• Tidak ada hasil yang ditemukan

FARMASI SOSIAL, PENDIDIKAN, DAN REGULASI

Dalam dokumen Untitled - Universitas Udayana (Halaman 144-189)

99 Pelaksanaan Pelayanan Resep Berdasarkan Permenkes RI No. 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Wilayah Kota Denpasar

I Nyoman Gede Tri Sutrisna,1* Kadek Duwi Cahyadi,1 Ni Luh Putu Yudiarini2

1Akademi Farmasi Saraswati Denpasar, Bali 80233, INDONESIA

2 Prodi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana, Bali 80232, INDONESIA

*Email korespondensi: tri_mata05@yahoo.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Dalam rangka menjamin mutu pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, pemerintah mengeluarkan Permenkes RI No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Salah satu bentuk pelayanan kefarmasian di apotek adalah pelayanan resep. Pelayanan resep merupakan suatu proses pelayanan terhadap permintaan tertulis dokter kepada tenaga kefarmasian untuk menyediakan dan menyerahkan obat yang diminta untuk pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Pelayanan resep hanya dapat dilakukan oleh apoteker.

Tujuan: Penelitian ini berTujuan untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan resep berdasarkan Pemenkes RI No. 35 Tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek wilayah kota Denpasar.

Metode: Penelitian dirancang sebagai penelitian observasional dengan menggunakan Metode pengumpulan data cross sectional. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang diisi oleh responden yang ditentukan secara random sampling. Sampel terdiri dari 94 responden yaitu Apoteker yang bekerja di apotek wilayah Kota Denpasar.

Hasil penelitian: Pelaksanaan pelayanan resep pada saat penerimaan resep yaitu sebanyak 79 responden (84,04%) baik dan 15 responden (15,96%) cukup baik. Pelaksanaan pelayanan resep pada saat penyiapan obat yaitu sebanyak 83 responden (88,30%) baik dan 11 responden (11,70%) cukup baik. Pelaksanaan pelayanan resep pada saat penyerahan obat yaitu sebanyak 91 responden (96,81%) baik dan 3 responden (3,19%) cukup baik.

Pelaksanaan standar pelayanan resep pada saat pemberian informasi yaitu sebanyak 71 responden (75,53%) baik dan 21 responden (22,34%) cukup baik.

Kesimpulan: Pelaksanaan pelayanan resep berdasarkan permenkes RI No. 35 Tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek wilayah kota Denpasar 82 responden (87,23%) baik dan 12 responden (12,77%) cukup baik.

Kata kunci: Pelayanan resep, apoteker, standar pelayanan kefarmasian, apotek.

100 Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian Obat Cacing

pada Anak di Desa Matagara Kabupaten Tangerang tahun 2016 Sofi Nurmay Stiani, Yusransyah, Amelia Lestari

STF Muhammadiyah Tangerang

Email: sofia240586@gmail.com ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian Obat Cacing pada Anak di Desa Matagara Kabupaten Tangerang Tahun 2016. Kecacingan adalah kumpulan gejala gangguan kesehatan akibat adanya cacing parasit di dalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian obat cacing pada anak di Desa Matagara Kabupaten Tangerang tahun 2016. Penelitian ini menggunakan Metode deskriptif dengan menggunakan kuesioner terhadap 100 responden. Pengambilan sampel pada penelitian secara Random sampling. Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji Chi square. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa adanya hubungan anatara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian obat cacing pada anak (PValue=0,012), dan adanya hubungan antara sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian obat cacing pada anak (PValue=0,044).

Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pemberian Obat Cacing.

Kode Abstrak: PFS-2

101 Pengaruh Pemberian Edukasi Pada Pasien Pengguna Antibiotik Dalam Resep Dari

Beberapa Apotek Wilayah Surabaya

Angelica Kresnamurti(1), Rizal Umar Rahmadhani(2), Totok Sudjianto(3), Yeni Agustinah(1), Vatmala Rahmawati(1), Desy Kumala Sari(1)

(1) Fakultas Farmasi Unika Widya Mandala Surabaya, Jl. Raya Kalisari Selatan No. 1 (2) Praktisi apotek – pengurus IAI PC Surabaya

(3) Pengamat masalah pekerjaan kefarmasian – pengurus IAI Pusat

Korespondensi : yanananda1952@yahoo.com, angelicakresnamurti@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit infeksi masih menjadi masalah serius di Indonesia. Salah satu penatalaksanaan infeksi dengan menggunakan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat memicu terjadinya resistensi bakteri sehingga pasien perlu diberikan pengetahuan tentang antibiotik.

Tujuan penelitian : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap pengetahuan pasien pengguna antibiotik dalam resep.

Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan desain ekperimen semu dan dilakukan pre-post test design, Metode edukasi yang digunakan adalah dengan Metode diskusi melalui home visit beserta pemberian media informasi melalui buku modul yang melibatkan 76 pasien yang mendapatkan resep antibiotik selama bulan Februari 2016.

Edukasi dilakukan pada pasien dalam masa terapi penggunaan antibiotika.

Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pasien tentang indikasi antibiotika (p=0,000), cara penggunaan antibiotika (p=0,000), lama penggunaan antibiotika (p=0,000), waktu penggunaan antibiotika (p=0,000), efek samping antibitioka (p=0,000), dan lama konsumsi antibiotika (p=0,000) mempunyai perbedaan signifikan (p<0,05) dengan pengetahuan pasien sebelum edukasi. Pengetahuan pasien mengenai materi-materi tersebut meningkat setelah dilakukan post test melalui Metode kuisioner.

Kesimpulan : Hasil dari penelitian ini adalah pemberian edukasi melalui tehnik diskusi dilengkapi dengan pemberian media informasi melalui modul pada pasien memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan pasien dalam menggunakan antibiotik dalam resep.

Kata kunci: antibiotik, edukasi, modul, pengetahuan, pasien

102 Kepuasan Pasien BPJS Kesehatan terhadap Kualitas Pelayanan Kefarmasian di

Pusat Kesehatan Masyarakat (Analisis Menggunakan SERVQUAL Model dan Customer Window Quadrant)

Gesnita Nugraheni1*, Liga Riskya Putri2, Catur Dian Setiawan1, I Nyoman Wijaya1,

1Departemen Farmasi Komunitas, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya 60286, INDONESIA

2Mahasiswa Program Studi S1 Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

*Email korespondensi: gesnita@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Sistem jaminan kesehatan nasional di Indonesia baru beroperasi sejak 2014 melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Evaluasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan penting dilaksanakan untuk mengupayakan pelayanan yang lebih baik, termasuk pelayanan kefarmasian di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai fasilitas kesehatan tingkat 1 dari BPJS Kesehatan.

Tujuan: Penelitian ini berTujuan untuk mengetahui kepuasan pasien BPJS terhadap pelayanan kefarmasian di puskesmas.

Metode: Sepuluh puskesmas di wilayah Surabaya Barat menjadi tempat pengambilan data.

Responden dipilih secara non-random dengan Metode accidental sampling. Responden adalah peserta BPJS yang pernah mengambil obat di puskesmas lebih dari sekali.

Kuesioner dibuat berdasarkan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas serta aspek lain yang termasuk dalam Service Quality (SERVQUAL) Model, untuk dibandingkan antara kinerja dan harapan. Pilihan jawaban menggunakan skala Likert. Uji validitas meliputi validasi isi, rupa, dan konstruk sedangkan uji reliabilitas menggunakan cronbach alpha. Analisis prioritas perbaikan dilakukan menggunakan Customer Window Quadrant (CWQ).

Hasil penelitian: Item-item dalam kuesioner telah valid (rhitung>rtabel) dan reliabel (αkinerja=0,879; αharapan=0,850). Seratus responden terdiri dari 84% perempuan, berusia 25- 64 tahun (82%), bekerja disektor swasta/wiraswasta atau ibu rumah tangga (96%) serta mayoritas berpendidikan terakhir SMA/sederajat (46%). Responden tidak puas pada kelima aspek dalam SERVQUAL Model: (1) Tangible, (2) Reliability, (3) Responsiveness, (4) Assurance, dan (5) Empathytotal=-5,60). Item-item yang harus ditingkatkan kinerjanya (kuadran A) sebagian besar berkaitan tentang peningkatan pelayanan konseling obat seperti konfirmasi pemahaman pasien terhadap informasi yang disampaikan, saran tentang makanan/minuman yang sebaiknya dihindari, serta kualitas tempat penyerahan obat.

Kesimpulan: Dengan adanya harapan pasien BPJS terhadap kualitas pelayanan kefarmasian yang relatif tinggi, apoteker seyogyanya melakukan evaluasi dan perbaikan berkesinambungan. Edukasi terhadap pasien BPJS mengenai pelayanan kefarmasian yang baik juga diperlukan agar pasien menyadari pentingnya dilakukan pelayanan kefarmasian yang bermutu.

Kata kunci: kepuasan pasien, kinerja, harapan, pelayanan kefarmasian, puskesmas Kode Abstrak: PFS-4

103 Formulasi Dan Uji Aktivitas Sediaan Gel Penyubur Rambut Ekstrak Lapisan Putih

Buah Semangka (Citrullus Vulgaris) Rahmat Santoso*, Dolih Ghozali**, Erix Priando*

Sekolah Tinggi Farmasi Bandung*

Fakultas Farmasi Universitas Pajajaran Bandung**

santozr64@gmail.com ABSTRAK

Semangka (Citrullus Vulgaris) merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai penyubur dan mempercepat pertumbuhan rambut. Kulit semangka mengandung senyawa sitrulin dan arginin yang berperan dalam mempercepat pertumbuhan rambut. Penelitian ini dilakukan untuk membuat sediaan gel yang mengandung ekstrak kulit semangka sebagai perangsang pertumbuhan rambut yang baik, efektif dan aman.Pada penelitian ini dilakukan formulasi sediaan gel sebagai perangsang pertumbuhan rambut dengan 3 formula yang berbeda, yaitu dengan penambahan ekstrak kulit semangka untuk formula A (10%), formula B (20%) dan formula C (30%). Ketiga formula sediaan gel yang dihasilkan dilakukan pengujian stabilitas selama 1 bulan dengan suhu penyimpanan yaitu suhu kamar (25-30° C) dan uji freeze thaw, dengan parameter pengujian meliputi pemeriksaan organoleptik, uji pH, uji daya sebar dan uji viskositas serta dilakukan pengujian efektivitas sediaan untuk melihat efek pertumbuhan rambut terhadap kelinci New-Zealand White jantan.Hasil penelitian pengujian stabilitas sediaan untuk pengamatan organoleptik pada penyimpanan suhu kamar (25-30° C) menunjukkan bahwa ketiga formula sediaan gel ekstrak kulit semangka stabil selama 1 bulan penyimpanan dan uji freez thaw sediaan stabil selama 4 siklus penyimpanan. Pengujian stabilitas untuk parameter berat jenis dan pH sediaan pada suhu kamar (25-30° C) relatif stabil selama 2 bulan penyimpanan, dimana ketiga formula A, B dan C memiliki harga pH berkisar 5,00 - 6,00 dan daya sebar berkisar 4 – 7 cm. Hasil pengujian efektifitas diperoleh data statistik anova sangat berbeda nyata (P≤0,01 maka dapat disimpulkan H1 diterima yang berarti ada perbedaaan yang sangat nyata antara pemberian sediaan gel ekstrak kulit semangka terhadap pertumbuhan rambut kelinci.. Hal ini menunjukkan bahwa formula C yang mengandung ekstrak kulit semangka dengan konsentrasi 30 % mempunyai efek signifikan yang paling mendekati nilai kontrol positif terhadap pertumbuhan rambut.

Kata kunci :kulit semangka, semangka, gel, rambut

104 Kepuasan Pasien Bpjs Terhadap Pelayanan Kefarmasian Di Pusk esmas Wilayah

Surabaya Pusat

Beril Fairus Pratama, I Nyoman Wijaya, Umi Athiyah, Catur Dian Setiawan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

Koresponden: nyoman_ffua@yahoo.com ABSTRAK

Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang sangat dibutuhkan masyarakat. Pelayanan kefarmasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan di Puskesmas. BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi pelayanan kefarmasian adalah tingkat kepuasan pasien BPJS. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas wilayah Surabaya Pusat. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas wilayah Surabaya Pusat, dengan jumlah sampel 103 responden yang diambil secara accidental sampling menggunakan kuesioner dengan skala Likert. Analisa data dilakukan dengan mencari skor rata-rata kepuasan dan harapan pasien lalu dianalisis menggunakan Metode Servqual dan importance-performance matrix. Metode servqual digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang diwakili oleh pernyataan-pernyataan dalam kuesioner. Sedangkan analisis importance- performance matrix untuk mengetahui kepuasan pelayanan kefarmasian secara keseluruhan. Hasil penelitian ini adalah pasien BPJS di Puskesmas wilayah Surabaya Pusat secara umum tidak puas terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas wilayah Surabaya Pusat. Menurut Metode analisis importance-performance matrix pelayanan kefarmasian yang perlu ditingkatkan di Puskesmas wilayah Surabaya Pusat adalah adanya tempat penyerahan obat yang lebih memadai, petugas apotek memberikan informasi tentang efek samping obat dan kecepatan pelayanan petugas apotek puskesmas.

Berdasarkan penelitian ini disarankan kepada Apoteker Puskesmas wilayah Surabaya Pusat untuk memperbaiki kualitas pelayanan kefarmasiannya.

Kata kunci: Kepuasan, pelayanan kefarmasian, BPJS, Puskesmas

Kode Abstrak: PFS-6

Persepsi Apoteker Terhadap Peran Apoteker Dalam Tata Laksana Hipertensi di Apotek

Lourenzdita Nur Kencana Dewi,1* Wahyu Utami,1 dan Hanni Prihhastuti Puspitasari.1

1Departemen Farmasi Komunitas, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya 60286, INDONESIA

*Email korespondensi: lourenzditankd@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Apoteker mempunyai peran penting dalam tata laksana hipertensi diantaranya memberi edukasi kepada pasien mengenai penyakit hipertensi, terapi farmakologi dan non-farmakologi, memantau kondisi dan pengobatan pasien, serta merujuk pasien menemui dokter apabila diperlukan. Hasil wawancara dengan apoteker dari beberapa negara berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa persepsi negatif dari apoteker merupakan salah satu faktor penghambat implementasi tata laksana hipertensi dalam praktik sehari-hari.

Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi apoteker di Indonesia tentang tata laksana hipertensi yang meliputi: melakukan assesmen, melakukan penyusunan rencana pelayanan kefarmasian, melaksanakan rencana pelayanan kefarmasian yang sudah disusun, dan melakukan monitoring.

Metode: Pengambilan data penelitian dilakukan dengan Metode wawancara bebas terpimpin terhadap 13 apoteker di apotek wilayah Surabaya yang dipilih secara purposive sampling. Seluruh wawancara direkam dan ditranskrip secara verbatim.

Selanjutnya data diolah berdasarkan thematic analysis.

Hasil penelitian: Dari hasil wawancara didapatkan empat tema terkait tata laksana hipertensi di apotek meliputi: assesmen dan dokumentasi, rekomendasi terapi, konseling, dan monitoring. Rekomendasi terapi atas permintaan obat hipertensi berdasarkan resep maupun tanpa resep dan konseling merupakan perwujudan dari penyusunan dan pelaksanaan rencana pelayanan kefarmasian. Secara umum para informan memiliki persepsi positif terhadap aktivitas tata laksana hipertensi tersebut. Meskipun demikian, terdapat perbedaan persepsi terkait konseling terhadap pola hidup pasien dan pelaksanaan monitoring tekanan darah pasien di apotek karena beberapa informan beranggapan bahwa kedua hal tersebut merupakan wewenang dokter. Sebagai tambahan para informan menyebutkan adanya kendala dalam pelaksanaan aktivitas tata laksana hipertensi meliputi: keterbatasan waktu, jumlah staf, dan biaya operasional.

Kesimpulan: Secara umum apoteker yang menjadi informan dalam penelitian ini memiliki persepsi positif terhadap aktivitas tata laksana hipertensi di apotek. Namun, aktivitas tersebut tidak berjalan dengan maksimal karena adanya kendala yang dihadapi apoteker dalam praktik sehari-hari.

Kata kunci: persepsi apoteker, tata laksana hipertensi, apotek.

Pengukuran Kualitas Hidup Mahasiswa Profesi Apoteker Dengan Health Related Quality Of Life ( Hrqol ) Sf-6d Di Fakultas Farmasi Universitas “X” Yogyakarta

Ana Hidayati, Farida Nur Mufliha Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

ABSTRAK

Kualitas hidup individu dipengaruhi oleh status kesehatannya masing-masing.

Individu sehat maupun sakit dapat diukur kualitas hidupnya. Pengukuran kualitas hidup dilakukan pada mahasiswa karena saat ini tidak mengalami penyakit tertentu selain itu mahasiswa memiliki proporsi kegiatan yang besar. Pengukuran menggunakan instrumen Short Form 36 (SF-36). Penelitian berTujuan untuk mengetahui nilai kualitas hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup mahasiswa.

Penelitian ini menggunakan rancangan crossectional. Responden merupakan mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker angkatan XXXI di Fakultas Farmasi Universitas X yang diberi kuesioner SF-36 dan form karakteristik responden. Analisis untuk SF-36 dipetakan ke SF-6D dan data karakteristik dinyatakan dalam presentase.

Analisis hubungan antara karakteristik responden dengan kualitas hidup dilakukan dengan Uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis.

Jumlah subyek yang digunakan pada penelitian berjumlah 126 mahasiswa. Hasil kualitas hidup mahasiswa profesi apoteker pada SF-6D menunjukkan nilai sebesar 0,739.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan jenis transportasi (p=0,039) dan riwayat penyakit (p=0,01).

Nilai kualitas hidup mahasiswa dari SF Indeks pada SF-6D yaitu 0,739.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup mahasiswa adalah transportasi dan riwayat penyakit.

Kata kunci : kualitas hidup, mahasiswa profesi apoteker, SF-36, SF-6 Kode Abstrak: PFS-8

Evaluasi Data Penyebab Pengembalian Sediaan Farmasi Pasien Rawat Inap di Satelit Farmasi Rawat Inap Terpadu Gedung A Januari 2016 RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo

Meritha Sofia,* Bekti Wahyuningrum, Rina Mutiara

Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta 10430,INDONESIA

*Email korespondensi: yopims@yahoo.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Pengelolaan perbekalan farmasi (PF) harus dikelola secara efektif karena merupakan komponen terbesar dalam pengeluaran rumah sakit, dimana data kebutuhan obat rumah sakit tidak selalu sesuai dengan kebutuhan. Pengelolaan PF yang efektif dan efisien mendukung mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Berdasarkan data evaluasi selisih stok di Satelit Farmasi RSCM, 33% dari penyebab selisih dikarenakan oleh tingginya angka retur.

Tujuan: Menentukan faktor penyebab retur PF di rawat inap terpadu Gedung A.

Metode: Peneliti melakukan studi dengan Metode sampling selama 1 (satu) minggu.

Sampel yang digunakan adalah 20% dari total populasi. Analisis penyebab diperoleh dengan cara membandingkan antara kardeks dengan PF yang didistribusikan ke ruang rawat, serta wawancara dengan perawat.

Hasil: Studi dilakukan dengan Metode sampling selama 1 (satu) minggu untuk menentukan faktor penyebab retur PF, dilakukan pada 88 pasien dengan data 1089 item dengan data ekslusi sebanyak 479 item. Dari studi tersebut didapatkan penyebab retur PF yang merupakan faktor eksternal sebesar 59,7% yang terdiri dari: 24,2% pasien pulang;

17,5% pasien meninggal; 9% pasien pindah ruangan; 8% kondisi pasien; 1% pasien menolak menggunakan obat, dan faktor internal 40,3% yang terdiri dari: 13% lain-lain;

10% penghentian dan perubahan terapi yang tidak diinformasikan kepada farmasi; 7,5%

diskrepansi antara resep dan kardeks; 4,3% obat tidak diberikan oleh perawat karena miskomunikasi; 3,5% perencanaan dokter tidak sesuai; 1,5% ketidaktelitian pengecekan oleh petugas farmasi; 0,5% instruksi dokter yang tidak jelas di kardeks.

Kesimpulan: Faktor penyebab terbesar pengembalian PF adalah faktor eksternal sebesar 59,7% dan faktor internal sebesar 40,3%

Kata kunci: retur, perbekalan farmasi, rawat inap, faktor eksternal, faktor internal

Pengaruh Metode Penyuluhan door to door terhadap Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik di Dusun Plumbon, Kabupaten Sleman

Dian Medisa,1* Diesty Anita Nugraheni,1

1Program Studi Profesi Apoteker, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, INDONESIA

*Email korespondensi : dianmedisa@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Antibiotik yang digunakan dengan tidak tepat dapat menyebabkan resistensi bakteri. Salah satu faktor yang menyebabkan penggunaan antibiotik dengan tidak tepat adalah kurang pengetahuan tentang antibiotik. Masyarakat di Dusun Plumbon membutuhkan promosi kesehatan karena belum memahami pengetahuan tentang antibiotik mulai dari penggunaan hingga penyimpanannya.

Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan Metode door to door terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat Dusun Plumbon RT 02, 03, dan 04 terkait penggunaan antibiotik.

Metode : Promosi kesehatan dilakukan dengan Metode penyuluhan individu secara door to door . Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner pre-test sebelum penyuluhan dan post-test 2 hari setelah penyuluhan. Analisis data pre-test dan post-test menggunakan uji paired sample T-test. Sampel sebanyak 34 orang warga masyarakat Dusun Plumbon RT 02, 03, dan 04 yang dipilih secara random sampling.

Hasil : Hasil uji paired sample T-test pada tingkat pengetahuan pre-test dan post-test diperoleh nilai p= 0,000 (<0,05) yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan warga meningkat.

Kesimpulan : program penyuluhan Metode door to door berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat Dusun Plumbon RT 02, 03, dan 04 terkait penggunaan antibiotik.

Kata kunci : promosi kesehatan, penyuluhan, antibiotik, dusun plumbon

Kode Abstrak: PFS-10

109 Pengaruh Pemberian Edukasi Pada Pasien Pengguna Antibiotik Dalam Resep Dari

Beberapa Apotek Wilayah Surabaya

Angelica Kresnamurti(1), Rizal Umar Rahmadhani(2), Totok Sudjianto(3), Yeni Agustinah(1), Vatmala Rahmawati(1), Desy Kumala Sari(1)

(1) Fakultas Farmasi Unika Widya Mandala Surabaya, Jl. Raya Kalisari Selatan No. 1 (2) Praktisi apotek – pengurus IAI PC Surabaya

(3) Pengamat masalah pekerjaan kefarmasian – pengurus IAI Pusat

Korespondensi : yanananda1952@yahoo.com, angelicakresnamurti@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit infeksi masih menjadi masalah serius di Indonesia. Salah satu penatalaksanaan infeksi dengan menggunakan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat memicu terjadinya resistensi bakteri sehingga pasien perlu diberikan pengetahuan tentang antibiotik.

Tujuan penelitian : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap pengetahuan pasien pengguna antibiotik dalam resep.

Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan desain ekperimen semu dan dilakukan pre-post test design, Metode edukasi yang digunakan adalah dengan Metode diskusi melalui home visit beserta pemberian media informasi melalui buku modul yang melibatkan 76 pasien yang mendapatkan resep antibiotik selama bulan Februari 2016.

Edukasi dilakukan pada pasien dalam masa terapi penggunaan antibiotika.

Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pasien tentang indikasi antibiotika (p=0,000), cara penggunaan antibiotika (p=0,000), lama penggunaan antibiotika (p=0,000), waktu penggunaan antibiotika (p=0,000), efek samping antibitioka (p=0,000), dan lama konsumsi antibiotika (p=0,000) mempunyai perbedaan signifikan (p<0,05) dengan pengetahuan pasien sebelum edukasi. Pengetahuan pasien mengenai materi-materi tersebut meningkat setelah dilakukan post test melalui Metode kuisioner.

Kesimpulan : Hasil dari penelitian ini adalah pemberian edukasi melalui tehnik diskusi dilengkapi dengan pemberian media informasi melalui modul pada pasien memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan pasien dalam menggunakan antibiotik dalam resep.

Kata kunci: antibiotik, edukasi, modul, pengetahuan, pasien

Kode abstrak : PFS-11

110 Analisis Biaya Total Perawatan pada Pasien dengan Tindakan Mastektomi (Studi di

Instalasi Rawat Inap Departemen/ SMF Ilmu Bedah RSUD dr. Soetomo Surabaya)

Raras F. Hermanto1, Suharjono1, Eddy Herman Tanggo3, Elfri Padolo4

1Departemen Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga

2Departemen Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga

3Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. Soetomo ABSTRAK

Mastektomi merupakan tindakan pengangkatan payudara yang dilakukan pada pasien kanker payudara. Tindakan mastektomi yang dilakukan dapat meningkatkan survival rate dan menurunkan angka kematian pada pasien kanker payudara stadium awal, namun biaya perawatan yang diperlukan cukup mahal. Pemerintah Indonesia memberikan jaminan kesehatan sehingga pasien mendapatkan pelayanan dan tarif pembayaran sesuai dengan pola pembayaran INA-CBGs, akan tetapi pemberian pelayanan dan tarif pembayaran tersebut masih belum sesuai dengan standar pelayanan dan tarif pembayaran yang telah ditetapkan oleh rumah sakit sehingga rumah sakit mengalami kerugian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui total biaya riil perawatan dan perbedaannya dengan tarif klaim INA-CBGs pada pasien kanker payudara dengan tindakan mastektomi di IRNA Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian dilaksanakan secara observasional dan pengambilan data dilakukan secara prospektif. Analisis deskriptif perhitungan biaya berdasarkan perspektif rumah sakti dilakukan pada 42 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan diperoleh dengan Metode consecutive sampling selama periode 1 Juli - 30 September 2015. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata biaya total perawatan pada pasien kanker payudara dengan mastektomi sebesar Rp 15.641.830,- ± Rp 6.740.311,- dan terdapat perbedaan antara biaya total riil perawatan dengan tarif klaim INA-CBGs sebesar Rp 929.245,- dengan kerugian yang dialami rumah sakit sebesar 5,94%.

Kata kunci: Analisis biaya, biaya total, biaya perawatan, tarif INA-CBGs, kanker payudara, mastektomi

Kode abstrak : PFS-12

Dalam dokumen Untitled - Universitas Udayana (Halaman 144-189)

Dokumen terkait