ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KOMPUTASI DALAM MEMECAHKAN SOAL CERITA MATEMATIKA
MATERI BARISAN BILANGAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII
DI SMP NURIS JEMBER
SKRIPSI
Oleh:
Dwi Susanti NIM: T20197034
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JUNI 2023
i
ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KOMPUTASI DALAM MEMECAHKAN SOAL CERITA MATEMATIKA
MATERI BARISAN BILANGAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII
DI SMP NURIS JEMBER
SKRIPSI
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Jurusan Pendidikan Sains Program Studi Tadris Matematika
Oleh:
Dwi Susanti NIM: T20197034
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JUNI 2023
iv
MOTTO
ِراَصْبَ ْلْا ىِلوُآٰ ي اْوُرِبَتْعاَف
Artinya : “Maka berpikirlah, wahai orang-orang yang berakal budi” (QS. Al- Hasyr 59 : 2)
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna As-Samad, (Jakarta, Yayasan Penyelenggara/Penafsir Al-Qur’an)
v
Kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW dengan rasa tulus dan iklas dalam hati, skripsi ini sya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua saya, Bapak Masudi dan Ibu Nanik Triana yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dukungan dan doa yang selalu mengiringi langkah dan keberhasilan saya.
2. Kakak-kakak saya, Susi Ernawati dan Mochammad Feriyanto yang selalu memberikan motivasi, semangat dan dukungan.
3. Adik saya, Mochammad Fillio Farzana Averros yang selalu menghibur dan memberi semangat.
4. Sahabat saya, Rima Dwi Oktaviani yang selalu menemani saya dan selalu memberikan semangat dan dukungan.
5. Teman kelas MTK 19.1, terima kasih atas kebersamaan, dukungan, dan doanya.
6. Almamater Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember dan Civitas Akademik, terima kasih atas wadah yang diberikan selama peneliti menimba ilmu.
vi
KATA PENGANTAR
﷽
Segenap puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian akripsi sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana, dapat terselesaikan dengan lancar.
Keberhasilan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak.
Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE.,MM. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember yang telah menerima penulis sebagai mahasiswa UIN KHAS Jember.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan persetujuan pada skripsi ini.
3. Ibu Dr. Indah Wahyuni, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sains Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Fikri Apriyono, S.Pd., M.Pd. selaku Koordinator Program Studi Tadris Matematika yang telah menerima judul skripsi ini.
5. Bapak Anas Ma’ruf Annizar, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan serta bimbingan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
vii
memberikan kemudahan dan kelancaran administrasi dalam menyelesaikan skripsi ini
8. Ibu Evi Rahmawati, S.Pd., Gr. Selaku guru matematika SMP Nuris Jember yang telah memberikan arahan serta bimbingannya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian.
9. Bapak H. Rahmatulloh Rijal, S.Sos. selaku Kepala SMP Nuris Jember yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian skripsi ini.
Akhirnya, semoga segala amal baik yang telah Bapak/Ibu berikan kepada penulis mendapat balasan yang baik dari Allah SWT.
Jember, 5 Juni 2023
Penulis
viii
ABSTRAK
Dwi Susanti, 2023: Analisis Keterampilan Berpikir Komputasi dalam Memecahkan Soal Cerita Matematika pada Materi Barisan Bilangan Ditinjau dari Gaya Belajar Peserta Didik Kelas VIII di SMP Nuris Jember
Kata Kunci: Keterampilan Berpikir Komputasi, Soal Cerita Matematika, Gaya Belajar.
Keterampilan berpikir komputasi merupakan keterampilan peserta didik dalam memecahkan permasalahan melalui empat unsur yaitu dekomposisi, pengenalan pola, berpikir algoritma serta generalisasi dan abstraksi pola.
Berlandaskan observasi awal peneitian yang dilaksanakan di SMP Nuris Jember didapatkan informasi bahwa keterampilan peserta didik dalam memecahkan soal cerita matematika dengan kategori sedang sampai sukar masih kurang.
Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk: 1) Mendeskripsikan keterampilan berpikir komputasi peserta didik dengan gaya belajar visual dalam memecahkan soal cerita matematika materi barisan bilangan di SMP Nuris Jember. 2) Mendeskripsikan keterampilan berpikir komputasi peserta didik dengan gaya belajar auditori dalam memecahkan soal cerita matematika materi barisan bilangan di SMP Nuris Jember. 3) Mendeskripsikan keterampilan berpikir komputasi peserta didik dengan gaya belajar kinestetik dalam memecahkan soal cerita matematika materi barisan bilangan di SMP Nuris Jember.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan datanya melalui angket gaya belajar VAK (Visual, Auditori dan Kinestetik), tes keterampilan berpikir komputasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian ini terdiri dari 2 peserta didik dengan gaya belajar visual, 2 peserta didik dengan gaya belajar auditori dan 2 peserta didik dengan gaya belajar kinestetik. Pemilihan subjek dilakukan dengan teknik purposive. Analisis data pada penelitian ini yaitu Pengumpulan data (data collection), kondensasi data (data condention), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusing drawing). Keabsahan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan triangulasi teknik.
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan: 1) Peserta didik bergaya belajar visual pada penelitian ini sama-sama mampu memenuhi indikator dekomposisi dan pengenalan pola. Lebih jauh subjek SV1 dapat memenuhi seluruh indikator keterampilan berpikir komputasi yaitu indikator dekomposisi, indikator pengenalan pola, indikator berpikir algoritma serta indikator generalisasi dan abstraksi pola. Sedangkan SV2 hanya memenuhi 2 indikator berpikir komputasi yaitu indikator dekomposisi dan indikator pengenalan pola. 2) Peserta didik dengan gaya belajar auditori pada penelitian ini yaitu SA3 dan SA4, mampu memenuhi indikator dekomposisi, pengenalan pola, berpikir algoritma serta generalisasi dan abstraksi pola. 3) Peserta didik dengan gaya belajar kinestetik pada penelitian ini yaitu SK5 dan SK6, mampu memenuhi indikator dekomposisi, pengenalan pola, berpikir algoritma serta generalisasi dan abstraksi pola.
ix
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Konteks Penelitian ... 1
B. Fokus Penelitian ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 13
E. Definisi Istilah ... 15
F. Sistematika Pembahasan ... 16
x
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 18
A. Penelitian Terdahulu ... 18
B. Kajian Teori ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 36
B. Lokasi Penelitian ... 36
C. Subjek Penelitian ... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ... 39
E. Instrumen Penelitian... 41
F. Analisis Data ... 42
G. Keabsahan Data ... 46
H. Tahap-Tahap Penelitian ... 46
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 52
A. Gambaran Objek Penelitian ... 52
B. Penyajian Data dan Analisis... 59
C. Pembahasan Temuan ... 99
BAB V PENUTUP ... 111
A. Kesimpulan ... 111
B. Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA ... 114
xi
xii
DAFTAR TABEL
No. Uraian Hal
2. 1 Keduduan Penelitian ... 21
2. 2 Indikator Berpikir Komputasi ... 28
3. 1 Subjek Penelitian ... 39
3. 2 Tingkat Kevalidan Instrumen ... 49
4. 1 Jadwal Penelitian ... 55
4. 2 Saran Validasi Tes Keterampilan Berpikir Komputasi ... 57
4. 3 Saran Validasi Pedoman Wawancara... 58
4. 4 Kategori Tingkat Kemampuan Matematika ... 61
4. 5 Pengelompokkan dan Penyeleksian Subjek ... 62
4. 6 Perbandingan Keterampilan Berpikir Komputasi Dalam Memecahkan Soal Cerita Pada Materi Barisan Bilangan Ditinjau Dari Gaya Belajar ... 98
xiii
No. Uraian Hal
3. 1 Alur Pemilihan Subjek Penelitian ... 38
3. 2 Tahap-Tahap Penelitian ... 51
4. 1 Soal Keterampilan Berpikir Komputasi ... 62
4. 2 Kutipan Jawaban Tertulis SV1 Pada Tahap Dekomposisi ... 64
4. 3 Kutipan Jawaban Tertulis SV1 Pada Tahap Pengenalan Pola ... 66
4. 4 Kutipan Jawaban Tertulis SK6 Pada Tahap Berpikir Algoritma ... 67
4. 5 Kutipan Jawaban Tertulis SV1 Pada Tahap Generalisasi dan Abstraksi Pola 69 4. 6 Kutipan jawaban tertulis SV1 pada tahap dekomposisi ... 71
4. 7 Kutipan Jawaban Tertulis SV2 Pada Tahap Pengenalan Pola ... 72
4. 8 Kutipan Jawaban Tertulis SV2 Pada Tahap Berpikir Algoritma ... 73
4. 9 Kutipan Jawaban Tertilis SA3 Pada Tahap Dekomposisi... 76
4. 10 Kutipan Jawaban Tertulis SA3 Pada Tahap Pengenalan Pola ... 77
4. 11 Kutipan Jawaban Tertulis SA3 Pada Indikator Berpikir Algoritma ... 78
4. 12 Kutipan Jawaban Tertulis SA3 Pada Tahap Generalisasi Dan Abstraksi Pola ... 80
4. 13 Kutipan Jawaban Tertulis SA4 Pada Tahap Dekomposisi ... 81
4. 14 Kutipan Jawaban Tertulis SA4 Pada Tahap Pengenalan Pola ... 83
4. 15 Kutipan Jawaban Tertulis SA4 Pada Tahap Berpikir Algoritma ... 84
4. 16 Kutipan Jawaban Tertulis SA4 Pada Tahap Generalisasi dan Abstraksi Pola ... 86
xiv
4. 17 Kutipan Jawaban Tertulis SK5 Pada Tahap Dekomposisi ... 87
4. 18 Kutipan Jawaban Tertulis SK5 Pada Tahap Berpikir Algoritma ... 90
4. 19 Kutipan Jawaban Tertulis SK5 Pada Tahap Generalisasi dan Abstraksi Pola ... 91
4. 20 Kutipan Jawaban Tertulis SK6 Pada Tahap Dekomposisi ... 93
4. 21 Kutipan Jawaban Tertulis SK6 Pada Tahap Pengenalan Pola ... 94
4. 22 Kutipan Jawaban Tertulis SK6 Pada Tahap Berpikir Algoritma ... 95
4. 23 Kutipan Jawaban Tertulis SK6 Pada Tahap Generalisasi dan Abstraksi Pola ... 97
xv
No. Uraian Hal
1. Matriks Penelitian ... 120
2. Daftar Nama dan Nilai PTS Kelas VIII G ... 123
3. Tes Keterampilan Berpikir Komputasi ... 124
4. Pedoman Wawancara ... 125
5. Angket Gaya Belajar VAK ... 126
6. Lembar Validasi Instrumen Tes Kaeterampilan Berpikir Komputasi Validator 1 ... 131
7. Lembar Validasi Instrumen Tes Kaeterampilan Berpikir Komputasi Validator 2 ... 133
8. Lembar Validasi Instrumen Tes Kaeterampilan Berpikir Komputasi Validator 3 ... 135
9. Lembar Validasi Instrumen Pedoman Wawancara Validator 1 ... 137
10. Lembar Validasi Instrumen Pedoman Wawancara Validator 2 ... 139
11. Lembar Validasi Instrumen Pedoman Wawancara Validator 3 ... 141
12. Perhitungan Hasil Validasi Tes Keterampilan Berpikir Komputasi ... 143
13. Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Komputasi Revisi ... 145
14. Kunci Jawaban Tes Keterampilan Berpikir Komputasi ... 146
15. Perhitungan Hasil Validasi Pedoman Wawancara ... 148
16. Instrumen Pedoman Wawancara Revisi... 150 17. Perhitungan Angket Gaya Belajar VAK dan Pengelompokan Gaya Belajar 151
xvi
18. Perhitungan Panjang Kelas Untuk Tabel Kategori Tingkat Kemampuan
Matematika Peserta Didik ... 152
19. Pengelompokan Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Kemampuan Matematika ... 153
20. Lembar Jawaban SV1 ... 154
21. Lembar Jawaban SV2 ... 155
22. Lembar Jawaban SA3 ... 156
23. Lembar Jawaban SA4 ... 157
24. Lembar Jawaban SK5 ... 158
25. Lembar Jawaban SK6 ... 159
26. Hasil Wawancara SV1 ... 160
27. Hasil Wawancara SV2 ... 162
28. Hasil Wawancara SA3 ... 164
29. Hasil Wawancara SA4 ... 166
30. Hasil Wawancara SK5 ... 168
31. Hasil Wawancara SK6 ... 170
32. Jurnal Penelitian ... 172
33. Surat Ijin Penelitian ... 174
34. Surat Selesai Penelitian ... 175
35. Dokumentasi Foto Kegiatan Penelitian ... 176
36. Biodata Penulis ... 177
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Revolusi 4.0 pada abad ke-21 ini tidak hanya berpengaruh terhadap bidang perekonomian sektor industri tetapi juga berpengaruh terhadap semua bidang kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Dunia Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat esensial dalam menumbuhkan keterampilan peserta didik supaya dapat berkompetisi secara global. Kemajuan teknologi dan informasi yang sangat pesat memacu adanya kompetisi global yang menjadi sebuah tantangan dalam dunia pendidikan yang dituntut supaya lebih responsif dalam merancang kerangka pendidikan yang esensial.
Oleh karenanya, hal tersebut mewajibkan dunia pendidikan agar berupaya merancang pembelajaran dan kurikulum yang mengakibatkan peserta didik dapat memiliki berbagai keterampilan ataupun keterampilan yang berkaitan dengan teknologi dan ilmu pengetahuan agar dapat menjawab persaingan global di abad ke-21. National Science Teaching Association (NSTA) yang merupakan sebuah organisasi profesi guru sains di Canada dan Amerika mengatakan bahwa terdapat beberapa keterampilan yang harus ditingkatkan dalam dunia pendidikan di abad ke-21 yaitu Keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir.1
1 Anita Amalia, “Pengaruh Model Cooperative Problem-Based Learning Terhadap Kemampuan
Berpikir Komputasional Matematis” Skripsi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, (2020), 1.
2
Selain itu organisasi pendidikan matematika yang bernama National Council of Teacher Of Mathematic (NCTM) berpendapat bahwa terdapat 5 tujuan pembelajaran matematika yaitu (1) memecahkan masalah, (2) membuktikan dan menalar, (3) komunikasi, (4) koneksi, (5) menghubungkan atau merepresentasikan.2 Jadi pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan dalam pembelajaran matematika di sekolah.
Banyak fakta di lapangan yang tidak lagi memperhatikan aspek keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah peserta didik, sehingga pembelajaran matematika masih dianggap sebagai kegiatan yang membosankan, prosedural dan monoton yaitu pendidik menjelaskan materi, memberi contoh soal, memberi tugas kepada peserta didik, mengoreksi pekerjaan peserta didik dan memberi tugas rumah. Proses berpikir yang merupakan aspek penting dalam pembelajaran tidak lagi diperhatikan. Karena hal tersebut banyak peserta didik yang tidak dapat mengetahui dan sulit untuk mengerti konsep-konsep matematika sehingga menyebabkan kurang maksimalnya hasil belajar. Hal tersebut juga dibuktikan dengan hasil perolehan Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2018 yang memperlihatkan bahwasannya peserta didik dalam mata pelajaran matematika di Indonesia menghasilkan skor sebesar 379 yang berada pada kategori rendah dari rata-rata nilai mata pelajaran matematika PISA dengan skor 489.3
2 Hajar Ahmad Santoso, “Analisis Kemampuan Komputasional Siswa SMA Dalam Menyelesaikan
Masalah Ditinjau Dari Perbedaan Jenis Kelamin”, (Skripsi, Universitas Negeri Malang, 2019), 1.
3 OECD. Programme for international student assessment (PISA) results from PISA 2018, (2019), Oecd, 1–10.
Keterampilan berpikir atau aktivitas mental dalam mengolah informasi merupakan keterampilan yang dibutuhkan dalam pembelajaran matematika.
Dikatakan berpikir ketika seseorang melakukan aktivitas mental. Aktivitas mental tersebut yaitu serangkaian metode berpikir yang terjadi dalam otak manusia.4 Di dalam matematika terdapat beberapa objek dasar diantaranya yaitu konsep, operasi atau relasi, prinsip dan fakta merupakan hal imajiner sehingga tidak hanya dengan menghafal untuk memahaminya tetapi diperlukan proses berpikir.5 Proses berpikir adalah suatu proses memikirkan kembali pengetahuan yang tertanam dalam memori untuk mengerjakan, menerima informasi dan merumuskan sesuatu.6 Proses berpikir bisa terjadi secara abstrak atau konkret, hal tersebut sering digunakan untuk mengembangkan konsep bernalar, memutuskan sesuatu dan juga memecahkan masalah. Oleh sebab itu, proses berpikir harus dijadikan tujuan utama dalam pembelajaran matematika sehingga peserta didik bisa mentransformasikan dan mengola informasi dengan baik dalam memecahkan masalah. Dengan demikian, salah satu kriteria dalam mewujudkan tujuan pembelajaran matematika adalah keterampilan berpikir misalnya keterampilan berpikir kreatif, keterampilan berpikir kritis, keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS), dan keterampilan berpikir komputasi.
4 Yeni Mardiana, “Trajectory Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Pada System Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Adversity Quotient Kelas VIII SMPN Ngunut Tulungagung Tahun Ajaran 2019/2020, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, 2020), 10.
5 Hajar Ahmad Santoso, “Analisis Kemampuan Komputasional Siswa SMA Dalam Menyelesaikan Masalah Ditinjau Dari Perbedaan Jenis Kelamin”, (Skripsi, Universitas Negeri Malang, 2019), 2.
6 Rany Widiyastuti, “Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesikan Masalah Matematika
Berdasarkan Teori Polya Ditinjau Dari Adversity Quotient Tipe Climber”, (Jurnal Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.6, No.2, 2015), 183.
4
Keterampilan berpikir komputasi adalah siklus berpikir yang terkait dengan masalah perencanaan dan pengaturan komunikasi sehingga mesin atau manusia, dan komputer dapat beraksi secara nyata dan efektif.7 Keterampilan berpikir komputasi merupakan keterampilan berpikir yang berhubungan dengan gabungan pola pikir yang meliputi pemahaman dan pemecahan soal, penalaran tingkat abstraksi, dan penjabaran penyelesaian masalah.8 Untuk situasi ini, keterampilan berpikir komputasi diharapkan dapat membantu menangani persoalan-persoalan dalam kehidupan nyata.
Keterampilan berpikir komputasi memungkinkan pendidik untuk memahami desain, menangani dan menyederhanakan masalah yang kompleks, memilah dan membuat langkah-langkah menuju solusi, dan membuat penggambaran informasi melalui pemeragaan.9
Terdapat empat keterampilan berpikir komputasi, yaitu: (1) Dekomposisi, keterampilan memodifikasi masalah besar menjadi masalah yang lebih kecil agar lebih mudah dipecahkan. (2) Pengenalan pola, keterampilan menentukan cara apa yang dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan dengan jenis tertentu dan mencari solusi yang tepat. (3) Berpikir algoritma,keterampilan dalam membentuk atau merangkai langkah-langkah atau operasi perihal cara memecahkan. (4) Generalisasi dan
7Anita Amalia, “Pengaruh Model Cooperative Problem-Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Komputasional Matematis” Skripsi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, (2020), 11.
8 Veronica Rara Ajeng, Siswono Yuli Eko Tatag dan Wiryanto, “Hubungan Berpikir Komputasi dan Pmechan Masalah Polya pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 1 (April 2022).
9 Fathur Rachim, Computational Thinking = Computer Science ++, Kompasiana, diakses pada tanggal 1 Mei 2022. (online).
abstraksi pola, keterampilan dalam mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dari suatu permasalahan yang selanjutnya dapat ditemukan sebuah kesimpulan dari permasalahan.10
Tidak takjub lagi bahwasannya keterampilan berpikir komputasi harus dimiliki setiap individu dalam melaksanakan pembelajaran pada abad ke-21 ini. Seperti dalam mempelajari dialek dan musik yang tidak dikenal, keterampilan berpikir komputasi dapat mempersiapkan pikiran agar biasa berpikir secara imajinatif, koheren dan terorganisir. Berpikir komputasi merupakan strategi pembelajaran yang memiliki kedudukan penting dalam membantu memecahkan masalah di semua bidang, termasuk pembelajaran matematika. Hal tersebut selaras dengan pendapat Bailey & Borwein, bahwa keterampilan berpikir komputasi sangat sesuai untuk diperkenalkan dalam pembelajaran matematika.11
Setiap permasalahan yang dihadapi peserta didik memiliki solusi ataupun penyelesaian, termasuk permasalahan dalam pembelajaran matematika, karena Allah SWT menjelaskan permasalahan yang dihadirkan kepada setiap insan, dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah Ayat 286:
۶ ۸۲ اَل ا ُفَّ َكَُي اُالل ا ًسَفَن اَهَع ْسُو َّلِا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. (Q.S. Al-Baqarah Ayat 286).
10 Haris Sulistya, “Analisis Kemampuan Berpikir Komputasi Siswa Kelas VII A SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu Tahun Ajaran 2020/2021 Dalam Menyelesaikan Soal Bebras Task Pada Materi Perbandingan”, (Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2021), 11.
11 Veronica Rara Ajeng, Siswono Yuli Eko Tatag dan Wiryanto, “Hubungan Berpikir Komputasi dan Pmechan Masalah Polya pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 1 (April 2022).
6
Ayat di atas mengandung makna bahwa tatkala manusia memperoleh suatu permasalahan dalam hidupnya, maka sungguh permasalahan itu tidak akan melampaui keterampilan dirinya. Hal tersebut berarti setiap permasalahan dalam hidup ini pasti dapat dilalui, dan pasti ada solusinya. Ibaratnya dalam mengerjakan soal dalam pembelajaran matematika yang merupakan suatu permasalahan, diperlukan keterampilan yang dibutuhkan salah satunya keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah seperti keterampilan berpikir komputasi.
Suatu soal dikatakan sebagai masalah, ketika soal tersebut bukan merupakan soal rutin yang sering dipelajari dan sudah diketahui penyelesaiannya oleh peserta didik dari pembelajaran yang didapatnya.12 Suatu soal dapat menjadi masalah bagi peserta didik yang satu, tetapi tidak bagi peserta didik yang lain. Soal cerita merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi peserta didik.13 Soal yang dibentuk dengan memasukkan masalah yang terjadi sehari-hari dan dalam penyajiannya soal tersebut disajikan dalam bentuk cerita maka soal tersebut termasuk soal cerita.14 Masalah-masalah dalam bentuk soal cerita biasanya sukar untuk dikerjakan, karena minimnya keterampilan peserta didik untuk mengganti kalimat cerita menjadi simbol atau notasi matematika dan terbatasnya keterampilan peserta
12 Afifah Nur Aini, “Peran Keterampilan Berpikir Kreatif Dalam Pemecahan Masalah Matematika”, Prosiding Semnasdik Universitas Madura, (2016), 40.
13 Aini Nurul Novita dan Mohammad Mukhlis, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Soal Cerita Matematika Berdasarkan Teori Polya Ditinjau Dari Advercity Quotient” Jurnal Pendidikan Matematika dan Pembelajaran Matematika, Vol. 2, No. 1 (2020), 106.
14 Timbul Yuwono, Mulya Supanggih, Rosita Dwi Ferdina, “Analisis Kemn ampuan Pemecahan Masalah Matematika Dalam Menyelesaikan Sola Cerita Berdasarkan Prosedur Polya”, Jurnal Tadris Matematika, Vol. 1, No. 2, (2018), 138.
didik dalam memutuskan apa yang terlebih dahulu dilakukan dalam memecahkan soal cerita.15
Untuk itu dibutuhkan keterampilan dalam memahami bacaan, memahami soal, mengetahui apa yang menjadi pertanyaan dan apa yang diketahui serta keterampilan dalam membuat model matematika dan selanjutnya memecahkan soal dengan rumus yang sesuai. Keterampilan tersebut termuat di dalam indikator keterampilan berpikir komputasi siswa.
Sehingga, peneliti memilih untuk menggunakan indikator yang termuat dalam keterampilan berpikir komputasi dalam penelitian ini.
Terdapat beberapa faktor yang sangat berdampak terhadap keberhasilan peserta didik dalam belajar salah satunya yaitu tingkat penerimaan dan pemahaman peserta didik. Setiap peserta didik mempunyai teknik dan metode yang beragam untuk memahami pembelajaran dan pengetahuan yang sama.
Terdapat peserta didik yang akan lebih mengerti jika diajar dengan menulis di papan tulis, kemudian mencatat, membaca dan memahami, tetapi beberapa peserta didik lebih mengerti jika diberi pembelajaran secara langsung dan mereka mendengarkan. Ada juga beberapa peserta didik lebih mengerti ketika belajar dengan kelompok untuk mendiskusikan masalah terkait pelajaran.
Selanjutnya, juga terdapat cara yang berbeda yaitu pembelajaran dengan menggunakan media atau alat peraga. Keberagaman metode peserta didik dalam mengetahui dan mempelajari materi disebut sebagai gaya belajar.
15 Lena Renanda Tristanti, “Proses Berpikir Dalam Memecahkan Soal Cerita Matematika Berdasarkan Model Pemecahan Polya Ditinjau Dari Gaya Kognitif Pada Siswa Kelas IV SDN 03 Sumberagung”, (Skripsi, UniversitasIslam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang), 3.
8
Gaya belajar merupakan suatu metode atau cara yang digunakan seseorang untuk memperoleh pengetahuan atau informasi dalam proses pembelajaran.16 Menurut DePorter dan Hernacki gaya belajar dibedakan menjadi 3 macam yaitu belajar dengan mengutamakan indera penglihatan (visual), belajar dengan mengutamakan indera pendengaran (auditori) dan belajar dengan mengutamakan indera perasa (kinestetik).17 Gaya belajar disebut juga sebagai cara atau metode yang diterapkan peserta didik dalam mengetahui dan mengerti materi yang disediakan pendidik, setiap anak didik mempunyai metode belajar yang beragam. Gaya belajar tersebut selalu menyatu pada setiap peserta didik, akan tetapi pada umumnya terdapat satu gaya belajar yang lebih diutamakan untuk memperoleh hasil belajar yang terbaik dalam memahami sesuatu.18 Kesulitan peserta didik dalam menerima dan mengetahui pelajaran pada umumnya disebabkan karena tidak menangkap atau tidak memahami bagaimana metode yang harus diterapkan dalam belajar. Karena hal tersebut, pendidik harus dapat memahami gaya atau cara belajar masing-masing peserta didik sehingga nantinya pendidik dapat dengan mudah memberi pemahaman pada peserta didik dalam memecahkan permasalahan matematika.
16 Antjeliasari K. V. Daik, Alfonsia M. Abi, Yusak I. Bien, “Analisis Gaya Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VII SMPN Oebaki”, Range: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 1, (2020), 19.
17 Rahmatika, Krairiani, dan Nurul Akmal, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Ditinjau Dari Gaya Beleajar Siswa”, Ar-Riyadhiyyat: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 3, No. 1, (Juli 2022), 12.
18 Umi Farihah, “Tingkat Visualitas Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Gaya Belajar”, Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, No. 4, (2016), 324.
Kajian pendahuluan telah dilakukan peneliti sebelum melaksanakan penelitian. Peneliti melakukan kajian pendahuluan di SMP Nuris Jember, dan memperoleh hasil bahwa ketika peserta didik kelas VIII diberikan soal dengan keterampilan tingkat tinggi seperti soal cerita oleh pendidik, dapat terlihat bahwa dalam memecahkan soal cerita pada materi barisan bilangan, keterampilan berpikir peserta didik tersebut beragam. Pendidik menuturkan bahwasannya peserta didik lebih dapat dengan mudah memecahkan soal cerita pada kategori mudah. Akan tetapi, ketika kategori soal cerita yang diberikan berada pada kategori sedang sampai tinggi, peserta didik kesulitan bahkan tidak bisa memecahkan soal dan menemukan solusinya.
Hal tersebut nampak pada lembar penyelesaian peserta didik saat memecahkan soal cerita matematika materi barisan bilangan, dimana terdapat beberapa peserta didik memperoleh hasil akhir dengan benar tetapi tidak disertai langkah-langkah yang runtut, dan ada beberapa peserta didik memperoleh hasil akhir salah dengan langkah-langkah yang runtut ataupun tidak. Bahkan ada peserta didik yang tidak menjawab sedikitpun. Hal tersebut terjadi dikarenakan, salah satunya yaitu peserta didik sukar dalam mengerjakan dan memahami informasi pada soal cerita dan membentuk model matematika. Dari penuturan pendidik tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa keterampilan berpikir komputasi peserta didik kelas VIII di SMP
10
Nuris dalam memecahkan masalah soal cerita materi barisan bilangan berkategori sedang sampai tinggi masih kurang.19
Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan berpikir komputasi peserta didik dalam memecahkan masalah yaitu pendidik seharusnya memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengeksplor gaya belajarnya. Karena gaya belajar merupakan metode yang disukai dalam mengerjakan dan memahami informasi, serta melakukan kegiatan berpikir.20 Masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda. Oleh sebab itu, sangat penting dilakukan analisis gaya belajar peserta didik sehingga diperoleh informasi yang dapat membantu pendidik agar lebih tanggap dalam memahami perbedaan di kelas dan dapat mewujudkan pembelajaran yang bermakna.
Ditemukan penelitian sejenis yang dilakukan sebelumnya, diantaranya seperti penelitian milik Azza Alfina yang berjudul “Berpikir Komputasi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Aritmatika Sosial Ditinjau Dari Gender”. Berbeda dengan penelitian tersebut yang melakukan penelitian dengan menyelesaikan masalah tentang aritmatika sosial dengan meninjau dari gender, pada penelitian ini peneliti melakukan
19 Observasi di SMP Nurul Islam Jember, 19 September 2022.
20 A.M.S. Afif, H. Suyitno, Wardono, “Analisis Kemampuan Penalaran Matematis Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Dalam Problem Based Learning (PBL)”, Seminar Nasional Matematika X Universitas Negeri Semarang, (2016).
penelitian dalam memecahkan soal cerita dengan meninjau dari gaya belajar.21
Kemudian, penelitian lain oleh Luthfiyani Putri Rahmadhani dan Scolastika Mariani yang berjudul Kemampuan Komputasi Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika SMP Melalui Digital Project Based Learning Ditinjau Dari Self Efficacy. Pada penelitian tersebut peneliti melakukan penelitian dengan meninjau dari Self Efficacy. Pada penelitian ini, peneliti meninjau dari gaya belajar peserta didik.22 Yang menjadi pembeda dari kedua penelitian tersebut adalah kebaharuan pada penelitian ini yaitu peneliti meninjau subjek berdasarkan gaya belajar yang dimilikinya.
Berdasarkan penguraian sebelumnya, peneliti menganggap penting untuk meneliti tentang keterampilan berpikir komputasi peserta didik, dikarenakan peserta didik saat belajar matematika harus memiliki keterampilan-keterampilan agar dapat bersaing secara global, dimana salah satu keterampilan tersebut berupa keterampilan berpikir komputasi dan dikarenakan keterampilan peserta didik kelas VIII untuk memecahkan masalah pada soal cerita yang bertaraf sedang sampai tinggi masih kurang atau dapat dikatakan masih rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis tentang keterampilan peserta didik dalam memecahkan soal cerita matematika materi barisan bilangan, dengan tujuan sebagai upaya untuk dapat menggali
21 Azza Alfina, “Berpikir Komputasional Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan
Dengan Aritmatika Sosial Ditinjau Dari Gender”, Jurnal Simki Techsain, Vol. 01, No. 04 (2017).
22 Luthfiyani Putri Rahmadhani dan Scolastika Mariani, “Kemampuan Komputasional Siswa
Dalam Memecahkan Masalah Matematika SMP Melalui Digital Project Based Learning Ditinjau Dari Self Efficacy”, Prisma: Prosiding Nasional Seminar Matematika, Vol, 04, (2021).
12
sejauh mana keterampilan berpikir komputasi peserta didik sehingga dapat ditingkatkan.
Selain itu terdapat gaya belajar peserta didik yang menurut Munif Chatib gaya belajar peserta didik seringkali menjadi penyebab tidak berhasilnya peserta didik dalam memahami atau mengerti informasi.23 Karena hal tersebut penting untuk mengenalisis keterampilan berpikir komputasi peserta didik ditinjau dari gaya belajar. Oleh sebab itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Keterampilan Berpikir Komputasi Dalam Memecahkan Soal Cerita Matematika Materi Barisan Bilangan Ditinjau Dari Gaya Belajar Peserta Didik Kelas VIII Di SMP Nuris Jember”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan pemaparan konteks penelitian sebelumnya, maka fokus penelitian ini adalah:
1. Bagaimana keterampilan berpikir komputasi peserta didik dengan gaya belajar visual dalam memecahkan soal cerita matematika materi barisan bilangan di SMP Nuris Jember?
2. Bagaimana keterampilan berpikir komputasi peserta didik dengan gaya belajar Auditori dalam memecahkan soal cerita matematika materi barisan bilangan di SMP Nuris Jember?
23 Desti Sintia Dewi, “Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematis Siswa Di Kelas V
SD Negeri I Caracas Kab. Kuningan”, (Skripsi, IAIN Syekh Nurati Cirebon, 2013), 2.
3. Bagaimana keterampilan berpikir komputasi peserta didik dengan gaya belajar kinestetik dalam memecahkan soal cerita matematika materi barisan bilangan di SMP Nuris Jember?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan konteks penelitian sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan keterampilan berpikir komputasi peserta didik dengan gaya belajar visual dalam memecahkan soal cerita matematika materi barisan bilangan di SMP Nuris Jember
2. Mendeskripsikan keterampilan berpikir komputasi peserta didik dengan gaya belajar auditori dalam memecahkan soal cerita matematika materi barisan bilangan di SMP Nuris Jember
3. Mendeskripsikan keterampilan berpikir komputasi peserta didik dengan gaya belajar kinestetik dalam memecahkan soal cerita matematika materi barisan bilangan di SMP Nuris Jember
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dibuat untuk dapat memberikan manfaat dan dijadikan sebagai suatu referensi bagi bidang pendidikan supaya dapat menumbuhkan pengetahuan dalam pembelajaran baik secara biasanya maupun secara spesifik yang berhubungan dengan keterampilan berpikir
14
komputasi dalam memecahkan soal cerita matematika ditinjau dari gaya belajar peserta didik.
2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti
1) Dapat menyumbangkan perspektif dan pengalaman baru untuk penelitian. Peneliti lain dapat menggunakan temuan dalam penelitian ini untuk memperkirakan keterampilan berpikir komputasi peserta didik.
2) Dapat dipertimbangkan saat menentukan antara model pembelajaran alternatif guna meningkatkan hasil belajar peserta didik dan sistem pembelajaran.
b. Bagi pendidik
1) Dapat menentukan keterampilan berpikir komputasi peserta didik dalam memecahkan soal cerita.
2) Dapat dimanfaatkan sebagai sumber dalam menentukan berbagai model pembelajaran yang akan menghasilkan hasil akhir yang terbaik.
c. Bagi Peserta didik
1) Dapat mengetahui keterampilan berpikir komputasi dalam memecahkan soal cerita matematika.
2) Dapat memecahkan dan mendorong untuk lebih rajin belajar dalam memecahkan soal cerita matematika.
d. Bagi Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
Dapat membantu mahasiswa, utamanya mahasiswa tadris matematika dalam perluasan sumber informasi atau pustaka untuk melengkapi referensi yang berhubungan dengan keterampilan berpikir komputasi dalam memecahkan soal cerita matematika ditinjau dari gaya belajar.
E. Definisi Istilah a. Analisis
Analisis merupakan aktivitas memahami semua informasi tentang kasus guna mengetahui permasalahan yang sedang berlangsung, kemudian menentukan tindakan apa yang harus dilakukan.
b. Keterampilan berpikir komputasi
Keterampilan berpikir komputasi adalah keterampilan peserta didik dalam memecahkan permasalahan berlandaskan apa yang diketahui dari permasalahan melalui algoritma atau langkah-langkah yang sesuai.
Terdapat 4 indikator dalam keterampilan berpikir komputasi yaitu dekomposisi, pengenalan pola, berpikir algoritma, generalisasi dan abstraksi pola.
c. Soal cerita matematika
Soal cerita matematika merupakan soal-soal hitungan berbentuk narasi yang dalam pemecahannya membutuhkan langkah-langkah yang sistematis diantaranya yaitu mengetahui masalah, merancang pemecahan masalah, melakukan pemecahan masalah, dan memeriksa kembali kesesuaian pemecahan masalah.
16
d. Gaya belajar
Gaya belajar diartikan sebagai salah satu cara yang digunakan peserta didik untuk memahami dan menerima pelajaran dengan mudah.
Gaya belajar dibedakan menjadi 3 jenis diantaranya yaitu visual yaitu belajar yang berfokus pada indera penglihatan, audiotori yaitu belajar yang berfokus pada indera pendengaran dan kinestetik yaitu belajar yang berfokus pada indera perasa.
e. Barisan bilangan
Barisan bilangan adalah sekumpulan bilangan yang disusun (diurutkan) dengan pola (aturan) tertentu dan dibedakan menjadi 3 jenis yaitu barisan aritmatika, barisan geometri dan barisan bilangan bertingkat.
F. Sistematika Pembahasan
Bagian sistematika pembahasan pada penelitian ini memberikan tujuan agar tidak mempersulit penyajian serta mengetahui makna dari isi penulisan ini. Dengan demikian peneliti akan menguraikan sistematika pembahasan yang terurai menjadi lima bab yang memiliki hubungan antara bab yang satu dengan bab yang lain. Sebelum memasuki bab pertama akan diawali dengan judul penelitian (cover).
Pada bab kesatu atau pendahuluan berisi konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi istilah dan sistematika pembahasan. Pada bab kedua atau kajian pustaka berisi penelitian terdahulu dan kajian teori yang selaras dengan tema penelitian ini.
Selanjutnya yaitu bab ketiga atau metode penelitian, berisi diuraikan tentang
pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, Teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan. Pada bab yang keempat atau penyajian data dan analisis data, berisi hasil lapangan yaitu gambaran objek penelitian, penyajian dan analisis data serta pembahasan temuan. Selain itu, pada bab keempat ini peneliti dapat menemukan kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan.
Yang terakhir yaitu bab kelima atau penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Selanjutnya penelitian diakhiri dengan daftar pustaka serta lampiran- lampiran sebagai pelengkap data penelitian.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Pada bagian penelitian terdahulu ini, terdapat beberapa penelitian yang relevan dan sejenis yang dilakukan sebelumnya.
a. Penelitian yang dilakukan oleh Azza Alfina pada tahun 2017 dengan judul
“Berpikir Komputasional Peserta Didik Dalam Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Aritmatika Sosial Ditinjau Dari Gender”. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitiannya adalah Berpikir komputasional peserta didik laki-laki dengan golongan atas dan sedang pada materi aritmetika sosial dapat merumuskan suatu permasalahan, menentukan solusi masalah, serta dapat merepresentasikan solusi dari masalah aritmetika sosial. Sedangkan peserta didik laki-laki dengan golongan bawah pada materi aritmetika sosial hanya dapat menentukan solusi dari pemecahan masalah dan merepresentasikan solusi dari pemecahan masalah aritmetika sosial. Sedangkan pada peserta didik perempuan dengan golongan atas dan sedang pada materi aritmetika sosial dapat merumuskan permasalahan, menentukan solusi dari masalah, merepresentasikan solusi dari masalah aritmetika sosial. Dan peserta didik perempuan dengan golongan bawah pada materi aritmetika sosial hanya dapat menentukan solusi masalah aritmetika social.24
24 Azza Alfina, “Berpikir Komputasional Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Aritmatika Sosial Ditinjau Dari Gender”, Jurnal Simki Techsain, Vol. 01, No. 04 (2017).
b. Penelitian yang dilakukan oleh Elly Susanti, Turmudi dan M. Gunawan Supiarmo pada tahun 2021 dengan judul “Proses Berpikir Komputasional Peserta Didik Dalam Menyelesaikan Soal Pisa Konten Change And Relationship Berdasarkan Self-Regulated Learning”. Jenis penelitian ini adalah penelitian kalitatif deskriptif. Hasil penelitian adalah kemampuan berpikir komputasi peserta didik dengan tingkat self-managed learning sedang dan tinggi tidak ada perbedaan yang signifikan, hal tersebut dikarenakan kemampuan komputasi peserta didik untuk berpikir secara spesifik hanya pada contoh langkah pengenalan pola. Langkah penyelesaian masalah yang diterapkan peserta didik kurang rasional karena belum dilaksanakannya berpikir agoritma dan abstraksi untuk memecahkan soal PISA.25
c. Penelitian yang dilakukan oleh M. Gunawan Supiarmo pada tahun 2021 dengan judul “Transformasi Proses Berpikir Komputasional Peserta Didik SMA Pada Pemecahan Maasalah Matematika Melalui Refleksi”. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitiannya yaitu peserta didik dengan kemampuan pemecahan masalah rendah pada tahap dekomposisi memperoleh asimilasi, sedangkan pada tingkat selanjutnya seperti pengenalan pola, berpikir algoritma serta abstraksi menperoleh akomodasi. Peserta didik berkemampuan pemecahan masalah sedang pada tingkat dekomposisi dan pengenalan pola memperoleh
25 M. Gunawan Supiarmo, Turmudi, dan Elly Susanti, “Proses Berpikir Komputasional Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Pisa Konten Change And Relationship Berdasarkan Self-Regulated Learning”, Jurnal Numeracy, Vol, 08, No, 01, (April 2021).
20
asimilasi, sedangkan pada tingkat berpikir algoritma dan abstraksi memperoleh akomodasi.26
d. Penelitian yang dilakukan oleh Luthfiyani Putri Rahmadhani dan Scolastika Mariani pada tahun 2020 dengan judul “Kemampuan Komputasional Peserta Didik Dalam Memecahkan Masalah Matematika SMP Melalui Digital Project Based Learning Ditinjau Dari Self Efficacy”.
Jenis penelitian ini adalah penelitian campuran. Hasil penelitiannya adalah peserta didik dapat memenuhi 4, 3, 2 indikator kemampuan komputasional berturut-turut dengan Self Efficacy tinggi, sedang dan rendah.27
e. Penelitian yang dilakaukan Haris Sulistya pada tahun 2021 dengan judul
“Analisis Kemampuan Berpikir Komputasi Peserta Didik Kelas VII SMP Pangudi Luhur ST. Vincentius Sedayu Tahun Ajaran 2020/2021 Dalam Menyelesaikan Soal Bebras Task Pada Materi Perbandingan”. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitiannya adalah kemampuan berpikir kumputasi pada aspek keterampilan dekomposisi sebanyak 33,33%, aspek kererampilan pengenalan pola sebanyak 39,47%, aspek keterampilan berpikir algoritma
26 M. Gunawan Supiarmo, “Transformasi Proses Berpikir Komputasional Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Pemecahan Maasalah Matematika Melalui Refleksi”, Tesis: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (2021)
27 Luthfiyani Putri Rahmadhani dan Scolastika Mariani, “Kemampuan Komputasional Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika SMP Melalui Digital Project Based Learning Ditinjau Dari Self Efficacy”, Prisma: Prosiding Nasional Seminar Matematika, Vol, 04, (2021).
sebanyak 30,26% dan sebanyak 49,12% pada aspek keterampilan berpikir generasisasi pola.28
Tabel 2. 1 Keduduan Penelitian No
Nama, Tahun, dan Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Terdahulu Penelitian ini 1. Penelitian yang
dilakukan oleh Azza Alfina pada tahun 2017 dengan judul “Berpikir Komputasional Peserta Didik Dalam
Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Aritmatika Sosial Ditinjau Dari Gender”.
a. Peserta didik laki-laki dengan golongan atas dan sedang pada materi aritmetika
sosial dapat
merumuskan suatu permasalahan,
menentukan solusi masalah, serta dapat merepresentasikan solusi dari masalah b. peserta didik laki-laki
dengan golongan bawah hanya dapat menentukan solusi dari pemecahan masalah dan merepresentasikan solusi dari pemecahan masalah.
c. Sedangkan pada peserta didik perempuan dengan golongan atas dan
sedang dapat
merumuskan permasalahan,
menentukan solusi dari masalah,
merepresentasikan solusi dari masalah.
d. Peserta didik perempuan dengan golongan bawah hanya
a. Memecahkan soal cerita matematika materi barisan bilangan.
b. Dintinjau dari gaya belajar.
28 Haris Sulistya, “Analisis kemampuan berpikir komputasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur ST. Vincentius Sedayu Tahun Ajaran 2020/2021 Dalam Menyelesaikan Soal Bebras Task Pada Materi Perbandingan”, Skripsi: Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, (2021).
22
No
Nama, Tahun, dan Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Terdahulu Penelitian ini dapat menentukan
solusi masalah.
2 Penelitian yang dilakukan oleh M.
Gunawan Supiarmo,
Turmudi, dan Elly Susanti pada tahun
2021 dalam
penelitiannya yang berjudul “Proses Berpikir
Komputasional Peserta Didik Dalam
Menyelesaikan Soal PISA Konten
Change And
Relationship Berdasarkan Self- Regulated
Learning”.
a. kemampuan berpikir komputasi peserta didik dengan tingkat self-managed learning sedang dan tinggi tidak ada perbedaan yang signifikan.
a. Menganalisis keterampilan berpikir komputasi.
b. Memecahkan soal cerita matematika materi barisan bilangan.
c. Ditinjau dari gaya belajar.
3 Penelitian yang dilakukan oleh M.
Gunawan
Supiarmo pada tahun 2021, dalam penelitiannya yang berjudul
“Transformasi Proses Berpikir Komputasional Peserta Didik Sekolah Menengah
Atas Pada
Pemecahan Maasalah Matematika Melalui Refleksi”.
a. Peserta didik dengan kemampuan
pemecahan masalah rendah pada tahap dekomposisi
memperoleh asimilasi, sedangkan pada tingkat pengenalan pola, berpikir algoritma serta abstraksi memperoleh akomodasi.
b. Peserta didik berkemampuan
pemecahan masalah sedang pada tingkat dekomposisi dan pengenalan pola memperoleh asimilasi, sedangkan pada tingkat berpikir
a. Menganalisis keterampilan berpikir komputasi.
b. Memecahkan soal cerita matematika materi barisan bilangan.
c. Ditinjau dari gaya belajar.
No
Nama, Tahun, dan Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Terdahulu Penelitian ini algoritma dan
abstraksi memperoleh akomodasi
4 Penelitian yang dilakukan oleh Luthfiyani Putri Rahmadhani dan Scolastika Mariani pada tahun 2020, dalam penelitian yang berjudul
“Kemampuan Komputasional Peserta Didik Dalam
Memecahkan Masalah
Matematika SMP Melalui Digital Project Based Learning Ditinjau
Dari Self
Efficacy”.
a. Peserta didik dapat memenuhi 4, 3, 2 indikator kemampuan komputasional
berturut-turut dengan Self Efficacy tinggi, sedang dan rendah.
a. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif
b. Soal cerita matematika materi barisan bilangan.
c. Ditinjau dari gaya belajar.
5 Penelitian yang dilakaukan Haris Sulistya pada tahun 2021, dalam penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir
Komputasi Peserta Didik Kelas VII SMP Pangudi
Luhur ST.
Vincentius Sedayu Tahun Ajaran 2020/2021 Dalam Menyelesaikan Soal Bebras Task Pada Materi Perbandingan”
a. Kemampuan berpikir kumputasi pada aspek keterampilan
dekomposisi sebanyak 33,33%, aspek kererampilan
pengenalan pola sebanyak 39,47%, aspek keterampilan berpikir algoritma sebanyak 30,26% dan sebanyak 49,12% pada aspek keterampilan berpikir generasisasi pola.
a. Memecahkan soal cerita matematika materi barisan bilangan.
24
B. Kajian Teori
a. Keterampilan Berpikir Komputasi
Berdasarkan KBBI keterampilan adalah kecakapan dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas. Menurut Sudarto keterampilan merupakan kemampuan untuk memanfatkan ide, akal dan kreativitas dalam menyelesaikan, memperbaiki ataupun mewujudkan sesuatu sehingga dapat memperoleh suatu nilai.29 Selain itu, menurut Amirullah dan Budiyono keterampilan atau skill adalah kemampuan dalam mengaplikasikan pengetahuan untuk menyelesaikan sesuatu.30 Dari pemaparan tersebut secara singkat keterampilan atau skill merupakan kemampuan dalam mengerjakan sesuatu dengan mengaplikasikan pengetahuan sehingga dapat memperoleh suatu nilai atau solusi.
Menurut Nilam berpikir komputasi (Computational Thinking) pertama kali dicetuskan pada tahun 1996 oleh Seymour Papert dan dijelaskan oleh Jeannette M. Wing di tahun 2006. Jeannette M. Wing menjelaskan bahwa berpikir komputasi merupakan keterampilan yang harus dimanfaatkan oleh semua manusia pada abad ke-21, sehingga kemampuan komputasi harus ditambah ke dalam kemampuan dasar manusia seperti membaca, berhitung dan menulis.31 Berpikir komputasi
29 Sudarto, “Keterampilan Dan Nilai Sebagai Materi Pendidikan Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Al Lubab, Vol.1, No. 1, (2016), 107.
30 Marsis Eliya, “Peningkatan Keterampilan Membaca Menggunakan Media Buku Cerita Bergambar Pada Siswa Kelas II SDN 2 Jelapat Tahun Pelajaran 2018/2019”, Jurnal Mitra Pendidikan, Vol. 5, No. 7, (Juli, 2021), 519.
31 Nilam D. Jamna et,al., “Analisis Kemampuan Berpikir Komputasi Matematis Siswa SMP Pada Materi Persamaan Kuadrat”, Jurnal Pendidikan Guru Matematika, Vol. 2, No. 3, (September 2022), 277.
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dimanfaatkan pada semua disiplin ilmu, seperti ilmu pengetahuan, matematika dan humaniora untuk membantu pemecahan masalah.32 Munir berpendapat bahwasannya berpikir komputasi merupakan berpikir dengan memanfaatkan akal, menyelesaikan permasalahan secara sistematis, dan membuat kesimpulan dengan dua kejadian yang berbeda.33 Selain itu, Samir mengemukakan bahwa berpikir komputasi merupakan suatu proses pemecahan masalah dengan mengaplikasikan metode yang dimanfaatkan dalam software komputer, namun tidak berarti berpikir semacam komputer, tetapi dalam memecahkan masalah seseorang dianjurkan berlandaskan apa yang diketahui dengan memanfaatkan algoritma ataupun langkah-langkah tertentu serta dapat menerangkan mengapa tidak dihasilkan pemecahan yang sesuai.34
CSTA (Computer Science Teachers Association) dan ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) mengembangkan definisi berpikir komputasional sebagai proses pemecahan masalah yang cakupannya luas namun dibatasi dengan unsur-unsur berikut:35
a. Dapat menghasilkan pemecahan masalah dengan memanfaatkan komputer atau perangkat lainnya.
32 Helmie et.al, “Pelatihan Computational Thinking Bagi Guru SMP-SMK Muhammadiyah 2 Kota Semarang”, E-DIMAS: Jurnal PengabdianKepada Masyarakat, Vol. 11, No. 2, (2020), 173-178.
33 Ayu Chinintya Lestari dan Anas Ma’ruf Annizar, “Proses Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Masalah PISA ditinjau dari Kemampuan Berpikir Komputasi”, Jurnal Kiprah, 8 (1), (2020), 47.
34 Anita Amalia, “Pengaruh Model Cooperative Problem-Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Komputasional Matematis” Skripsi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, (2020), 11-12.
35 Ibid, 13.
26
b. Dapat menganalisis dan mengorganisasi data.
c. Dapat menggunakan abstraksi dengan simulasi atau model untuk melakukan representasi data.
d. Dapat menggunakan cara berpikir algoritma dalam melakukan otomatisasi solusi.
e. Dapat melakukan analisa, implementasi dan identifikasi solusi dengan berbagai integrasi sumber daya dan cara atau tahap-tahap yang efisien dan efektif.
f. Dapat menggeneralisasi solusi dari bermacam-macam masalah yang bertentangan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dibuat sutu kesimpulan bahwa serangkaian proses berpikir dalam memecahkan masalah berlandaskan informasi yang didapat dengan menerapkan langkah-langkah yang sistematis untuk menemukan suatu penyelesaian atau solusi yang tepat disebut berpikir komputasi.
Menurut Jeannette M. Wing terdapat 4 keterampilan-keterampilan berpikir komputasi diantaranya yaitu sebagai berikut:36
1) Dekomposisi
Dekomposisi merupakan serangkaian proses memodifikasi masalah besar menjadi masalah yang lebih kecil agar lebih mudah dipecahkan atau kemampuan memecahkan masalah besar dengan memecahkan
36 Haris Sulistya, “Analisis Kemampuan Berpikir Komputasi Siswa Kelas VII A SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu Tahun Ajaran 2020/2021 Dalam Menyelesaikan Soal Bebras Task Pada Materi Perbandingan”, (Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2021), 11.
masing-masing masalah yang kecil terlebih dahulu. Dekomposisi digunakan ketika berhadapan dengan masalah yang kompleks.
2) Pengenalan pola
Dalam pemecahan masalah pengenalan pola merupakan langkah penting untuk menentukan cara apa yang dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan dengan jenis tertentu dan mencari solusi yang tepat. Pengenalan pola juga sering disebut sebagai kemampuan dalam mengidentifikasi perbedaan dan persamaan pola sehingga dapat membantu dalam menentukan solusi permasalahan.
3) Berpikir algoritma
Berpikir algoritma adalah serangkaian cara dalam memperoleh solusi yang tepat dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis. Berpikir algoritma dibutuhkan apabila menyelesaikan permasalahan yang serupa. Misalnya belajar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian di sekolah.
4) Generalisasi dan abstraksi pola
Generalisasi dan abstraksi ini pola berhubungan dengan pengenalan pola dimana setelah mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dari suatu permasalahan selanjutnya dapat menemukan kesimpulan dari permasalahan. Generalisasi dapat dijadikan sebagai cara cepat untuk memecahkan masalah baru dengan berlandaskan permasalahan sejenis yang sudah dipelajari.
28
Berdasarkan pemaparan tersebut, indikator berpikir komputasi yang selaras dengan keterampilan-keterampilan berpikir komputasi yaitu sebagai berikut
Tabel 2. 2 Indikator Berpikir Komputasi 37 Indikator
Kemampuan Indikator Keterampilan
Dekomposisi Peserta didik mampu mencatat apa yang diperlukan atau diketahui serta apa yang ditanyakan dari suatu permasalahan.
Pengenalan pola Peserta didik mampu mengenali pola atau ciri-ciri yang sama ataupun berbeda dalam permasalahan sehingga selanjutnya dapat dipergunakan untuk membentuk suatu penyelesaian atau solusi.
Berpikir algoritma
Peserta didik mampu menemukan langkah-langkah secara sistematis yang tepat untuk memecahkan suatu masalah.
Generalisasi dan abstraksi pola
Peserta didik mampu menggeneralisasikan permasalahan baru dan memilih penyelesaian dengan cara tepat dan cepat berdasarkan pengetahuannya serta dapat membuat kesimpulan dari solusi yang ditemukan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Keterampilan berpikir komputasi adalah keterampilan peserta didik dalam memecahkan permasalahan berlandaskan apa yang diketahui dari permasalahan melalui algoritma atau langkah-langkah yang sesuai. Terdapat 4 indikator dalam
37 Hajar Ahmad Santoso, “Analisis Kemampuan Berpikir Komputasional Siswa Sma Dalam Memecahkan Masalah Ditinjau Dari Perbedaan Jenis Kelamin”, (Proposal: Universitas Negeri Malang, 2019), 18-19.
keterampilan berpikir komputasi yaitu dekomposisi, pengenalan pola, berpikir algoritma, generalisasi dan abstraksi pola.
b. Soal Cerita Matematika
Raharjo dan Astuti menyatakan bahwa soal cerita matematika adalah satu dari berbagai bentuk soal yang bertujuan untuk memperkirakan kemampuan peserta didik dalam pelajaran matematika.38 Soal cerita matematika yang dimaksud adalah suatu permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan nyata yang dalam pemecahannya dapat dijabarkan dengan kalimat matematika. Kalimat matematika tersebut yaitu kalimat yang berisikan operasi hitung matematika.
Soal cerita matematika merupakan bentuk soal yang berhubungan dengan rutinitas keseharian peserta didik dan dapat diartikan dalam kalimat matematika. Selain itu, soal cerita juga diartikan sebagai bentuk penyajian suatu permasalahan dalam bentuk uraian yang mudah dimengerti. Pemecahan masalah dalam soal cerita merupakan serangkaian cara untuk menentukan penyelesaian dengan menggunakan langkah- langkah yang sistematis.39 Menurut polya terdapat 4 langkah menentukan solusi dari soal cerita matematika diantaranya yaitu mengetahui masalah,
38 Sofia Hidayah, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita SPLDV
Berdasarkan Langkah Penyelesaian Polya”, (Prosiding seminar nasional pendidikan matematika, 2016), 183.
39 Wahyuddin, “Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Ditinjau dari Kemampuan Verbal”, Jurnal Tadris Matematika, No.2 (Nopember, 2016), 151.
30
merancang pemecahan masalah, melakukan pemecahan masalah, dan memeriksa kembali kesesuaian pemecahan masalah.40
Berdasarkan pemaparan para ahli terkait soal cerita matematika, maka dapat disimpulkan bahwa soal cerita matematika merupakan soal- soal hitungan berbentuk narasi yang dalam pemecahannya membutuhkan langkah-langkah yang sistematis diantaranya yaitu mengetahui masalah, merancang pemecahan masalah, melakukan pemecahan masalah, dan memeriksa kembali kesesuaian pemecahan masalah.
c. Materi Barisan Bilangan 1) Barisan Bilangan
Sekumpulan bilangan yang disusun (diurutkan) dengan pola (aturan) tertentu disebut barisan bilangan.
a) Barisan aritmatika adalah barisan bilangan yang memiliki beda bernilai sama (tetap) atau ) selalau sama.
Contoh: 3, 6, 9, 12, 15, ....
b) Barisan geometri adalah barisan bilangan yang memiliki rasio sama (tetap) atau selalu sama.
Contoh: 4, 8, 16, 32, 64, ....
c) Barisan bilangan bertingkat (tingkat dua) adalah barisan bilangan yang pada tingkat kedua memiliki beda bernilai sama. Contoh:
40 Anas Ma’ruf Annizar, et al ,”Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa dalam Menyelesaikan Soal PISA Pada Topik Geometri”, Jurnal Elemen, Vol. 6, No, 1, (2020), 41.
2) Suku ke- pada Barisan Bilangan a) Suku ke- pada barisan aritmatika
Pada barisan arimatika, jika aturan pembentukan barisan
dijumlahkan dengan , maka suku ke- akan berisi , yaitu:
.
Rumus umum suku ke- pada barisan aritmatika yang terdiri dari dan adalah .
b) Suku ke- pada barisan geometri
Rumus umum suku ke- pada barisan geometri yang terdiri dan adalah .
c) Suku ke- pada barisan bilangan bertingkat
Bentuk umum barisan bertingkat yaitu:
Bentuk umum suku ke- yaitu , di mana , , dan adalah bilangan real dan .
1, 6, 14, 25, 39, ...
+5 +8 +11 +14 ← 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 +3 +3 +3← 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 2, 𝑦𝑎𝑖𝑡𝑢 3
𝑈 , 𝑈 , 𝑈3, 𝑈4, 𝑈5, ...
𝑥 𝑥 𝑥3 𝑥4 ← 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡
𝑦 𝑦 𝑦3 ← 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 2, 𝑦 𝑦 𝑦3 ← 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑚 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
32
Untuk memperoleh nilai , , dan digunakan tiga buah rumus berikut:
1. 2 2. 3 3.
d. Gaya Belajar
Gaya belajar tiap-tiap peserta didik tidak sama. keberagaman gaya belajar menyebabkan terjadinya perbedaan cara peserta didik dalam mengidentifikasi dan mengerti atas apa yang diajarkan di kelas.
Keragaman gaya belajar tiap-tiap peserta didik perlu diketahui oleh pendidik untuk mengetahui pengaruh dalam proses pembelajaran.41 Dengan mengetahui gaya belajar peserta didik, tujuan pembelajaran dapat terwujud secara optimal ketika cara atau gaya belajar mereka terpenuhi dengan baik. Ada peserta didik yang suka memperhatikan, ada yang suka mendengar da nada juga yang suka peraktik langsung.42 Hal tersebut selaras dengan pendapat Hamzah B. Uno yang mengemukakan sebuah peribahasa yaitu “Lain ladang lain ikannya, lain orang lain juga gaya belajarnya”.43 ungkapan tersebut sangat cocok untuk mengungkapkan bahwasannya masing-masing individu tidak mempunyai gaya belajar yang
41 Mohammad Mukhlis dan Mohammad Tohir, “Instrumen Pengukur Creativity And Innovation
Skill Siswa Sekolah Menengah di Era Revolusi 4.0”, Indonesian Journal Of Mathematics and Natural Science Education, (2019), I (1), 68.
42 Indah Wahyuni, “Analisis Kemampuan Numerasi Berdasarkan Gaya Belajar Pada Aanak Usia
Dini”, Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Doni, (2022), 6(6), 5842.
43 Sarfa Wassahua, “Analisis Gaya Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Materi Himpunan Siswa Kelas VII SMPN Karang Jaya Kecamatan Namlea Kabupaten Baru”, Jurnal Matematika dan Pembelajarannya (2016), 89.