PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
C. Pembahasan Temuan
Berlandaskan penelitian yang sudah dilakukan, dapat diketahui keterampilan berpikir komputasi dalam memecahkan soal cerita matematika masing-masing subjek penelitian berdasarkan gaya belajar.
1. Keterampilan Berpikir Komputasi Dalam Memecahkan Soal Cerita Materi Barisan Bilangan Peserta Didik Dengan Gaya Belajar Visual.
Dalam memecahkan soal cerita materi barisan bilangan, subjek bergaya belajar visual yaitu SV1 dan SV2 dapat memenuhi tahapan keterampilan berpikir komputasi yang meliputi indikator yaitu dekomposisi dan pengenalan pola. Lebih jauh subjek SV1 mampu memenuhi seluruh indikator berpikir komputasi yang meliputi indikator dekomposisi, pengenalan pola, berpikir algoritma, dan generalisasi serta
100
abstraksi pola. Pada indikator dekomposisi yaitu peserta didik mampu mencatat apa yang diperlukan atau apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal. Pada indikator tersebut subjek SV1 mampu mencatat apa yang diperlukan atau apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal dengan tepat. Hal tersebut tampak dari keterampilan subjek SV1 dalam menuliskan apa saja yang diketahui dan apa saja yang ditanyakan dari soal dengan lengkap dan benar. Namun berbeda dengan subjek SV2 yang mampu mengetahui hal apa saja yang diketahui dan yang ditanyakan pada soal dengan tepat, akan tetapi tidak menuliskannya pada lembar jawaban. Walaupun subjek SV2 tidak menuliskan apa yang diketahui pada lembar jawaban, namun SV2 dapat menjelaskan dengan lancar dan benar apa saja yang diketahui pada saat wawancara.
Berlandaskan hasil triangulasi, dapat dikatakan subjek SV1 dan SV2 memenuhi indikator dekomposisi dikarenakan mampu mengetahui apa saja yang diperlukan atau apa saja yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal. Hal tersebut selaras dengan pendapat Ismiyati et al bahwasannya peserta didik bergaya belajar visual mampu mengetahui dan menjelaskan dengan tepat tentang hal apa saja yang diperlukan dalam memecahkan soal.59
Selanjutnya pada indikator pengenalan pola, subjek SV1 dan SV2 memenuhi dengan mengenali pola untuk memecahkan permasalahan
59 Ismiyati Marfuah et al, “ Proses Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah SIstem Persamaan
Linear Dua Variabel Ditinjau dari Gaya Belajar di Kelas IX B SMP Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol. 4, No. 7, (2016), 626- 627.
dalam soal dengan tepat. Selain itu pada saat wawancara SV1 dapat menjelaskan secara lancar tentang makna dari pola yang diketahui. Namun berbeda dengan subjek SV1, subjek SV2 masih mengalami kebingungan untuk menjelaskan makna dari pola yang diketahui. Sebagaimana yang disampaikan Nururrohmah bahwasannya peserta didik bergaya belajar visual kurang pandai dalam menjelaskan sesuatu hal walaupun sebenarnya mereka mengetahui apa yang harus dikatakan.60
Subjek bergaya belajar visual pada indikator berpikir algoritma, dapat memecahkan permasalah dalam soal dengan menggunakan langkah langkah yang sistematis. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Fauziyah dan Ajiz bahwa peserta didik bergaya belajar visual mampu menyelesaikan masalah dengan menggunakan langkah-langkah yang sesuai dengan yang diketahui.61 Subjek SV1 mampu memecahkan permasalahan dalam soal dengan baik namun kurang tepat. Terlihat dari keterampilan subjek SV1 yang dapat memecahkan soal dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis namun terdapat beberapa kesalahan dalam proses perhitungannya. Sedangkan dari hasil wawancara subjek SV1 dapat menjelaskan langkah-langkah serta perhitungan yang dilakukan dalam memecahkan soal dengan lancar. Sehingga berdasarkan hasil triangulasi subjek SV1 daat dikatakan memenuhi indikator berpikir
60 Laeli Nururrohmah, “Apakah Tipe Auditori Memudahkan Belajar Matematika?”, Seminar
nasional matematika dan pendidikan matematika FKIP UMP, (Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto), 2020, hal 231.
61 Intan Nur Fauiziah A dan Subhan Ajiz A, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis di Tinjau dari Gaya Belajar Siswa di Masa Pandemi” Jurnal Cendika: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 05, No. 03, (2021), 2251.
102
algoritma akan tetapi kurang tepat. Namun berbeda dengan SV1, subjek SV2 tidak mampu memecahkan soal dengan langkah langkah yang sistematis. Hal tersebut terlihat dari keterampilan subjek SV2 yang tidak dapat memecahkan soal dengan langkah-langkah yang sistematis dikarenakan kesulitan dalam melakukan pehitungan. Dari hasil wawancara, subjek SV2 juga kebingungan untuk menjelaskan langkah- langkah yang dilakukan dalam memecahkan soal. Hal tersebut selaras penelitian yang dilakukan Nahdataini et al bahwa peserta didik bergaya belajar visual mengalami kebingungan saat membuat model matematika dari permasalahan yang ada untuk menentukan solusi yang tepat.62
Kemudian yang terakhir yaitu pada indikator generalisasi dan abstraksi pola, subjek SV1 mampu menemukan cara yang cepat dan tepat untuk memecahkan soal serta membuat kesimpulan dari solusi yang ditemukan. Sesuai dengan pendapat Ismiyati et al bahwa peserta didik bergaya belajar visual mampu membuat kesimpulan dari solusi yang diperoleh.63 Walaupun rumus yang digunakan kurang tepat dan juga SV1 tidak menuliskan kesimpulan pada lembar jawaban namun dapat menyebutkan dan menjelaskan pada saat wawancara. Sehingga subjek SV1 dikatakan memenuhi indikator generalisasi dan abstraksi pola akan tetapi kurang tepat. Sedangkan subjek SV2 tidak dapat menemukan cara
62 Inti Nahdataini S et al, “ Proses Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Gaya Belajar di Kelas X SMA Negeri 2 Palu” AKSIOMA:
Jurnal Pendidikan Matematiaka, Vol. 4, No. 2, (2015), 212.
63 Ismiyati Marfuah et al, “ Proses Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah SIstem Persamaan
Linear Dua Variabel Ditinjau dari Gaya Belajar di Kelas IX B SMP Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol. 4, No. 7, (2016), 626- 627.
yang cepat untuk memecahkan soal serta membuat kesimpulan dari solusi yang ditemukan. Hal tersebut dikarenakan subjek SV2 tidak dapat memecahkan soal dengan tuntas sehingga tidak ditemukan solusi.
Berlandaskan indikator keterampilan berpikir komputasi, peserta didik dengan gaya belajar visual yaitu SV1 dan SV2 dapat memenuhi seluruh indikator keterampilan berpikir komputasi namun kurang tepat untuk SV1, sedangkan untuk SV2 hanya dapat memenuhi 2 indikator keterampilan berpikir komputasi yaitu indikator dekomposisi dan pengenalan pola. Peserta didik dengan gaya belajar visual kesulitan dalam mengingat materi yang sudah dipelajari sebelummnya sehingga dalam memecahkan soal masih kebingungan. Hal tersebut didukung dengan pendapat menurut Deporter dan Herachi yang mengungkapkan salah satu ciri peserta didik dengan gaya belajar visual yaitu memiliki masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali ditulis.64 Selain itu, peserta didik dengan gaya belajar visual kesulitan dalam memahami soal dalam bentuk deskriptif seperti soal cerita. Hal tersebut didukung oleh pendapat Rostanti yang mengungkapkan ciri–ciri seorang dengan gaya belajar visual yaitu lebih memahami suatu hal baik berupa informasi ataupun pembelajaran secara visual.65
Perbedaan pencapaian indikator keterampilan berpikir komputasi terjadi karena SV1 merupakan peserta didik perempuan dan SV2
64 Yusri Wahyuni, “Identifikasi Gaya Belajar (Visual, Auditori, Kinestetik) Mahasiswa Pendidikan
Matematika Universitas Bung Hatta”, JPPM, Vol. 10, No. 2, (2017), 129.
65 Nia Rostati, “Pengaruh Gaya Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
Siswa Kelas IV SD Negeri 5 Metro Timur”, (Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung, 2020), 19.
104
merupakan peserta didik laki-laki. Hal tersebut terjadi karena keterampilan berpikir komputasi dipengaruhi oleh gender. Dimana, menurut Agnes Firdatun Nisa’ Tahun 2022 menyatakan bahwa kemampuan computational thinking peserta didik perempuan lebih tinggi daripada peserta didik laki- laki.66
2. Keterampilan Berpikir Komputasi Dalam Memecahkan Soal Cerita Materi Barisan Bilangan Peserta Didik Dengan Gaya Belajar Auditori
Dalam memecahkan soal cerita materi barisan bilangan, subjek bergaya belajar auditori yaitu SA3 dan SA4 dapat memenuhi seluruh tahapan keterampilan berpikir komputasi yang meliputi 4 indikator yaitu dekomposisi, pengenalan pola, berpikir algoritma serta generalisasi dan abstraksi pola dengan baik. Pada indikator dekomposisi yaitu peserta didik mampu mencatat apa yang diperlukan atau yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal. Pada indikator tersebut subjek SA3 dan SA4 dapat mengetahui apa yang diperlukan atau diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal dengan sangat baik. Hal tersebut tampak dari keterampilannya dalam menyebutkan dan menjelaskan apa yang diketahui dan apa yang ditanya dari soal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ismiyati et al bahwasannya peserta didik bergaya belajar auditori dapat mengungkapkan dengan sangat baik tentang apa saja yang ada dalam pikirannya serta dapat
66 Agnes Firdatun Nisa’, “Analisis Kemampuan Computational Thinking Siswa SMA/MA Pada
Materi Vektor Ditinjau Dari Perbedaan Gender”, (Skripsi: Universitas Negeri Walisongo), 2022, 89.
mengenali masalah dengan tepat.67 Walaupun, subjek SA3 tidak menuliskan apa yang ditanya dalam lembar jawaban namun subjek SA3 dapat menyebutkan dan menjelaskannya pada saar wawancara dengan lengkap dan benar. Sehingga berlandaskan hasil triangulasi, subjek SA3 dan SA4 dapat memenuhi indikator dekomposisi.
Pada tahap pengenalan pola subjek bergaya belajar auditori mampu mengenali pola untuk memecahkan soal. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Dayanti dimana peserta didik bergaya belajar auditori mampu membuat rencana untuk menyelesaikan permasalahn dengan mengenali hubunngan antara konsep atau pola yang digunakan dalam memecahkan soal.68 Hal tersebut tampak dari keterampilan SA3 dalam mengenali pola dengan menuliskan dan menjelaskan pola yang digunakan dalam memecahkan soal. Namun berbeda dengan subjek SA3, subjek SA4 mampu mengenali pola dalam permasalahan akan tetapi kurang tepat. hal tersebut tampak pada lembar jawaban subke SA4 dimana pola yang digunakan subjek SA4 sedikit berbeda dengan pola barisan aritmatika pada umumnya yaitu , , 3 2 , 4 3 . Namun untuk pola tersebut, subjek SA4 dapat menjelaskan dengan lancar tentang makna dari pola yang digunakan. Sehingga berlandaskan
67 Ismiyati Marfuah et al, “ Proses Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah SIstem Persamaan
Linear Dua Variabel Ditinjau dari Gaya Belajar di Kelas IX B SMP Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol. 4, No. 7, (2016), 626- 627.
68 Iis Damayanti, “Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya
Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 ALLA”, Skripsi: Universitas Muhammadyah Makassar, (2022), 53.
106
hasil triangulasi, subjek SA3 dan SA4 dapat dikatakan memenuhi indikator pengenalan pola.
Selanjutnya pada indikator berpikir algoritma subjek bergaya belajar auditori mampu memecahkan soal secara tepat dengan langkah-langkah yang sistematis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Fauziyah dan Ajiz peserta didik bergaya belajar auditori mampu memecahkan masalah dengan menggunkan langkah-langkah yang yang sesuai dengan soal.69 Dalam memecahkan soal, subjek SA3 dan SA4 mampu melakukan perhitungan secara benar dengan langkah-langkah yang sistematis.
Walaupun dalam memecahkan soal SA4 sedikit melakukan kesalahan dalam perhitungannya namun pada saat wawancara subjek SA4 dapat memperbaikinya.
Kemudian pada tahap generalisasi dan abstraksi pola subjek bergaya belajar auditori mampu dalam menggeneralisan permasalahan baru dan memilih cara yang tepat dan cepat berdasarkan pengetahuannya serta membuat kesimpulan dari solusi yang ditemukan secara tepat. Hal itu tidak sejalan dengan pendapat Amir (dalam Rokhimah dan Rejeki) yang mengungkapkan bahwa peserta didik bergaya belajar visual dan aiditori kurang mampu dalam membuat kesimpulan.70
6969 Intan Nur Fauiziah A dan Subhan Ajiz A, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis di Tinjau dari Gaya Belajar Siswa di Masa Pandemi” Jurnal Cendika: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 05, No. 03, (2021), 2251.
70 Safitri Rokhimah dan Sri Rejeki, “Kemampuan Berpiir Kritis Siswa Berdasarkan Gaya Belajar
Pada Pembelajaran Dengan Model 4K”, Kontinu: Jurnal Penelitian Didaktik Matematika, Vol. 2, No. 1, (2018), 10.
Berlandaskan indikator keterampilan berpikir komputasi, peserta didik dengan gaya belajar auditori yaitu SA3 dan SA4 dapat memenuhi seluruh indikator berpikir komputasi yaitu dekomposisi, pengenalan pola, berpikir algoritma serta generalisasi dan absraksi pola. Dalam memecahkan permasalahan dalam soal, kedua subjek sangat cepat dalam mengingat materi yang sudah dipelajari dan juga dalam menemukan solusi. Adapun saat wawancara kedua subjek dapat menyebutkan dan menjelaskan jawaban secara lancar dan benar. Hal tersebut didukung dengan pendapat Deporter dan Hernacki yang mengungkapkan bahwa salah satu ciri peserta didik dengan gaya belajar auditori yaitu mengalami kesulitan untuk menulis, namun dapat belajar lebih cepat dengan melakukan diskusi verbal dan mendengarkan penjelasan dari pendidik.71 Hal tersebut juga selaras dengan pendapat Laeli bahwasannya peserta didik dengan gaya belajar auditori mampu mengingat dengan baik penjelasan yang disampaikan oleh pendidik dalam kelas pembelajaran.
Selain itu, pserta didik dengan gaya belajar auditori juga sangat baik dalam menjelaskan tulisannya.72
3. Keterampilan Berpikir Komputasi Dalam Memecahkan Soal Cerita Materi Barisan Bilangan Peserta Didik Dengan Gaya Belajar Kinestetik
Dalam memecahkan soal cerita materi barisan bilangan, subjek bergaya belajar kinestetik yaitu SK5 dan SK6 dapat memenuhi seluruh
71 Yusri Wahyuni, “Identifikasi Gaya Belajar (Visual, Auditori, Kinestetik) Mahasiswa Pendidikan
Matematika Universitas Bung Hatta”, JPPM, Vol. 10, No. 2, (2017), 129.
72 Laeli Nururrohmah, “Apakah Tipe Auditori Memudahkan Belajar Matematika?”, Seminar
nasional matematika dan pendidikan matematika FKIP UMP, (Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto), 2020, hal 231.
108
tahapan keterampilan berpikir komputasi yang meliputi 4 indikator yaitu dekomposisi, pengenalan pola, berpikir algoritma serta generalisasi dan abstraksi pola. Pada indikator dekomposisi, subjek SK5 dan SK6 mampu mencatat apa yang diperlukan atau apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal dengan sangat baik. Hal tersebut tampak dari keterampilannya dalam menuliskan apa saja yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal dengan lengkap serta dapat menjelaskannya pada saat wawancara secara lancar. Selaras dengan penelitian Halilianti et al bahwasannya peserta didik bergaya belajar kinestetik sangat baik dalam menuliskan dan menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal cerita maupun gambar.73 Berlandaskan hasil triangulasi, subjek SK5 dapat memenuhi indikator dekomposisi dikarenakan mampu menyebutkan dan menjelaskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dengan lengkap dan lancar.
Pada indikator pengenalan pola, subjek SK5 dan SK6 mampu mengenali pola untuk memecahkan permasalahan dalam soal dengan benar. Walaupun, subjek SK5 tidak menuliskan pola pada lembar jawaban.
Namun pada saat wawancara, subjek SK5 dapat menjelaskan pola yang diketahui dengan benar. Namun berbeda dengan subjek SK5, subjek SK6 dapat menuliskan pola untuk memecahkan permasalahan dan juga dapat menjelaskannya pada saat wawancara dengan benar. Sehingga
73 Baiq Yuspita Halilianti, et al. “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari
Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Mataram Tahun Pelajaran 2020/2021”, Griya Journal of Mathematics Education and Application, Vol.2, No. 2, (2022), 563-564.
berlandaskan hasil triangulasi dapat dikatakan bahwa subjek SK5 dan SK6 memenuhi indikator pengenalan pola.
Selanjutnya pada indikator berpikir algoritma, subjek SK5 dan SK6 memenuhi dengan memecahkan soal menggunakan langkah-langkah yang sistemais dan juga dengan perhitungan yang benar. Selain itu, subjek SK5 juga dapat menjelaskan langkah-langkah dalam memecahkan soal dengan benar. Hal tersebut selaras dengan pendapat Fauziyah dan Ajiz bahwa peserta didik bergaya belajar kinestetik mampu memecahkan masalah dengan menggunkan langkah-langkah yang yang sesuai.74
Kemudian pada indikator generalisasi dan abstraksi pola, subjek SK5 dan SK6 memenuhi memilih cara yang cepat dan tepat serta dapat membuat kesimpulan dari solusi yang ditemukan. hal tersebut sesuai dengan pendapat Taimenas et al yang mengungkapkan bahawa peserta didik bergaya belajar kinestetik mampu menarik kesimpulan dengan bahasa sendiri.75 Walaupun, subjek SK5 dan SK6 tidak menuliskan kesimpulan dalam lembar jawaban. Namun pada saat wawancara, subjek SK5 dapat menyebutkan kesimpulan dari solusi yang ditemukan. sehingga berlandaskan hasil triangulasi SK5 memenuhi indikator generalisasi dan abstraksi pola.
74 Intan Nur Fauiziah A dan Subhan Ajiz A, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis di Tinjau dari Gaya Belajar Siswa di Masa Pandemi” Jurnal Cendika: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 05, No. 03, (2021), 2251.
75 Maria G Taimenas, et al. “Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas VIII SMPK St.
Yosep Noemuti Ditinjau Dari Gaya Belajar”, ASIMOT:Jurnal Kependidikan Matematika, Vol. 2, No. 2, (2020), 165-166.
110
Berlandaskan indikator keterampilan berpikir komputasi, peserta didik dengan gaya belajar kinestetik yaitu SK5 dan SK6 dapat memenuhi seluruh indikator berpikir komputasi yaitu dekomposisi, pengenalan pola, berpikir algoritma serta generalisasi dan absraksi pola. Dalam memecahkan permasalahan dalam soal cerita kedua subjek mampu memenuhi indikator berpikir komputasi dengan sangat baik. Adapun saat wawancara, kedua subjek mampu menjelaskan jawaban dengan sangat baik tetapi dengan sikap bicara yang lambat. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Antjeliasari et al dalam penelitiannya bahwasannya peserta didik dengan gaya belajar kinestetik berbicara dengan lambat, belajar dengan praktik, menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar, kurang baik dalam pengejaan kata, sehingga mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pendapat dan sulit untuk berdiam diri.76
76 Antjeliasari K. V Daik, Alfosia M. Abi dan Yusak I. Bien, “Analisis Gaya Belajar Matematika
pada Siswa Kelas VII SMP Negeri Oebaki”, Jurnal Pendidikan Matematika 2, No. 1 (2020), 21.