• Tidak ada hasil yang ditemukan

Neraca Air pada DAS Bian, Kumbe, dan Maro

Dalam dokumen hathi (Halaman 72-78)

KAJIAN PENYEDIAAN AIR IRIGASI DI KABUPATEN MERAUKE

3. Neraca Air pada DAS Bian, Kumbe, dan Maro

Ketersediaan air yang digunakan dalam perhitungan neraca air yaitu debit andalan 80%, sedangkan untuk kebutuhan air yaitu kebutuhan air total pada DAS. Dalam perhitungan neraca air ini terdapat 2 skenario yaitu skenario dasar atau luas irigasi saat ini yaitu sebesar 23.900 Ha, dan skenario pengembangan yang terkait dengan pengembangan irigasi, rumah tangga perkotaan, dan peternakan. Neraca air pada skenario dasar untuk DAS Bian ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Neraca Air DAS Bian

Neraca Air DAS Bian

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Ketersediaan Air (m3/s) 285.77 299.02 525.75 430.03 196.77 131.21 118.79 87.12 109.59 114.04 283.72 396.16 Kebutuhan air Total (m3/s) 0.82 3.72 1.05 3.86 5.31 0.94 1.17 1.55 3.30 4.71 5.28 3.77 Neraca Air (m3/s) 284.95 295.30 524.69 426.17 191.46 130.26 117.62 85.57 106.30 109.34 278.44 392.39

Surplus / Deifisit S S S S S S S S S S S S

Neraca air di DAS Bian untuk kondisi dasar menghasilkan nilai surplus. Untuk perhitungan neraca air pada DAS Kumbe ditampilkan pada Tabel 8.

Neraca air di DAS Kumbe untuk kondisi dasar menghasilkan nilai surplus. Untuk perhitungan neraca air pada DAS Maro ditampilkan pada Tabel 9.

Tabel 8. Neraca Air DAS Kumbe

Neraca Air DAS Kumbe

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Ketersediaan Air (m3/s) 91.71 100.95 155.87 167.05 65.54 42.45 48.31 32.42 35.26 36.07 68.15 87.08 Kebutuhan air Total (m3/s) 2.41 11.14 3.13 11.56 15.91 2.79 3.47 4.61 9.86 14.10 15.82 11.29 Neraca Air (m3/s) 89.30 89.81 152.75 155.49 49.62 39.66 44.83 27.81 25.40 21.98 52.33 75.79

Surplus / Deifisit S S S S S S S S S S S S

Tabel 9. Neraca Air DAS Maro

Neraca Air DAS Maro

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Ketersediaan Air (m3/s) 211.51 236.35 300.39 289.16 131.35 102.39 116.33 77.03 77.76 73.72 148.66 224.75 Kebutuhan air Total (m3/s) 1.54 7.12 2.00 7.39 10.16 1.79 2.22 2.95 6.30 9.01 10.10 7.21 Neraca Air (m3/s) 209.97 229.23 298.39 281.77 121.18 100.60 114.11 74.08 71.46 64.72 138.56 217.54

Surplus / Deifisit S S S S S S S S S S S S

Sama seperti pada DAS Bian dan Kumbe, neraca air di DAS Maro pada kondisi dasar menghasilkan nilai surplus. Disamping perhitungan neraca air kondisi saat ini neraca air dihitung berdasarkan skenario pengembangan. Skenario pengembangan ini mengacu pada Peta Zonasi Makro dibuat oleh Balai Rawa, Puslitbang SDA seperti yang ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Zonasi Makro Rawa Kabupaten Merauke

Pada peta zonasi tersebut terdapat zona pengembangan untuk lahan pertanian.

Berdasarkan peta zonasi Makro Kab.Merauke Untuk DAS Bian terdapat zona pengembangan sebesar 137.669 Ha, DAS Kumbe sebesar 50.301 Ha, dan DAS Maro sebesar 109.970. Hasil Neraca air untuk DAS Bian berdasarkan skenario pengembangan ditampilkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Neraca Air DAS Bian Skenario Pengembangan

Neraca Air DAS Bian

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Ketersediaan Air (m3/s) 285.77 299.02 525.75 430.03 196.77 131.21 118.79 87.12 109.59 114.04 283.72 396.16 Kebutuhan air Total (m3/s) 27.15 126.23 35.29 130.98 180.35 31.50 39.23 52.08 111.70 159.76 179.26 127.92 Neraca Air (m3/s) 258.62 172.79 490.45 299.05 16.43 99.71 79.57 35.04 -2.11 -45.72 104.46 268.24

Surplus / Deifisit S S S S S S S S D D S S

Berdasarkan pada tabel 10, neraca air DAS Bian untuk skenario pengembangan menghasilkan nilai defisit pada bulan September dan Oktober. Hasil neraca air untuk DAS Kumbe berdasarkan skenario pengembangan ditampilkan pada Tabel 11.

Tabel 11. Neraca Air DAS Kumbe Skenario Pengembangan

Neraca Air DAS Kumbe

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Ketersediaan Air (m3/s) 91.71 100.95 155.87 167.05 65.54 42.45 48.31 32.42 35.26 36.07 68.15 87.08 Kebutuhan air Total (m3/s) 10.05 46.25 13.02 47.99 66.02 11.64 14.46 19.16 40.94 58.50 65.63 46.87 Neraca Air (m3/s) 81.66 54.70 142.85 119.06 -0.49 30.81 33.85 13.26 -5.68 -22.43 2.52 40.22

Surplus / Deifisit S S S S D S S S D D S S

Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 11, skenario pengembangan pada DAS Kumbe menghasilkan neraca air defisit pada beberapa bulan, yakni pada bulan Mei, September dan Oktober. Hasil neraca air untuk DAS Maro berdasarkan skenario pengembangan ditampilkan pada Tabel 12.

Tabel 12. Neraca Air DAS Maro Skenario Pengembangan

Neraca Air DAS Maro

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Ketersediaan Air (m3/s) 211.51 236.35 300.39 289.16 131.35 102.39 116.33 77.03 77.76 73.72 148.66 224.75 Kebutuhan air Total (m3/s) 21.73 100.88 28.24 104.68 144.11 25.21 31.38 41.65 89.27 127.66 143.24 102.23 Neraca Air (m3/s) 189.78 135.46 272.15 184.48 -12.76 77.18 84.95 35.38 -11.51 -53.94 5.42 122.52

Surplus / Deifisit S S S S D S S S D D S S

Sama halnya seperti hasil neraca air di DAS Bian dan Kumbe, untuk skenario pengembangan di DAS maro menghasilkan neraca air defisit pada beberapa bulan, yakni, pada bulan Mei, September dan Oktober. Berdasarkan hasil neraca air pada DAS Bian, Kumbe, dan Maro didapat bahwa seluruh DAS mengalami defisit air pada beberapa bulan. Sebagai salah satu upaya agar kebutuhan air pada ketiga DAS tersebut dapat terpenuhi, maka diperlukan penyesuaian luasan irigasi yang akan dikembangkan yaitu dengan pengurangan luas irigasi pada ketiga DAS tersebut. Jika ditinjau dari neraca airnya agar menghasilkan nilai surplus untuk DAS Bian, Kumbe, dan Maro, maka untuk DAS Bian luas irigasi yang disarankan dikembangkan yaitu sebesar 98.200 Ha, DAS Kumbe yaitu sebesar 30.900 Ha, dan DAS Maro yaitu sebesar 63.400 Ha. Untuk lebih jelasnya apakah total luas irigasi sebesar 192.500 ha kebutuhan air irigasinya dapat terpenuhi, maka dilakukan simulasi DSS-Ribasim berdasarkan luasan irigasi tersebut. Skema alokasi air dengan software Ribasim berdasarkan pembatasan luas irigasi ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema Alokasi Air untuk Skenario Pemenuhan Kebutuhan Air Dari skema alokasi air tersebut, kemudian didapatkan hasil analisis alokasi air untuk skenario pemenuhan kebutuhan air yang ditampilkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil Analisis Alokasi Air pada DAS Bian, Kumbe, dan Maro Setelah dilakukannya pembatasan luas irigasi yang akan dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 3, bahwa pada seluruh DI pemenuhan kebutuhan airnya diatas 80% artinya melalui skenario pembatasan luas irigasi yang akan dikembangkan maka kebutuhan air terutama untuk irigasi dapat dibatasi atau disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada pada setiap DAS sehingga tidak menghasilkan kondisi defisit. Berdasakan pada air yang tersedia dapat disimpulkan bahwa luas irigasi yang dapat dikembangkan di Kab. Merauke yaitu hanya sebesar 192.500 Ha, sehingga tidak akan mampu mendukung program 1,2 juta hektar.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

Berdasarkan ketersediaan air pada DAS Bian, Kumbe, dan Maro dapat disimpulkan bahwa luas irigasi yang dapat dikembangkan di Kab. Merauke yaitu hanya sebesar 192.500 Ha, sehingga tidak akan mampu mendukung program 1,2 juta hektar Rekomendasi

Disarankan skenario pemenuhan kebutuhan air yang optimal yaitu dengan pembatasan luas irigasi maksimum sebesar 192.500 Ha, yang perinciannya pada DAS Bian 98.200 Ha, DAS Kumbe 30.900 Ha, dan DAS Maro sebesar 63.400 Ha.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis berterima kasih pada pimpinan Puslitbang Sumber Daya Air, khususnya Balai Litbang Hidrologi dan Tata Air yang telah menugaskan kami untuk meneliti Kajian Penyediaan Air irigasi di Kabupaten Merauke. Terima kasih juga disampaikan pada seluruh anggota tim kegiatan Penelitian Pengembangan Lahan Irigasi di Papua.

REFERENSI

Hatmoko, Waluyo, Radhika, Bayu Raharja, Daniel Tollenaar, and Ronald Vernimmen. 2015. “Monitoring and Prediction of Hydrological Drought Using a Drought Early Warning System in Pemali-Comal River Basin, Indonesia.” Procedia Environmental Sciences 24: 56–64. doi:10.1016/j.

proenv.2015.03.009.

Levina, Waluyo Hatmoko, Wulan Seizarwati, and Ronald Vernimmen. 2016.

“Comparison of TRMM Satellite Rainfall and APHRODITE for Drought Analysis in the Pemali-Comal River Basin.” Procedia Environmental Sciences 33. Elsevier B.V.: 187–95. doi:10.1016/j.proenv.2016.03.069.

Omar, M. 2014. “Evaluation of Actions for Better Water Supply and Demand Management in Fayoum, Egypt Using RIBASIM.” Water Science 27 (54).

National Water Research Center: 78–90. doi:10.1016/j.wsj.2013.12.008.

Ramadan, Sayed M, Abdelazim M Negm, and Talaat M Owais. 2011. “Effect of New Upper Nile Projects on the Integrated Management of the Basin:

Review and Methodology 1 . Introduction and Review.” In Fifteenth International Water Technology Conference, IWTC-15 2011, Alexandria, Egypt.

Sperna Weiland, Frederiek, Brent Boehlert, Karen Meijer, Jaap Schellekens, Jan-Petter Magnell, Jakob Helbrink, Leonard Kassana, and Rikard Liden. 2015. “The Influence of Climate Change on Tanzania’s

Hydropower Sustainability.” EGU General Assembly 2015, Held 12-17 April, 2015 in Vienna, Austria. id.8813 17. http://adsabs.harvard.edu/

abs/2015EGUGA..17.8813S.

Vernimmen, R. R E, A. Hooijer, Mamenun, E. Aldrian, and a. I J M Van Dijk.

2012. “Evaluation and Bias Correction of Satellite Rainfall Data for Drought Monitoring in Indonesia.” Hydrology and Earth System Sciences 16: 133–46. doi:10.5194/hess-16-133-2012.

Wortelboer, F.G., van de Roovart, Y. Karaaslan, M. Erdemli, B.F. Cankaya, 2015. Model for the Water Framework Directive using Ribasim and WFD Explorer, dalam buku Sustainable Watershed Management, Taylor and Francis Group, London.

HATHI

8- 10 September 2017 JAYAPURA

HIMPUNAN

AHLI TEKNIK HIDRAULIK INDONESIA

Dalam dokumen hathi (Halaman 72-78)