• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.6 Uji Instrumen

3.6.1 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan pengukuran yang dilakukan guna untuk mendapatkan hasil reliabilitas yang tinggi agar dapat dikatakan

bahwa pengukuran tersebut telah reliabel atau konsistensi (Azwar, 2019). Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Cronbach Alpha yang dianalisis menggunakan aplikasi JASP.

Tabel 3.3: Reliabilitas Variabel

Skala Penelitian Cronbach’s Alpha N of Items

Burnout 0.946 32

Work Engagement 0.882 9

3.6.2 Uji Validitas

Validitas merupakan uji kelayakan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan yang dibuat berdasarkan hasil dari uji coba (Azwar, 2019).

a. Validitas Isi

Uji validitas ini memfokuskan pada isi dari instrumen atau alat ukur yang digunakan. Pengujian ini dilakukan guna untuk mengetahui sejauh mana item-item telah dapat mempresentasikan seluruh aspek yang ada pada variabel yang hendak diukur. Item-item yang dapat mempresentasikan komponen-komponen variabel yang digunakan, maka item tersebut dapat dikatan valid. Namun, jika item tidak dapat mempresentasikan komponen dari variabel maka dianggap tidak valid, sehingga item tersebut tidak dapat digunakan (Azwar, 2017). Validitas isi terdiri dari validitas tampang dan validitas logis.

1. Validitas Tampang

Validitas tampang digunakan untuk menilai format penampilan atau cover tes dan kesesuaian konteks item dengan tujuan dibuatnya ukur sebuah tes (Azwar, 2017).

Pengukuran validitas tampang suatu alat ukur dilakukan dengan cara mereview kembali dan menilai bentuk skala, kejelasan tulisan, bahasa, font, instruksi pengerjaan tes, dan tampilan umum skala yang dilakukan oleh lima orang reviewer.

Review skala dilakukan oleh lima orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bosowa diantaranya Novita Andriani, Andi Titania Tambaru, Indah Gesilia Potoe, Deasy Rahmayani Anwar, dan Nabila Miftahul Rafisyah.

Berdasarkan hasil skala yang telah di review oleh kelima reviewer maka diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan bentuk skala sudah baik dan jelas, namun ada beberapa saran dari reviewer, seperti menambahkan inisial pada kolom nama, memperbaiki tata bahasa pada pengantar skala, menambahkan keterangan dan lain sebagainya.

2. Validitas Logis

Azwar (2017) mengatakan validitas logis sebagai tolak ukur suatu alat tes dalam merepresentasi alat ukur yang

dilihat dari ciri-ciri atribut yang akan diukur. Pengukuran validitas logis dilakukan oleh ahli atau Subject Matter Expert (SME) yang menilai relevansi isi item pada skala yang hendak digunakan.

Ahli atau SME yang melakukan validitas logis terhadap skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga dosen Fakultas Psikologi Universitas Bosowa. Ketiga dosen tersebut ialah Ibu Sri Hayati, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog, Ibu Hikmah, M.Psi.,Psikolog, dan Pak Andi Muhammad Aditya, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog.

SME pertama Ibu Sri Hayati, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog menilai bahwa pada skala burnout secara keseluruhan dalam asoek bahasa telah baik, akan tetapi terdapat satu item yang harus diperbaiki bahasanya, item tersebut ialah item 15. Selanjutnya, Bu Hikmah, M.Psi.,Psikolog selaku SME kedua menilai bahwa secara keseluruhan bahasa dan konten item telah bagus, akan tetapi masih perlu perbaikan bahasa dan juga konten pada beberapa item, begitu pun

dengan Pak Andi Muhammad Aditya,

S.Psi.,M.Psi.,Psikolog selaku SME ketiga yang menilai bahwa secara keseluruhan isi konten dan juga bahsa pada skala sudah cukup bagus. Akan tetapi, terdapat beberapa

item yang masih harus diperbaiki bahasa yang ada pada item-item tersebut.

b. Validitas Konstrak

Validitas konstrak mengukur sejauh mana item yang ada pada skala bisa mampu mengungkap trait yang akan diukur oleh peneliti sesuai dengan teori dari variabel yang hendak diukur.

Pengujian validitas ini menggunakan analisis Confirmatory Factor Analysis (CFA) yang dianalisis menggunakan aplikasi Lisrel. Item pada skala dapat dikatan valid apabila nilai factor loading-nya bernilai positif dan nilai t-value > 1.96. Agar diagram dinyatakan fit, maka nilai P-value harus lebih dari 0.05 (>0.05) dan nilai RMSE < 0.05.

Setelah dilakukannya analisis CFA dengan menggunakan aplikasi Lisrel 8.70, diperoleh hasil bahwa pada skala burnout yang terdiri dari 32 item dinyatakan valid secara keseluruhan item. Pada skala work engagement diperoleh hasil bahwa item skala dengan jumlah 9 item tersebut dinyatakan valid secara keseluruhan. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua skala memiliki nilai factor loading yang bernilai positif dan nilai t-value lebih dari 1.96 (>1.96). Diagram (path) dinyatakan fit karena nilai P-value dari kedua skala tersebut lebih dari 0.05 (>0.05) dan nilai RMSE-nya kurang dari 0.05 (<0.05).

3.7 Teknik Analisi Data 3.7.1 Uji Asumsi

Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas dan uji liniearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang telah didapatkan mendekati distribusi normal. Data didistribusikan dalam bentuk lonceng, data dianggap baik dan bagus apabila distribusi data tersebut tetap berada ditengah lonceng (Santoso, 2010). Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini ialah uji Kolmogrov-Smirnov, yang dianalisis dengan menggunakan aplikas SPSS. Data dapat dikatakn normal apabila nilai Kolmogrov- Smirnov > 0.05.

b. Uji Linearitas

Sugiyono (2016) mengatakan bahwa liniearitas salah satu asumsi dari analisis regresi, dan menentukan apakah terdapat hubungan yang linier pada model penelitian. Variabel yang secara teori tidak memiliki hubungan linier tidak perlu melakukan analisis dengan menggunakan regresi linier (Marzuki, dkk., 2020). Uji liniearitas digunakan untuk melihat apakah kedua variabel dalam penelitian ini mengikuti garis linier atau berhubungan secara linier atau tidak (Azwar, 2017). Uji linieritas yang digunakan dalam penelitian ini ialah uji ANOVA yang dianalisis dengan

menggunakan aplikasi SPSS. Data penelitian dikatakan memiliki hubungan linier apabila nilai signifikansi < 0.05.

3.7.2 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan memberikan gambaran objek yang diteliti melalui sampel. Analisis ini juga digunakan untuk melihat tingkat skor variabel berdasarkan data demografi yang telah didapatkan sebelumya dalam bentuk diagram batang, diagram lingkaran, dsb yang dijelaskan melalui median, mean, dan variasi kelompok (Sugiyono, 2016).

3.7.3 Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah.

Hipotesis dibagi menjadi dua macam dalam statisitk dan penelitian, yaitu hipotesis nol dan alternatif. Hipotesis nol diartikan sebagai tidak adanya perbedaan, sedangkan hipotesis alternatif merupakan kebalikan dari hipotesis nol (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini uji hipotesis yang digunakan ialah analisis korelasi dengan menggunakan korelasi Pearson Product-Moment. Hipotesis yang akan diujikan dalam penelitian ini adalah:

H1 : Ada hubungan antara work engagement dengan burnout pada karyawan Kantor Pos Makassar

H0 : Tidak ada hubungan antara work engagement dengan burnout pada karyawan Kantor Pos Makassar

3.8 Jadwal Penelitian

Berikut tabel perencanaan jadwal penelitian yang akan dilakukan Uraian

Kegiatan

Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Revisi

Proposal Penyusunan Instrumen Pelaksanaan Penelitian Analisis Data Penelitian Penyusunan Laporan

55 BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis

4.1.1 Deskriptif Subjek Berdasarkan Demografi

Hasil deskriptif subjek berdasarkan demografi pada penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, jabatan, bagian/devisi, dan lama bekerja. Adapun deskripsi demografi dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Usia

Gambar 4.1 Demografi Berdasarkan Usia

Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar dengan usia yang bervariasi mulai dari rentang usia 20-35 tahun berjumlah 121 (42.9%) karyawan, 36-45 tahun sebanyak 67 (23.8%) karyawan, dan 94 (33.3%) karyawan dengan rentan usia dari 46-55 tahun.

121

67

94

20-35 Tahun 36-45 Tahun 46-55 Tahun

b. Jenis Kelamin

Gambar 4.2 Diagram Berdasarkan JK

Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar dengan jumlah karyawan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 184 (65.2%) karyawan dan 98 (34.8%) karyawan berjenis kelamin perempuan.

c. Pendidikan Terakhir

Gambar 4.3 Diagram Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar dengan dengan tingkat pendidikan kahir yang berbeda-beda. Terdapat 16 (5.7%) karyawan dengan tingkat pendidikan terakhir strata 2

184

98

Laki-laki Perempuan

16

120

26

120

Strata 2 Strata 1 Diploma 3 SMA/SMK

(S2), 120 (42.6%) karyawan dengan pendidikan terakhir strata 1 (S1), 26 (9.2%) karyawan dengan pendidikan terakhir Diploma 3 (D3), dan 120 (46.6) karyawan dengan tingkat pendidikan SMA/SMK.

d. Jabatan

Gambar 4.4 Diagram Berdasarkan Jabatan

Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar dengan 11 (3.9%) orang kepala-deputi, 39 (13.8%) orang manajer-asisten manajer, dan 232 (82.3%) orang staff.

11

39

232

Kepala-Deputi Man-Asman Staff

e. Bagian/Devisi

Gambar 4.5 Diagram Berdasarkan Devisi

Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar terdapat 34 (12.1%) karyawan pada bagian/devisi SDM, 29 (10.3%) karyawan pada bagian/devisi umum, 39 (13.8%) karyawan pada bagian/devisi keuangan, 24 (8.5%) karyawan pada bagian/devisi Kominfo, 120 (46.6%) karyawan yang berada pada bagian/devisi jasa, dan 36 (12.8%) karyawan berada pada bagian/devisi lainnya (SPI, Kepala Kantor, Deputi, dan Kesekretariatan.

34 29 39

24

120

36

SDM Umum Keuangan Kominfo Jasa Lainnya

f. Lama Bekerja

Gambar 4.6 Diagram Berdasarkan Lama Bekerja

Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar, terdapat 81 karyawan dengan lama bekerja selama 1-7 tahun, 68 karyawan dengan lama bekerja selama 8-14 tahun, 70 karyawan dengan lama bekerja selama 15-21 tahun, 24 karyawan dengan lama bekerja selama 22-28 tahun, dan 39 karyawan dengan lama bekerja selama 29-35 tahun.

4.1.2 Deskriptif Variabel Berdasarkan Tingkat Skor

Statistik deskriptif merupakan hasil penjelasan mengenai objek yang diteliti, tanpa dianalisis dan dilakukan penarikan kesimpulan.

Statistik deskriptif sendiri berfungsi untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tiap objek yang diteliti melalui data (Sugiyono, 2007).

81

68 70

24

39

1-7 Tahun 8-14 Tahun 15-21 Tahun 22- 28 Tahun 29-35 Tahun

a. Burnout

Deskriptif variabel burnout berdasarkan tingkat skor ini diujikan menggunakan IBM SPSS Statistic, dan ditampilkan dalam bentul tabel dan diagram. Adapun hasilnya ialah sebagai berikut:

Tabel 4.1: Deskriptif Variabel Burnout Berdasarkan Tingkat Skor Jumlah

Sampel

Skor Standar

Deviasi Mean Minumum Maksimum

282 75.45 32 128 19.317

Berdasarkan dari hasil tabel diatas, diketahui bahwa pada variabel burnout dengan jumlah responden sebanyak 282 karyawan di Kantor Pos Makassar diperoleh hasil nilai mean sebesar 75.45, nilai minimum sebesar 32, nilai maksimumsebesar 128, dan standar deviasi sebesar 19.317.

Tabel 4.2: Kategorisasi Variabel Burnout

Batas Kategorisasi Interval Frekuensi Kategorisasi x > 𝑋 + 1.5SD x > 104.43 23 Sangat Tinggi 𝑋 + 0.5SD < x < 𝑋 + 1.5SD 85.11 < x < 104.43 69 Tinggi

𝑋 - 0.5SD < x < 𝑋 + 0.5SD 65.79 < x < 85.11 127 Sedang 𝑋 -1.5SD < x < 𝑋 - 0.5SD 46.47 <x< 65.79 43 Rendah

x < 𝑋 - 1.5SD x < 46.74 20 Sangat Rendah Ket : 𝑋 = Mean SD = Standar Deviasi

Berdasarkan dari hasil kategorisasi total skor burnout pada karyawan Kantor Pos (Persero) Makassar dengan sampel sebanyak 282 responden, kategorisasi dengan rata-rata atau

jumlah frekuensi lebih banyak berada pada kategorisasi sedang dengan jumla responden sebanyak 127 (45%). Pada kategorisasi sangat tinggi terdapat 23 (8.2%) responden. Pada kategorisasi tinggi terdapat 69 (24.5%) responden. Pada kategorisasi rendah terdapat sebanyak 43 (15.2) responden. Dan pada kategorisasi sangat rendah terdapat sebanyak 20 (7.1%) responden. Adapun diagram total skor work engagement sebagai berikut:

Gambar 4.7 Diagram Burnout pada Karyawan Kantor Pos (Persero) Makassar

b. Work Engagement

Deskriptif variabel Work Engagement berdasarkan tingkat skor ini diujikan menggunakan IBM SPSS Statistic, dan ditampilkan dalam bentul tabel dan diagram. Adapun hasilnya ialah sebagai berikut:

Tabel 4.3: Deskriptif Work Engagement Berdasarkan Tingkat Skor

Jumlah Sampel

Skor Standar

Deviasi Mean Minumum Maksimum

282 025 9 45 008

23

69

127

43

20

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat

Rendah

Total Skor Burnout

Berdasarkan dari hasil tabel diatas, diketahui bahwa pada variabel work enagement dengan jumlah responden sebanyak 282 karyawan di Kantor Pos Makassar diperoleh hasil nilai mean sebesar 22.76, nilai minimum sebesar 9, nilai maksimum sebesar 45, dan standar deviasi sebesar 7.581.

Tabel 4.4: Kategorisasi Variabel Work Engagement

Batas Kategorisasi Interval Frekuensi Kategorisasi x > 𝑋 + 1.5SD x > 35.87 16 Sangat

Tinggi 𝑋 + 0.5SD < x < 𝑋 +

1.5SD

28.29 < x <

35.87

38 Tinggi

𝑋 - 0.5SD < x < 𝑋 + 0.5SD

20.71 < x <

85.11

122 Sedang

𝑋 -1.5SD < x < 𝑋 - 0.5SD

13.13 <x<

20.71

69 Rendah

x < 𝑋 - 1.5SD x < 13.13 37 Sangat

Rendah Ket :

𝑋 = Mean SD = Standar Deviasi

Berdasarkan dari hasil kategorisasi total skor work engagement pada karyawan Kantor Pos (Persero) Makassar dengan sampel sebanyak 282 responden, kategorisasi dengan rata-rata atau jumlah frekuensi lebih banyak berada pada kategorisasi sedang sebanyak 122 (43.3%) responden. Pada kategorisasi sangat tinggi terdapat 16 (5.7%) responden. Pada kategorisasi tinggi terdapat 38 (13.5%) responden. Pada kategorisasi rendah terdapat sebanyak 69 (24.5%) responden. Dan pada kategorisasi sangat

rendah terdapat sebanyak 37 (13.1%) responden. Adapun diagram total skor work engagement sebagai berikut:

Gambar 4.8 Diagram Work Engagement Pada Karyawan Kantor Pos (Persero) Makassar

16

38

122

69

37

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat

Rendah

Total Skor WE

4.1.3 Deskriptif Variabel Berdasarkan Demografi a. Deskriptif Variabel Burnout

1. Deskriptif Burnout Berdasarkan Usia

Gambar 4.9 Diagram Burnout Berdasarkan Usia

Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar, hasil deskriptif burnout berdasarkan usia tertinggi diperoleh oleh rentang usia 46-55 tahun dengan kategorisasi sedang dengan jumlah sebanyak 48 (38%) karyawan. Pada rentang usia 20-35 tahun terdapat 12 (52%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 34 (49%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 47 (36%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 20 (49%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 8 (40%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

Pada rentang usia 36-45 tahun, terdapat 6 (26%) karyawan

12

6 5

34

13

22 47

33

48

20

10 12

8 5 7

20-35 Tahun 36-45 Tahun 46-55 Tahun

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

dengan kategorisasi sangat tinggi, 13 (19%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 33 (26%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 10 (23%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 5 (25%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

Sedangkan, rentang usia 46-55 tahun terdapat 5 (22%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 22 (32%) karyawan denga kategorisasi tinggi, 48 (38%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 12 (28%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 7 (35%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

2. Deskriptif Burnout Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.10 Diagram Burnout Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar, hasil deskriptif burnout berdasarkan jenis kelamin tertinggi diperoleh oleh jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 85 karyawan dengan kategorisasi sedang. Pada jenis kelamin laki-

7

16 46

23 85

43 31

15 11

5

Laki-Laki Perempuan

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

laki terdapat 7 (30%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 46 (67%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 85 (67%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 31 (72%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 15 (75%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

Pada jenis kelamin perempuan terdapat 16 (70%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 23 (33%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 43 (33%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 11 (28%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 5 (25%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

3. Deskriptif Burnout Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Gambar 4.11 Diagram Burnout Berdasarkan Pendidikan Terakhir Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar, hasil deskriptif burnout berdasarkan pendidikan terakhir tertinggi

1

17

1 4

4

35

3

27

8

47

11

62

3

9 9

21 12

2 6

Strata 2 Strata 1 D3 SMA

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

diperoleh oleh pendidikan terakhir SMA dengan jumlah karyawan sebanyak 62 (49%) orang dengan kategorisasi sedang. Pada pendidikan terakhir strata 2 (S2), 1 (4%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 4 (6%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 8 (6%) karyawan dengan kategorisasi sedang, dan terdapat 3 (7%) karyawan dengan kategorisasi rendah. Pada pendidikan terakhir strata 1 (S1), 17 (74%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 35 (51%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 47 (37%) karyawan dengan kategorisasi sedang, terdapat 9 (21%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 12 (60%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

Pada pendidikan terakhir diploma 3 (D3), 1 (4%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 3 (4%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 11 (8%) karyawan dengan kategorisasi sedang, terdapat 9 (23%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 2 (10%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah. Pada pendidikan terakhir SMA, 4 (17%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 27 (39%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 62 (49%) karyawan dengan kategorisasi sedang, terdapat 21 (49%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 6 (30%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

4. Deskriptif Burnout Berdasarkan Jabatan

Gambar 4.12 Diagram Burnout Berdasarkan Jabatan

Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar, hasil deskriptif burnout berdasarkan jabatan tertinggi diperoleh oleh jabatan staff sebanyak 104 (81%) karyawan dengan kategorisasi sedang. Pada jabatan kepala-deputi, terdapat 3 (4%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 6 (5%) karyawan dengan kategorisasi sedang , dan 2 (10%) karyawan dengan kategorisasi rendah.

Pada jabatan man-asman, terdapat 2 (9%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 9 (13%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 18 (14%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 7 (17%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 3 (15%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah. Pada

2

21

3 9

57

6

18

104

7

35

2 3

15

Kepala-Deputi Man-Asman Staff

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

jabatan staff, terdapat 21 (91%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 57 (83%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 104 (81%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 35 (83%) karyawan..dengan kategorisasi rendah, dan 15 (75%) karyawan dengan karegorisasi sangat rendah.

5. Deskriptif Burnout Berdasarkan Bagian/Devisi

Gambar 4.13 Diagram Burnout Berdasarkan Bagian/Devisi

Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar, hasil deskriptif burnout berdasarkan bagian/devisi tertinggi diperoleh oleh bagian/devisi jasa berjumlah 57 (45%) karyawan dengan kategorisasi sedang. Pada bagian/devisi SDM, terdapat 4 (17%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 7 (10%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 17 (13%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 5 (12%) karyawan

4 4 6

3 5

1 7

11

5 7

28

11 17

8

21

10

57

15

5 7

4 4

21

1

1 3 4

8

4

SDM Umum Keuangan Kominfo Jasa Lainnya

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

dengan kategorisasi rendah, dan 1 (5%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah. Pada bagian/devisi umum, terdapat 4 (17%) karyawan dengan kaetgorisasi sangat tinggi, 11 (16%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 8 (6%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 7 (17%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 3 (15%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

Pada bagian/devisi keuangan, terdapat 6 (26%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 5 (7%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 21 (16%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 4 (10%) karyawan dengan kategorisasi rendah, 4 (20%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah. Pada bagian/devisi kominfo, terdapat 3 (13%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 7 (10%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 10 (8%) karyawan dengan kategorisasi sedang, dan 4 (10%) karyawan dengan kategorisasi rendah.

Pada bagian/devisi jasa, terdapat 21 karyawan dengan kategorisasi rendah, 18 karyawan dengan kategorisasi sangat rendah, 5 karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 57 karyawan dengan kategorisasi sedang, 28 karyawan dengan kategorisasi tinggi.

Pada bagian/devisi lainnya (SPI, Kepala, Deputi, dan Kesekretariatan), terdapat 1 (4%) karyawan dengan

kategorisasi sangat tinggi, 11 (16%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 15 (12%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 1 (2%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 4 (20%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

6. Deskriptif Burnout Berdasarkan Lama Bekerja

Gambar 4.14 Diagram Burnout Berdasarkan Lama Bekerja

Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar, hasil deskriptif burnout berdasarkan lama bekerja tertinggi diperoleh oleh lama bekerja 1-7 tahun berjumlah 35 (27%) karyawan dengan kategorisasi sedang. Pada lama bekerja 1-7 tahun, terdapat 7 (30%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 22 (32%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 35 (27%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 12 (29%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 5 (25%) karyawan dengan

7 7

4 2 3

22

15

20

5 7

35

31 31

10

21

12 12

7 5 6

5 3

8

2 2

1-7 Tahun 8-14 Tahun 15-21 Tahun 22-28 Tahun 29-35 Tahun Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

kategorisasi sangat rendah. Pada lama bekerja 8-14 tahun, terdapat 7 (30%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 15 (22%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 31 (24%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 12 (29%) karyawan dengan kategorsasi rendah, 3 (15%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

Pada lama bekerja 15-21 tahun, terdapat 4 (17%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 20 (29%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 31 (24%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 7 (17%) karyawan dengan kategorisasi rendah, 8 (40%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah. Pada lama bekerja 22-28 tahun, terdapat 2 (9%)karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 5 (7%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 10 (8%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 5 (12%) karyawan dengan kategorisasi rendah, 2 (10%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

Pada lama bekerja 29-35 tahun, terdapat 3 (13%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 7 (10%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 21 (16%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 6 (14%) karyawan dengan kategorisasi rendah, 2 (10%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

b. Deskriptif Variabel Work Engagement

1. Deskriptif Work Engagement Berdasarkan Usia

Gambar 4.15 Diagram Work Engagement Berdasarkan Usia

Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar, hasil deskriptif work engagement berdasarkan usia tertinggi diperoleh oleh rentang usia 20-35 tahun dengan kategorisasi sedang dengan jumlah sebanyak 55 (45%) karyawan. Pada rentang usia 20-35 tahun terdapat 6 (38%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 21 (55%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 55 (45%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 27 (39%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 12 (32%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

Pada rentang usia 36-45 tahun, terdapat 5 (31%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 6 (16%) karyawan dengan

6 5 4

21

6

11 55

26

41

27

16

27

12 14

11

20-35 Tahun 36-45 Tahun 46-55 Tahun

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

kategorisasi tinggi, 26 (21%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 16 (23%) karyawan dengan kategorisasi rendah, 14 (38%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

Sedangkan, rentang usia 46-55 tahun terdapat 4 (25%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 11 (29%) karyawan denga kategorisasi tinggi, 41 (34%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 27 (39%) karyawan dengan kategorisasi rendah, 11 (30%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

2. Deskriptif Work Engagement Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.16 Diagram Work Engagement Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos Makassar, hasil deskriptif work engagement berdasarkan jenis kelamin tertinggi diperoleh oleh jenis kelamin laki-laki dengan jumlah

13

2 25

13 79

44 43 23 26

14

Laki-Laki Perempuan

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

79 (65%) karyawan dengan kategorisasi sedang. Pada jenis kelamin laki-laki terdapat 13 (81%) karyawan

dengan kategorisasi sangat tinggi, 25 (66%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 79 (65%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 44 (64%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 23 (62%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah,

Pada jenis kelamin perempuan terdapat 2 (13%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 13 (34%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 43 (35%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 26 (38%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 14 (38%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

3. Deskriptif Work Engagement Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Gambar 4.17 Diagram Work Engagement Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Berdasarkan diagram diatas, total responden pada penelitian ini berjumlah 282 karyawan di Kantor Pos

4

11 3

14

5

16 6

53

11

52

4

34

7

25

3

15

3

16

Strata 2 Strata 1 D3 SMA

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Makassar, hasil deskriptif work engagement berdasarkan pendidikan terakhir tertinggi diperoleh oleh pendidikan terakhir strata 1 (S1) dengan jumlah karyawan sebanyak 53 (43%) orang dengan kategorisasi sedang. Pada pendidikan terakhir strata 2 (S2), terdapat 3 (8%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 6 (5%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 4 (6%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 3 (8%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah. Pada pendidikan terakhir strata 1 (S1), terdapat 4 (25%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 14 (37%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 53 (43%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 34 (49%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 15 (41%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah.

Pada pendidikan terakhir diploma 3 (D3), terdapat 5 (13%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 11 (9%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 7 (10%) karyawan dengan kategorisasi rendah, dan 3 (8%) karyawan dengan kategorisasi sangat rendah. Pada pendidikan terakhir SMA, terdapat 11 (69%) karyawan dengan kategorisasi sangat tinggi, 16 (42%) karyawan dengan kategorisasi tinggi, 52 (42%) karyawan dengan kategorisasi sedang, 25 (36%) karyawan dengan kategorisasi rendah, 16 (43%) karyawan dengan dengan kategorisasi sangat rendah.

Dokumen terkait