• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Konsep Masyarakat, Bangsa dan Negara

Dalam dokumen Pendidikan Kewarganegaraan (Halaman 81-84)

Uraian Materi 3.2

A. Pengertian Konsep Masyarakat, Bangsa dan Negara

Konsep Masyarakat

Manusia di dunia mempunyai dua sifat sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial mereka membutuhkan manusia lain dalam kehidupannya di segala bidang. Kumpulan sekian banyak individu kecil atau besar yang terikat oleh satuan adat, atau hukum khas dan hidup bersama dinamakan masyarakat.(Shihab, 1996) Masyarakat mempunyai ciri khas tertentu. Masyarakat merupakan kumpulan individu yang mempunyai kepentingan yang sama, misalnya masyarakat desa, mereka merupakan kumpulan dari beberapa individu yang hidup di wilayah pedesaan yang mempunyai pekerjaan, pandangan hidup yang sama, budaya/adat yang sama. Secara umum, masyarakat dibagi menjadi dua kelompok, kelompok berdasarkan paguyuban (kepentingan) (gemenschaf); dan kelompok berdasarkan keturunan (darah) (geselchaf)

Kumpulan dari beberapa masyarakat kemudian membentuk komunitas yang disebut bangsa. Bangsa adalah masyarakat etnis atau budaya, sumber jati diri untuk masyarakat. Sementara itu, negara adalah institusi politik, sumber dari kekuasaan. Jika suatu bangsa sedang mencari jati dirinya, sementara negara yang menghimpun mereka tak mampu memberikan jawabannya, maka bisa dibayangkan, bahwa negara kebangsaan itu akan kolaps.

Konsep Bangsa

Konsep bangsa memiliki 2 (dua) pengertian (Yatim, 1999) yaitu bangsa dalam

Paket 3 Konsep Masyarakat, Bangsa dan Negara 3 - 7 terdiri dari bangsa negro, bangsa Indian, bangsa Cina, bangsa Yahudi dan lain-lain yang dahulunya merupakan pendatang. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai bangsa yang tersebar dari Aceh sampai Irian Jaya seperti Batak, Minangkabau, sunda, Dayak, Banjar, dan sebagainya. Sebuah bangsa dapat pula tersebar di beberapa negara. Misalnya bangsa arab tersebar di berbagai negara di sekitar Timur Tengah. Bangsa Yahudi terdapat di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.

Bangsa dalam Arti Politis

Bangsa dalam pengertian politis adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Jadi mereka diikat oleh kekuasaan politik, yaitu negara.

Cultural Unity dan Political Unity

Bangsa pada dasarnya memiliki dua arti yaitu bangsa dalam pengertian kebudayaan (cultural unity) dan bangsa dalam pengetian politik kenegaraan (political unity). (Soegito, 2004 dalam Winarno, 2007). Cultural unity adalah bangsa dalam pengertian antropologi/sosiologi, sedangkan political unity adalah bangsa dalam pengertian politik kenegaraan.

Cultural unity terjadi karena suatu masyarakat itu merupakan satu

persekutuan hidup berdiri sendiri yang merasa satu kesatuan dalam hal ras, religi, bahasa, sejarah, dan adat istiadat. Mereka yang tergabung dalam cultural unity mungkin merupakan persekutuan yang mayoritas atau minoritas dan mungkin juga tercakup di satu negara atau berada di banyak negara.

dewasa ini, sukar di temukan cultural unity secara murni yang ada di suatu negara, kecuali suku-suku terasing yang masih bertahan.

Anggota sebuah political unity mungkin berbeda corak dan latar belakang kebudayaannya, tetapi mereka menjasi satu bangsa dalam pengertian politik. Para anggota political unity berdiam di satu daerah yang di sebut satu wilayah yang sama, yang merupakan satu pemerintahan serta tunduk pada kekuasaan tertinggi. Bersatunya mereka dalam political unity bukan pada unsur etik. Contoh political unity: bangsa indonesia, bangsa India, dan bangsa Malaysia.

Proses Pembentukan Bangsa dan Negara

Secara umum proses pembentukan bangsa dan negara yaitu model ortodoks dan model mutakhir (Surbakti, 1999). Pertama, model ortodoks yaitu bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu, untuk kemudian bangsa itu

membentuk satu negara sendiri. Contoh, bangsa Yahudi berupaya mendirikan negara Israel untuk satu bangsa yahudi. Kedua, model mutakhir yaitu berawal dari adanya negara terlebih dahulu yang terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduk negara merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras.

Contohnya adalah kemunculan negara amerika serikat pada tahun 1777 (Winarno, 2007).

Konsep Negara

Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa bahasa asing, state (Inggris), Staat (Belanda dan Jerman) atau etat (Prancis). Kata-kata tersebut berasal dari kata latin status atau statum yang memiliki pengertian tentang keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap. Pengertian status atau statum dalam bahasa Inggris lazim diartikan dengan standing atau station (kedudukan). Istilah ini sering dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup antarmanusia yang biasa disebut dengan istilah status civitatis atau status republicae. Dari pengertian yang terakhir inilah kata status selanjutnya dikaitkan dengan kata negara.

Secara terminologi, negara diartikan sebagai organisasi tertinggi diantara satu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam suatu kawasan dan mempunyai pemerintahan yangn berdaulat.

Pengertian ini mengandung nilai konstitutif dari sebuah negara yang berdaulat: masyarakat (rakyat), wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat.

Menurut Roger h. Soltau, negara merupakan perpaduan antara agency (alat) dan wewenang (authority) yang mengatur dan mengendalikan persoalan- persoalan bersama. Menurut Harold J. Laski, negara sering dipandang

sebagai suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu. Dengan pengertian lain, negara adalah sebuah kelompok manusia yang hidup

bersama untuk mencapai suatu cita-cita bersama. Max Weber mendefi nisikan negara dengan sebuah masyarakat yang mempunyai monopoli dalam

penggunaan kekerasan fi sik secara sah dalam suatu wilayah.

Dalam konsepsi Islam, menurut kebanyakan ahli politik modern, tidak ditemukan rumusan yang pasti (qath’i’) tentang konsep negara. Dua sumber Islam, al-Qur’an dan al-Sunnah, tidak secara tersurat mendefi nisikan model negara dalam Islam. Namun demikian, keduanya memuat prinsip-prinsip dasar tata cara hidup bermasyarakat. Ketidakadaan konsep yang pasti tentang negara telah melahirkan beragam pemikiran tentang konsep negara dalam tradisi pemikiran politik.(Ubaidillah, dkk: 2006) Kesimpulan yang dapat kita ambil dari kitab Suci al-Qur’an tentang negara, sebagai berikut.

Paket 3 Konsep Masyarakat, Bangsa dan Negara 3 - 9 negara. Dan seterusnya kekuasaan negara haruslah ditujukan kepada politik dan ekonomi yang teratur.

Di Indonesia, kata “negara” telah terkenal pada zaman Purbakala. Dalam bahasa Jawa Kuno, kata negara itu sama artinya dengan “kerajaan”, “kraton”, atau juga “rakyat”. (Samidjo, 1986)

Dalam dokumen Pendidikan Kewarganegaraan (Halaman 81-84)