• Tidak ada hasil yang ditemukan

IGA MAWARNI PKL FIXXX

Mawar Iga

Academic year: 2024

Membagikan "IGA MAWARNI PKL FIXXX"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) DI UPTD PUSKESMAS PARDASUKA

KABUPATEN PRINGSEWU

OLEH IGA MAWARNI NPM : 200106144

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

TAHUN 2023

(2)

i Universitas Aisyah Pringsewu HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) DI PUSKESMAS PARDASUKA KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh Iga Mawarni NPM 200106144

Program Studi S1 Farmasi

Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk

Komprehensif Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Tim Pembimbing Apoteker Pembimbing Lahan

(apt. Muzaroah, S.Farm)

Dosen Pembimbing Internal

(apt. Ahmad Bayu Satriawan, M.S. Farm) NIDN. 0208059601

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 Farmasi

(apt. Mida Pratiwi,M.Farm) NIDN. 0223019501

(3)

ii Universitas Aisyah Pringsewu KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah serta shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Puskesmas Pardasuka yang telah dilaksanakan pada tanggal 09 Oktober sampai dengan 04 November 2022.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan laporan ini. Penulis berharap laporan ini memberikan banyak manfaat dan pengetahuan serta wawasan disiplin ilmu bagi kita semua. Selama pelaksanaan dan penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL), penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk, saran dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat yang mendalam, Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Sukarni, S. ST,. M.Kes selaku Ketua Yayasan Aisyah Lampung

2. Wisnu Prabo Wijayanto, S.Kep., Ners.,MAN selaku Rektor Universitas Aisyah Pringsewu Lampung

3. Rini Palupi S.Kep., Ners. M.Kep selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu Lampung

4. apt. Mida Pratiwi, M.Farm selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi 5. apt. Muzaroah.,S.Farm selaku Pembimbing Lahan Praktik

6. apt. Ahmad Bayu Satriawan, M.S.Farm selaku Pembimbing Internal

7. Kedua orang tua penulis yang sudah mendukung dan memberikan semangat dalam segala hal urusan perkuliahan

8. Sahabat dan teman (Nabili, Fitria, Arema, Regita, Iga Putris) yang selalu ada menemani penulis dan memberikan dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan tepat waktu

Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan serta bantuan yang telah di berikan dan semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Pringsewu, 11 November 2023 Penulis

Iga Mawarni

(4)

iii Universitas Aisyah Pringsewu DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan PKL ... 2

1.3 Manfaat PKL ... 3

1.4 Waktu dan Lokasi PKL ... 3

BAB II TINJAUAN UMUM ... 4

2.1 Pengertian Puskesmas ... 4

2.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas ... 4

2.3 Tujuan Puskesmas ... 5

2.4 Persyaratan Puskesmas ... 6

2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker dan Asisten Apoteker ... 10

2.6 Pengelolaan Puskesmas ... 12

2.7 Pelayanan Puskesmas ... 17

2.8 Peraturan dan Perundang – Undangan Puskesmas ... 22

BAB III TINJAUAN KHUSUS ... 23

3.1 Gambaran Umum Puskesmas Pardasuka ... 23

3.2 Tata Ruang ... 25

3.3 Stuktur Organisasi ... 25

3.4 Kegiatan Puskesmas ... 26

3.5 Pengelolaan ... 28

BAB IV PEMBAHASAN ... 32

4.1 Kegiatan/Pengalaman PKL ... 32

4.2 Tugas Kasus ... 34

A. Kasus I (Hipertensi) ... 34

(5)

iv Universitas Aisyah Pringsewu

B. Kasus II (ISPA) ... 42

C. Kasus III (Gastritis) ... 50

D. Kasus IV (Diabetes Mellitus) ... 58

E. Kasus V (Reumatoid Arthritis) ... 67

BAB V PENUTUP ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN ... 80

(6)

v Universitas Aisyah Pringsewu DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Peta Puskesmas Pardasuka ... 23

Gambar 3. 2 Tata ruang Puskesmas Pardasuka ... 25

Gambar 3. 3 Stuktur organisasi Puskesmas Pardasuka ... 25

Gambar 4. 1 Resep Hipertensi ... 38

Gambar 4. 2 Resep ISPA ... 46

Gambar 4. 3 Resep Gasrtritis ... 54

Gambar 4. 4 Resep DM ... 62

Gambar 4. 5 Resep Reumatoid Athritis ... 70

(7)

vi Universitas Aisyah Pringsewu DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Formulir pengkajian resep kasus 1 ... 39

Tabel 4. 2 Formulir pengkajian resep kasus 2 ... 47

Tabel 4. 3 Formulir pengkajian resep kasus 3 ... 55

Tabel 4. 4 Formulir pengkajian resep kasus 4 ... 63

Tabel 4. 5 Formulir pengkajian resep kasus 1 ... 71

(8)

vii Universitas Aisyah Pringsewu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rak penyimpanan tablet di apotek Puskesmas ... 80

Lampiran 2 Rak penyimpanan syrup di apotek Puskesmas ... 80

Lampiran 3 Etiket obat Puskesmas Pardasuka ... 81

Lampiran 4 Ruang pendaftaran ... 81

Lampiran 5 Ruang tunggu ... 82

Lampiran 6 Meja racik ... 82

(9)

viii Universitas Aisyah Pringsewu DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Singkatan Nama Pemakaian

Pertama Kali Pada Halaman

PKL Praktik kerja lapangan 1

PUSKESMAS Pusat kesehatan masyarakat 1

UKM Upaya kesehatan masyarakat 1

UKP Upaya kesehatan perseorangan 1

SUTT Saluran udara tegangan tinggi 7

SUTET Saluran udara tegangan ekstra tinggi 7

SOP Standar operational procedur 10

DOEN Daftar obat essensial nasional 13

LPLPO Laporan pemakaian dan lembar

permintaan obat

13

UGD Unit gawat darurat 15

BPOM Badan pengawas obat dan makanan 15

PIO Pelayanan informasi obat 18

MESO Monitoring efek samping obat 20

PTO Pemantauan terapi obat 21

UPTD Unit pelaksanaan teknis dinas 23

KIA Kesehatan ibu dan anak 25

KB Keluarga berencana 25

ISPA Infeksi saluran pernafasan atas 27

DBD Demam berdarah 27

TB Tubercolosis 27

WHO World health organization 36

ACE Angiotensin converting enzyme 36

ARB Angiotensin receptor blocker 37

COX Siklooksigenase 49

MAO Monoamine oksidase 50

PPI Proton pump inhibitor 54

DM Diabetes mellitus 60

IDF International diabetes federation 60

ICA Islet cel antibody 61

CMV Citomegalo virus 61

IGT Impaired glucose tolerance 61

DHEA Dehidropiandrosteron 69

RA Rumatoid arthistis 70

DMARD Desease modifying anti rheumatic drugs

71

OAINS Obat anti inflamasi non steroid 74

(10)

1 Universitas Aisyah Pringsewu BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Setiap kegiatan yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga mencapai derajat kesehatan yang ideal bagi masyarakat disebut dengan upaya kesehatan. Salah satu upaya dalam bidang kesehatan yaitu dikeluarkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SKI/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas menjadi fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, yang dilaksanakan secara menyeluruh (Permenkes, 2016).

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dengan penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya yaitu salah satu kegiatannya menyelenggarakan pelayanan kefarmasian hal ini sesui dengan Permenkes No 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Pelayanan kefarmasian Puskesmas tidak lepas dari penyelenggaraan upaya kesehatan yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas berperan sebagai unit pelayanan kesehatan dalam penyampaian data dan informasi obat, serta pengelolaan obat (kegiatan, perencanaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan, dan evaluasi). Obat dan perbekalan kesehatan harus ditangani secara efektif untuk memastikan tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat pendistribusi, tepat penggunaan, dan tepat kualitas di setiap unit (Kementerian Kesehatan, 2010)

Pendidikan kesehatan menjadi bagian penting dalam pengembangan upaya kesehatan, hal ini dikarenakan pendidikan kesehatan dapat mencetak sumber daya

(11)

2 Universitas Aisyah Pringsewu manusia yang berkualitas dan bermutu sehingga mampu mengemban tugas untuk

mewujudkan perubahan, pertumbuhan dan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat.

Salah satu institusi pendidikan yang menyediakan Progam Studi Farmasi khususnya di Kabupaten Pringsewu adalah Universitas Aisyah Pringsewu. Untuk menghasilkan tenaga kesehatan di bidang Farmasi yang mampu bekerja dalam sistem pelayanan kesehatan dengan terampil, terlatih dan dapat mengembangkan, Universitas Aisyah Pringsewu mengadakan program peningkatan proses belajar melalui Praktek Kerja Lapangan (PKL). Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan ini mahasiswa akan mendapat kesempatan untuk mengembangkan cara berpikir, menambah ide-ide yang berguna dan dapat menambah pengetahuaan, sehingga dapat menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab mahasiswa terhadap apa yang ditugaskan kepadanya (Fitriana, 2009).

1.2 Tujuan PKL

1. Praktik kerja Lapangan (PKL) bertujuan agar siswa dapat mengaplikasikan kompetensi yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan pada dunia kerja sesuai dengan kondisi sebenarnya di tempat kerja.

2. Meningkatkan kualitas kompetensi lulusan bagi sarjana farmasi sebagai tenaga teknis kefarmasian (TTK).

3. Melaksanakan capaian pembelajaran Praktik Kerja Lapangan (PKL).

4. Melatih mahasiswa dalam menjalin kerjasama dengan lahan praktik sehingga dapat membentuk lulusan sarjana farmasi yang memiliki sikap, pengetahuam, dan keterampilan professional yang dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai care giver, educator, communicator, leader, decision maker, mananger, life-long learner, personal & professional responsibilities, scientific compherension & research abilities yang menjunjung tinggi nilai-nilai akhlakul karimah.

(12)

3 Universitas Aisyah Pringsewu 1.3 Manfaat PKL

1. Memberikan pengetahuan kepada Mahasiswa mengenai kegiatan kefarmasian khususnya di Puskesmas.

2. Mengembangkan dan menerapkan disiplin ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah pada unit-unit pelayanan farmasi pada masyarakat sesuai dengan profesinya.

3. Melatih dan mempersiapkan mahasiswa sebagai calon Tenaga kesehatan Kefaramasian yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, inisiatif dan memiliki etos kerja yang tinggi serta bertanggung jawab.

4. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional (dengan tingkat pengetahuan ketrampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja) sehingga dapat membantu mengupayakan kesejahteraan kesehatan di masyarakat.

5. Bahan eavaluasi untuk merevisi kurikulum yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

1.4 Waktu dan Lokasi PKL

Praktik kerja lapangan (PKL) dilaksanakan mulai tanggal 09 Oktober dan berakhir pada tanggal 04 November 2023 di UPTD Puskesmas Pardasuka Kabupaten Pringsewu.

(13)

4 Universitas Aisyah Pringsewu BAB II

TINJAUAN UMUM 2.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Permenkes, 2016)

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya.

Puskesmas juga merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan bagi masyarakat karena cukup efektif membantu masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama dengan standar pelayanan kesehatan. Puskesmas juga merupakan kesatuan organisasi kesehatan fungsional, pusat pengembangan kesehatan masyarakat, serta memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Puskesmas mempunyai wewenang dan tangung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya (Sanah, 2017).

2.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas 1. Tugas Puskesmas

Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

Selain itu, puskesmas juga mempunyai tugas untuk menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat

(14)

5 Universitas Aisyah Pringsewu pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif

(Luthfia & Alkhajar, 2019).

2. Fungsi Puskesmas

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, yang menyebutkan Puskesmas sebagai Sarana kesehatan yang melayani langsung masyarakat memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) tingkat pertama di wilayah kerjanya.

2. Upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama yang mengedepankan upaya pencegahan (preventif) dan promotif untuk mencapai tujuan pembangunan di bidang kesehatan yaitu meraih derajat kesehatan masyarakat.

Puskesmas juga berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan (T Ivana et al., 2020)

Fungsi puskesmas bukan saja persoalan teknis medis tetapi juga berbagai keterampilan sumber daya manusia yang mampu mengorganisir model sosial yang ada di masyarakat, juga sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat di wilayah terkecil dan membutuhkan strategi dalam hal pengorganisasian masyarakat untuk terlibat dalam penyelenggaraan kesehatan secara mandiri (Sanah, 2017).

2.3 Tujuan Puskesmas

Tujuan utama dari Puskesmas adalah menyediakan layanan kesehatan yang bermutu, namun dengan biaya yang relatif terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat ekonomi menengah kebawah (Nasution et al., 2022).

(15)

6 Universitas Aisyah Pringsewu Berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43

Tahun 2019 Tujuan Puskesmas adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan kesehatan melalui penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

2. Memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.

3. Memberikan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.

2.4 Persyaratan Puskesmas

Berdasarkan Permenkes No. 43 Tahun 2019 pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.

1. Persyaratan Lokasi Puskesmas a. Geografis

Puskesmas tidak didirikan di lokasi berbahaya, yaitu:

1. Tidak di tepi lereng.

2. Tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor.

3. Tidak dekat anak sungai, sungai atau badan air yang dapat mengikis pondasi.

4. Tidak di atas atau dekat dengan jalur patahan aktif.

5. Tidak di daerah rawan tsunami.

6. Tidak di daerah rawan banjir.

7. Tidak dalam zona topan.

8. Tidak di daerah rawan badai, dan lain-lain (Permenkes, 2019)

(16)

7 Universitas Aisyah Pringsewu b. Aksesibilitas untuk jalur transportasi

Puskesmas didirikan di lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat diakses dengan mudah menggunakan transportasi umum (Permenkes, 2019).

c. Kontur Tanah

Kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada perencanaan struktur, dan harus dipilih sebelum perencanaan awal dapat dimulai.

Kontur tanah juga berpengaruh terhadap perencanaan sistem drainase, kondisi jalan terhadap tapak bangunan dan lain-lain (Permenkes, 2019).

d. Fasilitas parkir

Perencanaan prasarana parkir cukup penting karena prasarana parkir kendaraan akan menyita banyak lahan. Kapasitas parkir harus memadai, menyesuaikan dengan kondisi lokasi, sosial dan ekonomi daerah setempat (Permenkes, 2019).

e. Fasilitas Keamanan

Perancangan dan perencanaan prasarana keamanan sangat penting untuk mendukung pencegahan dan penanggulangan keamanan minimal menggunakan Pagar (Permenkes, 2019).

f. Ketersediaan utilitas publik

Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan membutuhkan air bersih, pembuangan air kotor/limbah, listrik, dan jalur telepon. Pemerintah daerah harus mengupayakan utilitas tersebut selalu tersedia untuk kebutuhan pelayanan (Permenkes, 2019).

g. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan

Puskesmas harus menyediakan fasilitas khusus untuk pengelolaan kesehatan lingkungan antara lain air bersih, pengelolaan limbah B3 serta pemantauan limbah gas/udara dari emisi incinerator dan genset (Permenkes, 2019).

(17)

8 Universitas Aisyah Pringsewu h. Kondisi lainnya

Puskesmas tidak didirikan di area sekitar Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) (Permenkes, 2019).

2. Persyaratan Bangunan Puskesmas

Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang meliputi:

a. Persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja, serta persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –undangan.

b. Bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain

Menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam memberi pelayanan bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan khusus, anak-anak dan lanjut usia (Permenkes, 2019).

3. Persyaratan Prasarana Puskesmas

Berdasarkan (Permenkes, 2019) Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri atas:

a. Sistem penghawaan (ventilasi) b. Sistem pencahayaan

c. Sistem sanitasi d. Sistem kelistrikan e. Sistem komunikasi f. Sistem gas medik g. Sistem proteksi petir h. Sistem proteksi kebakaran i. sistem pengendalian kebisingan

j. Sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai;

k. Kendaraan Puskesmas keliling l. Kendaraan ambulans

(18)

9 Universitas Aisyah Pringsewu 4. Persyaratan Peralatan Kesehatan Puskesmas

Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan:

a. Standar mutu, keamanan, keselamatan

b. Memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundangundangan c. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan

pengkalibrasi yang berwenang (Permenkes, 2019).

5. Persyaratan Ketenagaan Puskesmas

Sumber daya manusia Puskesmas menurut (Permenkes, 2019) terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan, adapun persyaratanya adalah sebagai berikut:

a. Jenis Tenaga Kesehatan paling sedikit terdiri atas: dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian.

b. Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.

c. Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.

6. Persyaratan Kefarmasian Puskesmas

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian (Permenkes, 2019)

(19)

10 Universitas Aisyah Pringsewu 7. Persyaratan Laboratorium Puskesmas

Pelayanan laboratorium di Puskesmas harus memenuhi kriteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan (Permenkes, 2019).

2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker dan Asisten Apoteker 1. Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No 13 Tahun 2021 tentang Jabatan Fungsional Apoteker. Menyatakan bahwa tugas jabatan fungsional Apoteker yaitu melaksanakan Praktik Kefarmasian yang meliputi penyusunan rencana Praktik Kefarmasian, pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, pelayanan farmasi klinik, sterilisasi sentral, pelayanan farmasi khusus, serta penerapan kajian farmakoekonomi dan uji klinik.

Adapun tugas Apoteker berdasarkan PP No 51 Th 2009 adalah sebagai berikut :

a. Melakukan pekerjaan kefarmasian (pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional).

b. Membuat dan memperbaharui SOP (Standard Operational Procedure).

c. Harus memenuhi ketentuan cara distribusi yang baik yang ditetapkan oleh menteri saat melakukan pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau penyaluran sediaan farmasi, termasuk pencatatan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses distribusi atau penyaluran sediaan farmasi.

(20)

11 Universitas Aisyah Pringsewu d. Apoteker wajib menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika

kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Selain tugas, tanggung jawab seorag Apoteker juga diatur dalam PP No 51 Th 2009, tanggung jawab tersebut antara lain adalah sebagai berikut : a. Melakukan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sediaan farmasi dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, juga untuk melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan sediaan farmasi yang tidak tepat dan tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan. Pelayanan kefarmasian juga ditujukan pada perluasan dan pemerataan pelayanan kesehatan terkait dengan penggunaan farmasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

b. Menjaga rahasia kefarmasian yang menyangkut proses produksi, distribusi dan pelayanan dari sediaan farmasi termasuk rahasia pasien.

c. Tenaga kefarmasian dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Menerapkan standar pelayanan kefarmasian dalam menjalankan praktek kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian.

e. Wajib menyelenggarakan program kendali mutu dan kendali biaya, yang dilakukan melalui audit kefarmasian.

f. Menegakkan disiplin dalam menyelenggarakan pekerjaan kefarmasian yang dilakukan sesuai dengan ketentuan aturan perundang-undangan.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Apoteker

Asisten Apoteker mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan kefarmasian yang meliputi penyiapan rencana kerja kefarmasian, pengelolaan perbekalan farmasi, dan penyiapan pelayanan farmasi klinik

(21)

12 Universitas Aisyah Pringsewu (PMK No. 376/MENKES/PER/V/2009 tentang Petunjuk Teknis Jabatan

Fungsional Asisten Apoteker dan Angka Kreditnya).

Adapun rincian tugas asisten Apoteker adalah sebagai brikut :

a. Mengumpulkan bahan-bahan atau data-data dari berbagai sumber/acuan dalam rangka penyiapan rencana kegiatan kefarmasian.

b. Mengumpulkan data-data dalam rangka perencanaan perbekalan farmasi.

c. Menimbang dan atau mengukur bahan baku dalam rangka produksi sediaan farmasi non steril.

d. Menyiapkan ruangan, peralatan, dan bahan-bahan untuk kegiatan produksi dalam rangka produksi sediaan farmasi steril.

e. Mengemas alat-alat dalam rangka Sterilisasi Sentral

f. Menerima dan memeriksa perbekalan farmasi dalam rangka penerimaan perbekalan farmasi.

g. Menyimpan perbekalan farmasi dalam rangka penyimpanan perbekalan farmasi.

h. Menerima dan menyeleksi persyaratan administrasi resep serta menghitung harga obatnya dalam rangka Dispensing Resep Individual.

2.6 Pengelolaan

Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan Farmasi yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan (Permenkes, 2016).

(22)

13 Universitas Aisyah Pringsewu Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

berdasarkan Permenkes No 26 Tahun 2020 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi :

a. Perencanaan Kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:

1. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang mendekati kebutuhan.

2. Meningkatkan penggunaan Obat secara rasional.

3. Meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.

Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di Puskesmas. Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi Obat periode sebelumnya, data mutasi Obat, dan rencana pengembangan. Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional.

Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan. Proses perencanaan kebutuhan Obat per tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan Obat Puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.

(23)

14 Universitas Aisyah Pringsewu b. Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.

c. Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu.

Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Masa kedaluarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.

d. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

(24)

15 Universitas Aisyah Pringsewu Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Bentuk dan jenis sediaan.

2. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban

3. Kudah atau tidaknya meledak/terbakar.

4. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

e. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.

Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.

Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:

1. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas 2. Puskesmas Pembantu

3. Puskesmas Keliling 4. Posyandu

5. Polindes

Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian Obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan Obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).

(25)

16 Universitas Aisyah Pringsewu f. Pemusnahan dan penarikan

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai bila:

1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu 2. Telah kedaluarsa

3. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan

4. Dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri dari:

1. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan.

2. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan.

3. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait

4. Menyiapkan tempat pemusnahan.

5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.

g. Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan

(26)

17 Universitas Aisyah Pringsewu sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak

terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat. Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:

1. Pengendalian persediaan.

2. Pengendalian penggunaan.

3. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kedaluarsa.

h. Administasi

Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:

1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai telah dilakukan.

2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian.

3. Sumber data untuk pembuatan laporan.

i. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:

1. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan.

2. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai.

3. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

2.7 Pelayanan Puskesmas

Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam bentuk upaya kesehatan pokok.

Pelayanan kesehatan lain yang perlu dipertmbangkan adalah pelayanan gawat

(27)

18 Universitas Aisyah Pringsewu darurat, pelayanan dokter spesialis, pengembangan inovasi program kesehatan

seperti: program imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat, peningkatan gizi dan keluarga.

Dalam bidang kefarmasian, Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat. Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, memberikan Pelayanan kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas, keamanan dan efisiensi obat.Pelayanan farmasi klinik berdasarkan (Permenkes No 74 Tahun 2016) meliputi:

a. Pengkajian dan pelayanan Resep

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi:

1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.

2. Nama, dan paraf dokter.

3. Tanggal resep.

4. Ruangan/unit asal resep.

Persyaratan farmasetik meliputi:

1. Bentuk dan kekuatan sediaan.

2. Dosis dan jumlah obat.

3. Stabilitas dan ketersediaan.

4. Aturan dan cara penggunaan.

5. Inkompatibilitas (ketidak campuran obat) Persyaratan klinis meliputi:

1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat.

2. Duplikasi pengobatan.

3. Alergi, interaksi dan efek samping obat.

4. Kontra indikasi.

5. Efek adiktif.

(28)

19 Universitas Aisyah Pringsewu Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat

merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai pendokumentasian.

b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan:

1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain di lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.

2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat (contoh: kebijakan permintaan obat oleh jaringan dengan mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang memadai).

3. Menunjang penggunaan obat yang rasional.

Kegiatan:

1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan pasif.

2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka.

3. Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.

4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta masyarakat.

5. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan Bahan Medis Habis Pakai.

6. Mengoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.

(29)

20 Universitas Aisyah Pringsewu c. Konseling

Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat.

Kegiatan:

1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.

2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka, misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari obat tersebut, dan lain- lain.

3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat 4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien,

mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

d. Ronde/Visite Pasien

Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain. Tujuanya adalah:

1. Memeriksa obat pasien.

2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan obat dengan mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.

3. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan obat.

4. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam terapi pasien. Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan, pembuatan dokumentasi dan rekomendasi.

(30)

21 Universitas Aisyah Pringsewu e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis. Tujuanya adalah sebagai berikut:

1. Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang.

2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.

Kegiatan:

1. Menganalisis laporan efek samping obat.

2. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping obat.

3. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

4. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Tujuannya adalah untuk mendeteksi masalah yang terkait dengan obat dan memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan obat. Kriteria pasien yang perlu mendapatkan pemantauan terai obat antara lain : Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui; pasien yang menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis; adanya multidiagnosis; pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati, dan pasien yang menerima obat dengan indeks terapi sempit.

g. Evaluasi Penggunaan Obat

Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).

(31)

22 Universitas Aisyah Pringsewu Tujuannya adalah:

1. Mendapatkan gambaran pola penggunaan obat pada kasus tertentu.

2. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan obat tertentu.

2.8 Peraturan dan Perundang – Undangan Puskesmas

A. Permenkes 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat mencabut:

- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676); dan

- Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428 / Menkes / SK / XII /2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas, sepanjang yang mengatur mengenai persyaratan lokasi Puskesmas, persyaratan bangunan Puskesmas, dan prasarana Puskesmas

B. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.

(32)

23 Universitas Aisyah Pringsewu BAB III

TINJAUAN KHUSUS 3.1 Gambaran Umum Puskesmas Pardasuka

Gambar 3. 1 Peta Puskesmas Pardasuka

Luas wilayah kerja UPTD Puskesmas Pardasuka adalah 36,01 km2 , terletak di ibu kota kecamatan dengan jarak terjauh antara pekon dan ibu kota ± 11 km , dengan waktu tempuh perjalanan ± 60 menit. Sedangkan jarak antara ibu kota Kecamatan dengan ibu kota Kabupaten ± 17 km. Batas wilayah Kecamatan Pardasuka adalah sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pringsewu

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bulok Sukamara Kabupaten Tanggamus.

 Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pugung

 Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran

Dalam mengembangan upaya kesehatan, Puskesmas pardasuka memiliki visi, misi serta tata nilai yang menjadi suatu pedoman dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

(33)

24 Universitas Aisyah Pringsewu Adapun visi, misi serta tata nilai Puskesmas Pardasuka adalah sebagai

berikut : Visi :

Puskesmas Pardasuka Menjadi Puskesmas yang mampu memberikan pelayanan kesehatan dasar bermutu, berkualitas, merata dan berkeadilan.

Misi:

1. Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang prima dan berkualitas.

2. Pemerataan upaya pelayanan kesehatan.

3. Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia dan berakhlak mulia.

4. Mengembangkan sistem keuangan, informasi dan pemasaran UPTD Puskesmas.

Tata Nilai :

TATA NILAI INTERNAL PUSKESMAS “CERMATI”

1. Cepat : Cepat dalam melayani pasien

2. Efisien : Tidak menyia-nyiakan waktu yang ada 3. Ramah : Menghargai dan menghormati hak pasien 4. Melayani : Melayani sesuai dengan SOP

5. Aman : Memberikan rasa aman dalam mengkomunikasikan setiap tindakan

6. Tepat : Tepat dalam melakukan tindakan

7. Inovasi : Berkarya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

(34)

25 Universitas Aisyah Pringsewu 3.2 Tata Ruang

Gambar 3. 2 Tata ruang Puskesmas Pardasuka

Tata ruang di Puskesmas Pardasuka diawali dengan pintu masuk menghadap ke timur, kemudian terdapat ruang tunggu pasien, dan pendaftaran. Ruang lainya yang terdapat di Puskesmas Pardasuka adalah: ruang tata usaha, ruang KUPT, ruang bendahara, rekam medis, ruang prolanis, BP umum, BP gigi, laboratorium umum, ruang KIA dan KB, PAAL konselimg, ruang Gizi, Apotek, serta ruang gudang obat.

3.3 Stuktur Organisasi

Struktur organisasi Puskesmas Pardasuka mengacu pada peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 75 tahun 2014, adapun stuktur tersebut yaitu sebagai berikut:

Gambar 3. 3 Stuktur organisasi Puskesmas Pardasuka

Struktur organisasi yang diterapkan di Puskesmas Pardasuka sudah sesuai dengan regulasi peraturan yaitu berlaku yaitu Permenkes No.75 tahun 2014

(35)

26 Universitas Aisyah Pringsewu tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang minimal terdiri dari

Kepala Puskesmas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Penanggung Jawab Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), Penanggung jawab Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP), Kefarmasian dan Laboratorium serta Penanggung jawab jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan.

3.4 Kegiatan Puskesmas

Kegiatan yang dilakukan di Puskesmas Pardasuka meliputi Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan. Adapun penjelasan mengenai kegiatan – kegianatn tersebut adalah sebagai berikut :

A. Upaya Kesehatan Perseorangan 1) Pemeriksaan Dokter umum

Pelayanan pemeriksaan umum dilakukan oleh dokter umum puskesmas yang berjumlah 2 orang di ruangan poli umum. Pasien umum perhari berjumlah 40 - 60 orang

2) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut

Pelayanan pemeriksaan umum dilakukan oleh dokter gigi Puskesmas dibantu dengan 1 orang perawat.

3) Pelayanan gizi

Pelayanan gizi dilakukan oleh nutrisionis di ruangan gizi, yaitu meliputi pengukuran tinggi badan dan berat badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas (bumil), pemberian vitamin A dan tablet Fe, dan pemberian konseling gizi.

4) Pelayanan laboratorium

Pelayanan laboratorium dilakukan oleh 1 orang tenaga analis kesehatan dan dibantu dengan perawat diruang laboratorium Puskesmas.

5) Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan kefarmasian dilakukan oleh tenaga farmasi (apoteker dan asisten apoteker) di ruangan obat, yaitu semua pasien yang

(36)

27 Universitas Aisyah Pringsewu berkunjung, setelah dilakukan pemeriksaan, maka pasien akan

diberi obat disertai dengan informasi penggunaan obat.

B. Upaya Kesehatan Masyarakat 1. Promosi kesehatan

Promosi kesehatan dilakukan di puskesmas, posyandu dan sekolah di wilayah kerja Puskesmas, dan dilakukan oleh petugas penyuluh yang bekerjasama dengan petugas posyandu.

2. Kesehatan lingkungan

Kesehatan lingkungan dilakukan oleh petugas pemegang program kesehatan lingkungan, program ini dilakukan melaiui pengawasan kebersihan dan kesehatan lingkungan di puskesrnas dan di wiliayah kerja puskesmas.

3. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit dilakukan oleh penanggung jawab program ISPA, DBD, Diare, TB, HIV/AIDS.

Kegiatan dilakukan melalui pendataan, pencatatan dan pelaporan, dan juga home visit.

4. Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM

Pelayanan KIA dan KB bersifat UKM dilakukan di posyandu – posyandu dan lingkungan-lingkungan di wilayah kerja puskesmas.

C. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan 1. Pelayanan kesehatan olahraga

Pelayanan kesehatan olah raga dilakukan bekerjasama dengan program prolanis (PTM), yaitu dilakukan senam di puskesmas setiap hari jum‟at.

2. Pelayanan kesehatan lansia

Pelayanan kesehatan pada usia lanjut dilakukan di puskesmas dan posyandu lansia. Pelayanan meliputi pemeriksaan kesehatan dan pengobatan.

(37)

28 Universitas Aisyah Pringsewu 3.5 Pengelolaan

Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional.

A. Perencanaan Sediaan Farmasi

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

B. Permintaan Sediaan Farmasi

Tujuan permintaan Sediaan Farmasi adalah memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi di Puskesmas sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.

Alur permintaan adalah sebagai berikut : Pihak gudang

Membuat surat permintaan

Kepala puskesmas

Dinas kesehatan

Jadwal pengiriman

(38)

29 Universitas Aisyah Pringsewu C. Penerimaan Sediaan Farmasi

Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.

Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap Sediaan Farmasi, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Alur Penerimaan adalah sebagai berikut :

D. Penyimpanan Sediaan Farmasi

Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang

Dinas kesehatan

Pengiriman obat

Pihak Puskesmas

Instalasi Farmasi

Dimasukan ke Gudang

Disimpan Menurut bentuk dan ditata menurut Abjad serta dipisahkan menurut tanggal

kedaluarsa

(39)

30 Universitas Aisyah Pringsewu diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun

kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Di puskesmas ini obat-obatan disimpan di rak berdasarkan Abjad.

Untuk obat khusus yamg memerlukan suhu dingin disimpan didalam kulkas. Lemari khusus juga disiapkan untuk obat Narkotika dan Psikotropika, lamari ini dipisahkan dari obat-obat lainnya.

E. Pendistribusian Sediaan Farmasi

Pendistribusian Sediaan Farmasi merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.

Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya dalam pendistribusian antara lain Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;

Puskesmas Pembantu; Puskesmas Keliling; Posyandu; dan Polindes.

F. Penarikan dan Pemunasnahan

Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall).

Sedangkan untuk pemusnahan sediaan farmasi dilakukan dengan tahapan berikut :

1. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan;

2. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;

3. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait;

4. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan

5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.

(40)

31 Universitas Aisyah Pringsewu G. Pengendalian Sediaan Farmasi

Pengendalian Sediaan Farmasi adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.

Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:

1. Pengendalian persediaan;

2. Pengendalian penggunaan; dan

3. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa H. Administrasi

Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi, baik Sediaan Farmasi yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.

I. Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Sediaan Farmasi

Monitoring dan evaluasi pengelolaan obat bertujuan untuk mengendalikan ketidaksesuaian atau kekeliruan dalam pengelolaan obat.

Monitoring dan evaluasi dilakukan secara periodik terhadap stok obat yaitu dengan cara membandingkan jumlah yang tertulis pada kartu stok dengan jumlah sebenarnya yang ada.

(41)

32 Universitas Aisyah Pringsewu BAB IV

PEMBAHASAN 4.1 Kegiatan/Pengalaman PKL

Adapun kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) di UPTD Puskesmas pardasuka adalah sebagai berikut :

1. Mempelajari Alur Pelayanan Obat Alur pelayanan obat

2. Skrining Resep

Pasien datang membawa resep setelah berkonsultasi dengan dokter, langkah selanjutnya kami akan melakukan skrining resep yang meliputi skrining administratif, skrining farmasetis, dan skrining klinis.

Pasien datang membawa resep

Resep terbaca dengan jelas Konsultasi kepenulisan resep

Menyiapkan obat sesuai resep (prinsip 4T 1W)

Bila obat bentuk puyer maka beritahu pasien untuk menunggu dan segera buat

puyer

Beri etiket sesuai petunjuk dalam resep dengan lengkap

Panggil pasien dan serahkan obat disertai petunjuk

Dikemas dan diteliti kembali sebelum diserahkan

Mencatat obat yang keluar

(42)

33 Universitas Aisyah Pringsewu a. Skrining administratif.

Skrining administratif berguna untuk menghindari kesalahan penulisan resep maupun pemalsuan resep dengan melihat ada tidaknya Nama, SIP dan alamat dokter, ada tidaknya tanda tangan/paraf dokter penulis resep. Ada tidaknya nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien (jika perlu).

b. Skrining farmasetis

Skrining farmasetis merupakan kegiatan menyesuaian kondisi pasien dengan bentuk sediaan dan besaran dosis yang akan diberikan. Benar salahnya Nama obat, sesuai tidaknya potensi obat, serta jelas tidaknya cara pemakaian untuk pasien.

c. Skrining klinis

Skrining klinis di Puskesmas Pardasuka dilakukan dengan mengcheck list pada kolom skrining klinis dengan berbagai aspek yaitu tepat indikasi, tepat dosis, tepat waktu penggunaan obat, tepat rute, efek samping dan kontraindikasi.

3. Membantu menyiapkan obat

Menyiapkan obat dilakukan untuk melayani resep rawat jalan, atau obat lainnya yang dibutuhkan oleh pasien. Setelah obat disiapkan, dimasukkan kedalam plastik obat dan diberi etiket yang terdapat nama pasien, tanggal, nama obat dan aturan pakainya. Setelah selesai dibungkus dan di cek ulang oleh apoteker obat bisa langsung diserahkan kepada pasien dengan memberikan penjelasan terhadap aturan pakai obatnya.

4. Meracik sediaan pulveres

Meracik sediaan obat sesuai permintaan resep, obat yang dibuat pulveres digerus hingga menjadi serbuk kemudian dibagi dalam bobot yang sama berdasarkan penglihatan. Biasanya obat yang diracik dalam bentuk ini merupakan obat – obatan untuk anak-anak.

5. Pelayanan Informasi obat (PIO)

Setelah obat telah disiapkan beserta etiket yang sudah tertera pada resep, maka dapat diserahkan kepada pasien sesuai nomor antrian dan dipanggil

(43)

34 Universitas Aisyah Pringsewu nama beserta alamat. Penyerahkan obat disertai Pemberian Informasi

Obat (PIO) meliputi nama obat, indikasi, aturan pakai obat, efek samping, cara pemakaian dan cara penyimpanan obat. Setelah pasien menerima obat selanjutnya pasien menandatangani dan memberikan nama terang pada form check list pemberian informasi obat.

6. Menghafal obat

Kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari adalah mengahafal obat yang kemudian disetorkan kepada pembimbing lahan. Obat yang dihafalkan dalam sehari sebanyak 3 jenis. Hafalan obat tersebut meliputi indikasi obat, dosis, cara penggunaan dan efek samping yang sering terjadi.

7. Pencatatan kartu stok

Fungsi utama kartu stok adalah untuk pencatatan mutasi obat mulai dari penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak, dan kedaluwarsa. Catatan mutasi satu jenis obat yang berasal dari satu sumber dana yang sama, harus dicantumkan dalam satu kartu stok.

8. Stok opname

Stock Opname adalah pengecekan kesesuaian data stock obat atau alat kesehatan yang ada di komputer atau kartu stok dengan stok fisik yang ada di ruangan Instalasi Farmasi dan Gudang Farmasi.

9. Mempelajari Proses Pengelolaan Obat di Puskesmas

Pengelolaan obat yang dilakukan dipuskesmas mecakup perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.

4.2 Tugas Kasus

A. Kasus I (Hipertensi) - Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu kondisi atau keadaan dimana seseorang mengalami kenaikan tekanan darah di atas batas normal yang akan menyebabkan kesakitan bahkan kematian. Seseorang akan dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya melebihi batas normal, yaitu lebih

(44)

35 Universitas Aisyah Pringsewu dari 140/90 mmHg. Tekanan darah naik apabila terjadinya peningkatan

sistole, yang tingginya tergantung dari masingmasing individu yang terkena, dimana tekanan darah berfluaksi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stress yang dialami (Fauziah et al., 2021)

- Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu : a. Hipertensi Esensial atau Hipertensi primer

Merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga Hipertensi idiopatik. Ini merupakan tipe paling umum dan mencakup ± 95% dari luas kasus Hipertensi. Hipertensi primer biasanya timbul pada umur 30 – 50 tahun dialami (Fauziah et al., 2021)

b. Hipertensi Sekunder atau hipertensi renal

Peningkatan tekanan darah akibat penyakit tertentu dengan penyebab diketahui mencakup ± 5 % dari kasus Hipertensi. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain dialami (Fauziah et al., 2021).

- Epidimiologi Hipertensi

Data epidemiologis menunjukkan bahwa makin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah, baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada usia >65 tahun.

Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia WHO tahun 2011 terdapat sekitar satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan dua per- tiganya berada di negara berkembang yang berpendapatan rendah- sedang seperti di Afrika. Diperkirakan lebih dari 40% orang dewasa di negara tersebut terkena hipertensi.Prevalensi hipertensi diperkirakan akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang

(45)

36 Universitas Aisyah Pringsewu dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi, sedangkan di Indonesia

angkanya mencapai 31,7% (Sylvestris, 2017) - Patofisiologi Hipertensi

Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon renin akan diubah menjadi angiotensin I.

Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II (Anggraini, 2009). Renin disintesis dan disimpan dalam bentuk inaktif yang disebut prorenin dalam sel-sel jukstaglomerular pada ginjal. Sel jukstaglomerular merupakan modifikasi dari sel-sel otot polos yang terletak pada dinding arteriol aferen tepat di proksimal glomeruli.

Bila tekanan arteri menurun, reaksi intrinsik dalam ginjal itu sendiri menyebabkan banyak molekul protein dalam sel terurai dan melepaskan renin. Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat dan memiliki efek-efek lain yang juga mempengaruhi sirkulasi. Selama angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua pengaruh utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh pertama, yaitu vasokonstriksi, timbul dengan cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan sedikit lemah pada vena. Cara kedua dimana angiotensin II meningkatkan tekanan arteri adalah dengan bekerja pada ginjal untuk menurunkan ekskresi garam dan air (Sylvestris, 2017)

- Tanda dan Gejala 1) Sakit kepala 2) Gelisah

3) Jantung berdebar 4) Pusing

5) Penghilatan kabur

6) Tekanan darah >140/90 mmHg

(46)

37 Universitas Aisyah Pringsewu - Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan

Mengonsumsi makanan sehat yang cukup mengandung zat besi, menghindari asupan garam yang berlebihan, berhenti merokok, berolahraga secara teratur, tidak mengkonsumsi minuman alkohol,serta mengurangi kafein yang berlebihan. Selain dari makanan seperti bayam, zat besi juga bisa didapatkan dari suplemen (Setiawan et al., 2018)

Pengobatan

Diuretik: Obat diuretik seperti hidroklorotiazid bekerja dengan meningkatkan pengeluaran air dan garam melalui urine, sehingga mengurangi jumlah cairan dalam tubuh dan menurunkan tekanan darah (Luh Sonya, 2019).

Beta-bloker: Obat beta-bloker seperti propranolol bekerja dengan memblokir reseptor beta-adrenergik di jantung dan pembuluh darah, mengurangi jumlah denyut jantung dan tekanan darah (Puspitasari et al., 2022).

ACE inhibitor: Obat ACE inhibitor seperti enalapril bekerja dengan menghambat enzim ACE, sehingga mengurangi produksi hormon angiotensin II yang menyebabkan pembuluh darah menyempit.

Akibatnya, pembuluh darah melebar dan tekanan darah menurun (Puspitasari et al., 2022).

ARB (Angiotensin II receptor blocker): Obat ARB seperti losartan bekerja dengan mengikat reseptor angiotensin II, sehingga mencegah efek vasoconstrictor angiotensin II dan menyebabkan pembuluh darah melebar, menurunkan tekanan darah (Luh Sonya, 2019).

Calcium channel blocker: Obat calcium channel blocker seperti amlodipin bekerja dengan menghambat aliran kalsium ke sel otot polos pada pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah melebar dan tekanan darah menurun (Puspitasari et al., 2022).

(47)

38 Universitas Aisyah Pringsewu

Vasodilator: Obat vasodilator seperti minoxidil bekerja dengan melebarkan pembuluh darah dan mengurangi resistensi aliran darah, sehingga menurunkan tekanan darah (Luh Sonya, 2019)

ANALISIS RESEP a. Resep

Gambar 4. 1 Resep Hipertensi b. Skrining Kelengkapan Resep

FORMULIR PENGKAJIAN RESEP

INDIKATOR YA TIDAK TINDAK LANJUT

Persyaratan Administratif

Nama Dokter

No. SIP

Alamat

Paraf Dokter

Tgl Resep

Nama, Tgl Lahir/Umur Pasien Persyaratan Farmasetik

Nama Obat

Bentuk Sediaan

Dosis

(48)

39 Universitas Aisyah Pringsewu

Jumlah Obat

Aturan Pakai

Persyaratan Klinis

Tepat Indikasi

Tepat Dosis

Tepat Waktu Penggunaan

Tabel 4. 1 Formulir pengkajian resep kasus 1 c. Obat Dalam Resep

1. Candesartan

Indikasi

Candesartan digunakan untuk menangani hipertensi, serta untuk menangani gagal jantung pada orang dewasa (Drugs.Com, 2023)

Mekanisme

Candesartan bekerja dengan cara menghambat pengikatan angiotensin II ke reseptor angiotensin I pada jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan pelebaran pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar dan tekanan darah akan menurun (Drugs.Com, 2023)

Dosis

4, mg, 8 mg, 16 mg, 32 mg. Dosis dapat disesuaikan dengan respons tubuh pasien. (Drugs.Com, 2023)

Kontra indikasi

Adanya riwayat hipersensitivitas terhadap Candesartan. Selain itu, obat ini juga tidak disarankan pada ibu hamil dan ibu menyusui karena potensinya untuk menimbulkan abnormalitas pada janin/bayi.

Intraksi

Candesartan tidak memiliki intraksi dengan Amlodipin, Cefadroxil, dan Ambroxol (Medscape.com 2023).

Efek Samping

Efek samping candesartan dapat berupa hipotensi, pusing, penurunan fungsi ginjal, hiperkalemia, dan reaksi alergi seperti ruam kulit, urtikaria dan dapat menyebabkan cedera atau kematian pada janin yang sedang berkembang (Drugs.Com, 2023).

Gambar

Gambar 3. 1 Peta Puskesmas Pardasuka
Gambar 3. 2 Tata ruang Puskesmas Pardasuka
Gambar 3. 3 Stuktur organisasi Puskesmas Pardasuka
Gambar 4. 1 Resep Hipertensi  b.  Skrining Kelengkapan Resep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini berisikan tentang latar belakang proyek, pengenalan perusahaan dan pelaksanaan kegiatan yang diamati pada Pembangunan Jembatan Ciliwung

Pada Laporan Praktik Kerja Lapangan PKL ini, diperoleh beberapa kegiatan pelaksanaan kerja, menemukan beberapa kendala atau masalah, dan memberikan solusi terhadap kendala atau solusi

Pada laporan PKL ini, disajikan beberapa kegiatan pelaksanaan kerja, masalah yang di hadapi selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan PKL di Dinas Perdagangan Provinsi Lampung

RINGKASAN PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN Praktik Kerja Lapangan PKL merupakan suatu kegiatan terpadu dari seluruh pengalaman belajar sebelumnya kedalam program pelatihan berupa

viii RINGKASAN PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN Praktik Kerja Lapangan PKL merupakan sarana mengaktualisasi diri terhadap beberapa keahlian atau ketrampilan baik softskills atau

RINGKASAN PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN Praktik Kerja Lapangan PKL merupakan sarana mengaktualisasi diri terhadap beberapa keahlian atau ketrampilan baik softskill atau

RINGKASAN PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN Praktik Kerja Lapangan PKL merupakan sarana mengaktualisasi diri terhadap beberapa keahlian atau ketrampilan baik softskill atau

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini, di antaranya: Bapak Agus