Bab IX Penutup
9. Jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI)
Jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat dari registrasi yang berasal dari Dinas tenaga Kerja Kabupaten Wonogiri dan Jumlah secara keseluruhan yang ditempatkan oleh BP3TKI serta agen-agen lainnya. Berikut tabel data Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berasal dari Kabupaten Wonogiri.
Tabel 2. 98
Jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang Berasal dari Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2020
No. Tahun
Registrasi Total
(BP3TKI, Disnaker, dll) Hanya Disnaker
1. 2016 680 225
2. 2017 557 281
3. 2018 722 420
4. 2019 645 359
5 2020 116 75
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Wonogiri,2020
Jumlah Tenaga Kerja Asing (TKA) yang bekerja di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. 99
Jumlah Tenaga Kerja Asing (TKA) yang Bekerja di Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2020
No. Tahun Jumlah
(orang)
1. 2016 14
2. 2017 17
3. 2018 19
4. 2019 21
5 2020 20
Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Wonogiri, 2020
Jumlah Tenaga Kerja Asing (TKA) yang bekerja di Kabupaten Wonogiri setiap tahun mengalami peningkatan.
a) Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja
Tingkat produktivitas tenaga kerja dapat dilihat dari PDRB ADHK, jumlah tenaga kerja, PDRB ADHK 2010 per tenaga kerja. Berikut tabel mengenai PDRB ADHK Tahun 2010 per tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2020.
Tabel 2. 100
PDRB ADHK Tahun 2010 per Tenaga Kerja di Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2019
Tahun PDBR ADHK 2010 (Juta Rupiah)
Jumlah Tenaga Kerja
PDRB ADHK 2010/Tenaga Kerja
(Juta Rupiah)
2016 17.869.145,42 N/A
2017 18.820.497,77 531.570 35,41
2018 19.839.038,83 563.887 35,18
2019 20.912.502,95 525.718 39,78
Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Wonogiri, 2019
Berdasarkan tabel di atas, tingkat produktivitas tenaga kerja diukur dari seberapa besar PDRB yang dihasilkan dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja, berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui bahwa produktivitas tenaga kerja Kabupaten Wonogiri selama kurun waktu 4 tahun terakhir terus meningkat dari Rp 35,41 juta di tahun 2017 menjadi Rp 39,78 juta di tahun 2019.
b) Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri dan Pekerja Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja (yang bekerja)
Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja keluarga terhadap total kesempatan kerja di Kabupaten Wonogiri selama periode tahun 2017-2019 cenderung fluktuatif, yaitu pada 2017-2018 dari 926,95 meningkat menjadi 1.266,027 lalu pada 2018-2019 menurun menjadi 954,28. Angka ini menunjukkan bahwa pekerja yang berusaha sendiri dan pekerja keluarga atau pekerja di sektor informal lebih banyak dibandingkan pekerja di sektor formal.
Tabel 2. 101
Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri dan Pekerja Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja di Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2020
c) J u m l a h
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Wonogiri, 2020
c) Kepesertaan Jamsostek dalam Hubungan Industrial
Jumlah kepersertaan Jamsostek dalam Hubungan Industrial bisa dilihat dari jumlah perusahaan (unit) dan jumlah tenaga kerja (orang).
Berikut tabel mengenai perkembangan jumlah perusahaan dan tenaga kerja yang mengikuti program Jamsotek di Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2020.
Tabel 2. 102
Perkembangan Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja yang Mengikuti Program Jamsostek di Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2020
Tahun Jumlah
Perusahaan (unit)
Jumlah Tenaga Kerja yang mengikuti Program
Jamsostek
Jumlah Tenaga Kerja
keseluruhan di Perusahaan
Persentase Jumlah Tenaga Kerja
yang mengikuti
Program Jamsostek
2016 334 8.381 23.102 36,28%
2017 299 13.240 24.462 54,12%
2018 858 14.052 27.187 51,69%
2019 657 15.754 27.878 56,51%
2020 703 19.133 28.313 67,58%
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Wonogiri
Berdasarkan tabel di atas, jumlah perusahan dan jumlah tenaga kerja (Pekerja Penerima Upah) yang telah mengikuti program Jamsostek selama periode tahun 2016-2020 mengalami peningkatan.
Walaupun tingkat kepesertaan tertinggi pada tahun 2020 masih di kisaran 67,58%. Hal tersebut menggambarkan bahwa kesadaran perusahaan dan tenaga kerja terhadap jaminan sosial ketenagakerjaan semakin meningkat.
No Tahun
Jumlah Tenaga Kerja yang Berusaha
Sendiri
Jumlah Pekerja Keluarga
Kesempatan Kerja/ Lowongan
Proporsi Tenaga Kerja yang
Berusaha Sendiri
1 2016 N/A N/A 14.576 N/A
2 2017 90.206 108.709 21.459 926,95
3 2018 83.051 121.577 16.163 1.266,027
4 2019 102.294 96.931 20.877 954,28
5 2020 N/A N/A N/A N/A
d) Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Aspek pelayanan umum Kesetaraan dan keadilan gender dapat dilihat melalui Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) telah diulas dalam aspek Kesejahteraan Sosial.
Tabel 2. 103
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2020
No Indikator Kinerja Daerah
Realisasi Capaian
2016 2017 2018 2019 2020 1 % PD yang telah menyusun
program/kegiatan responsif gender dan anak
30,35 89,28 85 92,45 96
2 % kelembagaan PUG yang aktif 100 100 100 100 100
3 Rasio KDRT 0,0005 0,00073 0,0005 0,0009 0,0002
4 Cakupan korban perempuan dan anak yang mendapat pelayanan pengaduan
100 100 100 100 100
5 % partisipasi perempuan di
lembaga eksekutif 44,64 46,49 47,03 48,86 49,11 6 % partisipasi perempuan di
lembaga legislative 8,88 8,88 8,88 16 16
Sumber : Dinas PPKBP3A, 2020
Tingkat kesetaraan gender semakin menunjukkan peningkatan. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah partisipasi perempuan di lembaga lembaga eksekutif dan legislatif dari tahun ke tahun. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2017, yaitu terdapat peningkatan sebesar 1,85 % dari kondisi tahun 2016. Sedangkan peningkatan partisipasi perempuan di legislatif terjadi pada tahun 2019, terdapat peningkatan sebesar 7,2 % dari tahun sebelumnya.
Dalam penyusunan program dan kegiatan yang responsif gender, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini ditandai dengan telah digunakan alat analisis gender dalam penyusunan program dan kegiatan yang sudah dimulai pada tahun 2014. Peningkatan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2017, karena semua Perangkat Daerah di Kabupaten Wonogiri diwajibkan untuk menyusun analisis gender dalam penyusunan perencanaan program dan kegiatan pada setiap tahun anggaran.
Pemerintah Kabupaten Wonogiri telah menyusun Peraturan Daerah nomor 2 Tahun 2021 tentang Pengarusutamaan Gender ( Lembaran Daerah nomor 2, tambahan Lembaran Daerah nomor 193 ), sebagai landasan hukum dan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat yang responsif gender.
Dalam hal penanganan permasalahan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), Pemerintah Kabupaten Wonogiri sangat peduli terhadap penanganan permasalahan tersebut, hal ini terlihat dari jumlah cakupan pengaduan kekerasan yang tertangani sebesar 100%. Rasio KDRT pada tahun 2019 yaitu sebesar 0,0009. Jumlah kasus KDRT ini sebenarnya sangat tidak diharapkan, akan tetapi pada kenyataanya masih ada kasus di setiap tahun dan seperti fenomena gunung es, artinya kasus terlihat rendah karena sedikit sekali yang berani melapor untuk mendapatkan pendampingan. Sebagai upaya pencegahan terjadinya korban kekerasan terhadap perempuan, Dinas PPKBP3A juga rutin melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, pembentukan desa/kelurahan ramah anak (7 desa), pembentukan APSAI (Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak) dan terwujudnya Puskesmas Ramah Anak (34 Puskesmas).
Selain itu pemerintah juga sudah serius dalam memperhatikan kepentingan/kebutuhan anak dalam kehidupan masyarakat terlihat dari meningkatnya forum-forum anak yang terbentuk di kecamatan.
Pada Tahun 2020 ini Pemerintah Kabupaten Wonogiri tengah menyiapkan Peraturan Daerah tentang Kabupaten Layak Anak (KLA), dengan Peraturan Daerah dimaksud diharapkan dapat dijadikan dasar bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun kebijakan daerah yang responsive terhadap pemenuhan hak- hak anak, serta memberikan ruang yang luas bagi masyarakat untuk memberikan rasa aman dan nyaman terhadap anak.
Sebagai upaya pengkoordinasian program perlindungan terhadap tindak kekerasan dan peningkatan kesejahteraan perempuan dan anak serta menampung aspirasi dan tuntutan kebutuhan perempuan dan anak di Kabupaten Wonogiri maka dibentuk Pusat Pelayanan Terpadu Perlidungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Wonogiri, dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 Th. 2013 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan terhadap Korban Kekerasan Berbasis gender dan Anak dan Surat Keputusan Bupati Wonogiri No. 418 Tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Wonogiri, selain Dinas PPKBP3A Kabupaten Wonogiri, instansi/lembaga yang menangani korban tindak kekerasan:
a. Dinas Sosial Kabupaten Wonogiri.
b. PPA POLRES Wonogiri
c. Pusat Pelayanan Terpadu Perlindunganan Perempuan dan Anak ( P2TP2A ) Kabupaten Wonogiri .
d. Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak ( P4A ) Tk. Kecamatan ( 20 Kecamatan )
e. Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak ( P4A ) Tk. Desa ( 160 Desa ) Tabel 2. 104
Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan di KabupatenWonogiri Tahun 2016-2020
Kelompok Perempuan 2016 2017 2018 2019 2020
Perempuan Dewasa 9 7 6 9 2
Anak Perempuan 36 60 17 10 10
Jumlah 45 67 23 19 12
Sumber: Dinas PPKBP3A, 2020
Berdasarakan tabel diatas didapatkan data bahwa Jumlah Korban kekerasan terhadap perempuan dewasa dari tahun 2016 sampai dengan 2019 masih landai, data terbanyak pada tahun 2016 sebanyak 9 orang, tahun 2017 turun menjadi 7 orang, tahun 2018 turun menjadi 6 orang tetapi pada tahun 2019 naik lagi menjadi 9 orang pada pertengahan tahun 2020 terjadi penurunan menjadi 2 orang. Untuk data jumlah korban kekerasan terhadap anak perempuan pada tahun 2016 sebanyak 36 anak, tahun 2017 terjadi kenaikan menjadi 60 anak, pada tahun 2018 menurun menjadi 17 anak dan pada tahun 2019 serta pertengahan tahun 2020 korbannya sebanyak 10 anak. Secara keseluruhan jumlah korban kekerasan terhadap perempuan di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2016 sebanyak 45 orang, pada tahun 2017 terjadi peningkatan menjadi 60 orang, pada tahun 2018 terjadi penurunan jumlah korban menjadi 23 orang dan tahun 2019 terjadi penurunan lagi menjadi 19 orang sampai pertengahan tahun 2020 jumlah korban menurun menjadi 12 orang. Walaupun demikian angka kekerasan tersebut dinilai masih tinggi karena diharapkan angka kekerasan terhadap perempuan adalah 0, maka masih perlu dilakukan kegiatan pencegahan yang lebih baik lagi.
Hal ini disebabkan karena sudah dilakukannya kegiatan - kegiatan pencegahan / preventif dimasyarakat oleh jejaring dan mitra kerja antara lain OPD terkait, TPPKK dari Kabupaten sampai ke tingkat dasa wisma, Satgas PPA, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama serta Forum Anak melalui pertemuan-pertemuan yang sudah ada dimasyarakat.
Jumlah korban kekerasan pada anak perempuan lebih banyak daripada perempuan dewasa hal ini menunjukkan bahwa anak perempuan lebih rentan terhadap kekerasan bila dibandingkan dengan perempuan dewasa.
Dari data tersebut dapat dijadikan referensi bahwa masih diperlukan
kegiatan perlindungan pada perempuan dan anak dari tindak kekerasan, lebih diutamakan pada perlindungan anak perempuan.
Tabel 2. 105
Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Anak di Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2020
Kelompok Anak 2016 2017 2018 2019 2020
AnakPerempuan 36 60 17 10 10
Anaklaki-laki 5 20 1 7 4
Jumlah 41 80 18 17 14
Sumber: Dinas PPKBP3A, 2020
Berdasarkan data diatas Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Anak di Kabupaten Wonogiri dari Tahun 2016 untuk anak perempuan sebanyak 36 anak, tahun 2017 bertambah menjadi 60 anak. Kemudian pada tahun 2018 menurun menjadi 17 anak dan tahun 2019 menurun menjadi 10 anak, pada pertengahan tahun 2020 jumlah anak perempuan yang menjadi korban kekerasan sebanyak 10 anak. Sedangkan jumlah anak korban laki- laki yang menjadi korban kekerasan pada tahun 2016 sebanyak 5 anak, pada tahun 2017 bertambah menjadi sebanyak 20 anak, tahun 2018 berkurang menjadi 1 anak, tahun 2019 bertambah menjadi 7 anak, pada tahun 2020 sampai pertengahan tahun menjadi 4 anak.
Secara keseluruhan jumlah korban kekerasan terhadap anak di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2016 sebanyak 41 anak, pada tahun 2017 bertambah menjadi 80 anak hal ini disebabkan karena meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan kejadian kekerasan pada anak.
Seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan – kegiatan pencegahan / preventif dimasyarakat oleh jejaring dan mitra kerja antara lain OPD terkait, TPPKK dari Kabupaten sampai ke tingkat dasa wisma, Satgas PPA, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama serta Forum Anak melalui pertemuan- pertemuan yang sudah ada dimasyarakat, mulai tahun 2018 jumlah anak yang korban menjadi korban kekerasan mulai berkurang menjadi 18 anak, tahun 2019 berkurang lagi menjadi 17 anak dan pada tahun 2020 sampai pertengahan tahun menjadi 14 anak.
Jumlah korban kekerasan pada anak perempuan lebih banyak dari anak laki-laki hal ini menunjukkan bahwa anak-anak perempuan lebih rentan terhadap kekerasan bila dibandingkan dengan anak laki-laki sehingga memerluhan perlindungan khusus.
Tabel 2. 106
Capaian Pemenuhan Hak Anak Berdasarkan Kategori Tingkat Pratama, Tingkat Madya, Tingkat Nindya, dan Tingkat Utama
di KabupatenWonogiri Tahun 2016 – 2020
Tahun
Tingkat Utama (kab/kota)
Tingkat Nindya (kab/kota)
Tingkat Madya (kab/kota)
Tingkat Pratama kab/kota)
Jumlah scor (kab/kota)
% (kab/kota)
2016 - - - - 0 0
2017 - - - - 610,3 101
2018 - - - - 179,5 29
2019 - - - - 280 46
2020 - - - - 0 0
Sumber: Dinas PPKBP3A, 2020
Capaian Pemenuhan Hak Anak di Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 – 2020 ditargetkan Pratama namun belum dapat tercapai. Pada tahun 2016 data capaian tidak dapat diakses karena data berada di Kementrian PPPA dan bersifat rahasia, tahun 2017 skor nilai sejumlah 610,3 atau 101 persen dari target skor yang akan dicapai yaitu 600 namun setelah diverifikasi dilapangan oleh tim verifikator dari Kementerian PPPA ternyata tidak dapat membuktikan adanya kegiatan Pemenuhan Hak Anak maka hasil akhirnya tidak dapat mencapai tingkat Pratama. Tahun 2018 capaian skor capaian turun menjadi 179,5 atau 29 persen dari target dan pada tahun 2019 skor capaian naik sedikit menjadi 280 atau 46 persen dari target sedangkan pada tahun 2020 tidak dilakukan penilaian oleh karena adanya pandemi covid-19.
Dari tahun 2016 sampai tahun 2020 pemenuhan hak anak di Kabupaten Wonogiri belum mencapai kategori Pratama hal ini disebabkan karena belum adanya regulasi / peraturan daerah tentang Kabupaten Layak Anak, belum optimalnya kinerja Gugus Tugas KLA, belum adanya data dukung tentang keterlibatan Lembaga Masyarakat, Dunia Usaha dan Media dalam pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak, belum tersedianya Fasilitas Informasi Layak Anak, belum optimalnya keterlibatan anak dalam pembangunan, masih adanya perkawinan anak, belum adanya lembaga konsultasi tentang layanan pengasuhan anak bagi orang tua / keluarga, masih minimnya lembaga pengasuhan alternative yang terstandarisasi, belum semua PAUD menjadi PAUD yang Holistik dan Integratif, masih minimnya ketersediaan infrastruktur diruang publik yang ramah anak, belum tersedianya kawasan tanpa rokok dan masih adanya iklan, promosi dan sponsor rokok, belum adanya inventarisasi Sekolah Ramah Anak, masih minimnya ketersediaan fasilitas untuk kegiatan budaya, kreatif dan rekreatif yang ramah anak, belum adanya data-data dukung tentang penanganan
anak korban bencana, penderita HIV-AIDS dan NAPZA, belum semua desa menjadi Desa Layak Anak dan belum semua kecamatan mejadi Kecamatan Layak Anak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pencapaian Kabupaten Layak Anak menjadi tanggung jawab bersama baik pihak Legislatif maupun Eksekutif / Pemerintah Daerah beserta jajarannya serta Dunia Usaha dan Masyarakat pada umumnya. Optimalnya kinerja Gugus Tugas KLA sangat berperan dalam pencapaian Kabupaten Layak Anak.
Upaya pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak : 1.Sosialisasi dan Advokasi
2.Meningkatkan kesadaran dan kepedulian sosial
3.Meningkatkan Pengetahuan dan Ketrampilan bagi Perempuan 4.Optimalisasi 8 Fungsi Keluarga
5. Optimalisasi Pos Pelayanan Perlindungan Perempuan dan Anak ( P4A ):
Jumlah P4A sebanyak 20 pos di tingkat Kecamatan dan 160 di tingkat Desa/Kelurahan.