• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori

2. Kegiatan Keagamaan

perilaku sehari-hari seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik dan santun, rajin membaca, memuji kebaikan atau keberhasilan orang lain, datang ke sekolah tepat waktu, dan lain sebagainya.36

d. Menciptakan suasana yang kondusif

Pada dasarnya tanggung jawab pembentukan karakter itu terletak pada semua elemen, mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah.

Lingkungan merupakan proses pembudayaan anak dipengaruhi oleh kondisi yang setiap saat dialami anak. Sama juga dengan menciptakan suasana yang kondusif di sekolah merupakan upaya membangun kultur yang dapat membentuk karakter. Sekolah yang membudayakan warganya untuk disiplin, aman, dan bersih, tentu akan memberikan suasana untuk terciptanya karakter yang demikian.37

e. Integrasi dan Internalisasi

Pendidikan karakter membutuhkan proses internalisasi nilai-nilai.

Untuk itu diperlukan pembiasaan diri untuk masuk ke dalam hati agar tumbuh dari dalam. Nilai-nilai karakter seperti disiplin, jujur, amanah, sabar dan lain-lain dapat diintegrasikan dan diinternalisasikan ke dalam seluruh kegiatan sekolah baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kegiatan yang lain.38

2. Kegiatan Keagamaan

36 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter,… h. 93-94.

37 Furqan Hidayatullah, Pendidikan Karakter…, h. 53.

38 Ibid,. h. 54.

a. Pengertian Kegiatan Keagamaan

Kegiatan keagamaan terdiri dari dua kata yakni kegiatan dan keagamaan.Kegiatan atinya kesibukan atau aktivitas39.Jika diartikan secara luas kegiatan yakni perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari berupa ucapan, perbuatan, kreativitas pada lingkungannya.40Sedangkan keagamaan adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan agama.

Dalam buku Ilmu Jiwa Agama, kegiatan keagamaan adalah aktivitas kehidupan masyarakat dalam melaksanakan dan menjalankan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.Harun Nasution yang dikutip Dedi Supriyadi dan Mustofa Hasan mengemukakan delapan definisi untuk agama, yaitu:

a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.

b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.

c. Meningkatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia.

d. Kepercayaan pada suatu ikatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.

e. Sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.

39Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 26.

40M. Ma’ruf, “Membangun Kedisiplinan Siswa Melalui Aktivitas Keagamaan (Studi Kasus di SMKN 1 Grati Pasuruan Jawa Timur), Evaluasi, Vol. 12, Nomor 2, September 2018, h.

398.

f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini berasal dari kekuatan gaib.

g. Pemujaan terhadap keluatan gaib yang itmbul dari perasaan lemah dan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.

h. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.41

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan keagamaan adalah segala bentuk kegiatan yang berhubungan erat dengan agama berupa kepercayaan atau nilai-nilai yang menjadi kebiasaan dalam kehidupan dan menjadi pedoman dalam menjalani hubungan dengan Allah SWT (Hablum Minallah), sesama manusia (Hablum Minannas), dan lingkungan (Hablumminal ‘Alam).

b. Tujuan Kegiatan Keagamaan

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai sehingga pelaksanaannya tak kaku atau tanpa arah tujuan. Adapun tujuan kegiatan keagamaan adalah sebagai berikut:

1. Membina hubungan yang serasi dan teratur antara manusia dan Allah, manusia dengan pencipta-Nya, manusia dengan lingkungannya serta manusia dengan sesamanya dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.

2. Menambah ilmu pengetahuan agama.

41Dedi Supriyadi dan Mustofa Hasan, Filsafat Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 13.

3. Menjalin silaturrahmi.

4. Meningkatkan intensitas dakwah islamiyah kepada siswa dalam rangka membangun siswa sebagai generasi religius.Membangun keasadaran siswa bahwa kegiatan keagamaan akan memotivasi sikap beragama.

5. Membangun pribadi siswa dalam beribadah.

6. Menciptakan generasi dengan menciptakan siswa yang memiliki SQ baik dalam moral dan etika.

7. Meningkatkan kemampuan siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

8. Pengembangan bakat dan minat siswa sebagai pembinaan pribadi seutuhnya.42

c. Bentuk-bentuk Kegiatan Keagamaan

Di masing-masing lembaga pendidikan tentunya ada kegiatan keagamaan dilakukan terlebih khusus madrasah. Kegiatan keagamaan harus dilakukan oleh madrasah dengan tujuan agar siswa memiliki kebiasaan yang bisa dijadikan pegangan nantinya dan memiliki akhlak.

Berbagai macam bentuk kegiatan keagamaan yang dilakukan di berbagai madrasah, berikut penjelasan beberapa bentuk-bentuk kegiatan kagamaan di madrasah:

a. Shalat berjamaah

42 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h.

192

Shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan secara bersama- sama di suatu tempat yang terdiri dari imam dan makmum.

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum salat berjamaah ada sebagian ulama yang menilai hukumnya fardu kifayah, sunnah muakkadah,dan ada ulama yang mengatakan sholat berjama’ah merupakan syarat sah salat. Pendapat yang paling sahih hukum sholat berjama’ah adalah wajib berdasarkan atas dalil yang menguatkannya, baik dari al-Qur’an, sunnah, dan ucapan para sahabat.43

Shalat berjamaah merupakan salah satu syiar terbesar islam.

Shalat berjamaah menunjukkan kesatuan, kekuatan dan keterikatan kaum muslimin ketika datang ke masjid secara bersama-sama.

Terdapat banyak keutamaan di dalam salat berjamaah tersebut sehingga kaum muslimin harus memanfaatkan hal tersebut dengan sebaik-baiknya.Salah satu keutamaan shalat berjamaah adalah:

ُّ اللِّٰدْبَعُّ ْنَعٍُّعِفاَنُّ ْنَعٌُّكلاَمُّاَنُّ ْرَبْخَأُّ:َلَقُّ َفُس ْوُيُُّنْبُّ َّاللُّٰدْبَعُّاَنَثَُّّدَح

ُّاَمَجْلاُُّة َلََصُّ:َلاَقُّ اللَُّّٰل ْوُس َرَُّّنَا َرمعِنْب

ُِّ ذَفْلاُِّة َلََصُّ ْنِمُُّلَضْفَاُِّةَع

ُُّةَج َرَدَُّنْي ِرْشِع َوٍُّعْبَسِب .

Abdullah bin Yusuf menceritakan kami, dia berkata: kami diceritakan oleh Malik dari Nafi’ dari Abdillah bin Umar bahwa

43 ‘Abdullah Ath-Thayyar, Ensiklopedia Shalat, terj. A.M. Halim, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), h. 344.

Rasulullah SAW bersabda: Shalat berjamaah lebih utama dari shalat sendirianduapuluh tujuh derajat.44

b. Shalat Dhuha

Shalat dhuha adalah shalat sunnah yang dilaksanakan saat matahari terbit setinggi satu atau dua tombak sampai menjelang zuhur45. Shalat sunnah ini sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan beliau juga melaksanakannya setiap hari.

Dalam jumlah rakaat salat Dhuha, terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Mayoritas ulama Imam Syafi’I menyepakati minimal dua rakaat dan maksimalnya delapan atau dua belas rakaat.

Setiap ibadah yang dilakukan oleh setiap muslim baik wajib maupun sunnah, memiliki keutamaan masing-masing yang sudah Allah tetapkan. Terlebih lagi dalam sholat sunnah Dhuha banyak keutamaan-keutamaan yang ada di dalamnya, antara lain disedikan rumah di surga, memperoleh pahala umrah, memperoleh ampunan dosa, mendapatkan keuntungan yang besar, dan dilancarkan rezekinya oleh Allah SWT.46

c. Membaca dan Menghafal al-Qur’an

44Abi Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Matan Al-Bukhari Masykul, Juz I, (Beirut: Dar El_Fikri, 2006), h. 148.

45Muhammad Makhdlori, Menyikap Mukjizat Shalat Dhuha, (Yogyakarta: Diva Press, 2008), h. 39.

46Asyhari Abta, dkk, Tahajud dan Dhuha Memang Ajaib, (Yogyakarta: Semesta Hikmah Publishing, 2018), h. 94-97.

Secara etimologial-Qur’an berarti bacaan.Akar katanya qara- ayang artinya membaca.Sedangkan secara terminologyal-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muahammad SAW melalui malikat Jibril dengan lafal bahasa Arab,dimula dari surah al-Fatihah sampai surah an-Nas.47

Hubungan kaum muslim dengan al-Qur’an harus tetap erat, baik dengan cara membaca dan menghafalnya. Membaca dan menghafal harus menjadi prioritasdalam kehidupan sehari-hari bagi setiap muslim48.Kedua hal tersebut juga harus ditanamkan kepada anak sedini mungkin dengan caramengajarkan tajwid agar dapat membaca al-Qur’an dengan tartil dan dapat menghafalnya dengan baik.

Selain al-Qur’an merupakan kalamullah, banyak keutamaan- keutamaan di dalamnya ketika muslim istiqomah dalam melaksanakannya.

Salah satu keutamaan seorang muslim istiqomah membaca al- Qur’an adalah mendapatkan perlakuan istimewa dari Allah SWT yakni akan dikumpulkan disyurga bersama malaikat yang mulia.

Sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW.

ُُّعَتْعَتَي َوَُّنآ ْرُقلاُأ َرْقَيُّْيِذَّلا َوُّ،ِة َر َرَبلاُِّما َرِكلاُِّة َرَفَّسلاَُّعَمِنآ ْرُقْلاِبُّ ُرِهاَملا

ُُّهَلُّ، ٌّقاَشُِّهْيَلَعُّ َوُه َو،ِهْيِف

ُِّنا َرْجَأ

47Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.

171.

48Zaidi Abdad, dkk, Sukses Membaca Al-Qur’an, (Mataram: Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Mataram, 2016), h. 2.

Orang-orang yang mahir/ahli dalam membaca al-Qur’an, akan bersama dengan para malaikat yang mulia. Dan orang yang terbata-bata membaca al-Qur’an dan dia bersusah payah mempelajarinya dua pahala.49(Riwayat Arba’ah)

Sedangkan salah satu keutamaan seorang muslim dalam menghafal al-Qur’an merupakan ciri orang yang diberi ilmu50. Seperti firman Allah SWT:

ُّۤاَنِتٰيٰاِبُُّدَحْجَياَم َوُّ َمْلِعْلااوُت ْوُاَُّنْيِذ لا ِرُّ ْوُدُصُّْيِفُّ ٌتٰنِ يَبُّ ٌتٰيٰا َوُهُّْلَب

َُّن ْوُمِلهظلاَّلاِا

Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.51Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.52 (Al-Ankabut [29]: 49).

Dokumen terkait