk debit Q = 0.0058 m3/s dengan waktu running T1 = 20 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 61.77% dan yang lolos mencapai 38.23%, Untuk debit Q = 0.0058 m3/s dengan waktu running T2 = 40 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 58.76% dan yang lolos mencapai 41.24%, Untuk debit Q = 0.0058 m3/s dengan waktu running T3 = 60 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 50.81% dan yang lolos mencapai 49.19%. Dari data diatas didapat presentase paling efektif yaitu pada debit Q = 0.0028 m3/s dengan waktu running T2 = 40 detik persentase tertahan 61.82% dan lolos 38.18% (tabel 3 dan gambar 2).
Tabel 3. Data Penelitian Persentase tertahan dan lolos untuk sedimen pasir dan boulder.
No. Debit (Q) m3/s
Waktu Detik
Berat Sedimen
Total (kg)
Presentase Tertahan
(kg) Lolos (kg) Tertahan
(%) Lolos (%) 1 0.0028
20 43,092 29,347 72,439 59.49 40.51
40 57,895 35,757 93,652 61.82 38.18
60 68,935 49,801 118,736 58.06 41.94
2 0.0043
20 47,810 29,813 77,623 61.59 38.41
40 76,256 48,108 124,364 61.32 38.68
60 70,858 69,409 140,267 50.52 49.48
3 0.0058
20 58,028 35,919 93,947 61.77 38.23
40 77,160 54,160 131,320 58.76 41.24
60 72,106 69,794 141,900 50.81 49.19
Gambar 2. Presentase tertahan dan lolos sedimen pasir dan boulder Pada variasi pasir, boulder dan kayu di dapat data sebagai berikut : Untuk debit Q = 0.0028 m3/s dengan waktu running T1 = 20 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 76.83% dan yang lolos mencapai 23.17%, Untuk debit Q = 0.0028 m3/s dengan waktu running T2 = 40 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 72.09% dan yang lolos mencapai 27.91%, Untuk debit Q = 0.0028 m3/s dengan waktu running T3 = 60 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 68.33% dan yang lolos mencapai 31.67%, untuk debit Q = 0.0043 m3/s dengan waktu running T1 = 20 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 65.33% dan yang lolos mencapai 34.67%, Untuk debit Q = 0.0043 m3/s dengan waktu running T2 = 40 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 71.40% dan yang lolos mencapai 28.60%, Untuk debit Q = 0.0043 m3/s dengan waktu running T3 = 60 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 68.03% dan yang lolos mencapai 31.97%, untuk debit Q = 0.0058 m3/s dengan waktu running T1 = 20 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 69.36% dan yang lolos mencapai 30.64%, Untuk debit Q = 0.0058 m3/s dengan waktu running T2 = 40 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 63.61% dan yang lolos mencapai 36.39%, Untuk debit Q = 0.0058 m3/s dengan waktu running T3 = 60 detik di dapat presentase yang tertahan adalah 62.75% dan yang lolos mencapai 37.25%. Dari data diatas di dapat presentase paling efektif yaitu pada debit Q = 0.0028 m3/s dengan waktu running T1 = 20 detik persentase tertahan 76.83% dan lolos 23.17% (tabel 4 dan gambar 3)
Tabel 4. Data Penelitian Persentase tertahan dan lolos untuk sedimen pasir, boulder dan kayu.
No. Debit (Q) m3/s
Waktu Detik
Berat Sedimen Total (kg)
Presentase Tertahan
(kg) Lolos (kg) Tertahan
(%) Lolos (%) 1 0.0028
20 61,050 18,416 79,466 76.83 23.17
40 73,588 28,493 102,081 72.09 27.91
60 74,367 34,470 108,837 68.33 31.67
2 0.0043 20 75,025 39,811 114,836 65.33 34.67
40 81,118 32,488 113,606 71.40 28.60
60 72,738 34,177 106,915 68.03 31.97
3 0.0058
20 69,965 30,912 100,877 69.36 30.64
40 79,182 45,291 124,473 63.61 36.39
60 73,367 43,553 116,920 62.75 37.25
Gambar 3. Presentase tertahan dan lolos sedimen pasir, boulder dan kayu
Pembahasan
Dari hasil penelitian di laboratorium dengan menggunakan debit yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh berat sedimen yang tertahan di depan check dam dan berat sedimen yang lolos. Berat sedimen ini kemudian diubah dalam bentuk persen. Perbandingan presentase sedimen tertahan dan yang lolos dari antara sedimen pasir dan boulder dengan pasir, boulder dan kayu dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4. Penelitian ini mendapatkan hasil analisa pengaruh debit aliran dan kemiringan saluran 10° terhadap persentase sedimen yang tertahan dan lolos, hal ini mempengaruhi terhadap besarnya transport sedimen yang terjadi pada check dam tipe Grid. Dari hasil analisis tabel 3 dan tabel 4 diperoleh bahwa semakin tinggi debit aliran dan semakin lama waktu running maka akan semakin kecil presentase sedimen yang tertahan. Namun apabila kita kaji dari segi sedimen yang tertahan saja maka antara debit minimum ke maksimum dan durasi masa running dari minimum ke maksimum maka volume yang tertahan semakin meningkat. dapat dilihat pada tabel 5, dan tabel 6 dan gambar 4, 5.
Tabel 5. Perbandingan presentase (%) sedimen tertahan antar debit untuk sedimen pasir dan boulder
Running (detik)
Sample Sedimen (kg)
Debit (m3/s
0.0028 0.0043 0.0058
20
150 28.73 31.87 38.69
40 38.60 50.84 51.44
60 45.96 47.24 48.10
Gambar 4. Persentase tertahan antar debit untuk sedimen pasir dan boulder.
Tabel 6. Perbandingan presentase (%) sedimen tertahan antar debit untuk sedimen pasir, boulder dan kayu.
Running (detik)
Sample Sedimen (kg)
Debit (m3/s
0.0028 0.0043 0.0058
20
150
40.70 50.02 46.64
40 49.10 54.08 52.79
60 49.58 48.49 48.91
Dalam data perbandingan presentase (%) sedimen tertahan antar debit untuk sedimen pasir dan boulder dapat di ambil kesimpulan bahwa maksimum sedimen tertahan efektif yaitu pada debit Q = 0.0028 m3/s dengan masa waktu running 40 detik yang mencapai presentase sedimen tertahan adalah 61.82% dan lolos 38.18%. Semakin debit di naikkan maka presentase semakin menurun dan tidak efektif lagi. Untuk sedimen pasir, boulder dan kayu dapat di ambil kesimpulan bahwa maksimum
sedimen tertahan efektif yaitu pada debit Q = 0.0028 m3/s dengan masa waktu running 20 detik mencapai persentase tertahan 76.83% dan lolos 23.17%. Semakin debit dan waktu running di naikkan maka presentase semakin menurun dan tidak efektif lagi.
Gambar 5. Persentase tertahan antar debit untuk sedimen pasir, boulder dan kayu.
Pada variasi sedimen pasir dan boulder pada Q = 0.0028 m3/s dan T1 = 20 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 43,092 kg, T2 = 40 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 57,895 kg dan T3 = 60 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 68,935 kg. terjadi peningkatan volume sedimen tertahan.
Pada variasi sedimen pasir dan boulder pada Q = 0.0043 m3/s dan T1 = 20 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 47,810 kg, T2 = 40 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 76,256 kg dan T3 = 60 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 70,858 kg. terjadi penurunan volume sedimen tertahan pada T3 = 60 detik, hal ini terjadi dikarenakan masa running yang maksimum mengakibatkan banyak sedimen mengalami limpasan pada bangunan check dam.
Pada variasi sedimen pasir dan boulder pada Q = 0.0058 m3/s dan T1 = 20 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 58,028 kg, T2 = 40 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 77,160 kg dan T3 = 60 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 72,106 kg. terjadi penurunan volume sedimen tertahan pada T3 = 60 detik, hal ini terjadi dikarenakan masa running yang maksimum mengakibatkan banyak sedimen mengalami limpasan pada bangunan check dam.
Pada variasi sedimen pasir, boulder dan kayu pada Q = 0.0028 m3/s dan T1 = 20 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 61,050 kg, T2 = 40 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 73,588 kg dan T3 = 60 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 74,367 kg. terjadi peningkatan volume sedimen tertahan.
Pada variasi sedimen pasir, boulder dan kayu pada Q = 0.0043 m3/s dan T1 = 20 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 75,025 kg, T2 = 40 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 81,118 kg dan T3 = 60 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 72,738 kg. terjadi penurunan volume sedimen tertahan pada T3 = 60 detik, hal ini terjadi dikarenakan masa running yang maksimum mengakibatkan banyak sedimen mengalami limpasan pada bangunan check dam.
Pada variasi sedimen pasir, boulder dan kayu pada Q = 0.0058 m3/s dan T1 = 20 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 69,965 kg, T2 = 40 detik untuk sedimen
yang tertahan sebesar 79,182 kg dan T3 = 60 detik untuk sedimen yang tertahan sebesar 73,367 kg. terjadi penurunan volume sedimen tertahan pada T3 = 60 detik, hal ini terjadi dikarenakan masa running yang maksimum mengakibatkan banyak sedimen mengalami limpasan pada bangunan check dam.
Terjadi persamaan prilaku antara Q = 0,0043 m3/s dan T3 = 60 detik dengan Q = 0,0058 m3/s dan T3 = 60 detik yaitu apabila masa running pada waktu maksimum maka sedimen yang tertahan mengalami penurunan.
Dari data di atas maka bangunan check dam type grid lebih efektif lagi dalam mengendalikan aliran debris apabila aliran debris tersebut mengandung sedimen kayu.
Dalam percobaan dengan sudut kemiringan dasar saluran 10°, dan dengan kombinasi agregat pasir, boulder dan kayu, maka akan terbentuk aliran debris dengan pengumpulan partikel-partikel besar berada di bagian depan aliran tersebut. Hal ini terjadi, karena partikel-partikel besar akan bergerak ke atas. Karena kecepatan aliran di lapisan permukaan lebih cepat dari kecepatan aliran di lapisan bawah, maka partikel-partikel besar yang bergerak ke atas akan sampai ke permukaan aliran dan akan terdorong lebih cepat lagi ke bagian depan. Setelah sampai di bagian depan aliran, partikel-partikel besar akan dijatuhkan ke dasar aliran dan akan tertimbun oleh aliran berikutnya. Tetapi, jika partikel-partikel yang tertimbun tersebut ukurannya lebih besar dari partikel-pertikel di sekitarnya, maka beberapa saat kemudian akan muncul kembali di permukaan aliran, dan akan mengulangi mekanisme seperti tersebut di atas berulang-ulang, sepanjang perjalanan aliran debris batu tersebut (Sumaryono dkk., 2009).
Aliran debris yang merupakan aliran kolektif partikel dianggap memenuhi seluruh aliran. Konsentrasi sedimen dianggap sama dengan seluruh kedalaman aliran bahwa kemiringan saluran begitu mempengaruhi besarnya konsentrasi sedimen.
Hal ini terjadi apabila kemiringan saluran relatif besar dimana aliran dan sedimen yang menuju check dam memiliki kedalaman yang sama dan bercampur. Dalam penelitian ini, dengan kemiringan yang besar dan peningkatan debit menyebabkan peningkatan konsentrasi sedimen yang menuju ke depan check dam. Konsentrasi sedimen yang meningkat akan meningkatkan jumlah sedimen yang tertahan dan berhasil lolos (melimpas) melalui tubuh check dam. Dengan kemiringan yang relatif kecil menyebabkan konsentrasi sedimen yang menuju check dam relatif kecil juga (Maricar dkk., 2011).
Konsentrasi sedimen aliran hiperkonsentrasi dipengaruhi oleh kemiringan dasar saluran dan tipe aliran sedimen. Semakin besar kemiringan maka akan semakin meningkatkan konsentrasi sedimen yang dimana konsentrasi sedimen ini akan meningkatkan jumlah sedimen yang tertahan dan lolos (Zulparmaidi, 2009).
Semakin besar debit aliran dan waktu running yang lama maka pergerakan sedimen akan semakin cepat pula. Pergerakan sedimen yang terjadi berkesesuaian dengan pergerakan sedimen yang telah dijelaskan dalam buku yang berjudul “Debris Flow Mechanics, Prediction, and Countermeasures”. (Takahashi, 2007),
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil uji model Check Dam Type Grid dengan kemiringan flume tetap sebesar 10° menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi pada debit minimum dengan durasi sedang (Q = 0.0028 m3/s, T2 = 40 detik) untuk jenis sedimen pasir dan boulder.
2. Untuk jenis sedimen pasir, boulder dan kayu menunjukkan tingkat efisiensi yaitu pada debit minimum dengan durasi yang minimum (Q = 0.0028 m3/s, T2
= 20 detik).
3. Untuk jenis sedimen yang terdiri dari pasir, boulder dan kayu menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi di bandingkan jika sedimen hanya terdiri dari pasir dan boulder saja.
Saran
Beberapa hal yang dapat disarankan agar dapat menyempurnakan penelitian ini yaitu :
1. Diperlukan adanya peralatan pengukur tinggi sedimen yang secara otomatis di Laboratorium agar pengambilan data lebih akurat,
2. Dibutuhkan alat pengatur debit yang dapat mempertahankan debit aliran sebagaimana hasil kalibrasi alat secara efektif,
3. Variasi kemiringan flume,
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan membuat checkdam tipe grid secara seris dan dengan menggabungkan antara check dam tipe grid dengan tipe yang lainnya,
5. Check Dam Type Grid disarankan untuk pengendalian aliran debris pada daerah aliran lava gunung berapi dan daerah-daerah yang rawan akan penebangan hutan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan ini saya haturkan ucapan terima kasih saya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya makalah ini, yaitu : Prof. Dr. Ir. H. Muh. Saleh Pallu, M. Eng; Dr. Ir. M. Arsyad Thaha, MT.; Dr. Eng. Ir. Farouk Maricar, MT.; Dr.
Eng. Mukhsan Putra Hatta, ST., MT,; Dr. Eng. Ir. Rita Tahir Lopa, MT.; Kepala BWS Papua Bpk. Dr. Ir. Happy Mulya, ME beserta staf BWS Papua; Universitas Hasanuddin di Makassar, yang telah menyediakan Laboratorium Hidrolikanya;
HATHI, yang telah memberi kesempatan saya untuk menerima makalah ini; serta istri dan anak-anak saya yang telah memberi penyemangat dalam hidup saya.
DAFTAR PUSTAKA
Mizuyama T., 2008. Structural countermeasures for debris flow disasters, International Journal of erosion Control Engineering, Japan Society of Erosion Control Engineering, Vol. 1, No.2: pp. 38-43.
Maricar F., Hashimoto H., Ikematsu S., & Miyoshi T., 2011. Effect of Two Succesive Check Dams on Debris Flow Deposition, Italian Journal of Engineering Geology and Environment-Book. www.ijege.uniromal.it.
Miklau J.R. & Suda J., 2011. Technical Standars For Debris Flow Barriers And Breakers, Italian Jurnal Of Enginerering Geology and Enviromment-Book.
www.ijege.uniromal.it.
Saud I., 2008. Prediksi Sedimentasi Kali Mas Surabaya. Jurnal Aplikasi:Media informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini. pt.scribd.com/
doc/179882538/jurnal-sedimentasi-6-pdf.
Sumaryono., Nakatani K., Satofuka Y., & Mizuyama T., 2009. One-dimensional numerical simulation for sabo dam planning using Kanako (ver.1.40): A case study at Cipanas, Guntur Volcanoes, West Java, Indonesia, International Journal Of Erosion Control Engineering, Vol. 2, No. 1.
Sutrisno J., Bunasor S., Saefuddin A. & Santun RP., 2011. Arahan kebijakan pengendalian erosi dan sedimentasi di Sub Daerah Aliran Sungai Keduang Kabupaten Wonogiri, Jurnal SEPA, Vol 8, No. 2. jurnal.fp.uns.ac.id/index.
php/tanah/article/download/5/5.
Takahashi T., 2007. Debris Flow Mechanics, Prediction, and Countermeasures.
Taylor & Francis.
Teruyoshi T. & Kazuki M., 2008. Experimental study of the Sediment Trap Effect of Steel Grid-Type Sabo Dams. Internasional Journal of Erosion Control Engineering, Vol. 1, No. 2. www.jsece.or.jp/jece/archive/2/Takahara.pdf.
Zulparmaidi, 2009. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ketahun Terpadu. Jurnal Lingkungan Hidup. https://uwityangyoyo.wordpress.
com/2009/04/05/pengelolaan-daerah-aliran-sungai-das-ketahun-terpadu/.