• Tidak ada hasil yang ditemukan

oleh Fahrul Rozi NIM 160101030 - etheses UIN Mataram

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "oleh Fahrul Rozi NIM 160101030 - etheses UIN Mataram"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

oleh Fahrul Rozi NIM 160101030

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2020

(2)

i

oleh Fahrul Rozi NIM 160101030

STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN PESERTA DIDIK KELAS VII MTs NURUL QUR’AN

PAGUTAN TAHUN AJARAN 2019/2020

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2020

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v

(7)

vi MOTTO

ُّ رُم

ُّْمُكَنُّاَيْب ِصا ْو

ُِّعْبَسِلُِّة َلََّصلاِب ُّ

ُّْوُب ِرْضا َوَُّنْيِنِس ُّ

ُِّرْشَعِلُّاَهْيَلَعُّْمُه ُّ

ُّْيَبا ْوُق َّرَف َوَُّنْيِنِس ُّ

ُّْمُهَن

ُِّع ِجاَضَمْلاِف

ُّ

Artinya: “ Suruhlah anak-anak kecil kamu melakukan shalat pada (usia) tujuh tahun, dan pukullah mereka (bila lalai) atasnya pada (usia) sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka dari tempat-tempat tidur.”1

1 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 166.

(8)

vii

PERSEMBAHAN

“Ku persembahkan skripsi ini untuk

almamaterku, Ibuku Mukinah, Bapakku Supardi dan Seluruh keluarga besarku.”

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta kepada keluarga, sahabat dan semua pengikutnya.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itupenulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan pada pihak-pihak yang telahmembantu sebagai berikut:

1. Dr. Syukri M, Pd. selaku Pembimbing I dan Dr. Emawati, M.Ag. selaku Pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi dan korekasi mendetail terus-menerus, dan tanpa bosan ditengah kondisi atau kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih sempurna dan cepat selesai.

2. Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan KeguruanUIN Mataram.

3. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.

4. Keluarga besar MTs Nurul Qur’an Pagutan yang senantiasa memberikan kemudahan kepada ananda dalam mengumpulkan data menjadi fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan skripsi.

5. Kedua orang tua beserta keluarga yang telah berjuang, berkorban,

(10)

ix

memberikan motivasi, selalu ada disetiap suka dan duka serta menjadi seseorang yang amat sangat berharga dalam hidup ananda.

6. Kepada saudara Suharli S. H yang telah memberikan suntikan motivasi dan moril secara istiqomah sehingga ananda dapat menyelasaikan penelitian ini.

7. Sahabat-sahabat ananda, Ahdi Kurniawan, M. Ferdy Pratama, Saumul Fitrain, M. Alwan Hasyim, Lalu Sopian Sauri dan Ahmad Ilham Vanduni yang senantiasa selalu dalam suka maupun duka ananda.

8. Saudara-saudara Kelas A PAI Angkatan 2016 yang selama ini selalu saling mensuport satu sama lain.

Mataram, Penulis,

Fahrul Rozi

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 6

E. Telaah Pustaka ... 6

F. Kerangka Teori ... 10

1. Strategi Pembentukan Karakter ... 10

a. Keteladanan ... 11

b. Penanaman dan Pengekan Kedisplinan ... 13

c. Pembiasaan ... 16

d. Menciptakan Suasana yang Kondusif... 19

e. Integrasi dan Internalisasi ... 19

2. Kegiatan Keagamaan ... 20

a. Pengertian Kegiatan Keagamaan ... 20

(12)

xi

b. Tujuan Kegiatan Keagamaan ... 21

c. Bentuk-bentuk Kegiatan Keagamaan ... 22

G. Metode Penelitian ... 27

1. Pendekatan Penelitian ... 27

2. Kehadiran Peneliti ... 28

3. Lokasi Penelitian ... 29

4. Sumber Data ... 29

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 30

6. Teknik Analisis Data ... 35

7. Pengecekan Keabsahan Data ... 36

H. SistematikaPembahasan ... 38

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 39

A. Gambaran Lokasidan Temuan ... 39

1. Sejarah singkat MTs Nurul Qur’an Pagutan ... 39

2. Profil Madrasah ... 40

3. Visi dan Mis MTs Nurul Qur’an Pagutan ... 41

4. Letak Geografis MTs Nurul Qur’an Pagutan ... 42

5. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan MTs Nurul Qur’an Pagutan ... 42

6. Keadaan Peserta Didik MTs Nurul Qur’an Pagutan Mataram ... 45

7. Keadan Sarana Prasarana MTs Nurul Qur’an Pagutan ... 46

8. Struktur Organisasi MTs Nurul Qur’an Pagutan ... 48

B. Bentuk-bentuk Kegiatan Keagamaan MTs Nurul Qur’an Pagutan ... 50

1. Kegiatan-kegiatan keagamaan sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) ... 51

2. Kegiatan-kegiatan keagamaan setelah kegiatan belajar mengajar (KBM) ... 54

3. Kegiatan Imtaq dan Infaq di Hari Jum’at ... 58

C. Strategi Pembentukan Karakter ... 59

1. Keteladanan ... 60

2. Pembiasaan ... 60

(13)

xii

3. Penanaman atau Penegakan Disiplin ... 61

BAB III PEMBAHASAN ... 63

A. Bentuk-Bentuk Kegatan Keagamaan di MTs Nurul Qur’an Pagutan ... 63

B. Strategi Pembentukan Karakter ... 66

1. Keteladanan ... 67

2. Pembiasaan ... 68

3. Penanaman atau Penegakan Kedisiplinan ... 68

BAB IV PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Nurul Qur’an Pagutan Tahun Ajaran 2019/2020, 42.

Tabel 2.2 Daftar jumlah Peserta Didik MTs Nurul Qur’an Pagutan Tahun Ajaran 2019/2020, 44.

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi MTs Nurul Qur’an Pagutan Tahun Ajaran 2019/2020, 47.

Gambar 2.2 Kegiatan shalat Dhuha, 51.

Gambar 2.3 Kegiatan membaca al-Qur’an, 52.

Gambar 2.4 Kegiatan rangkaian shalat dzuhur berjama’ah, 53.

Gambar 2.5 Kegiatan menghafal Qur’an dan doa pilihan, 55.

Gambar 2.6 Kegiatan imtaq dan infaq di hari Jum’at, 56.

(16)

xv

STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MTs NURUL QUR’AN PAGUTAN TAHUN AJARAN

2019/2020 Oleh:

Fahrul Rozi NIM 160101030

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh krisis karakter yang sedang terjadi. Tidak bisa dipungkiri krisis ini terjadi secara nyata. Bahkan, sangat mengkhawatirkan masyarakat dengan korban utamanya adalah peserta didik. Krisis ini berupa pergaulan bebas, maraknya minuman keras, tawuran antar pelajar, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, perkosaan, pencurian remaja, kurang menaruh rasa hormat terhadap orang tua, dan sebagainya. Krisis karakter ini juga terjadi di madrasah yakni adanya peserta didik yang berani berkata kasar dan melawan debat guru, berkelahi dengan sesama peserta didik, tidak mengikuti peraturan yang berlaku di madrasah

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.Teknik analisis data yang digunakan yakni reduksi data, data display (penyajian data), dan verifikasi (menarik kesimpulan). Teknik keabsahan data yang digunakan yakni meningkatkan ketekunan dan trianggulasi.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan di MTs Nurul Qur’an Pagutan dilaksanakan setiap hari selain hari senin dan dibagi menjadi dua sesi yakni kegiatan keagamaan sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan kegiatan shalat dhuha, membaca al-Qur’an, penyampaian nasihat, Imtaq dan Infaq sedangkan setelah kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan kegiatan shalat dzuhur bejama’ah, menghafal Qur’an dan doa-doa pilihan. (2) Strategi Pembentukan Karakter di MTs Nurul Qur’an terdapat 3 strategi yang dilakukan yakni keteladanan seorang guru kepada peserta didik, penanaman atau penegakan kedisiplinan dengan memberikan hukuman berupa teguran dan sanksi, dan pembiasaan-pembiasaan kegiatan keagamaan.

Kata Kunci: Strategi pembentukan karakter, kegiatan keagamaan.

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikanُّ memegang peranan penting dan sen tral dalam membentuk tingkah laku, kepribadian, dan moral seorang anak dengan

menanamkan nilai religius dan nilai-nilainya agar tercipta insan yang berkarakter.

Seperti definisi yang dikemukakan Omar Muhammad Al-Toumy al-Syaebani yang dikutip Muazzayyin Arifin, mengartikan bahwa pendidikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadi, kehidupan kemasyakatan serta kehidupan dengan alam sekitarnya melalui proses kependidikan.2 Sehingga dapat dikatakan bahwa melalui proses pendidikan dapat membentuk karakter peserta didik. Karakter sendiri adalah keadaan asli yang dimiliki seseorang yang membedakannya dengan orang lain.

Penguatan karakter dalam Kurikulum 2013 (K13) sangat penting mengatasi krisis karakter yang sedang terjadi. Tidak bisa dipungkiri krisis ini terjadi secara nyata. Bahkan, sangat mengkhawatirkan masyarakat dengan korban utamanya adalah peserta didik. Krisis ini berupa pergaulan bebas, maraknya minuman keras, tawuran antar pelajar, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, perkosaan, pencurian remaja, kurang menaruh rasa hormat terhadap orang tua, dan sebagainya. 3

2 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi aksara, 2014), h. 15.

3 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter;Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga

Pendidikan, (Jakarta: Kecana, 2011), h. 1-2.

(18)

Krisis karakter ini juga terjadi di madrasah yakni adanya peserta didik yang berani berkata kasar dan melawan debat guru, berkelahi dengan sesama peserta didik, tidak mengikuti peraturan yang berlaku di madrasah.4

Berdasarkan uraian di atas, pembentukan karakter menjadi hal yang penting dilakukan di sekolah. Langkah itu untuk mengurangi krisis karakter pada peserta didik. Menurut Zubaedi menjelaskan bahwa, pembentukan karakter peserta didik tidak hanya berfokus serangkaian pembelajaran teori melainkan perlu memperhatikan pembelajaran agama pada ranah afektif dan psikomotorik.5 Pada pelaksanaannya tentunya strategi menjadi hal yang mendasar sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan.

Adapun strategi yang dapat diterapkan untuk membentuk karakter peserta didik menurut Furqon Hidayatullah yakni, keteladaan, penanaman/penegakan, pembiasaan, menciptakan suasana yang kondusif, integrasi dan internalisasi.6 Karakter peserta didik dapat terbentuk apabila adanya usaha atau dukungan dari luar diri peserta didik. Salah satu bentuk dukungan untuk membentuk karakter peserta didik dengan melaksanakan kegiatan keagamaan.

Kegiatan keagamaan adalah segala aktivitas yang dilaksanakan berupa kegiatan yang berhubungan dengan agama. Kegiatan keagamaan dalam implementasinya dapat membentuk sikap atau perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Sikap atau perilaku yang dimaksudkan adalah sikap yang sesuai dengan ajaran agama. Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan keagamaan

4 Observasi, Mts Nurul Qur’an Pagutan, 12 November 2019.

5 Ibid,. h. 3.

6Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter : Membangun Peradaban Bangsa, (Surakarta: Yuma Pressindo, 2017), h. 40-54.

(19)

adalah memberikan pemahaman, penghayatan, dan pengalaman tentang ajaran agama Islam guna membina keimanan, ketaqwaan serta akhlakul karimah. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan keagamaan sesuai dengan tujuan pendidikan Nasioanl yang dijelaskan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sidiknas), sebagai berikut:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.7

Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan di MTs Nurul Qur’an Pagutan bahwa kegiatan keagamaan dijadikan suatu wadah dalam pembentukan karakter peserta didik. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh kepala MTs Nurul Qur’an Pagutan, ibu’ Nispawatil Isnaini menyatakan bahwa:

Serangkain kegiatan di MTs Nurul Qur’an ini, tidak terfokus aspek pengetahuan yang ada didalam kelas saja tetapi disini juga membentuk karakter peserta didik dengan serangkaian kegiatan keagamaan yang semuanya sudah terprogram oleh madrasah sehingga dapat menjadikan peserta didik terbentuk karakter yang positif dan terbiasa hingga dewasa nanti.8

Bentuk kegiatan keagamaan yang dilaksanakan dibagi menjadi dua sesi yakni sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) dan setelah kegiatan belajar mengajar (KBM). kegiatan keagamaan sebelum kegiatan belajar mengajar yakni budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan, dan santun), imtaq dan infaq, sholat dhuha, membaca al-Qur’an, sedangkan setelah kegiatan belajar mengajar ada dzuhur

7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 70.

8Nispawatil Isnaini, Wawancara, Pagutan, 12 Maret 2020.

(20)

berjama’ah dan menghafal juz amma serta doa-doa pilihan.9 Strategi pembentukan karakter melalui kegiatan keagamaan yang diterapkan yakni keteladanan, penanaman atau penegakan kedisiplinan, pembiasaan, menciptkan suasana yang kondusif, integrasi dan internalisasi.

Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Strategi Pembentukan Karakter Melalui Kegiatan Keagamaan Peserta didik Kelas VII di MTs Nurul Qur’an Pagutan Tahun Ajaran 2019/2020.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengidentifkasi beberapa rumusan masalah, antara lain:

1. Apa saja bentuk-bentuk kegiatan keagamaan yang diterapkan di MTs Nurul Qur’an Pagutan?

2. Bagaimana strategi pembentukan karakter peserta didik di MTs Nurul Qur’an Pagutan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatan keagamaan yang dilakukan di MTs Nurul Qur’an Pagutan.

b. Untuk mengetahui strategi pembentukan karakter peserta didik di MTs Nurul Qur’an Pagutan.

9Observasi MTs Nurul Qur’an Pagutan 12- 13 Maret 2020.

(21)

2. Manfaat Peneltian

Memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka manfaat penelitian ini adalah terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang strategi pembentukan karakter dalam kegiatan keagamaan peserta didik.

b. Manfaat Praktis 1) Bagi Sekolah

Dapat memberikan pembelajaran dan masukan yang obyektif tentang strategi pembentukan karakter dalam kegiatan keagamaan peserta didik kelas VII MTs Nurul Qur’an Pagutan.

2) Bagi Siswa

Dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam memperaktikkan tentang strategi pembentukan karakter dalam kegiatan keagamaan peserta didik.

3) Bagi Pembaca

Menambah wawasan pembaca tentang strategi pembentukan karakter dalam kegiatan keagamaan peserta didik.

(22)

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan fokus kajian diatas, subjek penelitian yang peneliti lakukan adalah kelas VII. Alasan peneliti mengambil kelas VII sebagai subjek penelitian karena merasa tepat dalam tahap pembentukan karakter.

Adapun objek penelitian, peneliti memfokuskan pada strategi pembentukan karakter peserta didik melalui beberapa kegiatan keagamaan seperti budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan, dan santun) sholat dhuha, membaca al-Qur’an, dzuhur berjama’ah menghafal surah al-Qur’an serta doa-doa pilihan, imtaq dan infaq.

2. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Nurul Qur’an Pagutan, ketertarikan peneliti untuk mengkaji strategi pembentukan karakter peserta didik tersebut sehingga peneliti menetapkan lokasi penelitian di MTs Nurul Qur’an.

Adapun alasan peneliti mengambil lokasi di MTs Nurul Qur’an adalah karena di madrasah ini, kriteria permasalahan yang akan dikaji sesuai dan mencukupi.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka merupakan telaah teoritis dan sistematis dari peneliti sebelumnya guna menghindari kesamaan penulisan dengan peneliti berikutnya.Dalam penulisan proposal ini peneliti mencari informasi dari penelitian sebelumnya sebagai bahan rujukan teori dan perbandingan, baik dari

(23)

segi kekurangan dan kelebihan dari masing-masing penulisan proposal peneltian. Adapun telaah pustaka tersebut adalah:

1. Siti Nurkholifah (13140044), Strategi Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa Berbasis Kurikulum 2013 Di SDN SIDOMULYO 01 Kota Baru.

Hasil penelitian menyatakan strategi tersebut berdampak baik bagi pembentukan karakter siswa. Terlihat siswa semakin rajin dan disiplin, sopan santun, siswa semakin semangat dalam pembelajaran karena adanya papan skor yang digunakan dan orang tua semakin aktif mengontrol anak dalam mengtorol perkembangan anak.10 Adapun persamaan penelitian yang dilakukan peneliti diatas dengan peneliti adalah pada objek penelitian.yang mengkaji strategi dalam pembentukan karakter pembiasaan kegiatan keagamaan dalam pembentukan karakter peserta didi. Sementara perbedaannya, penelitian sebelumnya strategi dalam pembentukan karakternya siswa terfokus pada pembelajaran yang berbasis kurikulum 2013 dan penelitiannya di SD, sedangkan peneliti mefokuskan strategi pembentukan karakter melalui kegiatan keagamaan dan penelitiannya di MTs.

2. Alam Saleh Pulungan (37133034), Strategi Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa Di SMA Al-Hidayah Medan Tahun Ajaran 2016/2017.

Hasil peneltian menyimpulkan Strategi guru dalam membentuk karakter siswa sangatlah baik melalui pengintegrasian, melalui kegiatan sehari-hari yang meliputi pemberian keteladanan, teguran, nasihar, dan pengkondisian

10Siti Nurkholifah (13140044), Strategi Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa Berbasis Kurikulum 2013 Di SDN SIDOMULYO 01 Kota Baru, (Skripsi, FTK UIN Maulana Malik Ibrahim , Malang, 2017), h. 99.

(24)

lingkungan. Dan lewat pengintegrasian yang diprogramkan melalui kegiatan tahfidz Qur’an, pidato dan shalat dzuhur berjama’ah.11 Adapun persamaan yang dapat dilihat dari penelitian ini adalah objek penelitiannya sama-sama mengkaji strategi pembentukan karakter siswa di SMA. sedangkan perbedaannya teletak pada subjek kajian, peneliti sebelumya mengambil subjek peneltian di jenjang SMA sedangkan peneliti ini mengmabil subjek peneliti mengambil di jenjang MTs.

3. Nurzakiyah (203001113043), Strategi Pembentukan Karakter Peserta didik Di SMPN 3 Mapili Kec. Mapili Kab. Polewali Mandar. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa strategi pembentukan karakter peserta didik di SMPN 3 Mapili adalah memberikan motivasi, fasilitas, model dan teladan serta dorongan berkreasi peserta didik.12 Adapun persamaan penelitian diatas dengan peneliti yakni terletak pada objek penelitian dengan memfokuskan strategi pembentukan karakter peserta didik. Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek penelitian yakni penelitian sebelumnya di SMPN, sedangkan penelitian ini di MTs

4. Siti Bustani Fauziah, dkk, Strategi Pembiasaan Karakter Bagi Peserta didik Berkebutuhan Khusus. Hasil penelitian menyimpulkan dalam membentuk karakter peserta didik berkebutuhan khusus, strategi pembiasaan karakter ampuh dijadikan strategi karena terlihat peserta didik setelah dilakukan

11Alam Saleh Pulungan (37133034), Strategi Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa Di SMA Al-Hidayah Medan Tahun Ajaran 2016/2017, (Skripsi, MPI,UIN Sumatera Utara Medan, Medan, 2017), h. 72.

12Nurzakiyah (203001113043), Strategi Pembentukan Karakter Peserta didik Di SMPN 3 Mapili Kec. Mapili Kab. Polewali Mandar, (Skripsi, UIN Alauddin Makassa, Makasaar, 2017), h.56.

(25)

pembiasaan dengan berbagai kegiatan sekolah peserta didik sudah biasa menerapkan pembiasaan tersebut dengan sendirinya tanpa ada paksaan dari pendidik.13 Adapun persamaan penelitian yang dilakukan peneliti diatas dengan peneliti adalah pada objek penelitian.yang mengkaji strategi dalam karakter peserta didik. Sementara perbedaannya terletak pada fokus strategi yang dilakukan dalam membentuk karakter. Jika peneliti sebelumnya hanya fokus pada strategi pembiasaan karakter saja, sedangkan peneliti fokus pada berbagai strategi pembentukan karakter melalui kegiatan keagamaan.

5. Ainna Khoirun Nawali, Hakikat, Nilai-nilai dan Strategi Pembentukan Karakter (Akhlak). Dalam Islam. Jurnal tersebut menyatakan dalam pembentukan karakter harus dilaksanakan secara utuh dan terus menerus yakni dengan pembiasaan, membelajarkan hal-hal yang baik, merasakan dan mencitai yang baik, tindakan yang baik, keteladan dari lingkungan sekitar, dan tobat.14 Adapun persamaan penelitian diatas dengan peneliti adalah objek kajian yang sama dengan memfokuskan pembentukan karakter siswa.

Sedangkan perbedaannya terletak pada mata pelajaran Aqidah Akhlak yang menjadi perantara pembentukan karakter siswa, lain halnya dengan peneliti yang mengambil seluruh kegiatan keagamaan dalam pembentukan karakter siswa.

13Siti Bustani Fauziah, dkk, “Strategi Pembiasaan Karakter Bagi Peserta didik Berkebutuhan Khusus”, JMSKP , Vol. 5, Nomor 1, Januari 2020, h. 28-29.

14Ainna Khoirun Nawali, Hakikat, “Nilai-nilai dan Strategi Pembentukan Karakter (Akhlak).”, Ta’lim, Vol. 1, Nomor 2, Juli 2018, h. 344.

(26)

F. Kerangka Teori

1. Strategi Pembentukan Karakter

Istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia kemiliteran.

Strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti jendral atau panglima, sehingga strategi diartikan ilmu kejendralan atau ilmu kepanglimaan. Strategi dalam pengertian kemiliteran cara penggunaan seluruh militer untuk mencapai tujuan perang.15 Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia strategi adalah rencana yan cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (yang diinginkan).16 Strategi adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditentukan.17

Pembentukan adalah suatu proses, hal, cara, perbuatan membentuk.18 Sedangkan pengertian karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan antara dirinya dengan orang lain.19 Jadi strategi pembentukan karakter adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua untuk mencapai tujuan yaitu membentuk anak usia dini yang berkarakter yang mempunyai kepribadian yang membedakannya dengan yang lain.

15 W.Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 1.

16 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi keempat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1340.

17Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 18.

18 Ibid.,h. 174.

19 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter; Konsep dan Implemntasi. (Bandung: Alfabeta,

2012), h. 3.

(27)

Tentunya, dalam pembentukan karakter mempunyai berbagai macam strategi yang bisa diterapkan agar karakter anak bisa terbentuk dengan baik.

Dalam buku Furqon Hidayatullah ada beberapa macam strategi dalam pembentukan karakter, yang diantaranya:

a. Keteladanan

Dalam membentuk karakter peserta didik, salah satu strategi yang paling kuat dan ampuh adalah keteladanan. Keteladanan diartikan sebagai kesediaan setiap individu untuk dijadikan contoh dan miniature yang sesungguhnya dari sebuah perilaku.20 Sangat pentingnya keteladanan ini harus ditunjukkan oleh guru maupun orang tua kepada anak agar dapat membentuk karakter yang baik. Pendidik harus menunjukkan perilaku sesuai dengan nasihat dan nilai karakter yang ingin dibentuk dalam diri anak.21

Keteladanan lebih mengedepankan aspek perilaku dalam membentuk tindakan nyata. Seperti dalam lingkungan keluarga, orang tua harus bisa menjadi figur dan panutan bagi anak-anaknya dengan lebih dahulu menunjukan sikap nyata agar anak bisa meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Salah satu bukti, pentingnya keteladanan sehingga Allah SWT menjadikannya sebagai salah satu strategi dan model terbaik.

Contoh teladan itu diperankan oleh para nabi dan rasul, sebagaimana dalam firman-Nya:

20 Muwafik Saleh, Membangun Karakter Bangsa, (Jakarta: Erlangga, 2011), h.13.

21 Ridwan Abdullah Sani danMuhammad Kadri, Pendidikan Karakter; Mengembangkan

Karakter Anak yang Islami, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h.139.

(28)

َُّذ َو َر ِخٰلااَُّم ْوَيْلا َوَُّهاللّٰوُج ْرَيُّ َنُّاَكُّ ْنَمِ لٌُّةَنَسَحٌة َوْسُاُِّ هاللُِّّٰل ْوُس َرُّْيِفُّْمُكَلَُّنُّاَكُّْدَقَل

ُّ ُّ ًرْيِثَكَُّ هاللّٰ َرَك

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.22 )QS.

Al- Ahzab [33]: 21).

Begitupun dalam pendidikan dimadrasah, keteladanan ini sangat penting untuk digunakan sebagai strategi oleh pendidik kepada peserta didik. pendidik yang mampu memberikan teladan yang baik maka akan memberikan implikasi yang baik pula. Selain itu juga, faktor utama dalam mendidik terletak pada keteladanannya. Keteladanan yang bersifat multidimensi yakni keteladanan dalam berbagai aspek kehidupan yang bukan hanya memberikan contoh dalam melakukan sesuatu, tetapi menyangkut berbagai hal yang dapat diteladani, termasuk kebiasaan- kebiasaan yang baik.23 Setidaknya ada tiga unsur agar seseorang dapat menjadi teladan, yakni:

1. Kesiapan untuk dinilai dan dievaluasi

Kesiapan untuk dinilai berarti kesiapan seseorang yang menjadi pelaku untuk dijadikan cermin bagi dirinya sendiri atau orang lain baik dari segi ucapan, sikap dan perilakunya karena semuanya akan menjadi sorotan untuk dinilai dan diteladani oleh orang lain.

22 Al-Qur’an Al-Aliyy, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, (Jawa Barat: CV Penerbit Diponegoro:2005), h. 336.

23 Furqan Hidayatullah, Pendidikan Karakter,… h. 42.

(29)

2. Memiliki kompetensi minimal

Sesorang akan dapat menjadi teladan jika memiliki ucapan, sikap dan perilaku yang layak untuk diteladani.oleh karena itu kompetensi yang dimaksud adalah kondisi minimal ucapan , sikap dan perilaku yang harus dimilikii seorang guru sehingga dapat diteladani oleh orang lain.

3. Memiliki integritas moral

Integritas moral adalah adanya kesamaan antara ucapan dan tindakan. Pendidik dalam berucap harus sesuai dengan tindakan sehingga dapat dijadikan teladan oleh peserta didik. Inti dari integritas moral adalah terletak pada kualitas istiqomahnya ucapan dengan tindakan. Ucapan dan tindakannya tentu harus berdimensikan kebaikan yang dapat membentuk karakter peserta didik melalui keteladanan.24

b. Penanaman atau penegakan kedisiplinan

Disiplin pada hakikatnya adalah suatu ketaatan yang sungguh- sugguh dengan didukung kesadaran dalam menunaikan tugas kewajiban serta berperilaku seharusnya sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.

kedisiplinan menjadi salah satu alat yang ampuh dalam mendidik karakter. Terlihat banyak orang yang sukses sebabnya karena menegakkan kedisiplinan, sebaliknya banyak orang yang tidak sukses akibat kurang menegakkan disiplin.

24 Ibid., h. 43

(30)

Menanamkan prinsip agar peserta didik memiliki pendirian yang kokoh merupakan bagian yang sangat penting dari strategi menegakkan disiplin. Banyak cara dalam menegakkan kedisiplinan, terutama disekolah. Ketika peserta didik terlambat kesekolah, guru bisa menegakkan kedisiplinan disana. Penegakan disiplin antara lain dapat dilakukan dengan beberapa cara yang diantaranya:

1. Peningkatan motivasi

Motivasi merupakan latar belakang yang menggerakkan orang untuk berbuat sesuatu. Ada dua jenis motivasi yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar kita, sedangkan motivasi instrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri kita.

Dalam menegakkan disiplin, berawal dari motivasi ekstirnsik.

Orang yang melakukan sesuatu karena paksaan, pengaruh orang lain dan motivasi dari luar kemudian ketika berproses terus menerus dia akan memiliki kesadaran sendiri. akibatnya motivasi intrisikpun muncul.25

2. Pendidikan dan latihan

Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor penting dalam membentuk disiplin. Dari pendidikan dan latihan akan diperoleh kemahiran dan keterampilan tertentu. Dengan kemahiran

25 Ibid., h. 47.

(31)

tersebut akan membuat seseorang menjadi yakin atas kemampuannya sendiri.

Pendidikan dan latihan merupakan suatu proses yang didalamnya memiliki prosedur atau aturan yang harus diikuti peserta sehingga dengan sendirinya disiplin akan terbentuk.26

3. Kepemimpinan

Kualitas kepemimpinan dari seorang pemimpin, guru atau orang tua terhadap anak didiknya sangat menetukan keberhasilan pembinaan disiplin. Setiap pemimpin adalah panutan dari anggotanya, jika pemimpinnya mampu mengejawantahkan aturan yang berlaku maka anggotanyapun akan ikut. Keteladanan disini juga sangat berpengaruh.27

4. Penerapan reward and punishment

Dalam pembentukan karakter, strategi reward and punishment ini sangat penting diterapkan. reward and punishment merupakan dua kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika penerapannya secara terpisah maka tidak akan berjalan efektif, terutama dalam menegakkan disiplin.28 Reward berarti penghargaan, ketika ada salah satu murid yang berhasil dalam menegakkan disiplin maka guru tentunya harus memberikan reward sesekali. Dengan diberikan penghargaan akan membuat peserta didik lebih termotivasi lagi untuk berbuat yang lebih.

Kemudian punishment berarti hukuman. Ketika ada anak murid yang

26 Ibid., h. 48.

27 Ibid.

28 Ibid., h. 49.

(32)

melanggar aturan maka guru boleh memberikan hukuman, tetapi bersifat mendidik. Dengan diberikan hukuman ini tentunya dapat membrikan efek jera kepada peserta didik agar tidak melakukan kesalahan yang sama.29

c. Pembiasaan

Secara etimologi pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa”, berdasarkan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “biasa” adalah 1) lazim, umum, 2) seperti sediakala seperti yang sudah-sudah, 3) sudah menjadi kebiasaan, 4) sudah sering kali. Dengan adanya perfiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses, sehingga pembiasaan dapat diartikan sebagai proses membuat sesuatu/seseorang menjadi terbiasa

.

30

Pembiasaan adalah pengalaman yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang dengan spontan dan sengaja agar menjadi kebiasaan.Pengalaman yang dilakukan secara berulang-ulang tersebut dapat menempatkan individu sebagai sesuatu yang istimewa, karena dalam melakukan pekerjaan yang sudah menjadi kebiasaannya dapat menghemat tenaga, pikiran dan dapat melakukan pekerjaan yang lainnya.31

Menurut Armai Arief, kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, mengatakan bahwa “Pembiasaan adalah sebuah cara

29 Syukri, Metode Khusus Pendidikan dan Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2019), h. 59.

30Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 146.

31 Bambang Samsul Arifin dan A. Rusdiana, Manajemen Pendidikan Karakter, (Bandung: Pustaka Setia, 2018), h. 170.

(33)

yang dilakukan untuk membiasakan anak didik untuk berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam”.32

Menurut para pakar, pembiasaan merupakan salah satu strategi yang sangat efektif dalam pembentukan kepribadian dan karakter anak. Karena strategi ini berintikan pengalaman yang dilakukan secara terus menerus, menurut pendapat Ahmad Tafsir yang dikutip oleh Heri Gunawan menyatakan:

Strategi pembiasaan sangat efektif untuk menguatkan hapalan- hapalan pada anak didik untuk penanaman sikap beragama dengan cara menghafal doa-doa dan ayat pilihan, misalnya Rasulullah senantiasa mengulang doa-doa yang sama di depan para sahabtnya, maka akibatnya dia hapal doa itu dan para sahabatnya yang mendengarpun hapal doa tersebut.33

Pembiasaan dalam dunia pendidikan harus ditanamkan sedini mungkin, sebagaimana Rasulullah SAW memerintahkan orang tua dalam membiasakan anak-anaknya.

Rasulullah memerintahkan para orang tua “pendidik” mengajarkan dan menyuruh anak-anak mengerjakan shalat, tatkala mereka berumur tujuh tahun.“Suruhlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila meninggalkannya ketika berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka”.(HR. Abu Dawud).Membiasakan anak shalat, lebih-lebih dilakukan secara berjamaah itu penting, karena dengan pembiasaan ini dapat mendorong mempercepat perilaku dan membangun karakter yang melekat dalam diri mereka.34

Dari beberap penjelasan diatas, Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pendidikan dan pembinaan anak yang beriorentasi pada kegiatan

32Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 110.

33Heri Gunawan, Pendidikan Karakter…, h. 93-94.

34E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter,…, h. 166.

(34)

yang mendarah daging, dilakukan secara berulang-ulang, dan saat melakukannya tanpa perlu pengarahan lagi.

Kaitannya dengan pembentukan karakter, pembiasaan harus dilakukan secara terus menerus. Oleh karena itu, sejak dini harus ditanamkan pendidikan karakter pada anak sehingga terbiasa hingga dewasa kelak. Terlebih lagi untuk calon pendidik, sejak sekarang harus menjadikan dirinya sebagai calon pendidik sehingga berbagai ucapan dan perilakunya akan mulai terbiasa sebagai calon pendidik. Pembiasaan inilah akan membentuk karakter.35

Pendidikan karakter tidak cukup hanya diajarkan sebatas pengetahuan saja, melainkan praktik juga menjadi bagian yang penting juga dengan menerapkan kegiatan pembiasaan diluar kelas. Berikut kegiatan pembiasaan peserta didik yang bisa dilakukan sekolah diluar kelas, antara lain:

1. Kegiatan rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan secara terjadwal, seperti shalat berjamaah, shalat duha bersama, upacara bendera, senam, memelihara kebersihan diri sendiri dan lingkungan sekolah dan kegiatan yang lainnya.

2. Kegiatan yang dilakukan secara spontan, adalah pembiasaan yang dilakukan tidak terjadwal dalam kejadian khusus, misalnya pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, melakukan antre dan lain sebagainya.

35 Furqan Hidayatullah, Pendidikan Karakter…, h. 51.

(35)

3. Kegiatan dengan keteladanan, adalah pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik dan santun, rajin membaca, memuji kebaikan atau keberhasilan orang lain, datang ke sekolah tepat waktu, dan lain sebagainya.36

d. Menciptakan suasana yang kondusif

Pada dasarnya tanggung jawab pembentukan karakter itu terletak pada semua elemen, mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah.

Lingkungan merupakan proses pembudayaan anak dipengaruhi oleh kondisi yang setiap saat dialami anak. Sama juga dengan menciptakan suasana yang kondusif di sekolah merupakan upaya membangun kultur yang dapat membentuk karakter. Sekolah yang membudayakan warganya untuk disiplin, aman, dan bersih, tentu akan memberikan suasana untuk terciptanya karakter yang demikian.37

e. Integrasi dan Internalisasi

Pendidikan karakter membutuhkan proses internalisasi nilai-nilai.

Untuk itu diperlukan pembiasaan diri untuk masuk ke dalam hati agar tumbuh dari dalam. Nilai-nilai karakter seperti disiplin, jujur, amanah, sabar dan lain-lain dapat diintegrasikan dan diinternalisasikan ke dalam seluruh kegiatan sekolah baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kegiatan yang lain.38

2. Kegiatan Keagamaan

36 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter,… h. 93-94.

37 Furqan Hidayatullah, Pendidikan Karakter…, h. 53.

38 Ibid,. h. 54.

(36)

a. Pengertian Kegiatan Keagamaan

Kegiatan keagamaan terdiri dari dua kata yakni kegiatan dan keagamaan.Kegiatan atinya kesibukan atau aktivitas39.Jika diartikan secara luas kegiatan yakni perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari berupa ucapan, perbuatan, kreativitas pada lingkungannya.40Sedangkan keagamaan adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan agama.

Dalam buku Ilmu Jiwa Agama, kegiatan keagamaan adalah aktivitas kehidupan masyarakat dalam melaksanakan dan menjalankan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.Harun Nasution yang dikutip Dedi Supriyadi dan Mustofa Hasan mengemukakan delapan definisi untuk agama, yaitu:

a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.

b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.

c. Meningkatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia.

d. Kepercayaan pada suatu ikatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.

e. Sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.

39Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 26.

40M. Ma’ruf, “Membangun Kedisiplinan Siswa Melalui Aktivitas Keagamaan (Studi Kasus di SMKN 1 Grati Pasuruan Jawa Timur), Evaluasi, Vol. 12, Nomor 2, September 2018, h.

398.

(37)

f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini berasal dari kekuatan gaib.

g. Pemujaan terhadap keluatan gaib yang itmbul dari perasaan lemah dan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.

h. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.41

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan keagamaan adalah segala bentuk kegiatan yang berhubungan erat dengan agama berupa kepercayaan atau nilai-nilai yang menjadi kebiasaan dalam kehidupan dan menjadi pedoman dalam menjalani hubungan dengan Allah SWT (Hablum Minallah), sesama manusia (Hablum Minannas), dan lingkungan (Hablumminal ‘Alam).

b. Tujuan Kegiatan Keagamaan

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai sehingga pelaksanaannya tak kaku atau tanpa arah tujuan. Adapun tujuan kegiatan keagamaan adalah sebagai berikut:

1. Membina hubungan yang serasi dan teratur antara manusia dan Allah, manusia dengan pencipta-Nya, manusia dengan lingkungannya serta manusia dengan sesamanya dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.

2. Menambah ilmu pengetahuan agama.

41Dedi Supriyadi dan Mustofa Hasan, Filsafat Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 13.

(38)

3. Menjalin silaturrahmi.

4. Meningkatkan intensitas dakwah islamiyah kepada siswa dalam rangka membangun siswa sebagai generasi religius.Membangun keasadaran siswa bahwa kegiatan keagamaan akan memotivasi sikap beragama.

5. Membangun pribadi siswa dalam beribadah.

6. Menciptakan generasi dengan menciptakan siswa yang memiliki SQ baik dalam moral dan etika.

7. Meningkatkan kemampuan siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

8. Pengembangan bakat dan minat siswa sebagai pembinaan pribadi seutuhnya.42

c. Bentuk-bentuk Kegiatan Keagamaan

Di masing-masing lembaga pendidikan tentunya ada kegiatan keagamaan dilakukan terlebih khusus madrasah. Kegiatan keagamaan harus dilakukan oleh madrasah dengan tujuan agar siswa memiliki kebiasaan yang bisa dijadikan pegangan nantinya dan memiliki akhlak.

Berbagai macam bentuk kegiatan keagamaan yang dilakukan di berbagai madrasah, berikut penjelasan beberapa bentuk-bentuk kegiatan kagamaan di madrasah:

a. Shalat berjamaah

42 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h.

192

(39)

Shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan secara bersama- sama di suatu tempat yang terdiri dari imam dan makmum.

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum salat berjamaah ada sebagian ulama yang menilai hukumnya fardu kifayah, sunnah muakkadah,dan ada ulama yang mengatakan sholat berjama’ah merupakan syarat sah salat. Pendapat yang paling sahih hukum sholat berjama’ah adalah wajib berdasarkan atas dalil yang menguatkannya, baik dari al-Qur’an, sunnah, dan ucapan para sahabat.43

Shalat berjamaah merupakan salah satu syiar terbesar islam.

Shalat berjamaah menunjukkan kesatuan, kekuatan dan keterikatan kaum muslimin ketika datang ke masjid secara bersama-sama.

Terdapat banyak keutamaan di dalam salat berjamaah tersebut sehingga kaum muslimin harus memanfaatkan hal tersebut dengan sebaik-baiknya.Salah satu keutamaan shalat berjamaah adalah:

ُّ اللِّٰدْبَعُّ ْنَعٍُّعِفاَنُّ ْنَعٌُّكلاَمُّاَنُّ ْرَبْخَأُّ:َلَقُّ َفُس ْوُيُُّنْبُّ َّاللُّٰدْبَعُّاَنَثَُّّدَح

ُّاَمَجْلاُُّة َلََصُّ:َلاَقُّ اللَُّّٰل ْوُس َرَُّّنَا َرمعِنْب

ُِّ ذَفْلاُِّة َلََصُّ ْنِمُُّلَضْفَاُِّةَع

ُُّةَج َرَدَُّنْي ِرْشِع َوٍُّعْبَسِب .

Abdullah bin Yusuf menceritakan kami, dia berkata: kami diceritakan oleh Malik dari Nafi’ dari Abdillah bin Umar bahwa

43 ‘Abdullah Ath-Thayyar, Ensiklopedia Shalat, terj. A.M. Halim, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), h. 344.

(40)

Rasulullah SAW bersabda: Shalat berjamaah lebih utama dari shalat sendirianduapuluh tujuh derajat.44

b. Shalat Dhuha

Shalat dhuha adalah shalat sunnah yang dilaksanakan saat matahari terbit setinggi satu atau dua tombak sampai menjelang zuhur45. Shalat sunnah ini sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan beliau juga melaksanakannya setiap hari.

Dalam jumlah rakaat salat Dhuha, terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Mayoritas ulama Imam Syafi’I menyepakati minimal dua rakaat dan maksimalnya delapan atau dua belas rakaat.

Setiap ibadah yang dilakukan oleh setiap muslim baik wajib maupun sunnah, memiliki keutamaan masing-masing yang sudah Allah tetapkan. Terlebih lagi dalam sholat sunnah Dhuha banyak keutamaan-keutamaan yang ada di dalamnya, antara lain disedikan rumah di surga, memperoleh pahala umrah, memperoleh ampunan dosa, mendapatkan keuntungan yang besar, dan dilancarkan rezekinya oleh Allah SWT.46

c. Membaca dan Menghafal al-Qur’an

44Abi Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Matan Al-Bukhari Masykul, Juz I, (Beirut: Dar El_Fikri, 2006), h. 148.

45Muhammad Makhdlori, Menyikap Mukjizat Shalat Dhuha, (Yogyakarta: Diva Press, 2008), h. 39.

46Asyhari Abta, dkk, Tahajud dan Dhuha Memang Ajaib, (Yogyakarta: Semesta Hikmah Publishing, 2018), h. 94-97.

(41)

Secara etimologial-Qur’an berarti bacaan.Akar katanya qara- ayang artinya membaca.Sedangkan secara terminologyal-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muahammad SAW melalui malikat Jibril dengan lafal bahasa Arab,dimula dari surah al-Fatihah sampai surah an-Nas.47

Hubungan kaum muslim dengan al-Qur’an harus tetap erat, baik dengan cara membaca dan menghafalnya. Membaca dan menghafal harus menjadi prioritasdalam kehidupan sehari-hari bagi setiap muslim48.Kedua hal tersebut juga harus ditanamkan kepada anak sedini mungkin dengan caramengajarkan tajwid agar dapat membaca al-Qur’an dengan tartil dan dapat menghafalnya dengan baik.

Selain al-Qur’an merupakan kalamullah, banyak keutamaan- keutamaan di dalamnya ketika muslim istiqomah dalam melaksanakannya.

Salah satu keutamaan seorang muslim istiqomah membaca al- Qur’an adalah mendapatkan perlakuan istimewa dari Allah SWT yakni akan dikumpulkan disyurga bersama malaikat yang mulia.

Sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW.

ُُّعَتْعَتَي َوَُّنآ ْرُقلاُأ َرْقَيُّْيِذَّلا َوُّ،ِة َر َرَبلاُِّما َرِكلاُِّة َرَفَّسلاَُّعَمِنآ ْرُقْلاِبُّ ُرِهاَملا

ُُّهَلُّ، ٌّقاَشُِّهْيَلَعُّ َوُه َو،ِهْيِف

ُِّنا َرْجَأ

47Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.

171.

48Zaidi Abdad, dkk, Sukses Membaca Al-Qur’an, (Mataram: Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Mataram, 2016), h. 2.

(42)

Orang-orang yang mahir/ahli dalam membaca al-Qur’an, akan bersama dengan para malaikat yang mulia. Dan orang yang terbata-bata membaca al-Qur’an dan dia bersusah payah mempelajarinya dua pahala.49(Riwayat Arba’ah)

Sedangkan salah satu keutamaan seorang muslim dalam menghafal al-Qur’an merupakan ciri orang yang diberi ilmu50. Seperti firman Allah SWT:

ُّۤاَنِتٰيٰاِبُُّدَحْجَياَم َوُّ َمْلِعْلااوُت ْوُاَُّنْيِذ لا ِرُّ ْوُدُصُّْيِفُّ ٌتٰنِ يَبُّ ٌتٰيٰا َوُهُّْلَب

َُّن ْوُمِلهظلاَّلاِا

Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.51Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.52 (Al-Ankabut [29]: 49).

G. Metode Penelitian

49Syekh Mansur Ali Nashif, Kitab Attaajul jaami’ lil ushul fii ahaadiitsir Rasuul, jilid IV, terj. Bahrun Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007), h. 752-753.

50Abdud Dahim Al-Kahil, Hafal Al-Qur’an Tanpa Nyantri, terj.Ummu Qadha Nahbah Al-Muqoaffi, (Solo: Pustaka Arafah, 2015), h. 25.

51Ayat-ayat Al-Qur’an itu terpelihara dalam dada dengan dihapal oleh banyak kaum muslimin turun temurun dan dipahami oleh mereka, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengubahnya.

52Jaihan, Al-Qur’an dan Terjemahannya, ter.Yayasan Peneyelenggara Penterjemah Al- Qur’an, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2010), h. 644-645..

(43)

Metode penelitian adalah cara ilmiah dalam mendapatkan data dengan tujuan dan keguanaan tertentu.53 Peran metode dalam suatu penelitian sangat penting untuk mencapai suatu tujuan dari suatu penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian untuk memahami fenomena dari apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, motivasi, tindakan, dll, secara holistik dan dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata atau lisan pada suatu konteks yang alamiah.54

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif.Dalam pendekatan ini, data yang harus dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka sesuai dengan fenomena pada suatu tempat.Dengan demikian, untuk memberikan gambaran penyajian laporan maka laporan penelitian harus berisi kutipan-kutipan data.

Data tersebut mungkin berasal naskah wawanacara, catatan lapangan,foto, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.55

Penelitian deskriptif harus menggambarkan kondisi yang sebanarnya tanpa memanipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas yang akan diteliti. Sehingga alasan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif ini adalah untuk mendeskripsikan dan menggambarkan

53Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.3.

54Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 6.

55Ibid., h. 11.

(44)

kondisi yang sebernarnya tentang strategi pembentukan karakter dalam kegiatan keagamaan peserta didik kelas VII di MTs Nurul Qur’an Pagutan.

2. Kehadiran Peneliti

Seperti yang dijelaskan sebelumnya penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif.Kehadiran peneliti secara mutlak sangat diperlukan, karena dalam pengumpulan data si peneliti merupakan instrumen kunci yang harus ada di dalamnya agar data yang diperoleh valid, akurat, detail dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan fokus kajian pustaka.

Berikut beberapa hal yang akan dilakukan peneliti di lokasi penelitian dalam mengumpulkan data, antara lain:

a. Melakukan observasi terdahulu dan mendatail tentang objek penelitian yang berkaitan dengan strategi pembentukan karakter dalam kegiatan keagamaan peserta didik kelas VII di MTs Nurul Qur’an Pagutan.

b. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan langsung dengan fokus penelitian dan yang dapat memberikan data untuk menunjang kegiatan penelitian.

c. Mengadakan pencatatan beberapa dokumen-dokumen yang dianggap penting dan sesuai dengan fokus penelitian.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Nurul Qur’an Pagutan.Adapun alasan peneliti melakukan penelitian ini karena madrasah ini memiliki program- program yang berhubungan dengan fokus masalah yang ingin diteliti.

(45)

Dengan alasan diatas maka timbul rasa penasaran peneliti untuk meneliti lebih mendalam tentang strategi pembentukan karakter dalam kegiatan keagamaan peserta didik kelas VII di MTs Nurul Qur’an Pagutan.

4. Sumber Data

Sumber data adalah subjek yang memahami informasi objek yang akan diteliti atau tempat mendapatkan informasi yang diteliti.56 Sumber data terdapat pewawancara yang akan menanyakan suatu objek yang akan diteliti kepada responden atau informan yang akan memberikan informasi dari apa yang ditanyakan.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik key person.Teknik key person adalah teknik memperoleh data ketika peneliti sudah mengetahui informasi awal tentang objek penelitian dan informan penelitian, sehingga hanya membutuhkan key person untuk melakukan wawancara dan observasi.Key person ini mencakup tokoh formal atau informal.57

Dari uraian diatas, sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala sekolah MTs Nurul Qur’an Pagutan.

b. Pembina Imtaq.

c. Wali kelas VII.

d. Beberapa guru yang ikut terlibat kegiatan keagamaan dalam pembentukan karakter peserta didik.

e. Peserta didik kelas VII.

5. Prosedur Pengumpulan Data

56Burhan Bungin, Penelitian Kualtitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 76.

57Burhan Bungin, Penelitian Kualtitatif…, h. 77.

(46)

Prosedur pengumpulan data merupakan proses atau metode dalam mengumpulkan data, agar data yang diperoleh bisa valid, akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Adapun metode yang digunakan pada penelitian yakni:

a. Metode Observasi (Pengamatan)

Sutrisno Hadi mengungkapkan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis yang didalamnya terdapat proses-proses pengamatan dan ingatan.58

Dalam pengumpulan data, metode observasi mempunyai ciri yang spesifik yakni pengamat itu langsung mengamati sendiri dan kemudian mencatat perilaku kejadian sebagaimana yang terjadi sebenarnya.Oleh karena itu, kunci keberhasilan metode observasi ini ditentukan oleh pengamat sendiri, sebab pengamat melihat, mendengar, mencium atau mendengarkan suatu objek penelitian dan menarik kesimpulan sendiri dari apa yang telah diamati.

Dari segi pelaksanaan pengumpulan data, observasi terbagi menjadi dua yaitu observasi partisipan (participant observation) dan observasi nonpartisipan (non participant observation), kemudian dari segi instrumentasi yang digunakan yaitu observasi terstruktur dan observasi tidak terstruktur.59

1) Observasi partisipan (participant observation)

58Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…, h. 203.

59Ibid., h. 204.

(47)

Observasi partisipan adalah suatu proses pengumpulan data yang dimana peneliti mengamati suatu program secara mendalam dan tingkah laku sesuai dengan realitas yang sebenarnya. Dalam observasi ini peneliti harus mampu mengamati kondisi riil situasi yang sebenarnya dan juga harus menyatu dalam kegiatan yang akan ditelitinya60. Salah satu keunggulan observasi partisipan ini yakni data diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan dan sampai mengetahui makna setiap perilaku yang nampak.

2) Observasi Nonpartisipan

Observasi nonpartisipan adalah observasi yang dimana peneliti sebagai penonton terhadap gejala yang terjadi di lokasi penelitian.Dalam observasi ini peneliti hanya melihat dan mendengarkan tanpa berpartisipasi aktif di dalam suatu kegiatan.61 3) Observasi terstruktur

Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara berurutan, dimulai dari apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya.

Dalam observasi terstruktur ini dilakukan ketika peneliti telah mengetahui variabel apa yang akan diamati.

4) Observasi tidak terstruktur

Observasi tidak terstruktur adalah observasi belum ada persiapan secara sistematis tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan

60Muri Yusuf, Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 388-389.

61Emzir, Metodologi Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h.

40.

(48)

pengamatan peneliti tidak menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode observasi partisipan, karena dalam proses pengumpulan data peneliti terjun langsung kelapangan dan ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.

Adapun data yang akan diperoleh peneliti dengan menggunakan metode observasi partisipan ini adalah:

1) Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan peserta didik di MTs Nurul Qur’an Pagutan.

2) Strategi dalam pembentukan karakter peserta didik di MTs Nurul Qur’an Pagutan.

b. Metode Interview (wawancara)

Metode wawancara adalah salah satu metode yang digunakan dalam mengumpulkan data secara lisan yang terdiri atas sejumlah pertanyaan yang sudah dipersiapkan oleh peneliti untuk diajukan kepada responden mengenai topik penelitian.

Wawancara dapat didefiniskan sebagai interaksi yang berlangsung dua orang atau lebih secara sistematis agar mendapatkan infomasi.62 Menurut Esterberg yang dikutip oleh Sugiyono, wawancara terbagi menjadi tiga macam yakni:

a) Wawancara terstruktur.

b) Wawancara semiterstruktur.

62Emzir, Metodologi Kualitatif Analisis Data…, h. 50.

(49)

c) Wawancara tidak terstruktur.63

Wawancara terstruktur adalah teknik pengumpulan data yang dimana si peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi yang akan diperoleh.Dalam melakukan wawancara peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dan alternatif jawabannya pun telah disiapkan.Dengan wawancara terstruktur ini, setiap responden diberi pertanyaan dan peneliti mencatatnya selain itu juga dalam wawancara ini, dapat menggunakan beberapa pewawanacara sebagai tempat untuk mengumpulkan data.

Wawancara semiterstruktur adalah tekhnik wawancaratermasuk dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka. Dalam wawancaranya, responden diminta pendapat dan ide-idenya, sedangkan peneliti sibuk mendangarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh responden.

Wawancara tidak berstruktur adalah tekhnik wawancara yang peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun lengkap untuk pengumpulan datanya. Dalam wawancaranya, peneliti hanya menggunakan garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden.64

Penelitian ini mengambil teknik wawancara semiterstruktur, karena peneliti lebih mudah dalam menemukan permasalahan hanya dengan

63Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…, h. 309.

64Ibid., h. 320.

(50)

memfokuskan responden untuk dimintai seluruh pendapat dan peneliti sibuk mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan.

Adapun subjek yang akan peneliti wawancara adalah kepala madrasah, pembina kegiatan keagamaan, wali kelas VII, beberapa guru dan beberapa peserta didik kelas VIII yang dijadikan sampel penelitian. Selain itu juga hal-hal yang akan peneliti wawancarai yakni bentuk-bentuk kegiatan keagamaan di MTs Nurul Qur’an Pagutan, strategi yang digunakan dalam pembentukan karakter peserta didik.

c. Metode Dokumentasi

Salah satu metode yang berperan dalam pengumpulan data adalah metode dokumentasi.Metode dokumentasi diartikan sebagai metode pengumpulan data dalam bentuk catatan kejadian masa lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan bentuk karya.65 Pada penelitian ini, metode dokumentasi digunakan agar mendapatkan data yang berhubungan dengan profil MTs Nurul Qur’an Pagutan.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di lapangan.Ketika saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawanacarai. Apabila jawaban yang diwawancarai masih kurang memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai diperoleh data yang kredibel.

65Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:

Alfabeta, 2014), h.148.

(51)

Analisis data menurut Bogdan Biklen yang dikutip Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan mengorganisasikan data, memilah milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting untuk dipelajari, serta memtuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.66

Hal senada juga diungkapkan oleh,

Miles dan Huberman yang dikutip Sugiyono mengemukakan bahwa aktivitas analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus hingga tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification.67 Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang dikemukakan oleh Milles dan Huberman yang mencakup tiga komponen, antara lain:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai sebagai suatu analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, meringkas dan mengorganisasi data dengan berbagai cara hingga kesimpulan-kesimpulan dapat ditarik.

b. Penyajian Data (DataDisplay)

Penyajian data maksudnya sebagai sekumpulan informasi yang tersusun dalam memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data berbentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan

66Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif…, h. 248.

67Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…, h. 337.

Gambar

Gambar 2.2  Kegiatan Shalat Dhuha. 91 c.  Membaca al-Qur’an

Referensi

Dokumen terkait

Dimana dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan terapi berjalan dengan lancar, diperkuat dengan jawaban atlet yang mengikuti s terapi, salah satu atlet

Munajib Kholid bagi masyarakat sangat mendasar sekali, yaitu mampu merubah paradigma mind set masyarakat akan pentingnya mempelajari ilmu agama sebagai kebutuhan dalam hidup, mampu

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara bebas Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemahaman

Hal ini adalah upaya untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik, menciptakan generasi yang beriman dan bertaqwa serta berakhlakul kharimah yang sesuai dengan tujuan pendidikan

Hasil penelitian ini menunjukkan penilaian autentik secara umum sudah dilaksanakan dengan baik namun demikian ada sejumlah kendala dalam pelaksanaan penilaian autentikyang dialami guru

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang digunakan dalam pemasaran produk tabungan SIMAPAN di KSP Lombok Sejati Cabang Mataram yaitu bersosialisasi dengan masyarakat banyak

Menurut Purwanto, Supervisi pembelajaran adalah: “kegiatan kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik- personal maupun material yang memungkinkan terciptanya

Selanjutnya pada variabel kepemimpinan Dinas Koperasi dan UKM kota Padang sudah cukup baik karena telah memberikan motivasi serta pengarahan pada pihak pengelola KSPPS dalam