KAJIAN PUSTAKA
B. Kajian Teori
24
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dimanfaatkan pada semua disiplin ilmu, seperti ilmu pengetahuan, matematika dan humaniora untuk membantu pemecahan masalah.32 Munir berpendapat bahwasannya berpikir komputasi merupakan berpikir dengan memanfaatkan akal, menyelesaikan permasalahan secara sistematis, dan membuat kesimpulan dengan dua kejadian yang berbeda.33 Selain itu, Samir mengemukakan bahwa berpikir komputasi merupakan suatu proses pemecahan masalah dengan mengaplikasikan metode yang dimanfaatkan dalam software komputer, namun tidak berarti berpikir semacam komputer, tetapi dalam memecahkan masalah seseorang dianjurkan berlandaskan apa yang diketahui dengan memanfaatkan algoritma ataupun langkah-langkah tertentu serta dapat menerangkan mengapa tidak dihasilkan pemecahan yang sesuai.34
CSTA (Computer Science Teachers Association) dan ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) mengembangkan definisi berpikir komputasional sebagai proses pemecahan masalah yang cakupannya luas namun dibatasi dengan unsur-unsur berikut:35
a. Dapat menghasilkan pemecahan masalah dengan memanfaatkan komputer atau perangkat lainnya.
32 Helmie et.al, “Pelatihan Computational Thinking Bagi Guru SMP-SMK Muhammadiyah 2 Kota Semarang”, E-DIMAS: Jurnal PengabdianKepada Masyarakat, Vol. 11, No. 2, (2020), 173-178.
33 Ayu Chinintya Lestari dan Anas Ma’ruf Annizar, “Proses Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Masalah PISA ditinjau dari Kemampuan Berpikir Komputasi”, Jurnal Kiprah, 8 (1), (2020), 47.
34 Anita Amalia, “Pengaruh Model Cooperative Problem-Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Komputasional Matematis” Skripsi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, (2020), 11-12.
35 Ibid, 13.
26
b. Dapat menganalisis dan mengorganisasi data.
c. Dapat menggunakan abstraksi dengan simulasi atau model untuk melakukan representasi data.
d. Dapat menggunakan cara berpikir algoritma dalam melakukan otomatisasi solusi.
e. Dapat melakukan analisa, implementasi dan identifikasi solusi dengan berbagai integrasi sumber daya dan cara atau tahap-tahap yang efisien dan efektif.
f. Dapat menggeneralisasi solusi dari bermacam-macam masalah yang bertentangan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dibuat sutu kesimpulan bahwa serangkaian proses berpikir dalam memecahkan masalah berlandaskan informasi yang didapat dengan menerapkan langkah-langkah yang sistematis untuk menemukan suatu penyelesaian atau solusi yang tepat disebut berpikir komputasi.
Menurut Jeannette M. Wing terdapat 4 keterampilan-keterampilan berpikir komputasi diantaranya yaitu sebagai berikut:36
1) Dekomposisi
Dekomposisi merupakan serangkaian proses memodifikasi masalah besar menjadi masalah yang lebih kecil agar lebih mudah dipecahkan atau kemampuan memecahkan masalah besar dengan memecahkan
36 Haris Sulistya, “Analisis Kemampuan Berpikir Komputasi Siswa Kelas VII A SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu Tahun Ajaran 2020/2021 Dalam Menyelesaikan Soal Bebras Task Pada Materi Perbandingan”, (Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2021), 11.
masing-masing masalah yang kecil terlebih dahulu. Dekomposisi digunakan ketika berhadapan dengan masalah yang kompleks.
2) Pengenalan pola
Dalam pemecahan masalah pengenalan pola merupakan langkah penting untuk menentukan cara apa yang dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan dengan jenis tertentu dan mencari solusi yang tepat. Pengenalan pola juga sering disebut sebagai kemampuan dalam mengidentifikasi perbedaan dan persamaan pola sehingga dapat membantu dalam menentukan solusi permasalahan.
3) Berpikir algoritma
Berpikir algoritma adalah serangkaian cara dalam memperoleh solusi yang tepat dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis. Berpikir algoritma dibutuhkan apabila menyelesaikan permasalahan yang serupa. Misalnya belajar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian di sekolah.
4) Generalisasi dan abstraksi pola
Generalisasi dan abstraksi ini pola berhubungan dengan pengenalan pola dimana setelah mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dari suatu permasalahan selanjutnya dapat menemukan kesimpulan dari permasalahan. Generalisasi dapat dijadikan sebagai cara cepat untuk memecahkan masalah baru dengan berlandaskan permasalahan sejenis yang sudah dipelajari.
28
Berdasarkan pemaparan tersebut, indikator berpikir komputasi yang selaras dengan keterampilan-keterampilan berpikir komputasi yaitu sebagai berikut
Tabel 2. 2 Indikator Berpikir Komputasi 37 Indikator
Kemampuan Indikator Keterampilan
Dekomposisi Peserta didik mampu mencatat apa yang diperlukan atau diketahui serta apa yang ditanyakan dari suatu permasalahan.
Pengenalan pola Peserta didik mampu mengenali pola atau ciri-ciri yang sama ataupun berbeda dalam permasalahan sehingga selanjutnya dapat dipergunakan untuk membentuk suatu penyelesaian atau solusi.
Berpikir algoritma
Peserta didik mampu menemukan langkah-langkah secara sistematis yang tepat untuk memecahkan suatu masalah.
Generalisasi dan abstraksi pola
Peserta didik mampu menggeneralisasikan permasalahan baru dan memilih penyelesaian dengan cara tepat dan cepat berdasarkan pengetahuannya serta dapat membuat kesimpulan dari solusi yang ditemukan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Keterampilan berpikir komputasi adalah keterampilan peserta didik dalam memecahkan permasalahan berlandaskan apa yang diketahui dari permasalahan melalui algoritma atau langkah-langkah yang sesuai. Terdapat 4 indikator dalam
37 Hajar Ahmad Santoso, “Analisis Kemampuan Berpikir Komputasional Siswa Sma Dalam Memecahkan Masalah Ditinjau Dari Perbedaan Jenis Kelamin”, (Proposal: Universitas Negeri Malang, 2019), 18-19.
keterampilan berpikir komputasi yaitu dekomposisi, pengenalan pola, berpikir algoritma, generalisasi dan abstraksi pola.
b. Soal Cerita Matematika
Raharjo dan Astuti menyatakan bahwa soal cerita matematika adalah satu dari berbagai bentuk soal yang bertujuan untuk memperkirakan kemampuan peserta didik dalam pelajaran matematika.38 Soal cerita matematika yang dimaksud adalah suatu permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan nyata yang dalam pemecahannya dapat dijabarkan dengan kalimat matematika. Kalimat matematika tersebut yaitu kalimat yang berisikan operasi hitung matematika.
Soal cerita matematika merupakan bentuk soal yang berhubungan dengan rutinitas keseharian peserta didik dan dapat diartikan dalam kalimat matematika. Selain itu, soal cerita juga diartikan sebagai bentuk penyajian suatu permasalahan dalam bentuk uraian yang mudah dimengerti. Pemecahan masalah dalam soal cerita merupakan serangkaian cara untuk menentukan penyelesaian dengan menggunakan langkah- langkah yang sistematis.39 Menurut polya terdapat 4 langkah menentukan solusi dari soal cerita matematika diantaranya yaitu mengetahui masalah,
38 Sofia Hidayah, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita SPLDV
Berdasarkan Langkah Penyelesaian Polya”, (Prosiding seminar nasional pendidikan matematika, 2016), 183.
39 Wahyuddin, “Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Ditinjau dari Kemampuan Verbal”, Jurnal Tadris Matematika, No.2 (Nopember, 2016), 151.
30
merancang pemecahan masalah, melakukan pemecahan masalah, dan memeriksa kembali kesesuaian pemecahan masalah.40
Berdasarkan pemaparan para ahli terkait soal cerita matematika, maka dapat disimpulkan bahwa soal cerita matematika merupakan soal- soal hitungan berbentuk narasi yang dalam pemecahannya membutuhkan langkah-langkah yang sistematis diantaranya yaitu mengetahui masalah, merancang pemecahan masalah, melakukan pemecahan masalah, dan memeriksa kembali kesesuaian pemecahan masalah.
c. Materi Barisan Bilangan 1) Barisan Bilangan
Sekumpulan bilangan yang disusun (diurutkan) dengan pola (aturan) tertentu disebut barisan bilangan.
a) Barisan aritmatika adalah barisan bilangan yang memiliki beda bernilai sama (tetap) atau ) selalau sama.
Contoh: 3, 6, 9, 12, 15, ....
b) Barisan geometri adalah barisan bilangan yang memiliki rasio sama (tetap) atau selalu sama.
Contoh: 4, 8, 16, 32, 64, ....
c) Barisan bilangan bertingkat (tingkat dua) adalah barisan bilangan yang pada tingkat kedua memiliki beda bernilai sama. Contoh:
40 Anas Ma’ruf Annizar, et al ,”Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa dalam Menyelesaikan Soal PISA Pada Topik Geometri”, Jurnal Elemen, Vol. 6, No, 1, (2020), 41.
2) Suku ke- pada Barisan Bilangan a) Suku ke- pada barisan aritmatika
Pada barisan arimatika, jika aturan pembentukan barisan
dijumlahkan dengan , maka suku ke- akan berisi , yaitu:
.
Rumus umum suku ke- pada barisan aritmatika yang terdiri dari dan adalah .
b) Suku ke- pada barisan geometri
Rumus umum suku ke- pada barisan geometri yang terdiri dan adalah .
c) Suku ke- pada barisan bilangan bertingkat
Bentuk umum barisan bertingkat yaitu:
Bentuk umum suku ke- yaitu , di mana , , dan adalah bilangan real dan .
1, 6, 14, 25, 39, ...
+5 +8 +11 +14 ← 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 +3 +3 +3← 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 2, 𝑦𝑎𝑖𝑡𝑢 3
𝑈 , 𝑈 , 𝑈3, 𝑈4, 𝑈5, ...
𝑥 𝑥 𝑥3 𝑥4 ← 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡
𝑦 𝑦 𝑦3 ← 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 2, 𝑦 𝑦 𝑦3 ← 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑚 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
32
Untuk memperoleh nilai , , dan digunakan tiga buah rumus berikut:
1. 2 2. 3 3.
d. Gaya Belajar
Gaya belajar tiap-tiap peserta didik tidak sama. keberagaman gaya belajar menyebabkan terjadinya perbedaan cara peserta didik dalam mengidentifikasi dan mengerti atas apa yang diajarkan di kelas.
Keragaman gaya belajar tiap-tiap peserta didik perlu diketahui oleh pendidik untuk mengetahui pengaruh dalam proses pembelajaran.41 Dengan mengetahui gaya belajar peserta didik, tujuan pembelajaran dapat terwujud secara optimal ketika cara atau gaya belajar mereka terpenuhi dengan baik. Ada peserta didik yang suka memperhatikan, ada yang suka mendengar da nada juga yang suka peraktik langsung.42 Hal tersebut selaras dengan pendapat Hamzah B. Uno yang mengemukakan sebuah peribahasa yaitu “Lain ladang lain ikannya, lain orang lain juga gaya belajarnya”.43 ungkapan tersebut sangat cocok untuk mengungkapkan bahwasannya masing-masing individu tidak mempunyai gaya belajar yang
41 Mohammad Mukhlis dan Mohammad Tohir, “Instrumen Pengukur Creativity And Innovation
Skill Siswa Sekolah Menengah di Era Revolusi 4.0”, Indonesian Journal Of Mathematics and Natural Science Education, (2019), I (1), 68.
42 Indah Wahyuni, “Analisis Kemampuan Numerasi Berdasarkan Gaya Belajar Pada Aanak Usia
Dini”, Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Doni, (2022), 6(6), 5842.
43 Sarfa Wassahua, “Analisis Gaya Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Materi Himpunan Siswa Kelas VII SMPN Karang Jaya Kecamatan Namlea Kabupaten Baru”, Jurnal Matematika dan Pembelajarannya (2016), 89.
selaras. Menurut Gunawan gaya belajar adalah cara yang dipilih peserta didik dalam melaksanakan aktivitas berpikir dan memahami sesuatu.44 James dan Gardner mendefinisikan gaya belajar sebagai metode yang saling berhubungan di mana peserta didik memandang paling tepat dan optimal dalam menerjemahkan, menyimpan dan mengingat kembali pengetahuan yang telah dipelajari.45 Selain itu, menurut Kolb mengemukakan bahwa gaya belajar yaitu suatu metode yang hadir untuk setiap indvidu dalam memperoleh pengetahuan yang pada dasarnya merupakan salah satu integral dari suatu siklis belajar.46 Dari pemaparan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa gaya belajar merupakan metode atau cara peserta didik dalam mempelajari materi yang disampaikan pendidik, dan setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang tidak sama.
Gaya belajar dibedakan menjadi 3 jenis yaitu belajar Visual, Audiotory, dan Kinestetik:47
a. Gaya Belajar Visual (Visual Learners) ciri-ciri seseorang dengan gaya belajar visual yaitu (1) lebih memahami suatu hal baik berupa informasi ataupun pelajaran secara visual. (2) Memiliki pemahaman yang kuat terhadap warna. (3) cukup paham perihal masalah artistik. (4) mengalami kesulitan untuk berbicara secara langsung. (5) Peka
44 Afif, Suyitno, Wardono, “Analisis kemampuan Penalaran Matematis Ditinjau Daari Gaya Belajar Siswa dalam Problem Based Learning”, (Seminar Nasional Matematika X Universitas Negeri Semarang, 2016), 329.
45 Fika Nurlova, “Analaisis Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya Belajar Peserta Didik Di Sekolah Dasar”, (Proposal Skripsi UIN Raden Intan Lampung, 2018), 28.
46 Cristo, “Studi Identifikasi Gaya Belajar Pada Siswa SMAN 1 Berandan Kec. Beradan Barat”, (Skripsi Universitas Medan Area, 2019), 23.
47 Nia Rostati, “Pengaruh Gaya Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas IV SD Negeri 5 Metro Timur”, (Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung, 2020), 19.
34
terhadap suara (6) kesulitan mengikuti ajakan ataupun saran secara lisan, dan (7) seringkali melakukan kesalahan dalam menerjemahkan ucapan atau perkataan. Jadi gaya belajar visual lebih berfokus pada pengeliatan, sehingga agar lebih mudah memahami sesuatu harus melihat sesuatu tersebut secara visual.
b. Gaya Belajar Audiotori (Audiotory Learnesrs) merupakan gaya belajar dengan menggunakan pendengaran agar dapat memahami dan mengingat. Karakteristik dari gaya belajar ini menggunakan pendengaran sebagai media yang pertama dan utama untuk menangkap informasi atau pengetahuan. Sehingga agar dapat mengingat atau memahami sesuatu maka harus mendengarnya. Karakteristik gaya belajar ini yaitu (1) dapat menangkap infeormasi hanya dengan pendengaran. (2) Kesulitan dalam memahami informasi berbentuk tulisan. (3) Kesulitan membaca ataupun menulis. Jadi gaya belajar audiotory ini lebih berfokus pada pendengaran sebagai alat untuk menelaah dan menerima suatu pengetahuan ataupun suatu informasi.
c. Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners) terdapat beberapa ciri khusus dalam gaya belajar ini dan pada umumnya dapat menerapkannya. (1) Menggunakan tangan sebagai alat penerima pengetahuan dan informasi. (2) Dapat menyerap informasi hanya dengan memegang. (3) Seseorang dengan gaya belajar kinestetik merupakan seseorang yang tidak melakukan kegiatan dengan pendengaran. (4) Dalam belajar lebih suka jika disertai dengan kegiatan
fisik. (5) Mampu mengendalikan gerak tubuh dan mengoordinasikan sebuah tim. Pada umumnya proses pembelajaran gaya belajar ini menggunakan bermain peran, simulasi, dan lain-lain.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Gaya belajar diartikan sebagai salah satu cara yang digunakan peserta didik untuk memahami dan menerima pelajaran dengan mudah yang dibedakan menjadi 3 jenis gaya belajar diantaranya visual yaitu belajar yang berfokus pada indera penglihatan, audiotori yaitu belajar yang berfokus pada indera pendengaran dan kinestetik yaitu belajar yang berfokus pada indera perasa.
36