• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat dan Unsur-Unsur Tegaknya Demokrasi

Dalam dokumen Pendidikan Kewarganegaraan (Halaman 130-133)

DEMOKRASI SEBAGAI PANDANGAN DAN TATA KEHIDUPAN BERSAMA

A. Hakikat dan Unsur-Unsur Tegaknya Demokrasi

Hakikat Demokrasi

Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru di tahun 1998, kata demokrasi menjadi kata yang umum dan sering terucap oleh semua orang sehingga banyak orang yang berusaha mencoba memberikan pengertian demokrasi. Tidak adanya pendidikan demokrasi di masa lalu menjadi salah satu penyebab fenomena keawaman masyarakat terhadap demokrasi. Dengan kata lain, saat ini demokrasi masih dimaknai dengan tindakan-tindakan yang jelas-jelas sangat berlawanan dengan nilai-nilai demokrasi itu sendiri. Bersandar pada keawaman sebagian masyarakat akan makna demokrasi, pemahaman terhadap makna demokrasi menjadi sangat begitu penting. Yang menjadi pertanyaan kita sekarang adalah “apa yang dimaksud dengan demokrasi?”

Kata demokrasi dapat ditinjau dari dua pengertian, yaitu pengertian secara bahasa atau etimologi dan pengertian secara istilah atau terminologi (Winarno, 2008).

Demokrasi secara etimologis terdiri dari dua kata berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang berarti rakyat (penduduk suatu tempat) dan cratein atau cratos yang berarti kekuasaan. Oleh karena itu, menurut Abraham Lincoln demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Menurut konsep demokrasi, kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan rakyat beserta warga masyarakat didefi nisikan sebagai warga negara. Kenyataannya, baik dari segi konsep maupun praktik, demos menyiratkan makna diskriminatif, demos bukanlah keseluruhan tetapi hanya populus tertentu yaitu mereka yang berdasarkan tradisi atau kesepakatan formal mengontrol akses ke sumber-sumber kekuasaan.

Berkaitan dengan pengertian demokrasi, Sri Soemantri (dalam Trianto dan Titik Triwulan Tutik, 2007) berpendapat bahwa dilihat dari kata- katanya demokrasi adalah pemerintahan rakyat, yang kemudian diartikan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Meskipun kelihatan sederhana, akan tetapi sampai sekarang adalah sukar untuk memberikan batasan yang dapat diterima semua pihak. Hal ini disebabkan pengertian demokrasi tersebut telah dan akan terus mengalami perkembangan.

Pernyataan Sri Soemantri di atas dapat dikatakan benar adanya karena memang makna demokrasi mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan ketatanegaraan dan sangat tergantung dari sudut pandang, fungsi dan istilah yang digunakan.

Sedangkan secara terminologi (istilah), Joseph A. Schemeter (dalam Trianto dan Titik Triwulan Tutik, 2007) mengatakan bahwa demokrasi mengandung pengertian suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan perjuangan kompetitif atas suara rakyat. Sementara itu, Affan Gaffar, memakai kata demokrasi dalam dua bentuk, yaitu : pertama, pemaknaan secara normatif (demokrasi normatif) yaitu demokrasi yang secara ideal hendak dilakukan oleh sebuah negara, kedua, demokrasi empirik yaitu demokrasi dalam perwujudannya pada dunia politik praktis.

Namun demikian, diluar perbedaan pengertian demokrasi di kalangan ahli di atas, terdapat benang merah yang dapat dipetik dari pengertian demokrasi di atas, yaitu sebagai landasan hidup bermasyarakat dan bernegara. Artinya, demokrasi meletakkan rakyat sebagai komponen penting dalam proses dan praktik-praktik berdemokrasi. Rakyatlah yang memiliki hak dan kewajiban untuk melibatkan diri dalam semua urusan sosial dan politik, termasuk diantaranya dalam menilai kebijakan negara. Negara yang menganut sistem demokrasi adalah negara yang diselanggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Senada dengan pemahaman ini, jika dilihat dari sudut pandang organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat kedaulatan berada di tangan rakyat.

Dari beberapa pendapat di atas dapatlah disimpulkan bahwa sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara, hakikat demokrasi adalah peran utama rakyat dalam proses sosial dan politik. Dengan kata lain, suatu pemerintahan dikatakan demokratis bila terdapat 3 (tiga) hal berikut (Ubaidillah, dkk., 2006). Pertama, pemerintahan dari rakyat, mengandung pengertian bahwa suatu pemerintahan yang sah adalah suatu pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan mayoritas rakyat melalui mekanisme demokrasi.

Pengakuan dan dukungan rakyat bagi suatu pemerintahan sangatlah penting, karena dengan legitimasi politik tersebut pemerintah dapat menjalankan roda birokrasi dan program-programnya sebagai wujud dari amanat yang diberikan oleh rakyat kepadanya. Kedua, pemerintahan oleh rakyat, memiliki

Paket 5 Demokrasi Sebagai Pandangan dan Tata Kehidupan Bersama 5 - 8 demokrasi tidak ada, maka hukum akan terlantar. Oleh karena itu, dimensi politik dari upaya penegakkan hukum adalah identik dengan upaya untuk mendemokratikkan kehidupan politik itu sendiri. Namun perlu diingat bahwa demokrasi tidaklah sama dengan kebebasan, demokrasi sesungguhnya adalah seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan, tetapi juga mencakup seperangkat praktik dan prosedur yang terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku. Pendeknya, demokrasi adalah pelembagaan dari kebebasan.

Unsur-unsur Tegaknya Demokrasi

Hampir tidak ada sistem politik ketatanegaraan yang bersedia dikatakan negara yang tidak demokratis, sehingga hampir semua negara berusaha untuk melakukan upaya mendemokratikkan suatu kehidupan politik

ketatanegaraannya. Mendemokratikkan suatu kehidupan politik ketatanegaraan hakikatnya adalah menciptakan suatu sistem yang demokratis. Untuk

mengukur apakah sebuah negara dikatakan demokratis atau tidak, maka perlu dilihat dari pencapaian unsur-unsur tegaknya demokrasi. Beberapa unsur penting penopang tegaknya demokrasi adalah negara hukum, masyarakat madani, dan aliansi kelompok strategis (Ubaidillah, dkk, 2006).

Negara Hukum

Negara hukum (rechtstaat) memiliki pengertian bahwa negara memberikan perlindungan bagi warga negara melalui pelembagaan peradilan yang bebas dan tidak memihak serta penjaminan hak-hak asasi manusia. Secara garis besar negara hukum adalah sebuah negara dengan gabungan antara rechtstaat dan the rule of law. Konsep rechtstaat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a) adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia, b) adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara untuk menjamin perlindungan hak asasi manusia, c) pemerintahan berdasarkan peraturan, dan d) adanya peradilan adminsitrasi. Sementara itu, the rule of law dicirikan dengan adanya : a) supremasi aturan-aturan hukum, b) kesamaan kedudukan di depan hukum, dan c) jaminan perlindungan hak asasai manusia.

Masyarakat Madani

Masyarakat madani yakni sebuah masyarakat dengan ciri-cirinya yang terbuka, egaliter, bebas dari dominasi dan tekanan negara. Posisi penting masyarakat madani tampak dalam proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh negara atau pemerintah. Masyarakat madani

mensyaratkan adanya keterlibatan warga negara melalui asosiasi-asosiasi sosial. Keterlibatan warga negara memungkinkan tumbuhnya sikap terbuka, percaya dan toleran antarindividu dan kelompok yang berbeda. Sikap-sikap ini sangat penting bagi bangunan politik demokrasi.

Aliansi Kelompok Strategis

Aliansi kelompok strategis terdiri dari partai politik, kelompok gerakan dan kelompok penekan atau kelompok kepentingan termasuk didalamnya pers yang bebas dan bertanggung jawab. Ketiga kelompok ini sangat besar peranannya terhadap proses demokatisasi sepanjang organisasi-

organisasi ini memerankan dirinya secara kritis, damai dan konstitusional dalam menyuarakan misi organisasi atau kepentingan anggota keluarganya.

Sebailknya jika kelompok-kelompok ini menyuarakan aspirasinya secara anarkis, sektarian dan primordial, maka keberadaan kelompok ini akan menjadi ancaman serius bagi masa depan demokrasi (Ubaidillah, dkk, 2006).

Selain unsur-unsur tegaknya demokrasi sebagaimana dikemukakan oleh A.Ubaidillah di atas, Robert A. Dahl (dalam Trianto, 2007) menyebutkan adanya 8 (delapan) unsur demokrasi, yaitu a) kebebasan membentuk dan kerjasama organisasi, b) kebebasan berekspresi, c) hak memilih, d) diperkenankan adanya jabatan publik, e) hak pemimpin politik untuk turut serta untuk mendukung dan pemungutan suara, f) sumber-sumber alternatif informasi, g) pilihan bebas dan adil, dan h) lembaga-lembaga pembuat keputusan pemerintah bertanggung jawab pemilih dan ekspresi pilihan.

Sedangkan Affan Gaffar (dalam Trianto, 2007) menyebutkan sejumlah prasyarat untuk mengamati apakah sebuah pemerintahan merupakan pemerintah yang demokratik atau tidak melalui ukuran yang berlaku secara universal di dalam melihat demokratis tidaknya suatu rezim pemerintahan, yaitu : a) akuntabilitas, b) rotasi kekuasaan, c) pemilu yang bebas, d) prinsip mayoritas, dan e) adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis.

Dalam dokumen Pendidikan Kewarganegaraan (Halaman 130-133)