BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Hubungan Work Engagement dengan Burnout Pada Karyawan
Menurut Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tenaga kerja merupakan orang yang memiliki kemampuan untuk bekerja guna menghasilkan barang serta jasa untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan juga orang lain atau masyarakat. Karyawan merupakan individu yang bekerja dan menerima upah atau imbalan. Manusia memiliki peran yang besar dalam pencapaian tujuan sebuah instansi atau organisasi. Sumber daya manusia yang ada di organisasi menentukan keberhasilan, dengan kata lain mutu dari sebuah perusahaan atau instansi bergantung pada sumber daya manusia yang terdapat pada perusahaan tersebut. Sehingga, karyawan akan merasa dituntut oleh perusahaan agar dapat meningkatkan kualitas kinerjanya sendiri agar tidak mudah tersingkirkan (As’ad, 1991). Kejenuhan kerja menjadi suatu masalah bagi instansi/organisasi apabila mengakibatkan kinerja karyawan menurun, selain kinerja yang menurun produktivitas juga menurun (Dale, 2011).
Sindrom burnout sudah lazim terjadi pada karyawan disebuah perusahaan atau organisasi. Leider dan Shapiro (2014) mendefinisikan burnout sebagai keadaan dimana individu menyerah dengan situasi atau kondisi yang ia alami. Burnout merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan suatu kondisi penurunan energi mental maupun fisik terhadap individu setelah periode stres berkepanjangan yang dialami oleh
individu yang berkaitan dengan pekerjaan atau cacat fisik (Perry & Potter 2005).
Terdapat fenomena-fenomena burnout di Kantor Pos terdapat lima responden yang merasa jenuh dan lelah terhadap pekerjaannya bahkan setelah mereka beristirahat. Selain itu, seluruh responden merasakan gejala-gejala burnout seperti sakit kepala dan merasa letih secara fisik yang dirasakannya hampir setiap hari semenjak bekerja di perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena beban kerja yang tidak sesuai dengan kompensasi yang didapatkan oleh karyawan, banyaknya beban kerja pada shift malam, ruangan yang kurang memadai, hingga tuntutan target yang harus diselesaikan dengan cepat dan tepat oleh karyawan, serta jam istirahat yang kurang.
Beberapa karyawan juga mengatakan bahwa mereka merasa mudah tersinggung apabila merasa lelah dan lebih senang menyendiri. Beberapa responden mengatakan bahwa, ketika lelah pekerjaan yang mereka lakukan menjadi tidak tepat atau salah menempatkan barang yang hendak dikirim. Peneliti juga melakukan wawancara dengan dua orang manajer setempat. Kedua manajer mengatakan bahwa terdapat beberapa karyawan yang terlihat jenuh akan pekerjaannya, selain itu beberapa karyawan harus mengerjakan tugas-tugas yang bukan miliknya.
Menurut salah satu manajer kelelahan secara psikologis banyak ditemukan pada karyawannya akibat dari beban kerja yang berat, sehingga motivasi karyawan pun menurun. Selain itu, kedua manajer
mengatakan bahwa terdapat beberapa karyawan yang berada di fase merasa jenuh, sehingga tidak mampu melaksanakan tugasnya dan mudah marah kepada teman sesama karyawannya. Beberapa karyawan juga memilih untuk pensiun dini dikarenakan merasa lelah dengan pekerjaan atau tugas yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
Peneiliti juga melakukan observasi dan diikuti dengan wawancara tidak langsung yang dilakukan selama kurang lebih 4 (empat) bulan disalah satu kantor Pos Makassar. Hasil observasi dan wawancara tidak langsung yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa, beberapa karyawan terlihat tidak bersemangat ketika bekerja, mencari hiburan atau melakkan hal lainnya ketika sedang bekerja, dan tidur ketika sedang bekerja dengan alasan sakit kepala setelah lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Sartika dkk (2020) bahwa terdapat 55 dari 84 karyawan Kantor Pos Cabang Makassar menunjukkan gejala-gejala munculnya burnout seperti kurang energik dan kurang tertarik akan pekerjaan mereka, merasakan kelelahan secara fisik maupun emosinal, apatis, mudah tersinggung, dan bosan dengan pekerjaan mereka. Penelitian lain yang juga dilakukan oleh Aryatno (2019) bahwa 30% subjek penelitian sedang mengalami burnout, dan tingkat work engagement pada subjek cenderung rendah. Penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Rachmahana (2017) bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signfikan antara work
engagement dan burnout. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maslach (2001) terdapat dua faktor munculnya burnout pada karyawan, diantaranya faktor situasional (karakteristik pekerjaan, jenis pekerjaan, dan karakteristik organisasi), dan faktor individual.
Kelelahan yang terus menerus terjadi pada pekerja dapat mempengaruhi kesehatan mental dan juga fisik para pekerja sehingga dapat merugikan diri sendiri dan juga instansi terkait. Oleh karena itu diperlukan adanya motivasi dan juga pikiran yang positif pada karyawan.
Work engagement menurut Schaufeli, et al (2002) merupakan sebuah motivasi dan pusat pikiran yang positif yang memiliki hubungan dengan pekerjaan yang dicirkan dengan perasaan semangat (vigor), dedikasi (dedication), dan absorpsi (absorption). Semangat (vigor) sendiri merupakan usaha individu dalam mempersiapkan diri agar terus energik pada saat bekerja dan adanya kecenderungan agar tetap berusaha dalam menghadapi tugas-tugas yang ada. Dedikasi (dedication) mengacu pada identifikasi yang kuat pada pekerjaan individu yang didalamnya terdapat perasaan, dan juga kebanggaan. Sedangkan, absoprsion ditandai dengan kefokusan individu ketika bekerja, dan dengan waktu tertentu individu merasa sulit untuk melepaskan diri dari pekerjaannya.
Melihat adanya keterkaitan antara burnout (kelelahan kerja) dengan work engagement pada karyawan Kantor Pos Makassar, dimana karyawan yang merasakan perasaan burnout dapat bekerja dengan baik apabila tingkat work engagement atau keterikatan kerja pada karyawan
tinggi, sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan agar perusahaan dapat lebih memperhatikan kesehatan secara fisik dan mental, dan meningkatkan rasa keterikatan karyawan terhadap pekerjaan atau perusahaan.
2.5 Kerangka Berpikir Das Sollen
Mampu mengerjakan tugas dengan baik
Karyawan terlibat aktif dalam lingkungan kerja
Karyawan menyelesaikan tugas sesuai deadline atau tenggat waktu yang diberikan.
Fenomena Burnout
Karyawan yang merasa jenuh terhadap pekerjaan mereka
Karyawan apatis terhadap lingkungan kerjanya.
Mudah tersinggung
Meninggalkan
pekerjaannya dan mencari
pengalihan dari
pekerjaannya.
Tidak fokus bekerja,
sehingga membuat
kesalahan saat kerja.
Aspek Burnout
Emotional exhaustion
Depersonalization
Low of Personal Accomplishment
AspekWork Engagement
Vigor
Dedication
Absorption
Faktor yang mempengaruhi:
Work overloaded
Reward for work
Breakdown in community
Treated fairly
Dealing with conflict values
Keterangan:
= Gambaran Fenomena
= Lingkup Penelitian
= Bagian dari
Faktor yang mempengaruhi:
Faktor internal
Faktor eksternal
Distributive justice
Keterlibatan karyawan
Komunikasi dan kepemimpinan
= Hubungan
2.6 Hipotesis
Ada hubungan antara work engagement dengan burnout pada karyawan Kantor Pos Makassar
43 BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan berbagai cara dan dari sudut pandang yang berbeda. Terdapat dua macam penelitian dilihat dari pendeketan metodologisnya, yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif menekankan pada data-data kuantitatif berupa angka yang diolah dengan menggunkana metode analisis statistika.
Variabel penelitian ditelaah dengan jelas dan terstruktur. Dengan menggunakan metode ini, maka akan diperoleh perbedaan kelompok ataupun hubungan atau korelasi yang signifikan pada variabel (Azwar 2017). Anshori & Iswati (2009) menjelaskan bahwa penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif merupakan penelitian yang terstruktur dan mengkuantifikasikan data agar dapat digeneralisasikan.
3.2 Variabel penelitian
Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang bervariasi yang kemudian ditetapkan, dipelajari dan diteliti. Variabel bisa didapatkan dari bidang keilmuan dan kegiatan tertentu (Sugiyono, 2016). Kerlinger (dalam Sugiyono, 2016) mendefinisikan variabel sebagai suatu konstruk yang hendak dipelajari untuk diteliti. Adapun variabel dalam penelitian ini meliputi:
Work
Engagement Burnout
3.3 Definisi Variabel
3.3.1 Definisi Konseptual a. Burnout
Menurut Maslach dan Leiter (2008), burnout merupakan suatu respon yang diakibatkan karena adanya stres kerja yang berkepanjangan yang memberikan efek negatif pada individu, organisasi, maupun pengguna pelayanan yang berasangkutan.
Burnout juga merupakan sindrom psikologis kelelahan, sinisme, dan ketidakefisienan di tempat kerja. Hal ini merupakan suatu pengalaman stres pada individu yang ditambahkan oleh adanya hubungan sosial yang kompleks, sehingga melibatkan konsep diri dan orang lain pada suatu pekerjaan.
b. Work Engagement
Work engagement atau keterikatan kerja didefenisikan sebagai suatu keadaan yang memotivasi serta pikiran positif yang dicirkan dengan vigor (tingkat energi yang tinggi), dedication (terlibat dalam pekerjaan), dan absorption (fokus pada pekerjaan) (Schaufeli, dkk. 2002). Federman (2009) menyatakan bahwa work engagement merupakan tingkatan dimana karyawan mampu unruk berkomitmen pada organisasinya dan ditentukan dari cara karyawan bekerja serta lama waktu bekerja karyawan.
3.3.2 Definisi Operasional a. Burnout
Bornout atau kelelahan kerja merupakan kondisi dimana karyawan merasakan kelelahan secara emosional, fisik, dan juga psikis yang terjadi karena ketidaksesuaian harapan yang dimiliki karyawan terhadap pekerjaannya dengan kenyataan yang ada. Burnout juga merupakan penurunan kondisi fisik dan psikologis karyawan yang ditandai dengan gejala-gejala seperti merasa lelah, tidak masuk kerja, keinginan untuk berhenti atau pindah, merasa pegal dan pusing, dan lain sebagainya.
b. Work Engagement
Work engagement merupakan keadaan dimana karyawan mampu berkomitmen terhadap organisasi dan memiliki keteritkatan dengan pekerjaannya. Karyawan akan memiliki rasa keterikatan apabila menikmati pekerjaannya dan merasa bernilai serta dihargai oleh perusahaan tempat ia bekerja.
3.4 Populasi
Populasi penelitian merupakan kelompok subjek yang akan di generalisasikan dan harus memiliki karakterisitk yang sama pada kelompok yang membedakannya dengan kelompok lainnya (Azwar, 2017). Penelitian ini menggunakan penelitian populasi. Sehingga, populasi dalam penelitian ini adalah karyawan seluruh Kantorpos Makassar yang berjumlah 284
karyawan yang terdiri dari 1 kantor regional dengan 1 kepala kantor, 3 wakil kepala/deputi, 14 manajer dan 38 staf. 1 kantor pos yang menangani 33 kantor cabang dengan 1 kepala kantor, 1 wakil kepala/deputi, 8 manajer, 33 kepala cabang, dan 58 staf. Dan 1 kantor pengolahan pos dengan 5 kepala kantor, 6 manajer, dan 116 staf.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan ialah skala likert dimana pengukuran skala berisi pernyataan-pernyataan sikap dan dilakukan dengan menggunakan lima alternative pilihan jawaban (Azwar, 2017).
3.5.1 Skala Burnout
Skala yang digunakan untuk mengukur burnout ialah skala yang diadaptasikan oleh peneliti sendiri berdasarkan dimensi burnout yang dikemukakan oleh Maslach & Jackson (1981). Skala terdiri dari tiga aspek, yaitu; emotional exhaustion; depersonalization; dan low of personal accomplishment.
Tabel 3.1: Blueprint Skala Burnout
DIMENSI ITEM JUMLAH
ITEM Emotional
Exhaustion
1, 2, 3, 4 5, 7, 8, 14, 15, 32
10 Depersonalization 9, 10, 11, 12, 13, 16, 17,
19, 22, 31
10 Low of Personal
Accomplishment
6, 18, 20, 21, 23, 24, 25 26, 27, 28, 29, 30
12
3.5.2 Skala Work Engagement
Instrumen skala work engagement menggunakan skala UWES yang dikembangkan oleh Schaufeli, Bakker & Salanova pada tahun 2006. Skala ini dibuat berdasarkan dari ketiga aspek work engagement, yaitu vigor, dedication, dan absorption, yang kemudian dibuat dalam versi sederhana yaitu UWES-9 dan diadaptasikan dalam versi Bahasa Indonesia oleh Ika Febrian Kristiana, Fajrianthi, dan Urip Purwono (2018).
Proses pengujian skala dilakukan dengan menggunakan CFA dengan model satu faktor dan tiga faktor berdasarkan dari konstruksi teoritis skala UWES-9. Nilai reliabilitas dari skala ini berdasarkan dari analisis cornbach’s alpha adalah sebesar 0.85. Uji validitas pada instrumen alat ukur ini ialah dengan melalui uji unidemnsionalitas, dan diketahui hasil dari raw covariance data ialah sebesar 53,4%
(>20%) sehingga minimal persyaratan uji unidimensionalitas terpenuhi dengan kategori yang sangat bagus.
Tabel 3.2: Blueprint Skala Work Engagement
Aspek Item Total Item
Vigor 1, 2, 5 3
Dedication 3, 4, 7 3
Absorption 6, 8, 9 3
Total 9
3.6 Uji Instrumen
3.6.1 Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan pengukuran yang dilakukan guna untuk mendapatkan hasil reliabilitas yang tinggi agar dapat dikatakan
bahwa pengukuran tersebut telah reliabel atau konsistensi (Azwar, 2019). Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Cronbach Alpha yang dianalisis menggunakan aplikasi JASP.
Tabel 3.3: Reliabilitas Variabel
Skala Penelitian Cronbach’s Alpha N of Items
Burnout 0.946 32
Work Engagement 0.882 9
3.6.2 Uji Validitas
Validitas merupakan uji kelayakan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan yang dibuat berdasarkan hasil dari uji coba (Azwar, 2019).
a. Validitas Isi
Uji validitas ini memfokuskan pada isi dari instrumen atau alat ukur yang digunakan. Pengujian ini dilakukan guna untuk mengetahui sejauh mana item-item telah dapat mempresentasikan seluruh aspek yang ada pada variabel yang hendak diukur. Item-item yang dapat mempresentasikan komponen-komponen variabel yang digunakan, maka item tersebut dapat dikatan valid. Namun, jika item tidak dapat mempresentasikan komponen dari variabel maka dianggap tidak valid, sehingga item tersebut tidak dapat digunakan (Azwar, 2017). Validitas isi terdiri dari validitas tampang dan validitas logis.
1. Validitas Tampang
Validitas tampang digunakan untuk menilai format penampilan atau cover tes dan kesesuaian konteks item dengan tujuan dibuatnya ukur sebuah tes (Azwar, 2017).
Pengukuran validitas tampang suatu alat ukur dilakukan dengan cara mereview kembali dan menilai bentuk skala, kejelasan tulisan, bahasa, font, instruksi pengerjaan tes, dan tampilan umum skala yang dilakukan oleh lima orang reviewer.
Review skala dilakukan oleh lima orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bosowa diantaranya Novita Andriani, Andi Titania Tambaru, Indah Gesilia Potoe, Deasy Rahmayani Anwar, dan Nabila Miftahul Rafisyah.
Berdasarkan hasil skala yang telah di review oleh kelima reviewer maka diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan bentuk skala sudah baik dan jelas, namun ada beberapa saran dari reviewer, seperti menambahkan inisial pada kolom nama, memperbaiki tata bahasa pada pengantar skala, menambahkan keterangan dan lain sebagainya.
2. Validitas Logis
Azwar (2017) mengatakan validitas logis sebagai tolak ukur suatu alat tes dalam merepresentasi alat ukur yang
dilihat dari ciri-ciri atribut yang akan diukur. Pengukuran validitas logis dilakukan oleh ahli atau Subject Matter Expert (SME) yang menilai relevansi isi item pada skala yang hendak digunakan.
Ahli atau SME yang melakukan validitas logis terhadap skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga dosen Fakultas Psikologi Universitas Bosowa. Ketiga dosen tersebut ialah Ibu Sri Hayati, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog, Ibu Hikmah, M.Psi.,Psikolog, dan Pak Andi Muhammad Aditya, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog.
SME pertama Ibu Sri Hayati, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog menilai bahwa pada skala burnout secara keseluruhan dalam asoek bahasa telah baik, akan tetapi terdapat satu item yang harus diperbaiki bahasanya, item tersebut ialah item 15. Selanjutnya, Bu Hikmah, M.Psi.,Psikolog selaku SME kedua menilai bahwa secara keseluruhan bahasa dan konten item telah bagus, akan tetapi masih perlu perbaikan bahasa dan juga konten pada beberapa item, begitu pun
dengan Pak Andi Muhammad Aditya,
S.Psi.,M.Psi.,Psikolog selaku SME ketiga yang menilai bahwa secara keseluruhan isi konten dan juga bahsa pada skala sudah cukup bagus. Akan tetapi, terdapat beberapa
item yang masih harus diperbaiki bahasa yang ada pada item-item tersebut.
b. Validitas Konstrak
Validitas konstrak mengukur sejauh mana item yang ada pada skala bisa mampu mengungkap trait yang akan diukur oleh peneliti sesuai dengan teori dari variabel yang hendak diukur.
Pengujian validitas ini menggunakan analisis Confirmatory Factor Analysis (CFA) yang dianalisis menggunakan aplikasi Lisrel. Item pada skala dapat dikatan valid apabila nilai factor loading-nya bernilai positif dan nilai t-value > 1.96. Agar diagram dinyatakan fit, maka nilai P-value harus lebih dari 0.05 (>0.05) dan nilai RMSE < 0.05.
Setelah dilakukannya analisis CFA dengan menggunakan aplikasi Lisrel 8.70, diperoleh hasil bahwa pada skala burnout yang terdiri dari 32 item dinyatakan valid secara keseluruhan item. Pada skala work engagement diperoleh hasil bahwa item skala dengan jumlah 9 item tersebut dinyatakan valid secara keseluruhan. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua skala memiliki nilai factor loading yang bernilai positif dan nilai t-value lebih dari 1.96 (>1.96). Diagram (path) dinyatakan fit karena nilai P-value dari kedua skala tersebut lebih dari 0.05 (>0.05) dan nilai RMSE-nya kurang dari 0.05 (<0.05).
3.7 Teknik Analisi Data 3.7.1 Uji Asumsi
Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas dan uji liniearitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang telah didapatkan mendekati distribusi normal. Data didistribusikan dalam bentuk lonceng, data dianggap baik dan bagus apabila distribusi data tersebut tetap berada ditengah lonceng (Santoso, 2010). Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini ialah uji Kolmogrov-Smirnov, yang dianalisis dengan menggunakan aplikas SPSS. Data dapat dikatakn normal apabila nilai Kolmogrov- Smirnov > 0.05.
b. Uji Linearitas
Sugiyono (2016) mengatakan bahwa liniearitas salah satu asumsi dari analisis regresi, dan menentukan apakah terdapat hubungan yang linier pada model penelitian. Variabel yang secara teori tidak memiliki hubungan linier tidak perlu melakukan analisis dengan menggunakan regresi linier (Marzuki, dkk., 2020). Uji liniearitas digunakan untuk melihat apakah kedua variabel dalam penelitian ini mengikuti garis linier atau berhubungan secara linier atau tidak (Azwar, 2017). Uji linieritas yang digunakan dalam penelitian ini ialah uji ANOVA yang dianalisis dengan
menggunakan aplikasi SPSS. Data penelitian dikatakan memiliki hubungan linier apabila nilai signifikansi < 0.05.
3.7.2 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan memberikan gambaran objek yang diteliti melalui sampel. Analisis ini juga digunakan untuk melihat tingkat skor variabel berdasarkan data demografi yang telah didapatkan sebelumya dalam bentuk diagram batang, diagram lingkaran, dsb yang dijelaskan melalui median, mean, dan variasi kelompok (Sugiyono, 2016).
3.7.3 Uji Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah.
Hipotesis dibagi menjadi dua macam dalam statisitk dan penelitian, yaitu hipotesis nol dan alternatif. Hipotesis nol diartikan sebagai tidak adanya perbedaan, sedangkan hipotesis alternatif merupakan kebalikan dari hipotesis nol (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini uji hipotesis yang digunakan ialah analisis korelasi dengan menggunakan korelasi Pearson Product-Moment. Hipotesis yang akan diujikan dalam penelitian ini adalah:
H1 : Ada hubungan antara work engagement dengan burnout pada karyawan Kantor Pos Makassar
H0 : Tidak ada hubungan antara work engagement dengan burnout pada karyawan Kantor Pos Makassar
3.8 Jadwal Penelitian
Berikut tabel perencanaan jadwal penelitian yang akan dilakukan Uraian
Kegiatan
Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Revisi
Proposal Penyusunan Instrumen Pelaksanaan Penelitian Analisis Data Penelitian Penyusunan Laporan
55 BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis
4.1.1 Deskriptif Subjek Berdasarkan Demografi
Hasil deskriptif subjek berdasarkan demografi pada penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, jabatan, bagian/devisi, dan lama bekerja. Adapun deskripsi demografi dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Usia
Gambar 4.1 Demografi Berdasarkan Usia
Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar dengan usia yang bervariasi mulai dari rentang usia 20-35 tahun berjumlah 121 (42.9%) karyawan, 36-45 tahun sebanyak 67 (23.8%) karyawan, dan 94 (33.3%) karyawan dengan rentan usia dari 46-55 tahun.
121
67
94
20-35 Tahun 36-45 Tahun 46-55 Tahun
b. Jenis Kelamin
Gambar 4.2 Diagram Berdasarkan JK
Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar dengan jumlah karyawan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 184 (65.2%) karyawan dan 98 (34.8%) karyawan berjenis kelamin perempuan.
c. Pendidikan Terakhir
Gambar 4.3 Diagram Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar dengan dengan tingkat pendidikan kahir yang berbeda-beda. Terdapat 16 (5.7%) karyawan dengan tingkat pendidikan terakhir strata 2
184
98
Laki-laki Perempuan
16
120
26
120
Strata 2 Strata 1 Diploma 3 SMA/SMK
(S2), 120 (42.6%) karyawan dengan pendidikan terakhir strata 1 (S1), 26 (9.2%) karyawan dengan pendidikan terakhir Diploma 3 (D3), dan 120 (46.6) karyawan dengan tingkat pendidikan SMA/SMK.
d. Jabatan
Gambar 4.4 Diagram Berdasarkan Jabatan
Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar dengan 11 (3.9%) orang kepala-deputi, 39 (13.8%) orang manajer-asisten manajer, dan 232 (82.3%) orang staff.
11
39
232
Kepala-Deputi Man-Asman Staff
e. Bagian/Devisi
Gambar 4.5 Diagram Berdasarkan Devisi
Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar terdapat 34 (12.1%) karyawan pada bagian/devisi SDM, 29 (10.3%) karyawan pada bagian/devisi umum, 39 (13.8%) karyawan pada bagian/devisi keuangan, 24 (8.5%) karyawan pada bagian/devisi Kominfo, 120 (46.6%) karyawan yang berada pada bagian/devisi jasa, dan 36 (12.8%) karyawan berada pada bagian/devisi lainnya (SPI, Kepala Kantor, Deputi, dan Kesekretariatan.
34 29 39
24
120
36
SDM Umum Keuangan Kominfo Jasa Lainnya
f. Lama Bekerja
Gambar 4.6 Diagram Berdasarkan Lama Bekerja
Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar, terdapat 81 karyawan dengan lama bekerja selama 1-7 tahun, 68 karyawan dengan lama bekerja selama 8-14 tahun, 70 karyawan dengan lama bekerja selama 15-21 tahun, 24 karyawan dengan lama bekerja selama 22-28 tahun, dan 39 karyawan dengan lama bekerja selama 29-35 tahun.
4.1.2 Deskriptif Variabel Berdasarkan Tingkat Skor
Statistik deskriptif merupakan hasil penjelasan mengenai objek yang diteliti, tanpa dianalisis dan dilakukan penarikan kesimpulan.
Statistik deskriptif sendiri berfungsi untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tiap objek yang diteliti melalui data (Sugiyono, 2007).
81
68 70
24
39
1-7 Tahun 8-14 Tahun 15-21 Tahun 22- 28 Tahun 29-35 Tahun
a. Burnout
Deskriptif variabel burnout berdasarkan tingkat skor ini diujikan menggunakan IBM SPSS Statistic, dan ditampilkan dalam bentul tabel dan diagram. Adapun hasilnya ialah sebagai berikut:
Tabel 4.1: Deskriptif Variabel Burnout Berdasarkan Tingkat Skor Jumlah
Sampel
Skor Standar
Deviasi Mean Minumum Maksimum
282 75.45 32 128 19.317
Berdasarkan dari hasil tabel diatas, diketahui bahwa pada variabel burnout dengan jumlah responden sebanyak 282 karyawan di Kantor Pos Makassar diperoleh hasil nilai mean sebesar 75.45, nilai minimum sebesar 32, nilai maksimumsebesar 128, dan standar deviasi sebesar 19.317.
Tabel 4.2: Kategorisasi Variabel Burnout
Batas Kategorisasi Interval Frekuensi Kategorisasi x > 𝑋 + 1.5SD x > 104.43 23 Sangat Tinggi 𝑋 + 0.5SD < x < 𝑋 + 1.5SD 85.11 < x < 104.43 69 Tinggi
𝑋 - 0.5SD < x < 𝑋 + 0.5SD 65.79 < x < 85.11 127 Sedang 𝑋 -1.5SD < x < 𝑋 - 0.5SD 46.47 <x< 65.79 43 Rendah
x < 𝑋 - 1.5SD x < 46.74 20 Sangat Rendah Ket : 𝑋 = Mean SD = Standar Deviasi
Berdasarkan dari hasil kategorisasi total skor burnout pada karyawan Kantor Pos (Persero) Makassar dengan sampel sebanyak 282 responden, kategorisasi dengan rata-rata atau