Menguraikan makna Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila
Membangun kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
1.
Mempraktikkan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari
2. 3.
STIMULAN
Tidak ada satupun agama yang mengajarkan seseorang untuk berbuat korupsi. Para pejabat disumpah untuk menjunjung integritas dengan ajaran agamanya. Tetapi yang terjadi pada saat ini, masih banyak pejabat negara yang terjaring OTT (Operasi Tangkap Tangan) oleh KPK karena melakukan tindakan suap-menyuap jabatan atau tindakan lainnya yang terkait dengan korupsi, kolusi dan nepotisme.
Kasus Pertama
Pertanyaan bagi mahasiswa
Bagaimana sikap Saudara dalam memandang kasus tersebut?
Menurut Saudara, bagaimana cara agar masyarakat Indonesia tidak melakukan tindakan KKN?
1.
2.
1.
2.
3
Bagian ini berisi contoh kasus terkait sila ke-1 Pancasila yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Mahasiswa diminta untuk memahami kasus yang dipaparkan kemudian memberikan tanggapan. Selain itu, mahasiswa juga diminta untuk menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan dari kasus-kasus tersebut.
53 Kasus Kedua
Kerukunan antarumat beragama yang sering terganggu karena keberadaan tempat ibadah agama kelompok minoritas dipersoalkan oleh kelompok mayoritas yang berbeda. Gangguan terhadap hubungan antarumat beragama tersebut berupa penolakan pembanguan tempat ibadah, desakan pembongkaran tempat ibadah yang sudah ada, perusakan dan pembakaran rumah ibadah, maupun melecehkan simbol agama
Pertanyaan bagi mahasiswa
Bagaimana tanggapan Saudara terhadap kasus pembakaran masjid di Tolikara, Papua, pada Juli 2015 dan pembakaran gereja di Singkil, Aceh, pada Oktober 2015?
Bagaimana sikap Saudara jika ada di lingkungan tempat tinggal Saudara akan dibangun tempat ibadah agama lain? Apa yang akan Saudara lakukan untuk menjadi penganut agama dan sekaligus warga negara yang baik?
Metode perkuliahan adalah bagian dari strategi pembelajaran yang berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada mahasiswa untuk mencapai tujuan tertentu. Penyajian materi pada bab ini berupa:
BAHASAN
Metode pembelajaran
Debat
(Kelompok Pro dan Kontra)
Alokasi waktu
100 menit
Alat, bahan dan sumber belajar
alat tulis, papan tulis, LCD, dan lembar kerja
kelompok.
ASUPAN
Terjadinya permasalahan bangsa akibat ketersinggungan keyakinan dan kepercayaan terhadap Tuhan YME memberikan bukti bahwa segenap elemen bangsa belum memahami ideologi Pancasila secara tepat. Telah diketahui bersama bahwa bangsa Indonesia telah menentukan suatu pilihan melalui The Founding parent bangsa Indonesia, bahwa dalam hidup kenegaraan dan kebangsaan mengangkat dan merumuskan core philosophy bangsa Indonesia sebagai dasar filsafat negara yang secara yuridis tercantum dalam tertib hukum Indonesia. Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila merupakan sumber nilai dalam realisasi normatif dan praksis dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan.
Dalam pengertian seperti ini, nilai-nilai Pancasila merupan das sollen bagi bangsa Indonesia, sehingga seluruh derivasi normatif dan praksis berbasis pada nilai-nilai Pancasila. Dalam implementasi, kontektualisasi secara praksis atau das sein dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan berbasis pada nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, yang perlu dipahami oleh seluruh elemen bangsa adalah bahwa implementasi Pancasila bukan hanya pada tingkat das sollen, melainkan juga pada tingkat das sein, yaitu realisasi bidang keagamaan, kenegaraan, pemerintahan, kebijakan, politik, hukum serta etika politik dalam kehidupan kenegaraan. Bab ini memfokuskan pada makna Ketuhanan Yang Maha Esa pada Sila Ke-1 Pancasila dan implementasi Pancasila khususnya sila ke-1 dalam kehidupan sehari-hari.
4
55 Kepercayaan masyarakat Indonesia yang tertuang dalam Pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung nilai-nilai religius antara lain (Yusuf Ahmat, 2011: 24):
Makna Ketuhanan Yang Maha Esa Pada Sila Ke-1 Pancasila
Mengurai makna Ketuhanan Yang Maha Esa dimulai dengan menemukan arti kata dari dua unsur yaitu “Ketuhanan” dan “Yang Maha Esa”. Kata
“Ketuhanan” berasal dari kata Tuhan yang memiliki arti pencipta alam semesta, dengan segala isinya. Sedangkan “Yang Maha Esa”, berarti Yang Maha satu atau Yang Maha Tunggal dan tidak ada pembanding-Nya, tidak ada yang menyamai- Nya.
Menurut Kartawinata, kepercayaan mempunyai asas sebagai berikut (Kartawinata, 1985).
1.
Tuhan Yang Maha Esa itu Wujud ada-Nya.
Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan perwujudan segala keadaan yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Patokan semesta adalah kuasa-Nya Tuhan Yang Maha Esa kekal dan tidak berubah atas segala penghidupan dan kehidupan.
Kebatinan akan persaksian tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa sebagai perwujudan cara kumawula terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Patokan alam semesta yang kekal dan tidak berubah adalah Maha Kuasanya Tuhan Yang Maha Esa. Insan sebagai kawula (abdi) Tuhan yang wajib kumawula (mengabdi) terhadap Tuhannya yang akan menjadi/mempunyai kenyataan setelah dilakukan dalam tekad, ucap, dan lampah.
a.
b.
c.
d.
Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya Yang Maha sempurna, yakni: Maha Kasih, Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Bijaksana, dan sifat suci lainnya.
Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Memiliki keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah hal penting yang harus dimiliki oleh setiap orang. Karena orang yang tidak memiliki keyakinan dan kepercayaan akan keberadaan Tuhan maka hidupnya selalu dihantui oleh perasaan bimbang dan ragu, tidak aman dan tidak mempunyai kepastian dalam dirinya. Dengan keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa mendorong diri seseorang dapat memaknai bahwa segala yang ada baik alam semesta maupun isinya adalah bersumber dari Tuhan.
a.
b.
c.
Ketuhanan yang
Maha Esa
Menurut Rukiyati (2008), arti dan makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah sebagai berikut:
Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadat menurut agamanya.
Tidak memaksa warga negara untuk beragama, tetapi memeluk agama sesuai dengan hukum yang berlaku.
Ateisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia.
Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama, toleransi antarumat dan dalam beragama.
Negara menjadi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara menjadi mediator ketika terjadi konflik.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa tersebut di atas, hendaknya dipahami oleh setiap manusia Indonesia. Dimulai dengan menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan. Salah satu caranya, generasi muda diajak berdiskusi mengenai hukum sebab-akibat (causalitet) seperti: saya ada karena ayah dan ibu, ayah dan ibu ada karena kakek dan nenek, kakek dan nenek ada karena ada kumpi, kumpi ada karena ada buyut, buyut ada karena kelewaran, kelewaran ada karena dan seterusnya sehingga kita tidak bisa menjawabnya sampai jawaban terakhir adalah semua diciptakan oleh Tuhan sebagai penyebab pertama dari segala yang ada di dunia. Inilah yang disebut causaprima.
Apabila telah tumbuh rasa keyakinan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. generasi muda memiliki pemahaman sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang dikaruniai akal, budi luhur, rasa karsa, hidup, dan kehidupan di dunia, wajib percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena setiap agama selalu mengajarkan keimanan dan ketakwaan pada setiap umatnya. Keimanan sendiri dapat diartikan sebagai kepercayaan secara penuh kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan menurut istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan tindakan (perbuatan) setiap ajaran agama. Adapun tentang ketakwaan, takwa berasal dari bahasa arab yang berarti: hati-hati, takut, atau rasa malu untuk melaksanakan perbuatan
57 yang dilarang Tuhan. Dengan kata lain, Ahmat (2011:24) menyimpulkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berarti menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan bertakwa orang akan selalu berhati-hati dalam setiap ucapan dan melakukan perbuatan dalam kehidupannya karena rasa keyakinan kepada kebenaran ajaran Tuhan.
Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada diri seseorang akan mendorong menjadi pribadi yang beradab. Tidak ada satupun agama di dunia ini yang memperbolehkan untuk merugikan orang lain dalam berbagai bentuk perkataan dan perbuatan. Semua agama di dunia ini mengajarkan kedamaian, keadilan, dan menjanjikan keselamatan bagi setiap umat yang taat kepada ajaran kebaikan yang diajarkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari itu, keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tercermin pada suatu perilaku seseorang yang rajin beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mampu rukun terhadap sesama pemeluk agama, maupun antarpemeluk agama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Implementasi Pancasila Khususnya Sila Ke-1 dalam Kehidupan Sehari-Hari Sila pertama dasar bagi sila-sila lainnya. Dikuatkan oleh pendapat Kaelan (2010:35) “Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa”. Apabila disederhanakan, sila ke-2, 3, 4, dan 5 dijiwai oleh Sila ke-1. Tidak mengherankan bahwa sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi penentu segala a s p e k k e h i d u p a n b e r b a n g s a d a n bernegara di Indonesia.
Dalam kaitannya dengan implementasi nilai-nilai Pancasila khususnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Baharun (2011:40) menjelaskan bahwa:
Berdoa sumber gambar:
www.freepik.com/free-photos-vectors/man Berdoa sumber gambar:
Sam Scholes/flickr.com
2.
Tuhan Yang Maha Esa adalah Pencipta alam semesta dengan segala sifat- sifat-Nya yang sempurna. Tuhan YME menciptakan manusia dalam fitrahnya yang suci, dan menganugerahkan potensi kebaikan yang bersemayam di dalam hati berupa potensi intelektual, moral, estetis dan transendental.
Dengan bermodalkan keempat potensi tersebut, manusia diberi amanat untuk mengemban tugas dan fungsi sebagai khalifah guna membina kemakmuran di atas bumi, membangun peradilan kebudayaan, dan kesejahteraan hidup bersama sesuai dengan aturan-aturannya.
a.
bagi para pemeluknya berarti bahwa setiap orang mempunyai kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan agama yang dianutnya. Kebebasan beragama dalam prespektif hukum positif di Indonesia, menurut Hijrah Adhyanti Mirzana (2012: 152) haruslah dimaknai secara luas sebagaimana dijamin di dalam UUD 1945 Amendemen IV Pasal 28 E ayat (1) dan (2) yang menyebutkan bahwa: “setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali; dan setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya”; kemudian, disebutkan pula dalam Pasal 29 Ayat (1) dan (2) bahwa: “Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa; dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaanya itu.”
Kebebasan beragama, meyakini kepercayaan, dan berekspresi dalam menyampaikan pendapat di Indonesia dilindungi dan dijamin oleh UUD 1945 agama tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga hubungannya dengan sesama manusia, dan agama memiliki pengaruh pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b.
Tokoh lintas agama sumber gambar:
Kompas.com/Iqbal Fahmi
59 Kebebasan untuk menghormati aliran-aliran keagamaan atau organisasi keagamaan yang berbeda dalam menafsirkan kitab suci harus mendapat perhatian serius dari pemerintah. Pembiaran kelompok atau organisasi tertentu untuk menghakimi secara sepihak harus dihindari. Kasus penyerangan kepada penganut Ahmadiyah dan perusakan tempat ibadah Ahmadiyah di beberapa tempat adalah realitas yang menunjukkan bahwa tokoh agama dan ormas Islam belum mampu menyelesaikan perbedaan aliran agama melalui berbagai dialog, diskusi dengan kepala dingin, sehingga kekerasan menjadi pilihan penyelesaian masalah. Kondisi subjektif tersebut menyebabkan agama yang seharusnya menjadi penyejuk justru dijadikan alat dan menimbulkan konflik di tengah-tengah masyarakat.
c.
Peranan agama bagi Indonesia sangat penting dalam menjaga moral bangsa.
Perilaku menyimpang yang dilakukan sebagian masyarakat Indonesia tidak lepas dari terjadinya degradasi moral dan pemahaman keaagamaan yang dangkal.
Para pemuka agama dituntut untuk mampu menjawab tantangan zaman dan pengaruh paham-paham asing yang tidak seluruhnya memiliki kesamaan dengan budaya dan masyarakat Indonesia.
d.
e.
f.
Seseorang dapat dikatakan menjalankan nilai ketuhanan yang terkandung dalam Sila Ke-1 Pancasila jika pemahaman dan implementasi perilaku kehidupannya sesuai dengan indikator berikut ini.
Perilaku yang didasari keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan keluarga dapat kita tunjukkan sikap-sikap:
a.
Saling mengingatkan untuk selalu taat pada ajaran agama.
Berusaha dengan sekuat tenaga menjauhi larangan Tuhan.
Selalu meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Saling menghargai dan menghormati anggota keluarga lain yang berbeda agama ketika sedang beribadah.
Memanfaatkan nikmat yang diberikan Tuhan untuk kebaikan.
1) 2) 3) 4)
5)
Kunjungan TK ABA aisyah ke TK Katholik
sumber gambar:
Bagas Bimantara/Radar Madiun
Perilaku yang didasari keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan kampus dapat ditunjukkan tujukkan sikap-sikap berikut:
b.
Saling menghormati sesama teman, baik seagama maupun berlainan agama.
Mengamalkan perintah agama di kampus dengan praktik ibadah.
Memperingati hari-hari besar agama di kampus.
Mendorong dan memfasilitasi mahasiswa rajin beribadah sesuai agama dan keyakinan masing-masing.
Menyelenggarakan hari besar keagamaan untuk memupuk toleransi.
Mendorong mahasiswa untuk menyampaikan opini kepada publik berupa kecaman terhadap tindakan pelanggaran perbuatan kekerasan dan intoleran yang dilakukan atas dasar keyakinan yang berbeda.
Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar (menuntut ilmu), karena belajar merupakan salah satu kewajiban agama baik belajar bidang agama maupun bidang umum.
Memelihara kebersihan dan kesehatan, termasuk juga memelihara lingkungan kampus, seperti tidak membuang sampah
sembarangan, karena meyakini bahwa menjaga kebersihan merupakan sebagian dari iman.
Menghormati dosen karena dosen merupakan pembimbing yang diharapkan bisa membantu mahasiswa dalam mengembangkan diri.
Menghormati teman dan tidak bersikap sombong apabila diberi kelebihan. Setiap mahasiswa harus menyadari bahwa setiap orang tidak diciptakan sama dan setiap orang harus menghargai perbedaan.
Berusaha untuk tidak melanggar tata tertib kampus, karena tata tertib kampus diciptakan sebagai rambu-rambu untuk membentuk perilaku mahasiswa yang baik agar mahasiswa terbiasa berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari
1) 2) 3) 4) 5) 6)
7)
8)
9) 10)
11)
Perilaku yang didasari keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan masyarakat dapat kita tunjukkan sikap-sikap:
c.
Keluarga masyarakat dapat merayakan hari besar agama dan menjalankan kewajiban agamanya secara bebas karena telah terbina sikap saling menghargai.
Warga yang satu ikut bergembira atas nasib baik yang dialami warga lainnya dengan ikut memberikan ucapan syukur kepada Tuhan YME.
1)
2)
61 Warga masyarakat berupaya mempererat tali dharmasanti atau silaturahmi, antara lain dengan saling mengunjungi dan mengucapkan salam sapaan.
Jujur, tidak suka berbohong, dan tidak suka mengingkari janji.
3)
4)
Kesemua contoh perilaku di atas adalah bentuk implementasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Mahasiswa diharapkan dapat menjalankannya dengan baik, dan selanjutnya mahasiswa agar ringan menjalankan perilaku tersebut harus melakukannya atas dasar kebutuhan sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Mahasiswa harus membiasakan diri dan memaksa diri sendiri agar implementasi sila-sila Pancasila menjadi laku kehidupan. Jika semua itu dijalankan secara konsisten, niscaya mahasiswa akan menjadi pribadi yang Pancasilais, sekaligus teguh mengimani agamanya masing-masing
Baharudin Lopa: Tokoh Bangsa Pelaksana Nilai-Nilai Ketuhanan Baharuddin Lopa, pria kelahiran Mandar, Sulawesi Selatan, 27 Agustus 1935, menjabat sebagai Bupati Majene saat baru berumur 25 tahun. Pria ini bisa disapa dengan sapaan Barlop (akronim dari namanya). Pada masa jabatannya, ia tak segan berkonfrontasi dengan Komandan Batalyon 710 yang melakukan penyelundupan.
3.
Karier Barlop awalnya bukanlah sebagai birokrat, melainkan penegak hukum. Selepas SMA, Barlop memilih masuk Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Ia mempertajam pendidikannya dengan mengikuti Kursus Reguler Lemhanas pada 1979 dan meraih gelar doktor di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro pada 1982.
Kariernya diawali sebagai jaksa di Kejaksaan Negeri Makassar pada 1958–1960. Usai menjabat Bupati Majene, ia menjadi Kepala Kejaksaan Negeri Ternate pada 1964. Dua tahun kemudian, Barlop menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi Aceh hingga pindah ke Kalimantan Barat pada 1974. Berikutnya, ia menjabat Kepala Pusdiklat Kejaksaan Agung RI (1976–1982), dan Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan (1982–1986). Sempat menjadi Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Barlop akhirnya menjadi Jaksa Agung RI sekaligus Menteri Kehakiman dan Perundang-undangan pada 2001. Sayang, hanya sebentar ia bertugas. Pada 3 Juli 2001, saat melakukan perjalanan dinas ke Arab Saudi, ia mengembuskan napas terakhir karena serangan jantung dan kelelahan.
Baharudin Lopa sumber gambar:
https://www.liputan6.com/
3.
Kejujuran merupakan kebiasaan yang dijalankan oleh Baharudin Lopa.
Salah satu peristiwa yang membuktikan kejujurannya yaitu bahwa segala sesuatu harus sesuai peruntukannya. Mobil dinas hanya untuk keperluan dinas, tidak akan ia pakai untuk kepentingan pribadi. Bagi Baharuddin Lopa, itu prinsip yang sangat mendasar. Itu sebabnya, dia melarang istri dan ketujuh anaknya menggunakan mobil dinas untuk keperluan sehari-hari.
Ada kejadian menarik tentang penggunaan mobil dinas Barlop yang membuat seorang kerabatnya kecele. Saat itu, pada 1983, Barlop diundang untuk menjadi saksi pernikahan. Tuan rumah yang juga kerabatnya, Riri Amin Daud, dan pagar ayu telah menunggu kedatangannya. Mereka menanti mobil dinas berpelat DD-3 berhenti di depan pintu. Namun, lama ditunggu, mobil itu tak jua tiba. Ketika sedang resah menanti, tiba-tiba saja suara Barlop terdengar dari dalam rumah. Rupanya, ia bersama sang istri datang ke sana dengan menumpang “pete-pete”, angkutan kota khas Makassar. “Ini hari Minggu. Ini juga bukan acara dinas. Jadi, Saya tak boleh datang dengan mobil kantor,” begitu penjelasan Barlop (KPK, 2015:20).
Tugas Individu
Mahasiswa menulis essai tentang salah satu isu terjadi di Indonesia berkaitan dengan implementasi Pancasila khususnya sila Ke-1 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hasil tugas diunggah ke media sosial untuk mendapatkan respon dari netizen dan menandai akun dosen pengampu selambat-lambatnya 5 hari sesudah tanggal penugasan. Pilihan isu adalah sebagai berikut.
Tugas Kelompok
Dosen pengampu membuat kelompok terdiri dari 4-5 anggota untuk diminta membuat video pendek mengenai kampanye toleransi umat beragama.
Ketentuan video:
TES
Durasi video selama 3-5 menit
Setiap kelompok mengirimkan file video ke email dosen pengampu dalam waktu 7 hari sejak tugas diberikan
Setiap kelompok juga mengunggah video tersebut di akun media sosial atau YouTube dengan menyertakan hastag #tugaspancasila
#kuliahpancasila #pancasilalahirbatin a)
b) c) 1.
2.
Meningkatnya angka hamil di luar nikah serta free sex di kalangan remaja.
Meningkatnya angka korupsi para pejabat negara dari tingkat terbawah sampai dengan atas.
Meningkatnya konflik agama antar kelompok masyarakat di Indonesia.
1) 2) 3)
63
Baharun, M. 2011. Implementasi Nilai-Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa Pancasila Guna ...Menanggulangi Kekerasan. Malang: Pustaka Bayan.
Chaidar-Al. 1998.Reformasi Prematur: Jawaban Islam Terhadap Reformasi Total.
...Jakarta: Darul Fallah.
Mirzana, H A. Volume 7 Nomor 2 Juli 2012. Kebijakan Kriminalisasi Delik Penodaan ...Agama. Jurnal Pandecta.
Kaelan. 2010. Dosenan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kartawinata, I.R. 1985. Budaya Spirtual. Aliran Kebatinan “PERJALANAN”.
KPK. 2015. Orange Juice for Integrity Belajar Integritas Kepada Tokoh Bangsa. Jakarta:
...KPK
Rukiyati. 2008. Dosenan Pancasila. Yogyakarta: UNY press.
Sukarno. 2007. Revolusi Indonesia: Nasionalisme, Marhaen, dan ...Pancasila.Yogyakarta: Penerbit Galangpress (Anggota IKAPI).
Ahmat, Y. 2011. Pengaplikasian Nilai-nilai Dasar Pancasila. Jakarta: PT. Sinar Jaya.