• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasus II (ISPA)

Dalam dokumen IGA MAWARNI PKL FIXXX (Halaman 51-59)

BAB IV PEMBAHASAN

B. Kasus II (ISPA)

42 Universitas Aisyah Pringsewu

Dosis

Dewasa dan anak di atas 12 tahun:1 tablet (30 mg) 2-3 kali sehari; Anak 6-12 tahun: 1/2 tablet 2-3 kali sehari (PIO Nas, 2023).

Kontra indikasi

Kontraindikasi ambroxol adalah adanya riwayat hipersensitivitas terhadap konsumsi ambroxol sebelumnya dan penggunaan pada pasien dengan riwayat ulkus peptikum (Drugs.Com, 2023).

Intraksi

miliki intraksi dengan Candesartan, Cefadroxil, dan Amlodipin (Medscape.com 2023)

Efek Samping

Beberapa efek samping yang dapat timbul setelah mengonsumsi obat ambroxol, yaitu: Mual atau muntah, dan diare (Suprayitno, 2018).

d. Kesimpulan Kasus Hipertensi

Penyakit hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Salah satu pencegahan dari penyakit ini adalah mengurangi konsumsi natrium, Sedangkan untuk pengobatannya biasanya dokter akan meresepkan obat antihipertensi. Terapi yang diberikan dokter untuk salah satu pasien hipertensi di Puskesmas pardasuka adalah Candesartan dan Amlodipin.

kombinasi kedua obat tersebut tidak menimbulkan intraksi, bahkan penelitian menyatakan bahwa pemberian Candesartan dan Amlodipin secara bersamaan mengurangi tekanan darah lebih banyak dibandingkan pemberian amlodipin tunggal (Kim et al., 2018). Resep yang dituliskan dokter untuk pasien hipertensi telah memenuhi persyaratan administratif, farmasetik dan klinik.

B. Kasus II (ISPA)

43 Universitas Aisyah Pringsewu lebih dari saluran napas itu sendiri yang dimulai dari hidung sampai ke

alveoli termasuk pelengkap (sinus, rongga telinga tengah dan pleura) (Widianti, 2020).

Menurut (World Health Organization/WHO), ISPA adalah penyakit yang berada pada saluran pernapasan akut yang dimana penyebabnya yaitu agen infeksius yang menimbulkan gejala dalam waktu tertentu. Namun, penyakit ISPA ini biasanya penularannya melalui droplet tetapi dapat berkontak langsung dengan tangan atau permukaan orang yang tertular juga bisa menulari penyakit ini terhadap orang lain. ISPA menjadi penyebab utamanya morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia ini. Hampir 4 juta orang meninggal karena ISPA setiap tahunnya. Selain itu juga, ISPA menjadi penyebab utamanya konsultasi atau pengobatan di rumah sakit pada fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya pada perawatan anak. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia (Widianti S, 2020).

- Epidimiologi ISPA

Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa jumlah kematian akibat penyakit ISPA pada balita di seluruh dunia menduduki urutan paling tinggi. Terdapat pada tingkat Under Five Mortality Rate (UFMR) bahwa penyakit ISPA berkisar 41/1000 anak sedangkan menurut tingkat Infant Mortality Rate (IFR) ISPA mencapai 45/1000 anak. Period prevalence lima provinsi di Indonesia dengan kasus ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,70%), Papua (31,10%), Aceh (30,00%), Nusa Tenggara Barat (28,30%) dan Jawa Timur (28,30%).

Karakteristik penduduk dengan ISPA tertinggi di Indonesia terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (25,80%) (Suhada et al., 2023).

- Etiologi ISPA

Etiologi ISPA sendiri disebabkan oleh 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri yang menyebabkan ISPA termasuk diantaranya Genus streptokokus, Pneumokokus, Bordetella, Corinebacterium dan Hemofilus. Sedangkan virus penyebab ISPA antara lain: golongan

44 Universitas Aisyah Pringsewu Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Mikoplasma, Hervesvirus dll.

Etiologi ISPA dapat berasal dari berbagai penyebab, termasuk (Didin, 2016):

 Virus: Virus seperti rhinovirus, adenovirus, influenza virus, coronavirus, dan respiratory syncytial virus (RSV) adalah penyebab umum ISPA

 Bakteri: Bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Mycoplasma pneumoniae dapat menyebabkan ISPA.

 Jamur: Jamur seperti Aspergillus dan Pneumocystis jirovecii dapat menyebabkan ISPA pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah

 Faktor lain: Polusi udara, asap rokok, debu, alergi, dan paparan zat iritan lainnya juga dapat memicu ISPA

- Patofisiologi ISPA

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) seringkali terjadi oleh adanya suatu partikel udara (droplet) yang dimana didalamnya mengandung banyak mikroorganisme yang telah terhirup dan kemudian masuk ke dalam tubuh manusia. Mikroorganisme tersebut kemudian masuk ke dalam saluran pernapasan manusia sehingganya mengakibatkan suatu gejala infeksi saluran pernapasan seperti batuk, pilek, demam dan lainnya. Infeksi saluran pernapasan pada manusia juga dapat disebabkan oleh adanya penyakit menular yang dimana cara penularannya berbeda- beda. ISPA melibatkan proses infeksi dan peradangan pada saluran pernapasan. Ketika agen penyebab ISPA masuk ke saluran pernapasan, mereka dapat menempel pada sel-sel di mukosa dan menginfeksi sel-sel tersebut. Infeksi ini menyebabkan pelepasan zat peradangan dan respons imun tubuh untuk melawan infeksi. Proses peradangan ini dapat menyebabkan pembengkakan dan peningkatan produksi lendir, yang menyebabkan gejala seperti batuk, pilek, dan sesak napas (Fretes et.al., 2020).

45 Universitas Aisyah Pringsewu - Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala ISPA dapat bervariasi, tetapi beberapa gejala yang umum ditemukan antara lain (Hartono dan Dwi, 2017):

 Batuk: Batuk kering atau produktif (dengan lendir yang dikeluarkan)

 Pilek: Hidung berair, tersumbat, atau hidung meler

 Sakit tenggorokan: Rasa sakit, gatal, atau peradangan di tenggorokan

 Sesak napas: Kesulitan bernapas atau napas pendek.

 Demam: Suhu tubuh meningkat

 Nyeri otot dan persendian: Nyeri dan ketidaknyamanan pada otot dan persendian

 Kehilangan nafsu makan: Hilangnya nafsu makan atau gangguan pencernaan.

- Pencegahan dan Pengobatan ISPA

Beberapa langkah pencegahan dan pengobatan yang dapat dilakukan untuk ISPA adalah (Murfat et.al., 2021).

a) Pencegahan

 Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan secara rutin

 Menghindari kontak dengan orang yang sakit dengan ISPA

 Menjaga kebersihan lingkungan, termasuk menjaga polusi udara dan memastikan ventilasi yang cukup

 Mengenakan masker jika berada di lingkungan risiko tinggi

 Menghindari merokok dan paparan asap rokok b) Pengobatan

 Terapi simtomatik: Penggunaan obat pereda gejala seperti parasetamol untuk menurunkan demam atau obat batuk dan pilek yang sesuai (Maakh et al., 2017)

 Penggunaan antibiotik: Jika ISPA disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter dapat meresepkan antibiotik yang sesuai (Maakh et al., 2017)

46 Universitas Aisyah Pringsewu

 Pengobatan penyebab ISPA: Jika ISPA disebabkan oleh infeksi virus, pengobatan mungkin melibatkan penggunaan antiviral tertentu, seperti oseltamivir untuk influenza (Maakh et al., 2017)

 Istirahat dan hidrasi yang cukup: Penting untuk memberikan tubuh istirahat yang cukup dan memastikan asupan cairan yang adekuat untuk membantu pemulihan.

ANALISIS RESEP a. Resep

Gambar 4. 2 Resep ISPA b. Skrining Kelengkapan Resep

FORMULIR PENGKAJIAN RESEP

INDIKATOR YA TIDAK TINDAK LANJUT

Persyaratan Administratif

Nama Dokter

No. SIP

Alamat

Paraf Dokter

Tgl Resep

Nama, Tgl Lahir/Umur Pasien

47 Universitas Aisyah Pringsewu Persyaratan Farmasetik

Nama Obat

Bentuk Sediaan

Dosis

Jumlah Obat

Aturan Pakai

Persyaratan Klinis

Tepat Indikasi

Tepat Dosis

Tepat Waktu Penggunaan

Tabel 4. 2 Formulir pengkajian resep kasus 2 c. Obat Dalam Resep

1. Cefadroxil

Indikasi

Cefadroxil merupakan antibiotik yang dugunakan untuk Mengatasi infeksi saluran pernafasan, saluran kemih dan kelamin serta infeksi kulit dan jaringan lunak (Drugs.Com, 2023).

Mekanisme

Cefadroxil bekerja dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri sehingga bakteri tidak dapat bertahan hidup (Widyastuti et al., 2018).

Dosis

125 mg; 250 mg; 500 mg; 1000 mg (Drugs.Com, 2023).

Kontra indikasi

Kontraindikasi cefadroxil adalah penderita yang mengalami alergi terhadap golongan obat sefalosporin. Pemberian cefadroxil juga perlu diperhatikan pada penderita yang memiliki riwayat alergi terhadap golongan penisilin dan betalaktam (Drugs.Com, 2023).

Intraksi

Cefadroxil tidak memiliki intraksi dengan Paracetamol, CTM dan Ambroxol (Medscape.com 2023)

48 Universitas Aisyah Pringsewu

Efek Samping

Efek samping dari konsumsi cefadroxil dapat melibatkan saluran pencernaan, seperti mual, muntah, dan diare. Konsumsi cefadroxil juga dapat menyebabkan disfungsi hepar yang ditunjukkan dengan peningkatan enzim hepar, peningkatan LDH, kolestasis, dan gagal hepar.

Namun kondisi gagal hepar jarang terjadi (Widyastuti et al., 2018) 2. Paracetamol

Indikasi

Nyeri ringan hingga sedang pada pasien dewasa dan anak berusia 2 tahun ke atas. Pengurangan demam pada pasien dewasa dan anak-anak (Drugs.Com, 2023).

Mekanisme

Paracetamol adalah analgesik dan antipiretik yang digunakan untuk mengurangi demam dan mengurangi rasa sakit pada penyakit ISPA.

Paracetamol bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX), yang mengurangi produksi prostaglandin (zat peradangan) di otak yang bertanggung jawab untuk meningkatkan suhu tubuh dan menyebabkan nyeri. Paracetamol juga bekerja dengan reseptor yang terkait dengan percepatan perubahan suhu tubuh dan nyeri (Rania, 2019)

Dosis

Dewasa: 500 – 1.000 mg setiap 4 – 6 jam. Anak-anak: 10 – 15 mg/kgBB, dengan lebih dari 4 – 6 jam (Drugs.Com, 2023).

Kontra Indikasi

Pasien dengan hipersensitivitas Parasetamol (Drugs.Com, 2023).

Intraksi

Paracetamol tidak memiliki intraksi dengan Cefadroxil, CTM dan Ambroxol (Medscape.com 2023).

Efek Samping

Jarang : ruam dan gangguan darah, overdosis: nekrosis hati, gangguan fungsi ginjal (Rania, 2019).

49 Universitas Aisyah Pringsewu 3. Ctm (Chlorpheniramine)

Indikasi

CTM merupakan obat antihistamin generasi pertama yang digunakan untuk mengatasi gejala alergi seperti bersin, hidung tersumbat, dan gatal- gatal pada ISPA (Maakh et al., 2017).

Mekanisme

Mekanisme kerja CTM adalah dengan menghambat reseptor histamin H1 di tubuh, sehingga mengurangi gejala alergi (Tandi, 2018)

Dosis

Dewasa: 4 mg sampai 8 mg, setiap 4-6 jam. Anak-anak (6-12 tahun): 2 mg sampai 4 mg, setiap 4-6 jam (Maakh et al., 2017).

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas terhadap kandungan obat glaukoma sudut tertutup, asma bronkial, serta pada pasien yang sedang menggunakan obat penghambat MAO (monoamine oxidase) (Maakh et al., 2017).

Intraksi

CTM tidak memiliki intraksi dengan Paracetamol, Cefadroxil dan Ambroxol (Medscape.com 2023)

Efek Samping

Mengantuk, pusing, mulut kering, gangguan pencernaan, atau reaksi alergi seperti ruam kulit atau gatal-gatal (Drugs.Com, 2023).

4. Ambroxol

Indikasi

Sebagai agen mukolitik pada gangguan saluran nafas akut dan kronis khususnya pada eksaserbasi bronkitis kronis dan bronkitis asmatik dan asma bronkial (Drugs.Com, 2023).

Mekanisme

Mekanisme kerja Ambroxol adalah dengan memecah serat mukopolisakarida pada dahak. Cara kerja tersebut akan membuat dahak menjadi lebih encer dan lebih mudah dikeluarkan saat batuk (Suprayitno, 2018).

50 Universitas Aisyah Pringsewu

Dosis

Dewasa dan anak di atas 12 tahun:1 tablet (30 mg) 2-3 kali sehari; Anak 6-12 tahun: 1/2 tablet 2-3 kali sehari (PIO Nas, 2023).

Kontra indikasi

Kontraindikasi ambroxol adalah adanya riwayat hipersensitivitas terhadap konsumsi ambroxol sebelumnya dan penggunaan pada pasien dengan riwayat ulkus peptikum (Drugs.Com, 2023).

Intraksi

Ambroxol tidak memiliki intraksi dengan Paracetamol, CTM dan Cefadroxil (Medscape.com 2023)

Efek Samping

Ada beberapa efek samping obat ambroxol, yaitu: Mual atau muntah, diare, sakit perut atau sakit maag (Suprayitno, 2018).

d. Kesimpulan Kasus II ISPA

Resep yang dituliskan dokter untuk pasien penderita Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) memenuhi persyaratan administratif, farmasetik dan klinis. Terapi yang diberikan oleh dokter kepada pasien berupa terapi terapi pokok dengan antibiotik Cefadroxil dan terapi suportif dengan Parasetamol, Clorpheniramin Meleat, dan Ambroxol. Terapi tersebut merupakan terapi kombinasi yang sering digunakan untuk pengobatan ISPA (Septiana et al., 2021). Tidak ada intraksi yang merugikan antar obat (Medscape.com 2023)

C. Kasus III (Gastritis)

Dalam dokumen IGA MAWARNI PKL FIXXX (Halaman 51-59)

Dokumen terkait