• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keluaran Data

Dalam dokumen Menguak Misteri Alam dengan Geografi (Halaman 169-175)

Definisi dan Sistem Penginderaan Jauh

B. SIG Konvensional

4. Keluaran Data

Keluaran utama dalam SIG baik yang modern maupun digital adalah informasi spasial baru. Informasi ini perlu disajikan dalam bentuk cetakan (hardcopy) supaya dapat dimanfaatkan dalam kegiatan operasional. Perangkat lunak pada SIG yang lebih modern mempunyai kemampuan yang lebih canggih dan lebih mudah dipahami oleh pengguna, terutama dalam proses layout. Sedangkan SIG yang semi konvensional menyediakan fasilitas layout tetapi dengan proses yang relatif lebih rumit. Dalam SIG yang sangat konvensional, proses layout dilakukan secara manual seperti halnya kita melakukan layout biasa. Tentunya kamu bisa membayangkan bagaimana perbedaan SIG modern dan SIG konvensional dalam proses ini.

Nah, setelah mempelajari SIG modern dan SIG konvensional, kamu dapat mengetahui bagaimana sejarah perkembangan SIG dan peranan keduanya dalam berbagai kondisi. Jika kita menemui hambatan berupa tidak adanya perangkat lunak SIG yang lebih canggih, sistem konvensional pun masih bisa kita terapkan meskipun dengan berbagai kekurangan. Tabel berikut memperlihatkan kelebihan SIG modern dan kekurangan pekerjaan manual (SIG konvensional).

Tabel 5.10 Perbandingan SIG dan Pekerjaan Manual (SIG Konvensional)

Peta Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan

Sekarang kamu telah mengetahui betapa pentingnya SIG dalam suatu perencanaan dan pengambilan keputusan bagi pembangunan di suatu wilayah. Nah, kali ini kamu akan diajak untuk membuat peta arahan fungsi pemanfaatan lahan di wilayah DAS Kabuyutan. Proyek ini merupakan contoh penerapan prinsip SIG, meskipun hanya kamu lakukan secara manual. Nah, hal-hal yang perlu kamu siapkan dan lakukan sebagai berikut.

SIG Modern SIG Konvensional

Penyimpanan Database digital baku dan terpadu. Skala dan standar berbeda.

Pemanggilan data Pencarian dengan komputer. Cek manual

Pemutakhiran Sistematis Mahal dan memakan waktu.

Analisis overlay Sangat cepat Memakan waktu dan tenaga.

Analisis spasial Mudah Rumit

Penayangan Murah dan cepat Mahal

Sumber:Dokumen Penulis

1. Alat dan Bahan

a. Peta-peta di bawah ini.

PETA JENIS TANAH DAS KABUYUTAN

2

10

3 8 37

41 37

37 41

L E G E N D A : 2

3

Aluvial hidromorf Aluvial kelabu tua Asosiasi aluvial kelabu dengan cokelat kelabu.

Asosiasi glei humus rendah dengan aluvial kelabu.

Grumusol kelabu tua.

Kompleks grumusol, regosol, dan mediteran.

Waduk Malahayu 8

10 37 41 PETA KEMIRINGAN LERENG

DAS KABUYUTAN

I

II II I

II III

II I

II

IV I

II II I

II III

II I

II

IV

L E G E N D A Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam Waduk Malahayu I

II III IV V PETA CURAH HUJAN HARIAN RATA-RATA

DAS KABUYUTAN

II

III

II

I

L E G E N D A Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Waduk Malahayu I

II III IV

Sumber:Dokumen Penulis

b. Tabel klasifikasi dan skor faktor kemiringan lereng, jenis tanah menurut kepekaan erosi, dan intensitas hujan harian rata-rata.

Klasifikasi dan Skor Faktor Kemiringan Lereng

Kelas Kemiringan Lereng (dalam %) Keterangan Skor

I 0,00–8,00 datar 20

II 8,01–15,00 landai 40

III 15,01–25,00 miring 60

IV 25,01–45,00 curam 80

V 45,01 atau lebih sangat curam 100

Sumber: Diktat Pelatihan SIG

Klasifikasi dan Skor Intensitas Hujan Harian Rata-Rata

Kelas Intensitas (mm/hr) Keterangan Skor

I s/d 13,60 sangat rendah 10

II 13,61–20,70 rendah 20

III 20,71–27,70 sedang 30

IV 27,71–34,80 tinggi 40

V 34,01 atau lebih sangat tinggi 50

Sumber: Diktat Pelatihan SIG

Klasifikasi dan Skor Jenis Tanah Menurut Kepekaan terhadap Erosi

Kelas Jenis Tanah Keterangan Skor

I Aluvial, glei, planosol, hidromorf kelabu tidak peka 15

II Latosol kurang peka 30

III Brown forest soil, non-calcicbrown, mediteran agak peka 45 IV Andosol, laterit, grumusol, podsol, podsolic peka 60 V Regosol, litosol, organosol, renzina sangat peka 75 Sumber: Diktat Pelatihan SIG

c. Tabel klasifikasi fungsi lahan.

Fungsi Lahan/Peruntukan Lahan Skor Total

Kawasan lindung t 175

Kawasan fungsi penyangga. 125–174

Kawasan budi daya tanaman tahunan. d 124

Sumber: Diktat Pelatihan SIG

d. Alat tulis

e. Kertas kalkir atau plastik transparan.

f. Pensil warna

2. Langkah Kerja:

a. Perhatikan bagan di bawah ini agar kamu memahami alur pemikiran pada proyek ini.

b. Mulailah dengan menggambar ketiga peta tersebut pada kertas kalkir atau plastik transparan dengan cara menjiplak sama persis dengan peta tersebut. Tiap peta digambar pada lembar yang berbeda dan dengan ukuran yang sama.

c. Buatlah masing-masing peta tersebut dengan ukuran kertas HVS kuarto. Kamu dapat memperbesar peta dengan fotokopi atau dengan metode grid.

d. Setelah peta selesai, berikan identitas berupa kelas tiap faktor.

Jangan lupa untuk memberikan legenda sekaligus skor pada tiap kelas. Legenda dapat kamu buat dalam bentuk tabel seperti pada tabel klasifikasi dan skor masing-masing parameter.

e. Lakukan tumpang susun ketiga peta tersebut secara bertahap.

Pertama, tumpang susunkan peta kemiringan lereng dengan peta curah hujan. Berikan nama pada satuan pemetaan hasil overlay dengan mendahulukan terlebih dahulu kelas kemiringan lereng, baru kemudian nilai curah hujan.

Contoh: I SR = lereng kelas I, curah hujan sangat rendah.

II R = lereng kelas II, curah hujan rendah.

III S = lereng kelas III, curah hujan sedang.

IV T = lereng kelas IV, curah hujan tinggi.

f. Tumpang susunkan lagi peta hasil tumpang susun pertama dengan peta jenis tanah. Kemudian, namailah satuan pemetaan baru tersebut dengan nomor jenis tanah. Misalnya:

I SR2 = kelas kemiringan lereng I, curah hujan sangat rendah, dan jenis tanah aluvial hidromorf.

g. Berilah nomor pada setiap satuan pemetaan, kemudian lakukan analisis untuk menemukan arahan fungsi lahan pada peta hasil overlay semua peta. Penentuan arahan fungsi lahan tersebut dilakukan dengan menjumlah semua skor parameter, yaitu skor kemiringan lereng, skor curah hujan, dan skor tanah. Analisismu dapat menggunakan bantuan tabel seperti berikut ini.

Overlay 3 peta

Klasifikasi arahan fungsi

lahan.

Pemberian ID dan skor.

Peta arahan fungsi lahan.

Peta kemiringan

lereng.

Penggambaran

Pemberian ID dan

skor.

Pemberian ID dan skor.

Peta jenis tanah.

Penggambaran

Pemberian ID dan skor.

Penggambaran Peta curah hujan.

h. Setelah hasil analisis selesai, lakukanlah dissolve (penggabungan) poligon-poligon dengan arahan fungsi lahan yang sama, menjadi satu poligon. Contoh seperti di bawah ini.

i. Lakukanlah layout peta arahan fungsi lahan tersebut dengan menarik. Warnailah peta tersebut dengan pensil warna. Warnai tiap arahan fungsi lahan yang sama dengan warna yang sama pula.

j. Buatlah komposisi peta tersebut sebaik dan seindah mungkin.

Kemudian adakan pameran hasil proyek ini. Biarkan seluruh warga sekolahmu memberikan penilaian terhadap hasil karyamu. Apa pun penilaiannya, kamu patut bangga karena telah mampu membuat arahan peruntukan lahan dengan prinsip SIG. Kamu hebat.

1 I SR1 20 10 15 45 Kawasan budi daya tanaman

(kelas I) (sangat rendah) (aluvial) tahunan.

2 I SRIV 20 10 60 90 Kawasan budi daya tanaman

(kelas I) (sangat rendah) (grumusol) tahunan.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Kriteria dan tata cara penetapan fungsi pemanfaatan lahan untuk setiap satuan lahan sebagai berikut.

a. Kawasan Fungsi Lindung

Kawasan fungsi lindung adalah suatu wilayah yang keadaan dan sifat fisiknya mempunyai fungsi lindung untuk kelestarian sumber daya alam, air, flora, dan fauna seperti hutan lindung, hutan suaka, hutan wisata, daerah sekitar sumber mata air, dan alur sungai, serta kawasan lindung lainnya.

Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi lindung, apabila besarnya skor total kemampuan lahannya sama dengan atau lebih besar 175, atau memenuhi salah satu/beberapa syarat sebagai berikut.

Nomor Satuan Pemetaan

Arahan Fungsi Lahan Karakteristik

Lahan

Skor Kelas Kemi-

ringan Lereng

Kelas Curah Hujan

Kelas Jenis Tanah

Skor Total

Hasil overlay Hasil overlay

setelah di-dissolve.

+2 +3

+1 +2

+2

+3

+1 +1

+1 +3

+3

Sumber:Dokumen Penulis

1) Mempunyai kemiringan lereng lebih besar dari 45%.

2) Jenis tanahnya sangat peka terhadap erosi (regosol, litosol, orga- nosol, dan renzina) dengan kemiringan lereng lebih dari 15%.

3) Merupakan jalur pengaman aliran/sungai, yaitu sekurang-kurang- nya 100 meter di kiri dan kanan aliran air/sungai.

4) Merupakan pelindung mata air, yaitu sekurang-kurangnya radius 200 meter di sekeliling mata air.

5) Mempunyai ketinggian (elevasi) 2.000 meter di atas permukaan laut atau lebih.

6) Guna keperluan/kepentingan khusus dan ditetapkan sebagai kawasan lindung.

b. Kawasan Fungsi Penyangga

Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang dapat berfungsi lindung dan berfungsi budi daya, letaknya di antara kawasan fungsi lindung dan kawasan fungsi budi daya seperti hutan produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras), kebun campur, dan lain-lainnya yang sejenis.

Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi penyangga apabila besarnya skor total kemampuan lahannya antara 125–174 dan atau memenuhi kriteria umum sebagai berikut.

1) Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budi daya secara ekonomis.

2) Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga.

3) Tidak merugikan segi-segi ekologi/lingkungan hidup apabila dikembangkan sebagai kawasan penyangga.

c. Kawasan Fungsi Budi Daya Tanaman Tahunan

Kawasan budi daya tanaman tahunan adalah kawasan budi daya yang diusahakan dengan tanaman tahunan seperti hutan produksi tetap, perkebunan (tanaman keras), tanaman buah-buahan, dan sebagainya.

Suatu satuan lahan ditetapkan mempunyai fungsi budi daya tanaman tahunan apabila besarnya skor total kemampuan lahannya 124 atau kurang, serta cocok atau seharusnya dikembangkan untuk usaha tani tanaman tahunan (kayu-kayuan, tanaman perkebunan, dan tanaman industri). Selain kawasan tersebut harus memenuhi kriteria umum seperti pada kawasan fungsi penyangga di atas.

d. Kawasan Fungsi Budi Daya Tanaman Semusim dan Permukiman Kawasan fungsi budi daya tanaman semusim dan permukiman adalah kawasan yang mempunyai fungsi budi daya serta diusahakan dengan tanaman semusim dan permukiman terutama tanaman pangan. Untuk memilahkan kawasan fungsi budi daya tanaman semusim ditentukan oleh kesesuaian fisik terhadap komoditas yang dikembangkan. Adapun untuk kawasan permukiman, selain memenuhi kriteria tersebut, secara mikro lahannya mempunyai kemiringan tidak lebih dari 8%.

SIG merupakan alat atau sarana analisis spasial yang sangat bermanfaat untuk menurunkan informasi baru berdasarkan kumpulan berbagai informasi tematik. Sebagai bukti dapat kamu lihat pada proyek yang telah kamu lakukan. Untuk membuat arahan fungsi lahan, kamu dapat menggabungkan dan menganalisis berbagai informasi tematik seperti kemiringan lereng, curah hujan, serta jenis tanah.

Informasi tematik tersebut bisa diperoleh dari analisis peta dan data lapangan. Peta kemiringan lereng diperoleh dari analisis garis kontur

pada peta. Peta jenis tanah bisa diperoleh berdasarkan survei lapangan.

Nah, itu semua merupakan sumber data pada SIG. Tidak hanya itu, bahkan hasil pengolahan berbagai citra penginderaan jauh sering digunakan sebagai sumber data dalam penginderaan jauh. Atau sebaliknya, saat pengolahan citra penginderaan jauh untuk mencapai tujuan tertentu memang harus diintegrasikan dengan SIG. Pada subbab berikut akan disajikan berbagai contoh penerapan SIG terutama mengenai integrasi penginderaan jauh dengan SIG. Cermati dan pahami betul, kelak hal ini akan sangat bermanfaat bagimu.

Dalam dokumen Menguak Misteri Alam dengan Geografi (Halaman 169-175)