• Tidak ada hasil yang ditemukan

kesehatan. Faktor tersebut dapat digambarkan dalam skema timbulnya masalah kesehatan yang dikemukakan oleh L.Blum.

Gambar 9.1

Determinan Faktor Kesehatan Pada Individu, Keluarga Dan Komunitas Pekerjaan

Faktor Keturunan

Berbagai penyakit yang terjadi pada anggota masyarakat sering tidak dapat dihindari karena terjadi dan terbawa sejak dalam kandungan. Hal ini disebabkan karena terjadi kelainan pembawa sifat (kromosom) dalam sel kelamin sehingga menghasilkan keturunan yang mewarisi kelainan antara lain berupa cacat bawaan, tendensi alergi, tendensi reaksi kejiwaan, penyakit kelainan darah dan penyakit keturunan lainnya.

Namun demikian perlu dibedakan penyakit cacat bawaan yang didapat karena kelainan pembawa sifat dan kelainan sejak lahir yang disebabkan karena penyakit atau keracunan sewaktu dalam kandungan sehingga berbagai upaya pencegahan akan dapat dilakukan agar kelainan yang didapat sewaktu dalam kandungan dapat dicegah. Beberapa penyakit

Psikobiologi / Genetik

Lingkungan:

Fisik

Kimia

Biologi

Sosial

Psikologi

Ekonomi

Budaya

Ergonomi

Pelayanan Kesehatan:

Fasilitas

Tenaga

Sistem Kesehatan:

Individu

Komunitas

Perilaku:

Sikap

Pengetahuan

Falsafah Hidup

bawaan dapat dihubungkan dengan kondisi lingkungan akibat kekurangan mineral (zat gizi), pernikahan dengan saudara kandung dan infeksi.

Faktor Lingkungan

Berbagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi derajat kesehatan pada individu atau kelompok masyarakat antara lain:

1. Lingkungan fisik

Kejadian yang mempengaruhi lingkungan fisik dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan antara lain:

a. Panas, dingin, getaran akan memicu masalah kesehatan pada musculoskeletal

b. Udara dingin dan lembab akan memicu asma, sinusitis, infeksi saluran nafas dan lain-lain

c. Sinar X, sinar ultraviolet akan dapat memicu kanker d. Debu akan memicu terjadinya silikosis, iritasi

saluran nafas

e. Perubahan tekanan udara akan dapat menyebebkan nyeri pada persendian dan gangguan pendengaran

2. Lingkungan kimia

Bebagai bahan kimia yang digunakan sehari-hari dapat mengakibatkan masalah kesehatan apabila tidak dikelola dengan baik. Dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh bahan kimia ini dapat terjadi sekitar 20 sampai 50 tahun setelah terpapar sehingga hal ini cukup menyulitkan melacak bahan kimia yang menyebabkan masalah kesehatannya. Beberapa bahan kimia yang perlu diwaspadai adalah:

a. Pestisida b. Zat pewarna c. Bahan pengawet d. Minyak pelumas e. Cat kayu

f. Fiberglass

g. Debu arang batubara h. Kosmetik

3. Lingkungan biologi

Berbagai makhluk hidup dan jasad renik dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Tumbuhnya beberapa jenis jamur (Actinomycetes thermophilic) pada alat pendingan ruangan akan mempermudah dan mempercepat penyebaran spora. Gangguan kesehatan akibat jamur dapat memperikan manifestasi berupa gejala serupa influenza, pusing, mual, sulit tidur, kadang disertai sesak nafas pada extrinsic allergic alveolitis. Apabila gejala tersebut ditemukan pada karyawan perkantoran dengan ruang tertutup ber-AC dan meggunakan komputer, maka penderita mengalami Sindroma Gedung Cebol (Tight Building Syndroma)

4. Lingkungan ekonomi

Strata ekonomi sangat erat kaitannya dengan berbagai macam risiko timbulnya gangguan kesehatan. Pada strata ekonomi menengah dan tinggi, masalah kesehatan yang timbul seringkali diakibatkan kelebihan gizi, kolesterol tinggi, stress psikologis karena pergeseran pola kehidupan modern yang dapat memicu penyakit kencing manis, hipertensi, gangguan ginjal dan sebagainya.

5. Lingkungan sosial budaya

Pada era pergeseran pola hidup dan transisi lingkungan perlu dicermati oleh para dokter. Pergeseran ini dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan antara lain: penyakit menular sexual, penyalahgunaan obat dan “kecelakaan” pada remaja. Untuk mengatasi keadaan ini dapat dikembangkan norma atau kebisaaan hidup sehat dengan berbagai bentuk dan manifestasinya pada individu, keluarga dan komunitas sehingga dapat mendorong terjadinya sosialisasi perilaku hidup sehat.

Faktor Perilaku

Perilaku hidup sehat dapat dimulai dengan mendapatkan sebanyak mungkin pengetahuan tentang cara hidup sehat dan timbulnya berbagai macam penyakit, sehingga pengetahuan ini akan menimbulkan sikap yang positif terhadap pola hidup sehat.

Beberapa contoh kebisaaan hidup sehat adalah:

1. Spiritual, falsafah hidup beragama yang baik dan benar 2. Makan dan minum yang baik secara kuantitatif dan

kualitatif

3. Olahraga teratur 4. Kebisaaan tidur teratur

5. Upaya melindungi diri dari berbagai ancaman kesehatan, misalnya: imunisasi

6. Pemeriksaan kesehatan berkala Faktor Pelayanan Kesehatan

Kualitas pelayanan kesehatan ditentukan oleh sarana, tenaga dan sistem/metode pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang memandang penderita secara seutuhnya merupakan tuntutan pelayanan kesehatan yang paripurna.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan, selain memperhatikan pelayanan medis juga perlu dipertimbangkan keadaan ekonomi, social, budaya dan psikologi dari penderita tersebut.

Penderita dan dokter seharusnya berunding secara detail mengenai cara penanggulangan masalah kesehatannya sehingga penderita terdidik dan terlatih untuk dapat menghindari sakit yang lebih parah. Masyarakat sangat perlu diberikan informasi kesehatan secara lengkap dan jelas sehingga masyarakat tidak merasa takut dan menghindari pelayanan kesehatan.

Strategi Pelayanan Kesehatan Kerja

Untuk menangani masalah kesehatan kerja, secara umum dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1

Pada langkah pertama, penanganan kesehatan kerja dilakukan dengan segala upaya yang ditujukan pada proses produksi yang tercakup dalam seluruh lingkup, yaitu:

a. Pada lingkup keluarga

Mengetahui segala kegiatan fisik dan psikologis anggota keluarga sehingga dapat diperkirakan berbagai faktor yang berhubungan dengan setiap masalah kesehatan yang dialami.

b. Pada lingkup pekerjaan

Mengetahui segala kegiatan produksi sejak awal hingga akhir meliputi: bahan baku, cara produksi, bahan samping, ergonomi kerja sehingga dapat dilakukan pengendalian terhadap faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan karyawan.

Langkah 2

Pada langkah kedua penanganan kesehatan kerja dilakukan dengan memperhatikan faktor lingkungan yang meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan kerja, yaitu dengan cara:

a. Mengidentifikasi lingkungan fisik perumahan agar dapat menilai dan memberikan advis sehubungan dengan kesehatan.

b. Melakukan pengukuran terhadap kandungan bahan berbahaya pada kesehatan serta memberikan advis perbaikannya secara berkala

c. Melakukan pemantauan terhadap sarana kebersihan lingkungan dan keselamatan kerja.

Langkah 3

Pada langkah ini penanganan kesehatan kerja dilakukan melalui upaya pelayanan kesehatan terhadap karyawan dengan memperhatikan tingkatan pencegahan, yaitu:

a. Pencegahan primer yang meliputi Health Promotion dan Spesific Protection dapat dilakukan dengan kegiatan:

1. Pembinaan kehidupan spiritual sehingga mampu menjalani kehidupan lebih baik dan bahagia, mensyukuri segala kenikmatan yang telah dicapainya.

2. Makan dan minum yang berkualitas serta cukup kuantitas.

3. Menghindari merokok, minum beralkohol dan menghindari penyalahgunaan obat terlarang serta bila mengkonsumsi jamu atau pengobatan alternatif sesuai dengan petunjuk ahlinya.

4. Kontrol kesehatan 5. Proteksi kesehatan

6. Pemeriksaan kesehatan berkala khususnya pada karyawan dengan risiko terpajan bahan berbahaya seperti: arsen, cadmium, timah hitam, merkuri, mangaan, benzene, silica bebas, asbestos, vinyl chloride, organophosphate dan ruangan bertekanan tinggi.

7. Penyuluhan kesehatan secara tepat dan berkala.

b. Pencegahan sekunder dengan melakukan diagnosa sedini mungkin (early diagnosis) terhadap masalah kesehatan yang timbul dan memberikan pengobatan dengan tepat (promt treatment). Diagnosis dini dan pengobatan dengan tepat harus dilakukan secara holistik dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan tersebut. Hal ini harus dilakukan dengan cepat dan tepat untuk mencegah timbulnya kecacatan.

Pengobatan dilakukan terhadap:

1. Status kesehatan (morbiditas, mortalitas, kecacatan) dengan melakukan pengobatan medikamentosa, misalnya dengan memberikan antidotum atau terapi spesifik.

2. Upaya kesehatan dengan melakukan evaluasi dan koreksi terhadap berbagai upaya pengobatan yang telah dan sedang dilakukan serta merencanakan upaya yang lebih tepat dan sesuai.

3. Lingkungan yang meliputi lingkungan kerja dan lingkungan keluarga yang disesuaikan dengan realita yang dialami oleh penderita.

c. Pencegahan tersier dilakukan apabila sudah terjadi kecacatan sehingga harus dilakukan upaya rehabilitasi secara dini dan tepat agar kualitas hidup penderita dapat dipertahankan minimal dapat menjalankan kehidupan dasar (makan, minum, mandi). Selain itu diupayakan untuk mengembalikan fungsi fisik psikologis dan sosial dalam proses penyembuhan suatu penyakit.

Langkah 4

Pada langkah ini penanganan kesehatan kerja dilakukan dengan memperhatikan segala bentuk kebijakan pimpinan perusahaan yang dapat mendukung langkah I, II dan III dengan mempertimbangkan pendekatan “reward and punishment” sehingga tercipta ethos kerja yang tinggi di kalangan karyawan. Selanjutnya diharapkan dapat tercipta paradigma hidup sehat.

Penanganan masalah kesehatan kerja dengan pendekatan manajemen dapat dilakukan:

a. Terhadap proses kerja yang meliputi:

i. Kebijakan design pabrik, perbaikan alat alat proses

ii. Kebijakan substitusi iii. Kebijakan jadwal produksi b. Terhadap lingkungan kerja:

Kebijakan terhadap jadual kerja, biaya, standard lingkungan yang diperkenankan.

c. Terhadap karyawan:

i. Menunjang program pelayan program yang holistik, profesional dan berkualitas.

ii. Mengembangkan sistem reward and punishment Langkah 5

Pada langkah ini penanganan masalah kesehatan kerja dilakukan melalui upaya pelaksanaan dengan berdasarkan pada segala macam perundangan dan peraturan yang bertujuan melindungi karyawan agar sehat dan sejahtera.

Peraturan dan perundangan meliputi hukum nasional maupun internasional. Beberapa aturan dan perundang-undangn yang dapat dijadikan acuan antara lain:

1. UU no 14 tahun 1969, tentang Ketentuan Pokok Tenaga Kerja

2. UU no 1 tahun 1972, tentang Keselamatan Kerja 3. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan

4. UU no. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

5. UU no. 25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan 6. UU Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup

7. Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor KEP-02/MENKLH/1/1988 tanggal 19 Januari 1988 tentang Batasan Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Mutu Udara Emisi.

8. UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

9. Keputusan Presiden No.22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.

10. Konvensi No. 155/1981, ILO menetapkan kewajiban setiap negara untuk merumuskan melaksanankan dan mengevaluasi kebijaksanaan nasionalnya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungannya.

Penanganan masalah kesehatan kerja apabila hanya melihat dari faktor penderita saja, maka tidak akan dapat menyelesaikan masalah kesehatan secara holistik dan terintegratif. Keadaan ini dapat memunculkan masalah baru baik yang berkaitan dengan kesehatan secara langsung ataupun secara tidak langsung.

PERTOLONGAN PERTAMA