• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Kajian Teori

29

diterimanya sesuai jangka waktu dan syarat-syarat yang disetujui oleh kedua belah pihak.

3) Kesepakatan, yaitu kesepakatan antara si pemberi pembiayaan dengan penerima pembiayaan.

4) Jangka waktu, yaitu masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati.

5) Resiko, yaitu adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya pembiayaan

6) Balas jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan, jasa tersebut biasa dikenal dengan margin atau keuntungan.

c. Tujuan pembiayaan yaitu:27

1) Mencari keuntungan (profitability) yaitu dengan tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan yang disalurkan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang dipeoleh dari usaha yang dikelola nasabah.

2) Safety atau keamanan yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tecapai tanpa hambatan yang berarti.

27 https://www.kajianpustaka.com

3) Membantu usaha nasabah, yaitu membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi ataupun dalam bentuk pembiayaan.

4) Membantu pemerintah, yaitu semakin banyak pembiayaan yang disalurkan bank maka semakin banyak peningkatan pembangunan diberbagai sector.

2. Prosedur Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat

Kredit usaha rakyat adalah KUR adalah pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada nasabah individu atau perseorangan, badan usaha dan/atau kelompok usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup.

Munculnya Bank Syariah Indonesia sebagai salah satu penyalur KUR di Indonesia tentu saja memberikan warna baru bagi masyarakat Indonesia dalam memilih layanan pinjaman KUR dari pemeritah.28

Prosedur pembiayaan pada bank syariah tidak jauh berbeda dengan tahapan yang dilakukan pada bank konvensional dalam memberikan kreditnya. Secara garis besar, Prosedur pemberian pembiayaan pada bank syariah sebagai berikut:29

a. Tahap sebelum pemberian pembiayaan diputuskan oleh bank syariah, yaitu tahap bank syariah mempertimbangkan permohonan pembiayaan

28 Nurhaliza, Ahmad Sanusi Lukman, Sri Wahyuni Hasibuan, “Implementasi Produk Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro Pada PT. Bank Syariah Indonesia KCP Binjai Sudirman”, (Jurnal Ekonomi Islam Vol. 04 No. 01: 2022), 73

29 Rusdan, Antoni, “Prosedur Pembiayaan Bank Syariah”, (Jurnal Pendidikan dan Kajian Keislaman Vol. IX No. 2: 2018), 285

31

calon nasabah penerima fasilitas. Tahap ini disebut tahap analisis kelayakan penyaluran dana.

b. Tahap setelah permohonan pembiayaan diputuskan pemberiannya oleh bank syariah dan kemudian penuangan keputusan tersebut ke dalam perjanjian pembiayaan (akad pembiayaan) serta dilaksanakannya pengikatan agunan untuk pembiayaan yang diberikan itu. Tahap ini disebut tahap dokumentasi pembiayaan.

c. Tahap setelah perjanjian pembiayaan (akad pembiayaan) ditandatangani oleh kedua belah pihak dan dokumen pengikatan agunan telah selesai dibuat serta selama pembiayaan itu digunakan oleh nasabah penerima fasilitas sampai jangka waktu pembiayaan berakhir. Tahap ini disebut tahap penggunaan pembiayaan.

d. Tahap setelah pembiayaan menjadi bermasalah tetapi usaha nasabah penerima fasilitas masih memiliki prospek sehingga pembiayaan yang bermasalah itu dapat diselamatkan untuk menjadi lancar kembali.

Tahap ini disebut tahap penyelamatan pembiayaan.

3. Akad Murabahah Wa Al-Wakalah a. Pengertian Akad Murabahah

Murabahah secara bahasa berasa dari kata حبر yang berarti keuntungan, karena dalam jual beli murabahah harus menjelaskan keuntungannya. Sedangkan menurut istilah murabahah adalah jual beli dengan harga pokok dengan tambahan keuntungan30. Salah satu skim

30 Zuhaily, Wahbah, Al Fiqh Al Islamiy Wa Adillatuh. (Beirut: Dar Al Fikr, 1948). 72.

fiqh yang paling populer digunakan oleh perbankan syariah adalah skim jual beli murabahah. Transaksi pembiayaan murabahah ini lazim dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah dengan margin yang disepakati.31

Seperti diketahui bahwa pembiayaan murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan/margin yang disepakati. Dalam jual beli ini, penjual harus memberi tahu harga pokok pembelian barang dan menemukan tingkat keuntungan tertentu sebagai tambahan dan menjelaskannya kepada pembeli. Murabahah menekankan adanya pembelian komoditas berdasarkan permintaan nasabah, bukan hanya pinjaman semata sebagaimana dalam sistem kredit di perbankan konvensional. Dalam praktik pembiayaan murabahah, nasabah datang mengajukan pembiayaan atas sebuah komoditas dengan kriteria tertentu. Pada tahap ini terjadi negosiasi dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak. Kemudian, bank memesan barang kepada supplier sesuai dengan kriteria yang di inginkan nasabah. Setelah barang tersebut resmi menjadi milik bank, baru kemudian terjadi kontrak jual beli antara nasabah dan pihak bank.

Barang dan dokumen dikirimkan kepada nasabah, kemudian nasabah melakukan pembayaran sesuai dengan kesepakatan. Dengan demikian, jika dilihat praktik pembiayaan murabahah tidak ditemukan adanya

31 Karim, Adiwarman. Bank Islam Wacana Ulama. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007)

33

bunga tetapi, hanya margin sebagai tambahan atas harga pokok pembelian sehingga tidak bertentangan dengan syariah.

Pembiayaan murabahah ini ditetapkan untuk perbankan syariah melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/Kep/Dir tentang bank umum prinsip syariah, yang kemudian diperbarui dengan peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tentang bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/35/PBI/2005 dan surat keputusan direksi Bank Indonesia Nomor 32/36/Kep/Dir tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah, yang kemudian diperbarui dan disempurnakan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/17/PBI/2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/25/PBI/2006 selanjutnya ditegaskan kembali dalam Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008.32

Dalam impelementasinya, pelaksanaan pembiayaan murabahah yaitu nasabah mengajukan permohonan kepada bank untuk membeli barang. Bank dan nasabah melakukan negoisasi, persyaratan, dan cara pembayaran, selanjutnya Bank da nasabah sepakat melakukan transaksi akad murabahah, dan pihak bank membeli barang dari penjual/supplier sesuai spesifikasi yang diminta nasabah, lalu bank dan nasabah

32 Rachmadi Usman, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia, (Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 2009), 178

melakukan akad jual beli atas barang yang dimaksud, dan supplier mengantarkan barangnya kepada nasabah. Nasabah menerima barang dan dokumen, dan teraakhir nasabah melakukan pembayaran sebesar poko dan margin kepada pihak bank dengan cara mencicil.

Adapun rukun dari akad murabahah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa hal, yaitu:

1) Pelaku akad, yaitu ba’i (penjual) adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual, dan musytari(pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang.

2) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman (harga), dan

3) Shighah, yaitu ijab dan Qobul.

Syarat akad murabahah yang harus dipenuhi dalam dalam transaksi ada beberapa hal, yaitu:33

1) Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah.

2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

3) Kontrak harus bebas riba.

4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.

5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

33 Binti Nur Aisyah, “Manajemen pembiayaan bank syariah”, (Yogyakarta: Penerbit Kalimedia, 2015), 225-226.

35

Bentuk-bentuk akad murabahah yaitu:34

1) Murabahah sederhana, adalah bentuk akad murabahah ketika penjual memasarkan barangnya kepada pembeli dengan harga sesuai harga perolehan ditambah margin keuntungan yang diinginkan.

2) Murabahah kepada pemesan, bentuk murabahah ini melibatkan tiga pihak, yaitu pemesan, pembeli, dan penjual. Bentuk murabahah ini melibatkan pembeli sebagai perantara karena keahliannya atau karena kebutuhan pemesan akan pembiayaan.

Adapun landasan hukum islam tentang akad murabahah yaitu:

اٰوَ بِّرلا َمَّرَح َو َعْىَبْلا ُللها َّلَحَاَو

Artinya : “Padahal Allah SWT menghalalkan jual beli dan Mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah: 275)

b. Pengertian Akad Wakalah

Wakalah atau wikalah merupakan isim mashdar yang secara etimologi berarti taukil yaitu menyerahkan atau mewakilkan dan menjaga (Ath-Thayyar, 2009).

Secara terminologi wakalah adalah :

ُلَبْقَ ي اَِّمِ ُوُلْعِف َوَلاَم ٍصْخَش ُضْيِوْفَ ت ِوِتاَيَح ِفِ ٌلاَح ُوَلَعْفَ يِل ِهِْيَْغ َلَِا ُةَباَيِّ نلا

“penyerahan wewenang sesuatu kepada orang lain agar melaksanakan apa yang didelegasikan”. (Al Zuhaili, 2009)”

34 Ascarya, “Akad & Produk Bank Syariah”, (Depok: Rajawali Pers, 2017), Hal. 89.

Secara konsep, murabahah hanya melibatkan dua pihak yaitu penjual dan pembeli. Dalam aplikasinya di perbankan syariah, murabahah melibatkan tiga pihak, yaitu nasabah sebagai pembeli, bank sebagai penjual dan suplier sebagai pemasok barang kepada bank atas permintaan nasabah. Akan tetapi dalam realitanya, murabahah lebih banyak teraplikasi dengan konsep murabahah bil wakalah. Artinya bank memberikan wewenang kepada nasabah untuk melakukan jual beli terhadap barang kebutuhan nasabah dengan melakukan perjanjian wakalah (perwakilan), yang pada akhirnya nasabah hanya menyerahkan kwitansi pembelian barang sebagai bukti bahwa murabahah yang ditanda tangani akadnya bisa berjalan sesuai dengan prosedurnya.

Dalam implementasinya, nasabah yang mengajukan pembiayaan kredit usaha rakyat diberikan surat kuasa berupa wakalah atau pendelegasian wewenang untuk membeli sendiri barang kebutuhannya kepada suplier, kemudian bank memberikan pembiayaan dengan mentransfer ke rekening nasabah. Setelah membeli barang, kemudian nasabah menyerahkan kwitansi sebagai bukti pembelian kepada bank dan sebagai bukti bahwa nasabah benar-benar telah membeli barang sesuai akad, setelah itu bank menjual lagi kepada nasabah dengan margin tertentu.

37

Adapun rukun dari akad wakalah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa hal, yaitu:35

1) Pelaku akad yaitu muwakkil (pemberi kuasa) adalah pihak yang memberikan kuasa kepada orang lain, dan wakil (penerima kuasa) adalah pihak yang diberi kuasa.

2) Objek akad yaitu taukil (orang yang dikuasakan) 3) Shighah yaitu ijab dan qabul

Sedangkan syarat-syarat dari akad wakalah, yaitu:36 1) Objek akad harus jelas dan dapat diwakilkan

2) Tidak bertentangan dengan Syariah Islam.

Bentuk-bentuk akad wakalah antara lain:37

1) Wakalah muthlaqah, yaitu perwakilan yang tidak terikat syarat tertentu.

2) Wakalah muqayyadah, yaitu perwakilan yang terikat oleh syarat- syarat yang telah ditentukan dan disepakati bersama.

Adapun landasan hukum akad wakalah yaitu:

يَلَا ٖهِذَه ْمُكِقِرَوِّب ْمُكَدَحَا اْوُثَعْباَف ِةَنْيِدَمْلا

Artinya: “Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi kekota dengan membawa uang perakmu” QS Al-Baqarah: 19).

35 Ascarya, “Akad & Produk Bank Syariah”, (Depok: Rajawali Pers, 2017), Hal. 104

36 Ascarya, “Akad & Produk Bank Syariah”, Hal. 105

37 Ascarya, “Akad & Produk Bank Syariah”, Hal. 105

4. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah Serta Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah yang ada di Lembaga Keuangan Syariah mempunyai beberapa penyebab yang terdiri dari faktor internal, dan faktor eksternal yaitu :38

a. Faktor Internal

Faktor internal BSI A Yani KCP Situbondo adalah penyumbang terbesar dalam menumbuhkan pembiayaan bermasalah.

Permbiayaan bermasalah dapat diminimalisir meluli pemahaman petugas pembiayaan secara benar dan dilengkapi dengan prosedur kerja yang menjadi acuan petugas dalam merealisasikan pembiayaan BSI kepada anggotanya.

1) Petugas Pembiayaan a) Kejujuran (integrity)

BSI A Yani KCP Situbondo dalam merekrut karyawan harus mencari orang yang taat beribadah, orang rajin beribadah setidaknya memiliki sifat kejujuran dan menghargai harta milik orang lain.

b) Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan terhadap menejemen pembiayaan merupakan langkah terbaik dalam mengantisipasi terjadinya pembiayaan bermasalah. BSI harus membekali petugas

38 Dirga Fitriadi, “Penyebab Pembiayaan Bermasalah dan Solusinya di BMT Pat Sepakat”, (Skripsi, Institut Agama IslAM Negeri CURUP, 2019), 24-29.

39

pembiayaan dengan pengetahuan manajemen pembiayaan yang dimulai dari memilih calon penerima pembiayaan yang potensia, melakukan analisis hingga komite pembiayaan.

Minimnya pengetahuan tentang pemberian pembiayaan menjadikan salah sasaran dalam mencari calon penerima pembiayaan yang potensial.

c) Sikap (attitude)

Pembiayaan masalah juga dapat timbul dari petugas pembiayaan yang tidak memiliki sikap professional. Dalam pemberian pembiayaan, seorang petugas pembiayaan pada BSI harus bersifat netral dan tidak mementingkan kepentingan pribadi atau orang lain terkadang pemberian pembiayaan lebih diutamakan Karena faktor kedekatan keluarga atau pertemanan sehingga mengabaikan profesionalisme manajerial. Sehingga ketika pembiayaan yang diberikan tidak lancar maka petugas merasa malu untuk menegur atau menagihnya, kondisi ini akan semakin parah jika sebagian besar pembiayaan diberikan dengan cara tersebut.

d) Keterampilan (skill)

Ada beberapa kasus yang dijumpai seperti nasabah penerima pembiayaan tidak mampu untuk bayar angsuran, meskipun baru satu atau dua bulan pencairan pembiayaan yang diberikan. Kejadian ini merupakan lemahnya petugas dalam

menganalisis kemampuan calon nasabah. Seorang calon membiayaan mengajukan pembiayaan dengan mengukur nilai agunan yang diberikan meskipun kebutuhan modalnya tidak terlalu besar. Sebagai contoh, seorang pedagang ikan mengajukan pembiayaan sebesar lima puluh juta, namun berdasarkan analisis keuangan hanya butuh modal kerja lima puluh juta dan memiliki kemampuan mengangsur sepuluh ribu perhari, namun karena taksasi agunannya berupa BPKB mobil yang dinilai sebesar lima puluh juta rupiah kemudian pihak bank menyetujui pemberian lima puluh juta rupiah, maka sudah dapat dipastikan akan terjadi pembiayaan bermasalah. Jadi, keterampilan analisa keuangan petugas pembiayaan memegang kunci keberhasilan sebuah pembiayaan yang diberikan.

e) Sistem operasional dan prosedur

Seringkali sebuah kegagalan pembiayaan syariah lebih sering disebabkan kurang tertatanya organisasi khususnya kelengkapan SOP yang jarang dimiliki, kondisi ini menyebabkan seorang karyawan dalam melakukan pekerjaan seringkali cepat mencapai titik jenuh yang berakibat banyaknya waktu terbuang dan terpengaruh dengan kondisi seadanya, Sehingga target-target pertumbuhan pembiayaan KUR di BSI tidak dapat dicapai

41

b. Faktor Eksternal

1) Nasabah Penerima Pembiayaan

Ada 4 faktor penting yang harus diperhatikan terhadap calon nasabah penerima pembiayaan nya antara lain:

a) Karakter Calon Penerima

Aspek analisa pembiayaan yang paling sulit adalah ketika kita menilai karakter seseorang. Penilaian karakter yang merupakan aspek kuantitatif tersebut hanya bisa dipahami jika kita telah mengenal lama calon nasabah penerima pembiayaan tersebut. Terkadang orang yang telah menerima sering kali mangkir ketika ia harus membayar kewajibannya.

b) Side Streaming Penggunaan Dana

Debitur melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga dana yang dibutuhkan terlalu besar. Hal ini akan memiliki dampak dampak terhadap keuangan bank dalam memenuhi kebutuhan usaha masyarakat. Penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan menggunakan dana pembiayaan tersebut tidak sesuai dengan tujuan penggunaan (side streaming). Misalnya, dalam pengajuan pembiayaan disebutkan pembiayaan untuk usaha, ternyata dalam praktiknya digunakan untuk membeli sebuah mobil.

c) Peningkatan Pola Konsumsi dan Gaya Hidup

Nasabah yang telah menerima pembiayaan dari BSI kebanyakan lebih mementingkan kebutuhan konsumsi dan gaya hidupnya dibandingkan dia harus membayar kewajiban angsurannya. Orang yang terbiasa dengan hidup mewah biasanya lebih mementingkan pribadi daripada kewajibannya kepada orang lain.

d) Memprioritaskan Kepentingan Orang Lain

Keengganan nasabah dalam membayar kewajiban angsuran kepada pihak bank terkadang lebih disebabkan karena adanya kepentingan orang lain. Seperti adanya peluang bisnis baru yang dilakukan nasabah sehingga uang yang seharusnya dipakai untuk membayar kewajiban angsurannya kepada pihak bank justru dipakai untuk mengambil peluang bisnis baru yang terkadang belum tentu membawakan hasil.

2) Kondisi Lingkungan a) Bencana Alam

Faktor bencana alam merupakan indikator kegagalan yang sulit diprediksikan, gempa bumi, tsunami, dan banjir merupakan salah satu penyebab terjadinya pembiayaan menjadi macet, antisipasi dari kondisi ini yaitu dengan mengasuransikan baik jiwa maupun asset-asset yang dimilikinya.

43

b) Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah terkadang mempengaruhi terjadinya pembiayaan bermasalah, misalnya terjadi impor beras dari luar negeri menyebabkan turunnya harga beras dipasaran sementara biaya produksi pertanian menjadi tidak sebanding dengan harga jual produksinya, jika pembiayaan diperoleh dari pembiayan KUR di BSI maka dapat dipastikan aka terjadi kemacetan dalam pengembalian.

c) Huru Hara/Demonstrasi

Iklim demontrasi di Indonesia tidak hanya memberikan nilai-nilai positif bagi kehidupan bernegara, akan tetapi iklim ini juga membawa dampak negative. Seperti, kasus pembakaran yang terjadi pada tahun 1997 di Jakarta membuat nasabah tidak mampu melunasi pembiayaan yang disebabkan hilangnya kesempatan berusaha dan timbulnya harga-harga komoditi.

d) Kendala Musim

Iklim Indonesia saat ini tidak menentu, kendati yang hanya memiliki dua iklim yaitu musim panas dan musim penghujan. Seorang petugas pembiayaan jika memberikan pembiayaan kepada nasabah yang berprofesi sebagai pedagang es pada saat musim penghujan maka sudah dipastikan pengembalian pembiayaannya akan mengalami permasalahan.

Karena pedagang es pada saat musim hujan bisanya mengalami penurunan pendapatan atau sama sekali tidak terjual dagangannya.

Adapun penyelesaian pembiayaan bermasalah dalam perbankan syariah, diutamakan melalui jalur musyawarah atau menggunakan cara-cara damai. Cara-cara damai dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah dalam perbankan syariah ini sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam. Menurut ajaran agama Islam, urusan muamalah dianjurkan untuk diselesaikan melalui cara-cara damai melalui musyawarah atau perundingan oleh pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai kesepakatan untuk mengakhiri perselisihan.39

Dalam rangka menekan kesulitan semaksimal mungkin maka diperlukan penanganan pembiayaan bermasalah secara tepat. Secara operasional, penyelamatan pembiayaan bermasalah dapat ditempuh melalui beberapa cara sebelum dilakukannya penyelesaian melalui lembaga yang bersifat yudisial, yaitu:40

1) Penjadwalan kembali (Reschedulling)

Yaitu perubahan syarat pembiayaan yang menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu termasuk masa tenggang, baik meliputi perubahan besarnya angsuran.

39 Rachmadi Usman, Produk & Akad Perbankan Syariah di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2009), 339

40 Chekky Kurniasari Dewi, “Penyelesaian pembiayaan bermasalah pada perbankan syariah ditinjau dari undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah”, (Tesis, Universitas Indonesia, Depok: 2011), 30-31

45

2) Persyaratan kembali (Reconditioning)

Yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan tanpa menambah sisa pokok kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank, antara lain meliputi perubahan jadwal pembayaran, perubahan jumlah angsuran, perubahan jangka waktu, perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabah dan musyarakah, perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayan mudharabah dan musyarakah, serta pemberian potongan.

3) Penataan kembali (Restructuring)

Yaitu perubahan persyaratan pembiayaan antara lain meliputi penambahan dana fasilitas pembiayaan bank, konversi akad pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka waktu menengah serta konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada usaha nasabah, yang mana restrukturisasi ini dapat disertai dengan rescheduling atau reconditioning.

46

Dokumen terkait