• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ergonomi merupakan pertemuan dari berbagai lapangan ilmu seperti antropologi, biometrika, faal kerja, hygine perusahaan dan kesehatan kerja, perencanaan kerja, riset terpakai, dan cybernetika. Namun kekhususan utamanya adalah perencanaan dari cara kerja yang lebih baik meliputi penentuan problematik, percobaan untuk pemecahan, penerapan hasil percobaan dan pembuktian efektivitas namun dalam prakteknya sering menggunakan pendekatan trail and error (Suma’mur, 1996)

Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja, baik pada sektor modern, maupun pada sektor tradisional dan informal. Pada sektor modern, penerapan ergonomi dalam bentuk pengaturan sikap, tata kerja dan perencanaan kerja yang tepat adalah syarat penting bagi efesiensi dan produktivitas kerja yang tinggi.

Sejarah Ergonomi

Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut:

1. C.T. Thackrah, England, 1831

Trackrah adalah seorang dokter dari Inggris yang meneruskan pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh para operator di tempat kerjanya. Ia mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Trackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi-meja yang kurang sesuai secara anthropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan badannya membungkuk dan iritasi indera penglihatan.

2. Frederick W. Taylor, U.S.A., 1989

Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan.

3. F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911

Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih mendetail dalam analisa gerakan

dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911, menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur turun-naik (adjustable).

Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research Board), England, 1918. Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun.

4. Elton Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933

Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi disuatu perusahaan listrik. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik seperti pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.

5. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A

Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang).

Masalah yang ada pada saat itu adalah penempatan dan identifikasi utnuk pengendali pesawat terbang, efektivitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidaknyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.

6. Pembentukan kelompok ergonomi

Pembentukan masyarakat peneliti ergonomi (The Ergonomics Research Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal (majalah ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi pada Nopember 1957. Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association) terbentuk pada 1957, dan The Human Factors Society di Amerika pada tahun yang sama. Diketahui pula bahwa Konferensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun 1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australian and New Zealand) (Diaz, 2009)

Tujuan Ergonomi

Sebagai ilmu yang bersifat multidisipliner, mengintegrasikan berbagai elemen keilmuan, seperti misalnya fisiologi, anatomi, kesehatan, teknologi, desain dan ilmu lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Tujuan ergonomi adalah (Manuaba, 1998) (a) meningkatkan kesejahtetaan fisik dan mental; (b) meningkatkan kesejahteraan sosial; (c) keseimbangan rasional antara sistem manusia atau manusia- mesin dengan aspek teknis, ekonomi, antropologi, budaya.

Untuk mengimplementasikan tujuan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh satu aspek saja, ketiga hal tersebut harus diintegrasikan secara menyeluruh. Untuk mengimplementasikan tujuan yang ingin dicapai perlu berpijak kepada kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia.

Dengan tujuan yang ideal adalah mengatur pekerjaan tersebut berada dalam batas-batas dimana manusia bisa mentolerirnya, tanpa menimbulkan kelainan (Manuaba, 1998). Di sisi lain perlu pula diperhatikan aspek task, organisasi dan lingkungan, serta pengaruh yang ditimbulkan terhadap tubuh.

Akibat pengaruh dari ketiga aspek tersebut, dari masing-masing aspek atau secara bersamaan dapat menimbulkan beban tambahan di luar beban dari pekerjaan yang sesungguhnya. The Joy Institute (1998) mengungkapkan tujuan akhir dari ergonomi adalah meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan kualitas hidup.

Chavalitsakulchai dan Shahnavaz (1993) mengemukakan bahwa, ergonomi dapat menurunkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Manuaba (1998), lebih terperinci mengatakan manfaat penerapan ergonomi antara lain pekerjaan lebih cepat selesai;

risiko penyakit akibat kerja kecil; kelelahan berkurang; dan rasa sakit berkurang atau tidak ada. Ergonomi juga diperlukan karena adanya berbagai dampak pembangunan seperti adanya kecelakaan; adanya penyakit akibat kerja; adanya polusi;

adanya ketidak puasan kerja, dan banjir dan bencana lainnya.

Ergonomi dikatakan sebagai management itu sendiri, karena keberhasilan ergonomi, jika dimanfaatkan sejak perencanaan dan memperhatikan bagaimana memilih dan mengalihkan teknologi, menyusun organisasi kerja yang tepat sehingga pada akhirnya akan terjadi hubungan dan kepuasan kerja yang baik. Lebih jauh Manuaba (2001) mengungkapkan

dari aspek definisi, ergonomi dan Total Quality Management (TQM) punya tujuan yang sama yaitu berorientasi kepada dipenuhinya keinginan atau kebutuhan para pelanggan.

Dalam rangka kompetisi globalisasi, setiap produk yang dihasilkan hendaknya benar-benar harus kompetitif, dengan kata lain harus memiliki nilai tambah. Serta produk yang sudah diproses melalui pendekatan ergonomi akan memiliki berbagai kelebihan, misalnya lebih aman dioperasikan, lebih nyaman digunakan, lebih sehat karena tidak memiliki sumber penyakit, lebih produktif, karena tidak cepat menimbulkan kelelahan.

Walaupun tujuannya sudah jelas terkadang ergonomi masih diragukan dalam operasionalnya, yang disebabkan oleh karena tidak adanya pencatatan yang baik serta tidak proaktifnya mempresentasikan keberhasilan yang telah dicapai (Hendrick, 1997). Grob dan Dong (2006) melaporkan sebagian besar penelitian yang mengungkapkan ekonomi di dalam ergonomi hanya mengungkapkan intervensi ergonomi hanya menguntungkan dalam meningkatkan keselamatan dan produktivitas atau keduannya, dan tidak melaksanakan pencatatan lain dari intervensi ergonomi yang dilaksanakan.

Ada delapan aspek yang perlu diperhatikan dalam memecahkan masalah dalam ergonomi yaitu nutrisi, pemanfaatan tenaga otot, sikap kerja, kondisi lingkungan, kondisi waktu, kondisi sosial, kondisi informasi, dan interaksi manusia-mesin. (Artayasa, 2010). Poin-poin berikut merupakan salah satu tujuan umum ergonomi dan membantu pengusaha dan organisasi dan industri dalam:

1. Pengurangan kecelakaan kerja dan penyakit.

2. Mengurangi biaya cacat bagi para pekerja.

3. Meningkatkan produktivitas.

4. Meningkatkan kualitas pekerjaan.

5. Menurunkan ketidakhadiran.

6. Menerapkan peraturan yang ada.

7. Penurunan kehilangan bahan baku. (Soni, 2006)

Fungsi Ergonomi

Ergonomi memberikan kemudahan kepada manusia dalam berbagai hal di dalam lingkungan kerja sehingga manusia memiliki kemudahan, kenyaman, serta efisiensi dalam melakukan pekerjaannya. Menurut Sutalaksana (1979), ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman (Anggraini, 2010).

Ergonomi memiliki fungsi dimana dapat memberikan kemudahan bagi manusia dalam melakukan suatu pekerjaan.

Dengan begitu kendala keterbatasan yang dimiliki oleh manusia dapat diatasi. Fungsi lainnya, ergonomi mampu mengurangi penggunaan energi lebih pada saat seseorang melakukan pekerjaan. Selin itu, ergonomi dapat mebuat seseorang menjadi lebih baik dalam melakukan suatu pekerjaan juga pruktivitas menjadi lebih baik. (Anggraini, 2010).

Sasaran dari ilmu ergonomi adalah meningkatkan prestasi kerja yang tinggi dalam kondisi aman, sehat, nyaman dan tenteram. Aplikasi ilmu ergonomi digunakan untuk perancangan produk, meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja serta meningkatkan produktivitas kerja.

Dengan mempelajari tentang ergonomi, maka kita dapat mengurangi risiko penyakit, meminimalkan biaya kesehatan, nyaman saat bekerja dan meningkatkan produktivitas dan kinerja serta memperoleh banyak keuntungan. Penilaian ergonomi di tempat kerja dapat diperoleh 3 keuntungan yaitu:

1. Mengurangi potensi timbulnya kecelakaan kerja 2. Mengurangi potensi gangguan kesehatan pada pekerja 3. Meningkatkan produktivitas dan penampilan kerja

Peran ergonomi sangat besar dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat (Hakim, 2010).

Ergonomi bisa dikatakan sebagai satu ilmu terapan dalam mencapai kesehatan dan keselamatan kerja. Ilmu ini digunakan untuk membuat pekerja merasa nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya.

Prinsip Ergonomi

Ergonomi memiliki bebarapa prinsip-prinsip yang digunakan sebagai pegangan dalam pembuatan alat-alat kerja atau fasilitas kerja, prinsip-prinsip ergonomi sebagai berikut:

1) Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan alat-alat petunjuk, cara harus melayani mesin.

2) Ukuran-ukuran anthropometri terpenting sebagai dasar ukuran-ukuran dan penempatan alat-alat industri:

Pekerjaan duduk ukurannya:

a. Tinggi duduk b. Panjang lengan atas

c. Panjang lengan bawah dan tangan d. Jarak lekuk lutut dan garis punggung

3) Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Tinggi dataran duduk yang dapat diukur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut sedangkan paha dalam keadaan datar b. Papan tolak punggung yang tingginya data

diukur dan menekan pada punggung

c. Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm d. Tinggi meja

4) Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam hal tidak mungkin, kepada pekerja diberi tempat duduk dan kesempatan untuk duduk.

5) Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23- 27º ke bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk 32- 34º ke bawah, arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat.

6) Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan didaerah tersebut, terlebih bila sikap tubuh tidak berubah.

7) Kemampuan seseorang bekerja sehari adalah 8-10 jam lebih dari itu efesiensi dan kualitas kerja menurun.

8) Waktu istirahat didasarkan pada keperluan atas dasar ergonomi. Harus dihindari istirahat-istirahat

sekehendak tenaga kerja, istirahat oleh karena turunnya kapasitas tubuh dan istirahat curian.

Ruang Lingkup Ergonomi

Ergonomi bisa dibagi menjadi beberapa bagian untuk lebih memudahkan pemahamannya. Ruang lingkup ergonomi adalah:

1. Ergonomi fisik: Berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri, karakteristik fisiologi dan biomekanika yang berhubungan dengan aktifitas fisik.

2. Ergonomi koknitif: Berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk didalamnya; persepsi ingatan dan reaksi sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen sistem.

3. Ergonomi organisasi: Berkaitan dengan optimatisasi sistem sosioteknik, termasuk struktur organisasi, kebijakan dan proses.

4. Ergonomi lingkungan: Berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan dan getaran.

Ergonomi Fisik

Ergonomi fisik membahas mengenai anthropometri, lingkungan fisik ditempat kerja, dan biomekanik. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara lain: posisi tubuh (duduk, berdiri), posisi tubuh pada saat mengangkat, menjijing beban. Ergonomi ini meliputi:

1) Anthropometri dan aplikasinya dalam ergonomi

Menurut Stevenson (1981) dan Nurminto (1991) anthropometri adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.

Anthropometri merupakan suatu pengukuran sistematis terhadap tubuh manusia terutama seluk beluk dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia anthropometri yang merupakan ukuran tubuh digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu bentuk rancangan bangun yang disebut sebagai suatu rancang bangun yang ergonomis.

Anthropometri berkaitan dengan ukuran tubuh yang sangat bervariasi. Data-data mengenai ukuran tubuh manusia penting untuk desain ruang dan alat kerja.

Ukuran tubuh manusia tergantung pada usia, jenis kelamin, keturunan, status gizi, dan kesehatan.

Biomekanika berkaitan dengan hukum mekanika dalam tubuh manusia. Tubuh manusia merupakan suatu struktur dimana gaya kopel atau momen bekerja seperti halnya pada struktur. Dengan memperhatikan kerja kekuatan mekanik pada tubuh manusia dapat dihindari cidera, sakit, atau kelelahan. Biomeknika juga memperhitungkan pembebanan yang diberikan pada tubuh pada waktu bekerja.

Pada lingkungan pabrik yang serba otomatispun manusia masih harus membuat mesin dan produk yang dihasilkan lewat jalur perakitan yang dirancang bagi manusia sebagai penggunaannya. Ukuran alat kerja menentukan sikap, gerak dan posisi kerja dari tenaga kerja, dengan demikian penerapan anthropometri mutlak diperlukan untuk menjamin adanya sistem yang baik. Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:

1. Perancangan areal kerja (work stations, interior mobil, dan lain-lain)

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, berkakas dan sebagainya.

3. Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja komputer, dan lain-lain.

4. Perancangan lingkungan fisik.

Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas dalam hal:

a. Perancangan areal kerja, perancangan peralatan kerja, perancangan produk konsumtif, perancangan lingkungan kerja fisik.

Data ini akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk

yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut.

Anthropometri merupakan bagian dari ilmu ergonomi yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia yang meliputi bentuk, ukuran dan kekuatan serta penerapanya untuk kebutuhan perancangan fasilitas aktifitas manusia. Data anthropometri sangat diperlukan untuk perancangan peralatan dan lingkungan kerja. Kenyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran alat dengan ukuran manusia. Jika tidak sesuai, maka dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat berupa lelah, nyeri dan pusing.

b. Pertimbangan desain anthropometri dan faktor manusia

Setiap manusia mempunyai bentuk yang berbeda- beda, seperti: tinggi-pendek, kurus-gemuk, tua-muda, normal-cacat. Manusia mempunyai keterbatasan fisik, contoh: letak tombol operasional atau kontrol panel yang tidak sesuai dengan bentuk tubuh menyebabkan terjadinya sikap paksa atau salah operasional. Cara penggunaan anthropometri dalam ergonomi fisik adalah dapat digunakan untuk memperkirakan posisi tubuh yang baik dalam bekerja. Pengukuran dalam dimensi struktur tubuh (pengukuran dalam berbagai posisi standart dan tidak bergerak seperti berat, tinggi saat duduk atau berdiri, ukuran kepala, tinggi, panjang lutut saat berdiri atau duduk, panjang lengan). Hal ini dapat dilakukan dengan tujuan mencegah terjadinya kelelahan pada pekerja pada saat melakukan pekerjaannya.

c. Pedoman yang mengatur ketinggian landasan kerja pada posisi duduk perlu pertimbangan antara lain:

i. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama.

ii. Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diatur naik dan turun.

iii. Ketinggian landasan dan tidak memerlukan fleksi tulang belakang yang berlebihan.

iv. Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisis rileks dari bahu,

dengan lengan bawah mendekati posisi horisontal atau sedikit turun.

d. Pedoman kerja posisi berdiri

Kerja posisi berdiri lebih melelahkan daripada posisi duduk dan energi yang dikeluarkan lebih banyak 10%-15% dibandingkan posisi duduk. Ketinggian landasan kerja posisi berdiri sebagai berikut:

i. Pekerjaan dengan ketelitian, tinggi landasan adalah 5-10cm diatas tinggi siku berdiri.

ii. Pekerjaan ringan, tinggi landasan adalah 10- 15cm dibawah tinggi siku berdiri.

iii. Pekerjaan dengan penekanan, tinggi landasan adalah 15-40cm dibawah tinggi siku berdiri.

e. Posisi duduk-berdiri mempunyai keuntungan secara biomekanis dimana tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih rendah dibandingkan dengan posisis duduk maupun berdiri terus menerus.

i. Kerja suatu saat duduk dan suatu saat berdiri ii. Kerja perlu menjangkau sesuatu >40cm kedepan

atau 15cm diatas landasan.

f. Tinjauan umum tentang mengangkat beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung.

Workstation

Workstation adalah tempat saat seorang pekerja melakukan aktifitas pekerjaan. workstation ini dapat ditempati sepanjang waktu atau mungkin salah satu dari beberapa tempat dimana pekerjaan dilakukan. Workstation yang dirancang dengan baik adalah penting untuk mencegah penyakit yang berkaitan dengan kondisi kerja yang buruk, serta untuk memastikan pekerjaan yang produktif. Setiap workstation harus dirancang dengan baik pekerja dan tugas dalam pikiran sehingga pekerjaan yang dapat dilakukan dengan nyaman, lancar dan efisien. Jika workstation dirancang dengan benar, pekerja harus mampu mempertahankan postur tubuh yang nyaman dan benar. Hal ini penting karena

merupakan sikap kerja tidak nyaman dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti:

i. Back injury;

ii. Gangguan peredaran darah di kaki.

Penyebab utama dari kedua masalah ini adalah:

a. Tempat duduk dirancang buruk;

b. Berdiri untuk waktu yang lama;

c. Menjangkau terlalu jauh;

d. Pencahayaan yang tidak memadai

Pengenalan permasalahan ergonomi di tempat kerja perlu mempertimbangkan beberapa aspek (bidang kajian ergonomi), yaitu:

1. Anatomi dan gerak

Terdapat 2 (dua) hal penting yang berhubungan, yaitu:

a. Anthropometris

Dimensi anthropometris dipengaruhi oleh:

i. Jenis kelamin ii. Perbedaan bangsa iii. Sifat yang diturunkan iv. Kebiasaan yang berbeda b. Biomekanik kerja

Misalnya dalam hal penerapan ilmu gaya antara lain sikap duduk atau berdiri yang tidak atau kurang melelahkan karena posisi yang benar dan ukuran peralatan yang telah diperhitungkan.

2. Fisiologi

Dibagi menjadi:

a. Fisiologi lingkungan kerja

i. Berhubungan dengan kenyamanan

ii. Pengamanan terhadap potential hazards, ruang gerak yang memadai

b. Fisiologi kerja 3. Psikologi

4. Rasa aman, nyaman dan sejahtera dalam bekerja yang didapatkan oleh tenaga kerja. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan kerja (cahaya, ventilasi, posisi kerja dan lain- lain) tidak menimbulkan stress pada pekerja. Rekayasa dan teknologi antara lain:

a. Merupakan kiat-kiat untuk mendisain peralatan yang sesuai dengan ukuran tubuh dan batasan-batasan pergerakan manusia

b. Memindahkan seseorang dalam melakukan pekerjaannya sehingga lebih efisien dan lebih produktif, untuk itu diperlukan disain mesin yang sesuai dengan operatornya.

c. Memberi rasa aman terhadap pekerjaannya.

5. Penginderaan

Kemampuan kelima indera manusia menangkap isyarat-isyarat yang datang dari luar.

Aplikasi Ergonomi Dalam Kesehatan

Lebih dari dua puluh subkelompok teknis dalam Ergonomi Faktor Manusia dan Masyarakat (EFMM) menunjukkan berbagai aplikasi untuk ergonomi. Faktor manusia rekayasa terus berhasil diterapkan antara lain di bidang dirgantara, penuaan, perawatan kesehatan, IT, desain produk, transportasi, pelatihan, dan lingkungan virtual nuklir.

Ergonomi fisik memiliki arti penting dalam bidang medis, khususnya dalam menegakkan diagnosis penyakit fisik seperti gangguan arthritis (baik kronis dan temporer) atau sindrom carpal tunnel. Untuk melaksanakan program ergonomic atau intervensi ergonomic di perusahaan atau organisasi, maka diperlukan 3 (tiga) langkah awal untuk menuju kesuksesan yang meliputi:

1. Membangun komitmen dari manajemen

2. Membentuk tim ergonomic atau EHS (Ergonomic, Health and Safety)

3. Mengadakan pelatihan ergonomi untuk mendorong adanya partisispasi dari seluruh karyawan

Pelaksanaan intervensi ergonomi disarankan melibatkan karyawan dari level paling bawah hingga manajemen level paling atas sejak perancangan yang dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan reaktif, perancangan program dilakukan untuk memperbaiki kondisi lingkungan kerja yang sudah ada agar lebih ergonomis, sehat dan aman dan pendekatan pro aktif, perancangan program dilakukan untuk membuat kondisi lingkungan kerja yang baru agar lebih ergonomis, sehat dan aman hingga implementasi

(partisipatori ergonomi). Pada akhirnya pelaksanaan intervensi ergonomi yang tepat akan membantu pekerja menjalankan aktivitas pekerjaannya menjadi lebih baik dan terhindar dari masalah kesehatan.