• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pemeliharaan Merpati

Dalam dokumen BUKU PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS (Halaman 128-131)

VI. MERPATI

6.6. Manajemen Pemeliharaan Merpati

Sifat merpati yang sangat “merindukan” pasangannya benar- benar harus dimanfaatkan. Burung yang sudah dilepas jauh dari tempat yang sudah dikenalnya akan kembali secepatnya ke tempat

Pemberian makan pada merpati berbeda dibandingkan dengan pemberian makan pada unggas lainnya. Merpati mengonsumsi campuran butir-butiran dan grit yang berkualitas baik dan banyak air bersih untuk diminum dan mandi. Merpati tidak diberi ransum berbentuk mash dan tidak memerlukan hijauan. Pemberian ransum berbentuk pellet dapat saja dilakukan tetapi beberapa merpati mendapat kesulitan dengan melekatnya pellet tersebut di dalam temboloknya

Campuran butir-butiran yang biasa diberikan kepada merpati adalah jagung kuning, kacang hijau, sorghum dan gandum. Ransum merpati yang seimbang sebaiknya mengandung protein l3,5–15,0%, karbohidrat 60–70%, lemak 2–5%, dan serat kasar tidak lebih dari 5%. Campuran grit, kulit kerang, kapur, garam dan mineral perlu disediakan secara terus menerus dalam bak makanan. Contoh ransum merpati adalah campuran dari jagung kuning 38%, sorghum 11%, kacang hijau 28%, dan gandum 23% yang akan menghasilkan ransum dengan protein l3,53%, karbohidrat 66,55%, lemak 2,75%, dan serat kasar 3,22%.

Sepasang merpati King berproduksi tinggi akan mengonsumsi 47,670 kg butir-butiran dalam setahun dan sepasang merpati bangsa kecil (Homer) akan mengonsumsi 40,860 kg, dan sepasang Runt akan mengonsumsi ± 50,750 kg butir setahun. Untuk menghasilkan anak merpati seberat 500 g diperlukan ransum 3,178–3,632 kg dengan konversi 6:1. Konsumsi biji-bijian merpati 100 g/pasang/hari untuk tipe ringan dan 150 g/pasang/hari untuk tipe berat.

Campuran grit yang baik untuk merpati adalah 1) 45% kulit kerang yang dihancurkan dalam ukuran sedang; 2) 35% berupa pecahan kecil-kecil dari batu gamping/kapur atau batu granit; 3) 10% pecahan kecil arang kayu; 4) 5% tepung tulang; 5) 5% tepung kapur; 6) 4% garam; 7) 1% venetian red (suatu produk yang mengandung zat besi).

6.6. Manajemen Pemeliharaan Merpati

Sifat merpati yang sangat “merindukan” pasangannya benar- benar harus dimanfaatkan. Burung yang sudah dilepas jauh dari tempat yang sudah dikenalnya akan kembali secepatnya ke tempat

dimana pasangannya berada. Bahkan memperlombakan burung merpati pos biasa diakhiri dengan bertenggernya burung jantan di punggung burung betina yang dipegang orang.

Pemeliharaan merpati yang dikandangkan haruslah dipelihara kebersihannya, kotoran harus dibersihkan agar merpati yang dipelihara benar-benar sehat. Kehadiran sinar matahari sangatlah perlu, sebab merpati memerlukan panas dan sinar matahari memberikan sebahagian dari keperluan kesehatannya. Setahun sekali sebaiknya semua merpati dipindahkan sementara dan kandang dicuci keseluruhan, disemprot dengan insektisida atau pembasmi kuman lainnya. Setiap kali anak merpati menetas, sebaiknya kotak sarang serta mangkok sarang disemprot dengan pembasmi hama.

Merpati hendaknya diberi kesempatan mandi seminggu tiga kali. Konstruksi tempat mandi yang baik adalah datar dan tidak terlalu dalam. Setelah air itu dipakai mandi hendaknya air diganti lagi untuk keperluan mandi berikutnya. Air mandi diusahakan jauh dari air minum dan air mandi tidak dipakai sebagai air minum bagi merpati. Mandi ternyata mempunyai arti tersendiri bagi merpati yang sedang mengeram. Kelembapan yang ada pada bulu-bulu burung tersebut dapat membuat kulit telur menjadi lembek sehingga mudah dipecah oleh anak burung yang akan keluar pada saat menetas. Tanpa itu, kulit telur dan selaput yang ada di dalamnya menjadi liat dan kuat sehingga pada saat menetas anak merpati boleh jadi tidak mampu memecahkan kulit telur itu sehingga tidak mampu keluar.

Pemberian makanan umumnya dilakukan 2 kali sehari, memberikan makanan kepada merpati konsumsi tentu berbeda dengan memberi makan merpati pos. terutama merpati pos yang akan diadu atau setelah terbang jauh. Beberapa pembibit lebih memberikan pellet di pagi hari dan memberikan butiran-butiran di sore hari. Hal ini memberikan keuntungan yaitu membuat merpati lebih lama tinggal di sarangnya menunggui anak-anaknya.

Cara lain memberi makan merpati adalah dengan model kafetaria yaitu dengan menempatkan setiap bahan makanan di dalam bak-bak makanan terpisah. Dengan cara ini, merpati diberi

kesempatan memilih bahan makanan yang disukainya. Akan tetapi, cara ini. cenderung menimbulkan pemborosan karena burung menceker-ceker butiran-butiran yang bermacam-macam tersebut.

Oleh karena itu, apabila pemberian makan model kafetaria diterapkan perlu menggunakan bak-bak makanan yang mencegah terjadinya pemborosan.

Induk merpati terganggu dan pergi meninggalkan sarangnya sampai pagi jika induk merpati yang sedang mengeram, tidak terlalu sering dilihat karena akan membuat. Hal ini akan membuat telur- telur kehilangan panas yang dibutuhkan untuk menetaskan dan embrio di dalam telur akan mati. Jika terdapat dua atau satu butir telur yang tidak nomral, retak, atau berukuran kecil sekali sebaiknya disingkirkan sehingga pasangan induk jantan tersebut akan segera mulai bertelur lagi.

Dua puluh hari setelah bertelur dan dierami, harus diperiksa bahwa anak-anak yang baru menetas itu normal, badannya belum berbulu dan matanya masih tertutup. Jika hanya seekor saja yang menetas, ditunggu satu atau dua hari, kemudian dibuka untuk meyakinkan bahwa embrionya memang benar-benar mati dan harus segera disingkirkan. Anak yang hanya satu ekor menetas dapat dipelihara oleh pasangan yang asli atau diserahkan kepada pasangan lain.

Pada umur 10 hari mata anak-anak merpati mulai terbuka dan bulu mulai tumbuh, anak merpati tersebut mulai memanfaatkan bijian bersamaan dengan susu merpati dari induknya. Pada umur 25 hari anak-anak merpati dipilih sebagai merpati penghasil daging dan dijual pada umur 26–28 hari dengan bobot ± 500 g. Apabila diinginkan untuk bibit maka merpati yang masih muda tersebut ditempatkan pada satu petak kandang sampai terjadi perkawinan dan mulai menyiapkan sarang.

Membedakan jenis kelamin merpati dapat dilakukan setelah dewasa. Merpati jantan lebih besar, leher besar, dan lebih kasar. Bila sedang melakukan peminangan, jantan membuat gerakan melingkar, memekarkan bulu ekor dan menjatuhkan atau merebahkan bulu sayapnya. Jantan juga lebih sering mendekur dan menari. Merpati betina tubuhnya; lebih kecil, jarang mendekur dan menari dan tidak terlalu ribut bila kawin.

kesempatan memilih bahan makanan yang disukainya. Akan tetapi, cara ini. cenderung menimbulkan pemborosan karena burung menceker-ceker butiran-butiran yang bermacam-macam tersebut.

Oleh karena itu, apabila pemberian makan model kafetaria diterapkan perlu menggunakan bak-bak makanan yang mencegah terjadinya pemborosan.

Induk merpati terganggu dan pergi meninggalkan sarangnya sampai pagi jika induk merpati yang sedang mengeram, tidak terlalu sering dilihat karena akan membuat. Hal ini akan membuat telur- telur kehilangan panas yang dibutuhkan untuk menetaskan dan embrio di dalam telur akan mati. Jika terdapat dua atau satu butir telur yang tidak nomral, retak, atau berukuran kecil sekali sebaiknya disingkirkan sehingga pasangan induk jantan tersebut akan segera mulai bertelur lagi.

Dua puluh hari setelah bertelur dan dierami, harus diperiksa bahwa anak-anak yang baru menetas itu normal, badannya belum berbulu dan matanya masih tertutup. Jika hanya seekor saja yang menetas, ditunggu satu atau dua hari, kemudian dibuka untuk meyakinkan bahwa embrionya memang benar-benar mati dan harus segera disingkirkan. Anak yang hanya satu ekor menetas dapat dipelihara oleh pasangan yang asli atau diserahkan kepada pasangan lain.

Pada umur 10 hari mata anak-anak merpati mulai terbuka dan bulu mulai tumbuh, anak merpati tersebut mulai memanfaatkan bijian bersamaan dengan susu merpati dari induknya. Pada umur 25 hari anak-anak merpati dipilih sebagai merpati penghasil daging dan dijual pada umur 26–28 hari dengan bobot ± 500 g. Apabila diinginkan untuk bibit maka merpati yang masih muda tersebut ditempatkan pada satu petak kandang sampai terjadi perkawinan dan mulai menyiapkan sarang.

Membedakan jenis kelamin merpati dapat dilakukan setelah dewasa. Merpati jantan lebih besar, leher besar, dan lebih kasar. Bila sedang melakukan peminangan, jantan membuat gerakan melingkar, memekarkan bulu ekor dan menjatuhkan atau merebahkan bulu sayapnya. Jantan juga lebih sering mendekur dan menari. Merpati betina tubuhnya; lebih kecil, jarang mendekur dan menari dan tidak terlalu ribut bila kawin.

Dalam dokumen BUKU PRODUKSI ANEKA TERNAK UNGGAS (Halaman 128-131)