• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Puyuh

Dalam dokumen BUKU PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS (Halaman 59-64)

III. PUYUH

3.1. Jenis Puyuh

Sebenarnya banyak jenis puyuh yang tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia, tetapi tidak semua puyuh dapat dimanfaatkan sebagai penghasil pangan. Berdasarkan tujuan pemeliharaannya terdapat tiga jenis puyuh yang dapat dipelihara yaitu puyuh petelur, puyuh pedaging, dan puyuh hias. Tidak semua jenis puyuh dipelihara secara komersial. Beberapa jenis puyuh yang populer diungkapkan pada pembahasan berikut ini.

3.1.1. Coturnix coturnix japonica

Puyuh jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan puyuh yang dipelihara di Indonesia sebagai usaha sambilan maupun sebagai usaha komersial. Puyuh tersebut didatangkan dari Jepang, Taiwan, maupun Hongkong. Hal menarik pada puyuh ini adalah siklus hidupnya yang pendek; dibutuhkan 16-17 hari untuk pengeraman dan lebih kurang membutuhkan waktu 42 hari dari saat menetas sampai dewasa kelamin. Anak puyuh jepang yang baru menetas beratnya 5–8 g. Anak puyuh tersebut memperlihatkan pertumbuhan cepat, dengan konsumsi ransum lebih kurang 500 g dan konversi ransum sekitar 2,3. Anak puyuh tumbuh cepat sehingga pada umur 6 minggu mencapai berat 90–95% dari bobot tubuh dewasa kelaminnya.

Puyuh mencapai dewasa kelamin sekitar umur 42 hari dan biasanya berproduksi penuh pada umur 50 hari. Burung puyuh betina dengan perawatan baik akan bertelur 200 butir pada tahun

pertama berproduksi. Lama hidup hanya 2–2,5 tahun. Jika puyuh tersebut belum mengalami seleksi genetik terhadap bobot tubuh, maka puyuh jantan bobot tubuhnya sekitar 100–140 g, sedangkan betina sedikit lebih berat yaitu antara 120–160 g.

Puyuh betina bercirikan bulu-bulu berwarna cokelat muda dengan bintik-bintik hitam pada leher dan dada bagian atas. Jantan mempunyai bulu leher dan dada berwarna cokelat karat seperti kayu manis (cinnamon). Puyuh jantan mempunyai kelenjar kloaka, suatu struktur khas pada pinggir atas anus yang mengeluarkan bahan berwarna putih dan berbuih. Kelenjar tersebut dapat digunakan untuk menaksir kemampuan reproduksi puyuh jantan.

Telur puyuh berwarna cokelat burik dan sering kali tertutup dengan zat wama biru muda dan berisi kapur. Setiap puyuh betina bertelur dengan pola atau warna kulit telur khas. Beberapa strain hanya memproduksi telur berwama putih. Laju produksi telur tahun pertama lebih kurang 80% pada kondisi pencahayaan terkontrol.

Telur puyuh jepang yang berwama cokelat burik menyerupai telur puyuh liar. Beratnya 7 – 11 g (7 – 8% dari bobot tubuh induk). Masa pengeraman rata-rata 16 – 17 hari dengan kisaran 16,5 – 20 hari.

Gambar 3.1. Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica)

pertama berproduksi. Lama hidup hanya 2–2,5 tahun. Jika puyuh tersebut belum mengalami seleksi genetik terhadap bobot tubuh, maka puyuh jantan bobot tubuhnya sekitar 100–140 g, sedangkan betina sedikit lebih berat yaitu antara 120–160 g.

Puyuh betina bercirikan bulu-bulu berwarna cokelat muda dengan bintik-bintik hitam pada leher dan dada bagian atas. Jantan mempunyai bulu leher dan dada berwarna cokelat karat seperti kayu manis (cinnamon). Puyuh jantan mempunyai kelenjar kloaka, suatu struktur khas pada pinggir atas anus yang mengeluarkan bahan berwarna putih dan berbuih. Kelenjar tersebut dapat digunakan untuk menaksir kemampuan reproduksi puyuh jantan.

Telur puyuh berwarna cokelat burik dan sering kali tertutup dengan zat wama biru muda dan berisi kapur. Setiap puyuh betina bertelur dengan pola atau warna kulit telur khas. Beberapa strain hanya memproduksi telur berwama putih. Laju produksi telur tahun pertama lebih kurang 80% pada kondisi pencahayaan terkontrol.

Telur puyuh jepang yang berwama cokelat burik menyerupai telur puyuh liar. Beratnya 7 – 11 g (7 – 8% dari bobot tubuh induk). Masa pengeraman rata-rata 16 – 17 hari dengan kisaran 16,5 – 20 hari.

Gambar 3.1. Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica)

3.1.2. Coturnix chinensis

Coturnix chinensis di Indonesia dinamakan puyuh pepekoh.

Tubuhnya mungil karena panjangnya hanya I5 cm. Puyuh jantan berwarna hitam pada bagian tenggorokannya dan terdapat garis lebar berwarna putih. Perutnya berwarna cokelat dan pada bagian sisi dada kiri dan kanan badannya terdapat bulu yang berwama abu–

abu kebiruan, oleh karena itu dinamakan Blue Breasted Quail. Bagian punggung berwarna cokelat bercampur abu-abu dengan garis putih kehitaman, bagian samping kepala dan dada, pinggul serta bawah ekor berwarna biru, kaki berwarna kuning, mata berwarna cokelat, paruh hitam. Puyuh betina berwarna lebih muda yaitu cokelat muda pada bagian muka, dada, dan perut dengan garis kehitaman, bagian kerongkongan berwarna keputihan. Suaranya seperti peluit tir,tir,tir.

Gambar 3.2. Puyuh Pepekoh (Coturnix chinensis)

3.1.3. Arborophila javanica

Di Indonesia, puyuh Arborophila javanica dikenal dengan nama Puyuh Gonggong Jawa (Gambar 3.3.). Puyuh ini berukuran sedang dengan panjang 25 cm. Bulunya berwarna kemerahan dan pada bagian kepalanya terdapat tanda berbentuk cincin yang berwarna hitam. Ekornya melengkung ke bawah dan berwarna keabu-abuan.

Sayap berwarna kecokelatan dan totol-totol hitam, pada perut bagian bawah berwarna cokelat kemerahan. Mata dan kakinya berwarna merah, sedangkan paruhnya berwarna hitam. Suaranya seperti kereta api yang terdengar keras dan monoton.

Gambar 3.3. Puyuh Gonggong Jawa (Arborophila javanica)

3.1.4. Rollulus roulroul

Puyuh Rollulus roulroul tergolong puyuh hias. Badannya berbentuk bulat dan panjangnya mencapai 25 cm. Jenis puyuh ini dapat ditemukan di hutan-hutan Kalimantan, Sumatera, Malaysia, dan Thailand. Karakteristik puyuh jantan (Gambar 3.4.) mempunyai jambul berbentuk mahkota yang berwarna merah, tetapi pada pangkalnya berwarna putih. Hal ini yang menyebabkan puyuh ini dinamakan puyuh mahkota. Karakteristik puyuh jantan lainnya adalah mata merah dan dilingkari oleh warna merah terang; tepat di pangkal paruh terdapat kumis hitam yang mencuat ke atas; paruh pendek berwarna merah pada bagian ujungnya berwarna hitam;

bulu badan berwarna hijau dengan warna kebiru-biruan pada ekor, punggung, dada, perut; leher berwarna biru tua kehitaman; sayap berwarna cokelat bercampur cokelat kehitaman; kaki berwarna merah tua. Karakteristik puyuh betina tidak mempunyai mahkota;

mata puyuh betina seperti pada puyuh jantan berwarna merah dan dilingkari warna merah terang; bulu badan dari leher hingga ekor berwarna hijau dengan sayap berwarna kecokelatan; paruh berwarna hitam. Baik jantan maupun betina mempunyai suara siulan melengking.

Gambar 3.3. Puyuh Gonggong Jawa (Arborophila javanica)

3.1.4. Rollulus roulroul

Puyuh Rollulus roulroul tergolong puyuh hias. Badannya berbentuk bulat dan panjangnya mencapai 25 cm. Jenis puyuh ini dapat ditemukan di hutan-hutan Kalimantan, Sumatera, Malaysia, dan Thailand. Karakteristik puyuh jantan (Gambar 3.4.) mempunyai jambul berbentuk mahkota yang berwarna merah, tetapi pada pangkalnya berwarna putih. Hal ini yang menyebabkan puyuh ini dinamakan puyuh mahkota. Karakteristik puyuh jantan lainnya adalah mata merah dan dilingkari oleh warna merah terang; tepat di pangkal paruh terdapat kumis hitam yang mencuat ke atas; paruh pendek berwarna merah pada bagian ujungnya berwarna hitam;

bulu badan berwarna hijau dengan warna kebiru-biruan pada ekor, punggung, dada, perut; leher berwarna biru tua kehitaman; sayap berwarna cokelat bercampur cokelat kehitaman; kaki berwarna merah tua. Karakteristik puyuh betina tidak mempunyai mahkota;

mata puyuh betina seperti pada puyuh jantan berwarna merah dan dilingkari warna merah terang; bulu badan dari leher hingga ekor berwarna hijau dengan sayap berwarna kecokelatan; paruh berwarna hitam. Baik jantan maupun betina mempunyai suara siulan melengking.

Gambar 3.4. Puyuh Mahkota jantan (Rollulus roulroul)

3.1.5. Collinus Virginianus

Ukurannya termasuk sedang, panjangnya sekitar 25 cm, sosoknya terlihat gemuk pendek. Termasuk ordo galliformes dan famili phasianidae. Puyuh ini sering ditemukan di lahan yang sudah ditanami dan padang rumput bersemak. Negara asalnya Amerika Utara, namun puyuh ini dapat beradaptasi dengan baik di beberapa daerah di luar Amerika. Puyuh di Amerika ini dipelihara sebagai puyuh pedaging. Puyuh betina bertelur sebanyak 12–20 butir, kadang-kadang sampai 14–16 butir. Telur-telur ini dierami didalam sarang yang terbuat dari rerumputan baik oleh jantan maupun oleh betina selama 23–24 hari. Anak puyuh setelah berumur 2 minggu sudah dapat terbang meninggalkan sarangnya. Warna bulunya cokelat gelap dan ditandai lurik-lurik putih di bagian dada.

Kepalanya kecil ditandai dengan garis putih pada alis dan tenggorokannya. Pada betina, bagian ini berwarna kekuning- kuningan (Gambar 3.5).

Gambar 3.5. Collinus Virginianus (Bob white)

Dalam dokumen BUKU PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS (Halaman 59-64)