BAB III TINJAUAN KHUSUS
3.5 Pengelolaan
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional.
A. Perencanaan Sediaan Farmasi
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
B. Permintaan Sediaan Farmasi
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi adalah memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi di Puskesmas sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.
Alur permintaan adalah sebagai berikut : Pihak gudang
Membuat surat permintaan
Kepala puskesmas
Dinas kesehatan
Jadwal pengiriman
29 Universitas Aisyah Pringsewu C. Penerimaan Sediaan Farmasi
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap Sediaan Farmasi, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Alur Penerimaan adalah sebagai berikut :
D. Penyimpanan Sediaan Farmasi
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang
Dinas kesehatan
Pengiriman obat
Pihak Puskesmas
Instalasi Farmasi
Dimasukan ke Gudang
Disimpan Menurut bentuk dan ditata menurut Abjad serta dipisahkan menurut tanggal
kedaluarsa
30 Universitas Aisyah Pringsewu diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Di puskesmas ini obat-obatan disimpan di rak berdasarkan Abjad.
Untuk obat khusus yamg memerlukan suhu dingin disimpan didalam kulkas. Lemari khusus juga disiapkan untuk obat Narkotika dan Psikotropika, lamari ini dipisahkan dari obat-obat lainnya.
E. Pendistribusian Sediaan Farmasi
Pendistribusian Sediaan Farmasi merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya dalam pendistribusian antara lain Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;
Puskesmas Pembantu; Puskesmas Keliling; Posyandu; dan Polindes.
F. Penarikan dan Pemunasnahan
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall).
Sedangkan untuk pemusnahan sediaan farmasi dilakukan dengan tahapan berikut :
1. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan;
2. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
3. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait;
4. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.
31 Universitas Aisyah Pringsewu G. Pengendalian Sediaan Farmasi
Pengendalian Sediaan Farmasi adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:
1. Pengendalian persediaan;
2. Pengendalian penggunaan; dan
3. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa H. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi, baik Sediaan Farmasi yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
I. Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Sediaan Farmasi
Monitoring dan evaluasi pengelolaan obat bertujuan untuk mengendalikan ketidaksesuaian atau kekeliruan dalam pengelolaan obat.
Monitoring dan evaluasi dilakukan secara periodik terhadap stok obat yaitu dengan cara membandingkan jumlah yang tertulis pada kartu stok dengan jumlah sebenarnya yang ada.
32 Universitas Aisyah Pringsewu BAB IV
PEMBAHASAN 4.1 Kegiatan/Pengalaman PKL
Adapun kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) di UPTD Puskesmas pardasuka adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari Alur Pelayanan Obat Alur pelayanan obat
2. Skrining Resep
Pasien datang membawa resep setelah berkonsultasi dengan dokter, langkah selanjutnya kami akan melakukan skrining resep yang meliputi skrining administratif, skrining farmasetis, dan skrining klinis.
Pasien datang membawa resep
Resep terbaca dengan jelas Konsultasi kepenulisan resep
Menyiapkan obat sesuai resep (prinsip 4T 1W)
Bila obat bentuk puyer maka beritahu pasien untuk menunggu dan segera buat
puyer
Beri etiket sesuai petunjuk dalam resep dengan lengkap
Panggil pasien dan serahkan obat disertai petunjuk
Dikemas dan diteliti kembali sebelum diserahkan
Mencatat obat yang keluar
33 Universitas Aisyah Pringsewu a. Skrining administratif.
Skrining administratif berguna untuk menghindari kesalahan penulisan resep maupun pemalsuan resep dengan melihat ada tidaknya Nama, SIP dan alamat dokter, ada tidaknya tanda tangan/paraf dokter penulis resep. Ada tidaknya nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien (jika perlu).
b. Skrining farmasetis
Skrining farmasetis merupakan kegiatan menyesuaian kondisi pasien dengan bentuk sediaan dan besaran dosis yang akan diberikan. Benar salahnya Nama obat, sesuai tidaknya potensi obat, serta jelas tidaknya cara pemakaian untuk pasien.
c. Skrining klinis
Skrining klinis di Puskesmas Pardasuka dilakukan dengan mengcheck list pada kolom skrining klinis dengan berbagai aspek yaitu tepat indikasi, tepat dosis, tepat waktu penggunaan obat, tepat rute, efek samping dan kontraindikasi.
3. Membantu menyiapkan obat
Menyiapkan obat dilakukan untuk melayani resep rawat jalan, atau obat lainnya yang dibutuhkan oleh pasien. Setelah obat disiapkan, dimasukkan kedalam plastik obat dan diberi etiket yang terdapat nama pasien, tanggal, nama obat dan aturan pakainya. Setelah selesai dibungkus dan di cek ulang oleh apoteker obat bisa langsung diserahkan kepada pasien dengan memberikan penjelasan terhadap aturan pakai obatnya.
4. Meracik sediaan pulveres
Meracik sediaan obat sesuai permintaan resep, obat yang dibuat pulveres digerus hingga menjadi serbuk kemudian dibagi dalam bobot yang sama berdasarkan penglihatan. Biasanya obat yang diracik dalam bentuk ini merupakan obat – obatan untuk anak-anak.
5. Pelayanan Informasi obat (PIO)
Setelah obat telah disiapkan beserta etiket yang sudah tertera pada resep, maka dapat diserahkan kepada pasien sesuai nomor antrian dan dipanggil
34 Universitas Aisyah Pringsewu nama beserta alamat. Penyerahkan obat disertai Pemberian Informasi
Obat (PIO) meliputi nama obat, indikasi, aturan pakai obat, efek samping, cara pemakaian dan cara penyimpanan obat. Setelah pasien menerima obat selanjutnya pasien menandatangani dan memberikan nama terang pada form check list pemberian informasi obat.
6. Menghafal obat
Kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari adalah mengahafal obat yang kemudian disetorkan kepada pembimbing lahan. Obat yang dihafalkan dalam sehari sebanyak 3 jenis. Hafalan obat tersebut meliputi indikasi obat, dosis, cara penggunaan dan efek samping yang sering terjadi.
7. Pencatatan kartu stok
Fungsi utama kartu stok adalah untuk pencatatan mutasi obat mulai dari penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak, dan kedaluwarsa. Catatan mutasi satu jenis obat yang berasal dari satu sumber dana yang sama, harus dicantumkan dalam satu kartu stok.
8. Stok opname
Stock Opname adalah pengecekan kesesuaian data stock obat atau alat kesehatan yang ada di komputer atau kartu stok dengan stok fisik yang ada di ruangan Instalasi Farmasi dan Gudang Farmasi.
9. Mempelajari Proses Pengelolaan Obat di Puskesmas
Pengelolaan obat yang dilakukan dipuskesmas mecakup perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.
4.2 Tugas Kasus
A. Kasus I (Hipertensi) - Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi atau keadaan dimana seseorang mengalami kenaikan tekanan darah di atas batas normal yang akan menyebabkan kesakitan bahkan kematian. Seseorang akan dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya melebihi batas normal, yaitu lebih
35 Universitas Aisyah Pringsewu dari 140/90 mmHg. Tekanan darah naik apabila terjadinya peningkatan
sistole, yang tingginya tergantung dari masingmasing individu yang terkena, dimana tekanan darah berfluaksi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stress yang dialami (Fauziah et al., 2021)
- Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu : a. Hipertensi Esensial atau Hipertensi primer
Merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga Hipertensi idiopatik. Ini merupakan tipe paling umum dan mencakup ± 95% dari luas kasus Hipertensi. Hipertensi primer biasanya timbul pada umur 30 – 50 tahun dialami (Fauziah et al., 2021)
b. Hipertensi Sekunder atau hipertensi renal
Peningkatan tekanan darah akibat penyakit tertentu dengan penyebab diketahui mencakup ± 5 % dari kasus Hipertensi. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain dialami (Fauziah et al., 2021).
- Epidimiologi Hipertensi
Data epidemiologis menunjukkan bahwa makin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah, baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada usia >65 tahun.
Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia WHO tahun 2011 terdapat sekitar satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan dua per- tiganya berada di negara berkembang yang berpendapatan rendah- sedang seperti di Afrika. Diperkirakan lebih dari 40% orang dewasa di negara tersebut terkena hipertensi.Prevalensi hipertensi diperkirakan akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang
36 Universitas Aisyah Pringsewu dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi, sedangkan di Indonesia
angkanya mencapai 31,7% (Sylvestris, 2017) - Patofisiologi Hipertensi
Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon renin akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II (Anggraini, 2009). Renin disintesis dan disimpan dalam bentuk inaktif yang disebut prorenin dalam sel-sel jukstaglomerular pada ginjal. Sel jukstaglomerular merupakan modifikasi dari sel-sel otot polos yang terletak pada dinding arteriol aferen tepat di proksimal glomeruli.
Bila tekanan arteri menurun, reaksi intrinsik dalam ginjal itu sendiri menyebabkan banyak molekul protein dalam sel terurai dan melepaskan renin. Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat dan memiliki efek-efek lain yang juga mempengaruhi sirkulasi. Selama angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua pengaruh utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh pertama, yaitu vasokonstriksi, timbul dengan cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan sedikit lemah pada vena. Cara kedua dimana angiotensin II meningkatkan tekanan arteri adalah dengan bekerja pada ginjal untuk menurunkan ekskresi garam dan air (Sylvestris, 2017)
- Tanda dan Gejala 1) Sakit kepala 2) Gelisah
3) Jantung berdebar 4) Pusing
5) Penghilatan kabur
6) Tekanan darah >140/90 mmHg
37 Universitas Aisyah Pringsewu - Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan
Mengonsumsi makanan sehat yang cukup mengandung zat besi, menghindari asupan garam yang berlebihan, berhenti merokok, berolahraga secara teratur, tidak mengkonsumsi minuman alkohol,serta mengurangi kafein yang berlebihan. Selain dari makanan seperti bayam, zat besi juga bisa didapatkan dari suplemen (Setiawan et al., 2018)
Pengobatan
Diuretik: Obat diuretik seperti hidroklorotiazid bekerja dengan meningkatkan pengeluaran air dan garam melalui urine, sehingga mengurangi jumlah cairan dalam tubuh dan menurunkan tekanan darah (Luh Sonya, 2019).
Beta-bloker: Obat beta-bloker seperti propranolol bekerja dengan memblokir reseptor beta-adrenergik di jantung dan pembuluh darah, mengurangi jumlah denyut jantung dan tekanan darah (Puspitasari et al., 2022).
ACE inhibitor: Obat ACE inhibitor seperti enalapril bekerja dengan menghambat enzim ACE, sehingga mengurangi produksi hormon angiotensin II yang menyebabkan pembuluh darah menyempit.
Akibatnya, pembuluh darah melebar dan tekanan darah menurun (Puspitasari et al., 2022).
ARB (Angiotensin II receptor blocker): Obat ARB seperti losartan bekerja dengan mengikat reseptor angiotensin II, sehingga mencegah efek vasoconstrictor angiotensin II dan menyebabkan pembuluh darah melebar, menurunkan tekanan darah (Luh Sonya, 2019).
Calcium channel blocker: Obat calcium channel blocker seperti amlodipin bekerja dengan menghambat aliran kalsium ke sel otot polos pada pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah melebar dan tekanan darah menurun (Puspitasari et al., 2022).
38 Universitas Aisyah Pringsewu
Vasodilator: Obat vasodilator seperti minoxidil bekerja dengan melebarkan pembuluh darah dan mengurangi resistensi aliran darah, sehingga menurunkan tekanan darah (Luh Sonya, 2019)
ANALISIS RESEP a. Resep
Gambar 4. 1 Resep Hipertensi b. Skrining Kelengkapan Resep
FORMULIR PENGKAJIAN RESEP
INDIKATOR YA TIDAK TINDAK LANJUT
Persyaratan Administratif
Nama Dokter √
No. SIP √
Alamat √
Paraf Dokter √
Tgl Resep √
Nama, Tgl Lahir/Umur Pasien √ Persyaratan Farmasetik
Nama Obat √
Bentuk Sediaan √
Dosis √
39 Universitas Aisyah Pringsewu
Jumlah Obat √
Aturan Pakai √
Persyaratan Klinis
Tepat Indikasi √
Tepat Dosis √
Tepat Waktu Penggunaan √
Tabel 4. 1 Formulir pengkajian resep kasus 1 c. Obat Dalam Resep
1. Candesartan
Indikasi
Candesartan digunakan untuk menangani hipertensi, serta untuk menangani gagal jantung pada orang dewasa (Drugs.Com, 2023)
Mekanisme
Candesartan bekerja dengan cara menghambat pengikatan angiotensin II ke reseptor angiotensin I pada jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan pelebaran pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar dan tekanan darah akan menurun (Drugs.Com, 2023)
Dosis
4, mg, 8 mg, 16 mg, 32 mg. Dosis dapat disesuaikan dengan respons tubuh pasien. (Drugs.Com, 2023)
Kontra indikasi
Adanya riwayat hipersensitivitas terhadap Candesartan. Selain itu, obat ini juga tidak disarankan pada ibu hamil dan ibu menyusui karena potensinya untuk menimbulkan abnormalitas pada janin/bayi.
Intraksi
Candesartan tidak memiliki intraksi dengan Amlodipin, Cefadroxil, dan Ambroxol (Medscape.com 2023).
Efek Samping
Efek samping candesartan dapat berupa hipotensi, pusing, penurunan fungsi ginjal, hiperkalemia, dan reaksi alergi seperti ruam kulit, urtikaria dan dapat menyebabkan cedera atau kematian pada janin yang sedang berkembang (Drugs.Com, 2023).
40 Universitas Aisyah Pringsewu 2. Amlodipin
Indikasi
Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan lini pertama hipertensi dan dapat digunakan sebagai agen tunggal untuk mengontrol tekanan darah pada sebagian besar pasien (Drugs.Com, 2023).
Mekanisme
Obat ini bekerja dengan cara melemaskan otot pembuluh darah. Dengan begitu, pembuluh darah akan melebar, darah dapat mengalir dengan lebih lancar, dan tekanan darah dapat menurun (Puspitasari et al., 2022).
Dosis
2.5 mg; 5 mg; 10 mg. Dosis dapat ditingkatkan berdasarkan kondisi dan respons pasien terhadap pengobatan. Dosis maksimal 10 mg 1 kali sehari (Drugs.Com, 2023).
Kontra indikasi
Kontraindikasi amlodipine adalah penggunaan pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap obat ini. Amlodipine juga sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan syok kardiogenik, stenosis aorta berat, angina tidak stabil, hipotensi berat, gagal jantung, dan gangguan hepar.
(Drugs.Com, 2023).
Intraksi
Amlodipin tidak memiliki intraksi dengan Cefadroxil, dan Ambroxol (Medscape.com 2023)
Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat adalah: Sakit kepala, pusing, mengantuk, debaran jantung, sakit perut, mual, edema, kelelahan (Puspitasari et al., 2022)
3. Cefadroxil
Indikasi
Tablet Cefadroxil merupakan antibiotik yang dugunakan untuk mengatasi infeksi saluran pernafasan, saluran kemih dan kelamin serta infeksi kulit dan jaringan lunak (Drugs.Com, 2023).
41 Universitas Aisyah Pringsewu
Mekanisme
Cefadroxil bekerja dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri sehingga bakteri tidak dapat bertahan hidup (Widyastuti et al., 2018)
Dosis
125 mg; 250 mg; 500 mg; 1000 mg (Drugs.Com, 2023).
Kontra indikasi
Kontraindikasi cefadroxil adalah penderita yang mengalami alergi terhadap golongan obat sefalosporin. Pemberian cefadroxil juga perlu diperhatikan pada penderita yang memiliki riwayat alergi terhadap golongan penisilin dan betalaktam (Drugs.Com, 2023).
Intraksi
Cefadroxil tidak memiliki intraksi dengan Candesartan, dan Ambroxol (Medscape.com 2023)
Efek Samping
Efek samping dari konsumsi cefadroxil dapat melibatkan saluran pencernaan, seperti mual, muntah, dan diare. Konsumsi cefadroxil juga dapat menyebabkan disfungsi hepar yang ditunjukkan dengan peningkatan enzim hepar, peningkatan LDH, kolestasis, dan gagal hepar.
Namun kondisi gagal hepar jarang terjadi (Widyastuti et al., 2018) 4. Ambroxol
Indikasi
Sebagai agen mukolitik pada gangguan saluran nafas akut dan kronis khususnya pada eksaserbasi bronkitis kronis dan bronkitis asmatik dan asma bronkial (Drugs.Com, 2023).
Mekanisme
Mekanisme kerja Ambroxol adalah dengan memecah serat mukopolisakarida pada dahak. Cara kerja tersebut akan membuat dahak menjadi lebih encer dan lebih mudah dikeluarkan saat batuk (Suprayitno, 2018).
42 Universitas Aisyah Pringsewu
Dosis
Dewasa dan anak di atas 12 tahun:1 tablet (30 mg) 2-3 kali sehari; Anak 6-12 tahun: 1/2 tablet 2-3 kali sehari (PIO Nas, 2023).
Kontra indikasi
Kontraindikasi ambroxol adalah adanya riwayat hipersensitivitas terhadap konsumsi ambroxol sebelumnya dan penggunaan pada pasien dengan riwayat ulkus peptikum (Drugs.Com, 2023).
Intraksi
miliki intraksi dengan Candesartan, Cefadroxil, dan Amlodipin (Medscape.com 2023)
Efek Samping
Beberapa efek samping yang dapat timbul setelah mengonsumsi obat ambroxol, yaitu: Mual atau muntah, dan diare (Suprayitno, 2018).
d. Kesimpulan Kasus Hipertensi
Penyakit hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Salah satu pencegahan dari penyakit ini adalah mengurangi konsumsi natrium, Sedangkan untuk pengobatannya biasanya dokter akan meresepkan obat antihipertensi. Terapi yang diberikan dokter untuk salah satu pasien hipertensi di Puskesmas pardasuka adalah Candesartan dan Amlodipin.
kombinasi kedua obat tersebut tidak menimbulkan intraksi, bahkan penelitian menyatakan bahwa pemberian Candesartan dan Amlodipin secara bersamaan mengurangi tekanan darah lebih banyak dibandingkan pemberian amlodipin tunggal (Kim et al., 2018). Resep yang dituliskan dokter untuk pasien hipertensi telah memenuhi persyaratan administratif, farmasetik dan klinik.
B. Kasus II (ISPA) - Pengertian ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan suatu penyakit infeksi menular yang bersifat akut serta dapat menyerang salah satu bagian atau
43 Universitas Aisyah Pringsewu lebih dari saluran napas itu sendiri yang dimulai dari hidung sampai ke
alveoli termasuk pelengkap (sinus, rongga telinga tengah dan pleura) (Widianti, 2020).
Menurut (World Health Organization/WHO), ISPA adalah penyakit yang berada pada saluran pernapasan akut yang dimana penyebabnya yaitu agen infeksius yang menimbulkan gejala dalam waktu tertentu. Namun, penyakit ISPA ini biasanya penularannya melalui droplet tetapi dapat berkontak langsung dengan tangan atau permukaan orang yang tertular juga bisa menulari penyakit ini terhadap orang lain. ISPA menjadi penyebab utamanya morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia ini. Hampir 4 juta orang meninggal karena ISPA setiap tahunnya. Selain itu juga, ISPA menjadi penyebab utamanya konsultasi atau pengobatan di rumah sakit pada fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya pada perawatan anak. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia (Widianti S, 2020).
- Epidimiologi ISPA
Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa jumlah kematian akibat penyakit ISPA pada balita di seluruh dunia menduduki urutan paling tinggi. Terdapat pada tingkat Under Five Mortality Rate (UFMR) bahwa penyakit ISPA berkisar 41/1000 anak sedangkan menurut tingkat Infant Mortality Rate (IFR) ISPA mencapai 45/1000 anak. Period prevalence lima provinsi di Indonesia dengan kasus ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,70%), Papua (31,10%), Aceh (30,00%), Nusa Tenggara Barat (28,30%) dan Jawa Timur (28,30%).
Karakteristik penduduk dengan ISPA tertinggi di Indonesia terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (25,80%) (Suhada et al., 2023).
- Etiologi ISPA
Etiologi ISPA sendiri disebabkan oleh 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri yang menyebabkan ISPA termasuk diantaranya Genus streptokokus, Pneumokokus, Bordetella, Corinebacterium dan Hemofilus. Sedangkan virus penyebab ISPA antara lain: golongan
44 Universitas Aisyah Pringsewu Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Mikoplasma, Hervesvirus dll.
Etiologi ISPA dapat berasal dari berbagai penyebab, termasuk (Didin, 2016):
Virus: Virus seperti rhinovirus, adenovirus, influenza virus, coronavirus, dan respiratory syncytial virus (RSV) adalah penyebab umum ISPA
Bakteri: Bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Mycoplasma pneumoniae dapat menyebabkan ISPA.
Jamur: Jamur seperti Aspergillus dan Pneumocystis jirovecii dapat menyebabkan ISPA pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah
Faktor lain: Polusi udara, asap rokok, debu, alergi, dan paparan zat iritan lainnya juga dapat memicu ISPA
- Patofisiologi ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) seringkali terjadi oleh adanya suatu partikel udara (droplet) yang dimana didalamnya mengandung banyak mikroorganisme yang telah terhirup dan kemudian masuk ke dalam tubuh manusia. Mikroorganisme tersebut kemudian masuk ke dalam saluran pernapasan manusia sehingganya mengakibatkan suatu gejala infeksi saluran pernapasan seperti batuk, pilek, demam dan lainnya. Infeksi saluran pernapasan pada manusia juga dapat disebabkan oleh adanya penyakit menular yang dimana cara penularannya berbeda- beda. ISPA melibatkan proses infeksi dan peradangan pada saluran pernapasan. Ketika agen penyebab ISPA masuk ke saluran pernapasan, mereka dapat menempel pada sel-sel di mukosa dan menginfeksi sel-sel tersebut. Infeksi ini menyebabkan pelepasan zat peradangan dan respons imun tubuh untuk melawan infeksi. Proses peradangan ini dapat menyebabkan pembengkakan dan peningkatan produksi lendir, yang menyebabkan gejala seperti batuk, pilek, dan sesak napas (Fretes et.al., 2020).