Ciri khas yang terkandung dalam ilmu pengetahuan adalah rasional, antroposentris, dan cenderung sekuler, dengan suatu etos kebebasan (akademis dan mimbar akademis). Konsekuensi yang timbul adalah dampak positif dan negatif. Positif dalam arti kemajuan ilmu pengetahuan telah mendorong kehidupan manusia ke suatu kemajuan (progress, improvement) dengan teknologi yang dikembangkan dan telah menghasilkan kemudahan- kemudahan yang semakin canggih bagi upaya manusia untuk meningkatkan kemakmuran hidupnya secara fisik-material. Negatif dalam arti ilmu pengetahuan telah mendorong berkembangnya arogansi ilmiah dengan menjauhi nilai-nilai agama, etika, yang akibatnya dapat menghancurkan.
3. Pilar aksiologi (axiology). Pilar ini selalu berkaitan dengan problematika
pertimbangan nilai (etis, moral, religius) dalam setiap penemuan, pengembangan atau penerapan ilmu. Pengalaman aksiologis dapat memberikan dasar dan arah pengembangan ilmu, serta mengembangkan etos keilmuan seorang profesional dan ilmuwan (Iriyanto Widisuseno, 2009).
c.
Pilar epistemologi (epistemology). Pilar ini selalu menyangkut problematika tentang sumber pengetahuan, sumber kebenaran, cara memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran, proses, sarana, dasar-dasar kebenaran, sistem, prosedur, hingga strategi. Pengalaman epistemologis dapat memberikan sumbangan bagi kita berupa: (a) sarana legitimasi bagi ilmu atau menentukan keabsahan disiplin ilmu tertentu; (b) memberi kerangka acuan metodologis pengembangan ilmu; (c) mengembangkan ketrampilan proses; dan (d) mengembangkan daya kreatif dan inovatif.
b.
Prinsip-prinsip Berpikir Ilmiah 4.
a.Objektif
b.Rasional
Cara memandang masalah apa adanya, terlepas dari faktor-faktor subjektif (misal: perasaan, keinginan, emosi, sistem keyakinan, otoritas)
Menggunakan akal sehat yang dapat dipahami dan diterima oleh orang lain.
Mencoba melepaskan unsur perasaan, emosi, sistem keyakinan dan otoritas
c.Logis
Berpikir dengan menggunakan azas logika/runtut/ konsisten, implikatif. Tidak mengandung unsur pemikiran yang kontradiktif. Setiap pemikiran logis selalu rasional, begitu sebaliknya yang rasional pasti logis
d.Metodelogis
Selalu menggunakan cara dan metode keilmuan yang khas dalam setiap berfikir dan bertindak (misal: induktif, dekutif, sintesis, hermeneutik, intuitif)
e.Logis
Setiap cara berpikir dan bertindak menggunakan tahapan langkah prioritas yang jelas dan saling terkait satu sama lain, serta memiliki target dan arah tujuan yang jelas.
Nilai-nilai Dasar Pancasila bagi Strategi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Bangsa Indonesia meletakkan Pancasila sebagai nilai dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengertian nilai dasar menggambarkan Pancasila sebagai suatu sumber orientasi dan arah pengembangan ilmu. Dalam konteks sebagai nilai dasar, Pancasila mengandung dimensi ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Dimensi ontologis berarti ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia untuk mencari kebenaran yang tidak mengenal titik henti atau “an unfinished journey”. Ilmu tampil dalam fenomenanya sebagai masyarakat, proses dan produk. Dimensi epistemologis, nilai-nilai Pancasila dijadikan pisau analisis/metode berpikir dan tolok ukur kebenaran. Dimensi aksiologis, mengandung nilai-nilai imperatif dalam mengembangkan ilmu adalah sila-sila Pancasila sebagai satu keutuhan. Untuk itu ilmuwan dituntut memahami Pancasila secara utuh, mendasar, dan kritis, maka diperlukan suatu situasi kondusif baik struktural maupun kultural.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi pada nilai-nilai Pancasila. Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam Pancasila adalah sebagai berikut:
5.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa: melengkapi ilmu pengetahuan menciptakan perimbangan antara yang rasional dan irasional, antara rasa dan akal. Sila ini menempatkan manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan pusatnya.
a.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan: mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuan dan teknologi berevolusi sendiri dengan leluasa.
Eksperimentasi penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan harus demokratis dapat dimusyawarahkan secara perwakilan, sejak dari kebijakan, penelitian sampai penerapan massal.
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: memberi arah pada dan mengendalikan perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu untuk kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok, lapisan tertentu.
b.
Sila Persatuan Indonesia: mengkomplementasikan universalisme dalam sila- sila yang lain, sehingga suprasistem tidak mengabaikan sistem dan subsistem. Solidaritas dalam subsistem sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan individualitas, tetapi tidak mengganggu integrasi.
c.
d.
130
Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menekankan ketiga keadilan Aristoteles: keadilan distributif, keadilan kontributif, dan keadilan komutatif. Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan antara
kepentingan individu dan masyarakat, karena kepentingan individu tidak boleh terinjak oleh kepentingan semu. Individualitas merupakan landasan yang memungkinkan timbulnya kreativitas dan inovasi.
e.
Implementasi Hidup Ber-Pancasila Sesuai dengan Bidang Ilmu
Pusat Kurikulum Depdiknas (2010) menyatakan bahwa dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah teridentifikasi delapan belas nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Pengembangan iptek harus senantiasa didasarkan atas sikap human-religius. Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam 12 bidang pembagian rumpun ilmu oleh DIKTI (simlitabmas) adalah sebagai berikut:
5.
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. MIPA merupakan ilmu dasar yang penting untuk dikuasai sebagai pijakan untuk pengembangan ilmu dasar maupu ilmu terapan. Tentu saja nilai-nilai Pancasila harus menjadi dasar dalam pengembangan ilmu MIPA. Termasuk para kalangan profesional yang bergerak dalam bidang MIPA juga harus mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai aktivitas di dunia kerja. Misalnya saja berdoa sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan, sebagai bentuk penerapan Sila Pertama. Selain itu mengeksplorasi kondisi alam dan lingkungan sebagai sarana menyadarkan umat manusia bahwa kekuasaan Tuhan YME di atas segala-galanya.
a.
Ilmu tanaman. Bidang kajian ini di antaranya meliputi pengembangan varietas tanaman lokal, kepedulian lingkungan, pemenuhan ketahanan pangan, keberpihakan pada petani, hingga pemanfaatan teknologi pertanian. Kalangan profesional di bidang ini salah satunya bisa ikut berperan dalam menciptakan keadilan sosial bagi seluruh Indonesia sebagai pengamalan sila kelima Pancasila. Dengan mengembangkan keilmuan di bidang pangan yang berkualitas unggul, maka akan berdampak positif pada ketahanan NKRI.
b.
Ilmu hewani. Bidang kajian ini di antaranya meliputi pengembangan peternakan modern yang berwawasan lingkungan, pengembangan varietas ternak, menjaga hewan-hewan langka yang dilindungi, hingga pemanfaatan biota laut berwawasan lingkungan. Sama seperti bidang ilmu tanaman, kalangan profesional di bidang ini bisa ikut berperan dalam menciptakan dalam menciptakan keadilan sosial bagi seluruh Indonesia sebagai pengamalan sila kelima Pancasila. Dengan mengembangkan keilmuan di bidang hewani, setidaknya bisa memberikan kontribusi positif bagi ketahanan masyarakat.
Ilmu kedokteran. Bidang kajian ini di antaranya meliputi mengembangkan jiwa helper yang lebih mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan membantu memudahkan akses terhadap layanan kesehatan. Kalangan profesional ini bisa ikut berperan dalam dalam menciptakan kemanusiaan yang adil dan beradab sebagai pengamalan sila kedua Pancasila. Dengan bekerja di daerah-daerah terpencil, setidaknya akan memberikan kontribusi positif pada masyarakat yang membutuhkan bantuan medis. Menolong orang tanpa memandang suku, ras, dan agama menjadi perwujudan pengamalan sila kedua Pancasila.
c.
Ilmu kesehatan. Bidang kajian ini di antaranya meliputi memberikan layanan kesehatan mental, mencegah munculnya kasus-kasus gangguan mental, hingga memberikan layanan perawatan kesehatan yang dilandasi kasih sayang. Serupa dengan bidang ilmu kedokteran, ilmu kesehatan juga bisa ikut berperan dalam dalam pengamalan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab sebagai perwujduan sila kedua Pancasila
e.
d.
Ilmu Teknik. Bidang kajian ini di antaranya meliputi pengembangan teknologi yang menyejahterakan masyarakat, kepedulian lingkungan, sehingga tidak sekadar eksploitasi kekayaan alam untuk kepentingan manusia semata. Profesionalisme di bidang ini harus memahami nilai-nilai k e r a k y a t a n y a n g d i p i m p i n o l e h h i k m a t k e b i j a k s a n a a n d a l a m permusyawaratan/perwakilan. Berbagai aktivitas yang menyangkut eksploitasi kekayaan alam harus benar-benar dipertimbangkan dengan melibatkan saran dari berbagai pihak, sehingga penerapan sila keempat Pancasila harus dilaksanakan.
f.
a.
a.
132
Ilmu Bahasa. Bidang kajian ini di antaranya meliputi berkontribusi pada pengembangan bahasa nasional agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri, ikut menjaga kekayaan bahasa daerah, hingga pemanfaatan bahasa yang santun sebagai alat komunikasi. Kalangan profesional di bidang ini sangat memiliki peran dalam menciptakan persatuan Indonesia. Pengembangan bahasa Indonesia hingga bisa diterima dengan mudah oleh berbagai pihak di daerah-daerah, setidak menjadi salah satu bentuk dari pengamalan sila ketiga Pancasila.
Ilmu ekonomi. Bidang kajian ini di antaranya meliputi pengembangan ekonomi kerakyatan, keperpihakan pada usaha kecil dan menengah, hingga kemudahan akses permodalan bagi masyarakat kecil. Kalangan profesionalisme ini memiliki peran sangat besar dalam menciptakan keadlian sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat harus bisa diminimalisasi dengan berbagai terobosan- terobosan keilmuan di bidang ekonomi. Namun jangan lupakan juga nilai- nilai Ketuhanan dalam setiap aktivitas perekonomian, sehingga memiliki nilai ibadah.
g.
Ilmu sosial humaniora. Bidang kajian ini di antaranya meliputi politik yang beradab, keadilan hukum, hingga pengembangan budaya yang meneguhkan budaya lokal/nasional. Kalangan profesionalisme ini memiliki peran dalam meletakan konsep-konsep nilai kemanusiaan, persatuan, dan kerakyatan sehingga mudah dipahami oleh masyarakat Indonesia. Tentu saja dalam beraktivitas di dunia kerja, kalangan profesionalisme harus bisa menjadi contoh teladan bagi masyarakat dalam menerapkan nilai-nilai sosial.
h.
Filsafat dan agama. Bidang kajian ini di antaranya meliputi penguatan nilai- nilai moral dan etika dalam kehidupan masyarakat. Kalangan profesional ini memiliki peran yang cukup sentral dalam meletakan nilai-nilai Ketuhanan di masyarakat. Menciptakan konsep-konsep penyelasaran antara agama dengan filsafat yang mudah dipahami, menjadi salah satu contoh pengalaman nilai-nilai Pancasila.
j.
Rp
Ilmu seni, desain, dan media. Bidang kajian ini di antaranya meliputi menghasilkan seni yang dapat menjadi sarana utnuk memperhalus budi, menghasilkan desain yang mengangkat kekayaan budaya lokal dan berwawasan lingkungan, memanfaatkan media sebagai sarana untuk berkomunikasi yang santun dan mempersatukan segenap lapisan masyarakat. Kalangan profesional ini juga harus mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam aktivitas di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Salah satunya dengan menciptakan karya seni, desain atau media yang selaras dengan nilai-nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Ilmu Pendidikan. Bidang kajian ini di antaranya meliputi berkontribusi pada meratanya akses pendidikan bagi segenap lapisan masyarakat, pendidikan yang mengedepankan akhlak peserta didik, mengembangkan pendidikan yang mampu membangun kompetensi peserta didik/tidak sekadar transfer ilmu pengetahuan, meningkatkan minat baca/mengembangkan budaya membaca/literasi di masyarakat, hingga pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.
k.
l.
134
Perpustakaan sumber gambar:
Pexel.com
Tugas Individu
Mahasiswa menulis esai pada kertas bergaris mengenai permasalahan terkait Pancasila dalam bidang keilmuan yang diambil saat ini. Tulisan dikumpulkan kepada dosen pengampu 3 hari setelah tugas diberikan.
Tugas Kelompok
Mahasiswa membuat kelompok terdiri dari 4-5 anggota, kemudian membuat video dengan ketentuan:
TES
Durasi video selama 3-5 menit berkenaan penerapan nilai Pancasila pada bidang ilmu dan profesi dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap kelompok mengirimkan file video ke email dosen pengampu dalam waktu 7 hari sejak tugas diberikan.
Setiap kelompok juga mengunggah video tersebut di akun media sosial atau YouTube dengan menyertakan hastag #tugaspancasila
#kuliahpancasila #pancasilalahirbatin a)
b) c) 1.
2.
Iriyanto, Ws. 2009. Bahan Kuliah Filsafat Ilmu Pascasarjana. Semarang.
Keraf, Sonny. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Kompas.
Oesman, O dan Alfian (Ed.). 1990. Pancasila Sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: BP-7 Pusat.
Mulyadhi, K. 2002. Menembus Batas Waktu Panorama Filsafat Islam. Bandung, Mizan.
Santoso, F. 2016. “Rekons-truksi Epistemologi Keilmuan Islam: Tinjauan Sumber, Tujuan, dan Metode Keilmuan,” dalam Prosiding Seminar Internasional Reconstruction of Islamic Epistemology, diselenggarakan oleh Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bekerja sama dengan International Institute of Islamic Thought (IIIT) Kantor East and Southeast Asia, 24 Mei, di UMS.
SUMBER BACAAN
136