• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini

B. Kajian Teori

1. Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini

inteligensi sebagai kemampuan memecahkan masalah atau mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih.29

Kognitif sering kali di artikan sebagai kecerdasan berpikir.

Kemampuan kognitif adalah pengertian secara luas mengenai berpikir dan mengamati. Jadi kognitif merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan dan kemampuan anak untuk mengoordinasikan berbagai cara berpikir dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya.30 Menurut Mentessori manusia dia mengidentifikasi perkembangan kognitif anak usia dini dimana anak melalui eksplorasi lingkungan, menyerap informasi, membangun konsep-konsep mereka tentang realitas, melalui menggunakan bahasa dan keluar dari dunia yang lebih besar kebudayaan dan kelompok.31

Beberapa ahli psikologi juga berpendapat bahwa kemampuan kognitif manusia tumbuh bersama dengan pertambahan usia manusia.

sebagain ahli psikologi lainnya berpandangan bahwa kemampuan berfikir manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana manusia hidup. Seperti halnya Colvin dalam buku Slavin yang dikutip oleh Masganti kemampuan kognitif adalah kemampuan menyesuaikan diri

29 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya, ( Jakarta: Kenca Perdanamedia Group,2012), 47

30 Ahmad Susanto, Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Pernadamedia Group,2015), 59

31 Maria Mentessori, Metode Mentessori, Panduan Guru dan Orangtua Didik PAUD (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2015), 79

dengan lingkungan.32 Sedangkan Menurut Flavell dalam buku profil perkembangan anak yang dikutip oleh Allen proses kognisi mencakup kegiatan mental seperti menemukan, menginterpretasi, memilih, mengelompokkan dan mengningat dan perkembangan kognitif adalah suatu proses interaksi yang berhubungan langsung antara anak dan pandangan perseptualnya terhadap sebuah benda atau kejadian di suatu lingkungan.33

Menurut ahli filsuf Neurosains kognitif para ahli berpendapat bahwa satu-satunya di dunia nyata adalah pikiran atau jiwa, sedangkan dunia fisik (otak, badan, maupun jasmani) hanyalah ilusi belaka dan filsuf lain berpendapat bahwa sutu-satunya dunia nyata dunia fisik yakni otak, badan, maupun jasmani sedangkan dunia pikiran termasuk jiwa atau ruhani hanyalah sebentuk proses dari aktivitas yang terjadi dalam otak. Dan para ilmuan pada dasarnya Neurosains kognitif adalah ilmu tentang “otak-pikiran”, “jiwa-bandan”. Maupun “jasmani- ruhani”.34

Menurut Lev Semionovich Vygotsky yang dikutip oleh Khotadijah adalah seorang ahli psikologi sosial berasal dari Rusia.

Kemampuan kognitif anak di kembangkan melalui teori revolusi sosiokultural. Hasil risetnya banyak digunakan dalam mengembangkan

32 Slavin,Robert E. 2006, Educational Psychology (Boston:Pearson Education). Dalam Magsanti, Perkembangan Peserta Didik, (Medan:Perdana Publishing,2012), 78

33 Eileen Allen dan Lynn R. Marotz, Profil Perkembangan Anak Prakelahiran Hingga Usia 12 Tahun, (clifton Park: Indeks,2010), 29

34 Suyadi, Teori Pembelajaran Anak Usia Dini dalam Kajian Neurosains, (Yogyakarta: PT Remaja Rosdakarya,2014), 75

pendidikan bagi anak usia dini. Menurut Vygotsky “kemampuan kognitif anak dapat di bantu melalui interaksi sosial. Menurutnya kognitif anak tumbuh tidak hanya melalui tindakan terhadap objek, melainkan juga oleh interaksi dengan orang dewasa dan teman sebayanya.35

Dari pendapat di atas dapat dikaji bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan proses berpikir dan mengamati pengalaman atau kejadian dengan menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan pengalaman satu dengan lainnya yang kemudian di simpan dan diproduksi oleh otak.

b. Perkembangan Kognitif AUD

Perkembangan kognitif merupakan perkembangan dari pikiran.

Pikiran adalah bagian dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman, penalaran, pengetahuan dan pengertian. Menurut witherington yang dikutip Susanto perkembangan kognitif adalah (perkembangan mental) perkembangan pikiran. Pikiran adalah bagian dari proses berpikir otak, pikiran yang digunakan untuk mengenali, mengetahui dan memahami.36 Sedangkan menurut Jerome Bruner yang dikutip Asri perkembangan kognitif manusia menandainya sebagai berikut: perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi sesuatu rangsangan, peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara

35 Carin Wiliam. 2007, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi, Edisi Ketiga, Diterjemahkan oleh Yahudi Santoso, Yogyakarta: Pustaka. Dalam Khodijah, Perkembangan, 55

36 Susanto, Perkembangan Anak, 53

realis, berkembang intelektual melalui perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau dengan orang lain melalui kata-kata, interaksi secara sistematis antara guru dan orang tua diperlukan dengan perkembangan kognitif, bahasa kunci dari perkembangan kognitif, perkembangan kognitif di tandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternatif secara simultan.37

Adapun menurut Stemberg yang dikutip Susanto terdapat lima komponen kognitif yang sangat berpengaruh dalam kemampuan kognitif manusia, yaitu:

1) Metakomponen

Proses kendali yang lebih tinggi tingkatannya, yang digunakan dalam perencanaan pelaksanaan dan pengambilan keputusan dalam pemecahan masalah.

2) Komponen Penampilan

Proses yang menjalankan rencana dan melaksanakan keputusan-keputusan bersama yang dipilih oleh metakomponen.

3) Komponen pencapaian

Proses yang lebih dalam usaha untuk mempelajari informasi baru.

4) Komponen Ingatan

Proses yang terlibat dalam pengingatan informasi yang sebelumnya telah didisimpan dalam ingatan.

37 Asri Budiningsih, Belajar dan pembelajaran, (Jakarta: PT Renika Cipta, 2015), 40

5) Komponen Alih Terap

Proses yang terlibat dalam pemindahan informasi yang di ingat dari satu situasi ke situasi yang lain.38

Sedangkan menurut Bruner yang dikutip oleh Masganti menjabarkan 6 konsep pokok dalam perkembangan kognitif, yaitu:

a) Perkembangan intelektual ditandai oleh meningkatnya variasi respon terhadap stimulus.

b) Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan sistem pengolahan informasi yang dapat menggambarkan realita.

c) Perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk mengatakan pada dirinya sendiri dan orang lain melalui kata-kata atau simbol.

d) Interaksi antara guru dengan siswa sangat penting bagi perkembangan kognitif.

e) Bahasa menjadi kunci perkembangan kognitif.

f) Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai alternatif secara simultan.39 Anita E. Woolfolk yang dikutip oleh Diana, mengemukakan perkembangan kognitif kepada tiga kategori, yaitu: kemampuan untuk belajar, keseluruhan pengetahuan yang harus di peroleh dan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya dengan berhasil. Sedangkan

38 Susanto, Perkembangan Anak, 54

39 Masganti, Perkembangan Peserta,92-93

menurut Lev Vygotsky dalam buku The Development perkembangan kognitif adalah Zone of Proximal Development (ZPD) adalah suatu daerah kemampuan yang dapat dimaksimalkan dengan kemampuan memecahkan masalah setelah mendapat bantuan orang dewasa atau teman sebaya.40

Piaget yang dikutip oleh Susanto menyatakan bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahapan, masing-masing tahapan berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda.41 Piaget yang dikutip oleh Herdina mengungkapkan bahwa perkembangan kognitif dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahapan sensormotor, praoprasional, oprasional kongrit, dan formal oprasional. Berikut adalah penjelasannya:

a) Tahan Sensori-Motoris

Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini anak berada dalam suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecendrungan-kecendrungan sensori-motoris yang amat jelas.

Segala perbuatan merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek sensori-moris tersebut. Menurut piaget yang dikutip oleh Herdina pada tahap ini interaksi anak dengan lingkungannya, termasuk orang tuanya, terutama dilakukan melalui perasaan dan otot-ototnya. Interaksi ini terutama diarahkan oleh sensasi-sensasi dari lingkunganya. Dalam melakukan interaksi dengan

40 Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta:Prenada Media Group,2015),76-77

41 Susanto, Perkembangan Anak, 63

lingkungannya, termaksud dengan orang tuanya, anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan sentuhan, melakukan berbagai gerakan, dalam secara perlahan- lahan belajar mengoordinasikan tindakan-tindakannya, anak mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam simbol- simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang dan lain-lainya.

b) Tahap Praoprasional

Tahapan ini berlangsung mulai usia 2-7 tahun. Tahapan ini merupakan tahapan persiapan untuk pengorganisasian operasional kongrit. Istilah operasional yang digunakan oleh piaget yaitu berupa tindakan kognitif, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying), menata benda menurut urutan tertentu (seration) dan membilang (counting). Pada tahapan ini, pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman kongrit dari pada pemikiran logis, sehingga jika anak melihat objek-objek yang kelihatan berbeda, maka ia akan mengatakan berbeda pula.42

Tahapan ini juga disebut juga tahapan intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif, dalam arti semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tapi oleh unsur

42 Herdina, Psikologi 52

perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya. Piaget menunjukkan bahwa setelah lahir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Tahapan ini pemikirannya yang lebih simbolis ketimbang pada tahap sensorimotor tetapi tidak melibatkan oprasional, namun tahapan ini lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis.43

c) Tahapan Oprasional-konkrit

Tapahan oprasional kongrit dialami oleh anak usia 7-11 tahun yang dimana berada sekolah dasar pada umumnya dan pada tahapan ini anak sudah dapat memahami oprasional logis dengan bantuan benda-benda kongrit.44

Pada tahapan ini ada empat kemampuan dasar yang perlu untuk di rangsang pada anak-anak prasekolah dan proses-proses penting selama tahapan adalah:

(1) Pengurutan

Kemampuan mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri-ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda paling besar ke yang paling kecil.

43 Khadijah, Pengembangan, 70

44 Herdina, Psikologi, 52

(2) Klasifikasi

Kemampuan untuk mengidentifikasi serangkain benda menurut tampilannya, ukurannya atau karakterisik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.

Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animasen (beranggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).

(3) Decentering

Anak mulai mempertimbangankan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibandingkan cangkir kecil yang tinggi.

(4) Reversibility

Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda- benda dapat berubah, kemudian kembali ke keadaan awal.

Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8 dan 8-4 sama dengan 4.

(5) Konservasi

Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan peraturan atau tampil dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang ukurannya dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain

ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.

(6) Penghilangan Sifat Egosentrisme

Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu ia meninggalkan ruangan, kemudian Ujang datang dan memindahkan boneka tersebut lalu memindahkan ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali. Anak dalam tahapan ini, akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh si Ujang.45

d) Tahapan Oprasional Formal

Tahapan oprasional formal adalah tahapan terakhir perkembangan kognitif dalam teori piaget yaitu pada tahapan usia 11 tahun hingga dewasa, dimana anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikirannya lebih idealistik46. Karakteristik tahapan ini ialah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, nalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.

45 Khadijah, Pengembangan, 75

46 Witani, Psikologi, 76

Di tahapan tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(1) Walaupun tahapan tahapan itu dapat dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutnya selalu sama. Tidak ada urutan yang di lompati maupun urutan yang mundur.

(2) Universal (tidak terkait budaya).

(3) Dapat digeneralisasi: refresentase dan logika dari oprasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan.

(4) Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis.

(5) Urutan tahapan bersifat hierarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tetapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi).

(6) Tahapan merefresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model befikir, bukan hanya perbedaan kuantitif.47

Jadi dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif (perkembangan mental dan perkembangan kognitif) adalah dari pikiran. Pikiran merupakan bagian dari proses berpikirnya otak.

Bagian ini digunakan untuk proses pengakuan, mencari sebab akibat, proses mengetahui dan memahami.

47 Khadijah, Pengembangan, 76-77

c. Karakteristik Kemampuan Kognitif AUD

Sebagaian besar psikologi kognitivis (ahli psikologi kognitif) berkeyakinan bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir. Dalam pendidikan terdapat komponen yang saling berkaitan, komponen tersebut dapat dimanfatkan dengan baik untuk meningkatkan aspek perkembangan anak. Dalam pembelajaran agar berjalan dengan baik perlu adanya aspek perkembangan yang baik agar dalam proses belajar mengajar berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, maka diperlukan pengembangan berpikir kritis, berpikir logis dan berpikir simbolik.

1) Berpikir Kiritis

Menurut Gunawan yang dikutip oleh Munif berpikir kritis adalah kemampuan melakukan analisis, menciptakan, dan menggunakan kriteria serta objektif, serta melakukan evaluasi data, dimana dapat memecahkan masalah dan memperhatikan sebab akibat sebuah kejadian.48 Sedangkan menurut Alfred Binet yang dikutip oleh Susanto, terdapat tiga aspek kemampuan dalam intelegensi, yaitu: konsentrasi dimana kemampuan memusatkan pikiran kepada suatu masalah yang harus di pecahkan, adaptasi dimana kemampuan mengadakan adaptasi atau penyesuaian terhadap masalah yang dihadapinya dan berpikir kritis kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapinya,

48 Munif Chatib, Orang tuanya manusia Melejit Potensi dan Kecerdasan Dengan Menghargai Fitrah Setiap Anak (Bandung:PT Mizan Pustaka, 2012)77

maupun terhadap dirinya sendiri.49 Kemampuan berfikir kritis anak usia dini tidak seperti kemampuan berfikir kritis orang dewasa karena struktur pengetahuan yang dimiliki dimiliki antara keduanya sangat berbeda. Pada perinsipnya orang yang mampu berfikir kritis adalah orang yang tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu.

Iskandar yang dikutip oleh Laily menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis merujuk pada pikiran seseorang dalam menilai ke validitan dan kebaikan suatu ide, buah pikiran, pandangan dan dapat memberi respon berdasarkan kepada bukti dan sebab akibat, sedangkan menurut Fisher yang dikutip oleh Laily berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang trampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi.50 Sedangkan berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan kognitif berpikir kritis adalah menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (seperti: apa yang terjadi ketika air ditumpahkan), memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang fleksibel dan diterima sosial, menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru, menunjukkan sikap kreatif dalam menyelesaikan masalah (ide, gagasan di luar kebiasaan).51

49 Susanto, Perkembangan,51

50 Laily Hidayati, Pengembangan Kemampuan Berfikir Kritis pada Anak Usia Dini di Era Digital (Tuban: STAI Al Hikmah Tuban,2018),532

51Tim Penulis, Kerangka, 31

Berdasarkan teori diatas dapat simpulkan berpikir kritis adalah suatu sikap berpikir secara mendalam untuk mencerna informasi yang di dapat, mengevaluasi dan menyelesaikan masalah untuk mengambil keputusan yang telah di ambil oleh anak.

2) Berpikir Logis

Berpikir logis adalah mengenal mengenal berbagai perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana, dan mengenal sebab akibat yang terjabar dalam kompetensi dasar mengenal benda-benda disekitarnya (nama, warna dan bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi dan ciri-ciri lainnya) dan menyampaikan tentang apa dan bagaimana benda-benda disekitar yang dikenalnya.52

Berpikir logis adalah suatu proses menalar tentang objek dengan cara menghubungkan serangkaian pendapat untuk sampai pada sebuah kesimpulan menurut aturan-aturan logika. Jadi berpikir logis sama dengan berpikir konsisten sesuai dengan rambu-rambu atau tata cara berpikir yang benar. Menurut Albrecht yang dikutip oleh Anggi mendefinisikan berpikir logis dengan mengatakan

logical thinking is the process in which one uses reasoning consistently to come to a conclusion.” Berpikir logis merupakan sebuah proses yang menggunakan ketetetapan dalam memberikan alasan untuk mendapatkan sebuah kesimpulan. Lebih jauh lagi

52 Tim Penulis, Kerangka, 31

dijelaskan bahwa masalah atau situasi yang terkait dengan berpikir logis disebut sebagai struktur atau sistem, untuk hubungan antara fakta dan untuk serangkaian alasan atau sistem dalam membuat pengertian. Lebih lanjut Albrecht menjelaskan dasar dari berfikir logis adalah contoh gagasan atau ide. Proses ini terkait dalam mengambil ide-ide penting, fakta-fakta dan kesimpulan-kesimpulan yang telah berkaitan dalam sebuah masalah mengaturnya dalam sebuah rangakian seperti alat permainan congklak

Strydom yang dikutip oleh Anggi mendefinisikan Logical Thinking dengan menyatakan bahwa berpikir logis merupakan pemikiran yang berhubungan dengan sebab dan akibat,yang di dalamnya terdapat perubahan makna dimana hal itu merupakan bagian dari pemikiran. Logical Thinking berarti mengikuti rentetan ide atau gagasan.53 Sedangkan menurut tingkat pencapian perkembangan kognitif usia 5-6 tahun berpikir logis adalah mengenal perbedaan berdasarkan ukuran: “lebih dari”; “kurang dari;

dan “paling/ter”, menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan (seperti: ”ayo kita bermain pura-pura seperti burung”), menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan, mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya (angin bertiup menyebabkan daun bergerak, air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah), mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran

53 Anggi Sudono, Sumber Belajar dan Alat Permainan, (Jakarta:Gramedia,2010),1-2

(3 variasi), mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi, mengenal pola ABCD-ABCD Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya.54

Yaman yang dikutip oleh Rini mengatakan bahwa berpikir logis merupakan sebuah kemampuan yang di dalamnya ditentukan tahapan pada proses abstrak dalam pase perkembangan kognitif Pigaet. Yaman menjelaskan dengan kemampuan berpikir logis (Logical Thinking Skills), lesrners sloves the problem by doing various mental practices or reaches principals or rules by doing some abstraction and generalization.55 Berdasarkan urian di atas terlihat bahwa berpikir logis tidak terlepas dari dasar realitas, karena apa yang dipikirkan, ide-ide yang diambil serta fakta-fakta dan kesimpulan itu adalah realita. Realita yang selaras dengan aturan berpikir. Berpikir logis sering pula disebut sebagai berpikir abstrak, suatu bentuk berpikir yang lebih tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa berfikir logis adalah mengenalkan berbagai perbedaan, kasifikasi, pola, berinisiatif, berencana dan mengenal sebab akibat yang terjabar dalam kompetensi dasar mengenal benda-benda disekitarnya dan harus dikembangkan

54 Tim Penulis, Kerangka, 31

55 Rini Mardhiyantun, Pengembangan Berfikir Logis Anak Usia 4-5 Tahun (Surakarta: IAIN Surakarta,2018)18-19

dengan berbagai upaya supaya proses berfikir anak dapat berkembang secara optimal.

3) Berkir Simbolik

Pada perkembangan berpikir simbolik yang, terjadi adalah anak-anak melalui menggunakan sebuah objek atau tindakan untuk mempresentasikan sesuatu yang tidak ada dihadapanya. Tahapan simbolik termasuk dalam tahapan belajar mengenai konsep. Anak belajar mengenai simbol atau lambang dari objek-objek yang ada dipikiran dan yang ada dilingkungan sekitarnya. Konsep mengenai simbol-simbol yang ada dalam pikirannya kemudian diungkapkan melalui kata-kata ataupun kalimat. Pengungkapan secara verbal yang terjadi dapat membuktikan bahwa anak mulai mengenal akan konsep-konsep yang ada. Berpikir simbolik adalah menyebutkan lambang bilangan 1-10, menggunakan lambang bilangan untuk menghitung, mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan, mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan konsonan, merepresentasikan berbagai macam benda dalam bentuk gambar atau tulisan (ada benda pensil yang diikuti tulisan dan gambar pensil.56

Menurut Mutiah menyatakan berpikir simbolik adalah subtahapan pertama pemikiran praoperasional. Pada subtahapan ini, anak-ank mengembangkan kemampuan untuk membayangkan

56Tim Penulis, Kerangka, 31

secara mental suatu objek yang tidak ada. Kemampuan untuk berpikir simbolik semacam itu disebut fungsi simbolik dan kemampuan itu mengembangkan secara cepat dunia mental anak.

Sedangkan menurut Runtukahu menyebutkan dalam tahapan simbolik, anak memanipulasi simbol atau lambang objek-objek tertentu. Anak mampu menggunakan notasi tanpa tergantung pada objek nyata.57 Sedangkan menurut Dianes dalam buku Reys yang dikutip Oleh Susanto berpikir simbolik adalah kemampuan meningnat dan berpikir tentang simbol-simbol atau membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada dengan menggunkan simbol, kata, angka atau gambaran.58 Piaget yang dikutip oleh Elinda juga menjelaskan anak dalam perkembangan prasekolah memilki perkembangan berpikir atau kognitif yang masih perubahan dari cara berpikir sensorimotorik menjadi berpikir dengan mental, walaupun cara bekerjanya belum sempurna.59 Dalam tahapan ini anak mulai mempresentasikan dunia mereka dengan kata-kata, bayangan dan gambar-gambar. Pemikiran- pemikiran simbolik berjalan melampui koneksi-koneksi sederhana dari informasi sensorik dan tindakan fisik. Berpikir simbolik atau

57 Diana, mutiah, Pesikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta:Kencana Perdana Media Group, 2010),62

58 Susanto, Perkembangan,102

59 Elinda Prayitno, Buku Ajaran Perkembangan Anak Usia Dini dan SD (Padang:Angkasa Raya,2005)

sistematis, anak berpikir dengan menggunakan symbol-symbol (tanda-tanda anak sudah mengetahui huruf angka dan sebagainya).60

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan beberapa ahli di atas yang dimaksud dengan perkembangan berpikir simbolik adalah suatu proses perubahan yang tersusun dalam jangka waktu tertentu yakni yang terjadi pada tahapan praoprasional anak yakni pada usia 2-7 tahun. Pada tahap berpikir simbolik, anak sudah dapat mengungkapkan konsep yang ada dalam pikiran dan imajinasinya dan diungkapkan dalam bentuk kata-kata maupun kalimat. Berpikir simbolik merupakan dalam mengenal bilangan 1-10 serta huruf vokal dan konsonan. Tahapan simbolik termasuk dalam tahap belajar mengenai konsep yang dikemas dalam bentuk kata-kata maupun klaimat.

d. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif AUD

Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional. Tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak sebagai berikut:61

60 Jhon W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1(Jakarta: Erlangga, 2007)251-252

61 Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), 241