• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Membaca al-Qur’an

Dalam dokumen peranan guru pendidikan agama islam dalam (Halaman 32-37)

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teoritik

3. Kemampuan Membaca al-Qur’an

Secara etimologi kemampuan diartikan sebagai kesanggupan, kecakapan dan kekuatan.23 Sedangkan secara istilah kemampuan adalah sesuatu yang benar-

21Suryabrata, Psikologi Pendidikan(Jakarta: PT Remaja Grafindo Persada, 2008), h. 233.

22Sumadi suryabrata, psikologi Kepribadian (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1982), h.

54.

23Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II (Jakarta, 1995), h. 623.

benar dapat dilakukan oleh seseorang, artinya pada tatanan realistis hal itu dapat dilakukan karena latihan-latihan dan usaha-usaha juga belajar.24

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.

Indikator yang berkaitan dengan kemampuan membaca adalah:

1. Melafalkan atau membaca bahan qiro’ah dengan intonasi yang baik dan benar 2. Menjawab pertanyaan-pertanyaan atau latihan tentang kandungan bahan qiro’ah

dengan baik dan benar.

Dari kedua indikator dapat dikembangkan lagi seperti pada indikator pertama, dengan menggunakan instrumen lebih spesifik mengenai pelafalan, begitu juga indikator yang kedua.

Mengukur kemampuan membaca al-Qur’an a. Melafalkan bunyi huruf

b. Membaca kata perkata. Guru menyiapkan beberapa kata yang sudah dipelajari dan meminta siswa untuk membacanya.

c. Membaca kalimat perkalimat. Guru menyediakan beberapa kalimat yang sederhana maupun kalimat lengkap, kemudian guru meminta siswa untuk membacanya.

d. Membaca menyaring alinea dengan terputus. Membaca ini ditujukan untuk mengetahui siswa dalam kelancaran membaca.25

24Najib Kholid Al-Amir, Mendidik Cara Nabi SAW (Bandung:Pustaka Hidayah, 2002), h.

166. 25www.Mengukur%Kemampuan%Membaca%20_%20Wikanengsih%20Weblog.htm diakses pada tanggal 18 Juni 2017

Dengan demikian membaca dipandang sebagai sarana memenuhi kebutuhan dan sarana untuk mencapai tujuan lewat bahan bacaan atau dapat dikataan membaca suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan untuk memperoleh kesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau bahasa tulis.26 Sehingga membaca bukan sekedar mengenal dan mengeja kata-kata, tetapi jauh lebih dalam lagi yaitu dapat memahami gagasan yang dapat disampaikan kata- kata yang tampak itu dengan kemampuan melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa yang tepat dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.

Berpijak pada pengertian di atas, dapat penulis rumuskan pengertian dari kemampuan membaca al-Qur’an yaitu kesanggupan, kecakapan dan kekuatan seseorang dalam membaca al-Qur’an secara tartil dan memahami maksud serta mengerti makna yang terkandung dalam bacaan dan yang membacanya adalah ibadah.

Bila diperhatikan dari bacaan ayat-ayat yang terkandung dalam al-Qur’an memerlukan pengetahuan untuk dapat membacanya dengan huruf-huruf yang ada.Dengan mengenal huruf-huruf tersebut dapat diteruskan kepada pengenalan susunan dalam kalimat atau ayat. Oleh sebab itu, membaca al-Qur’an perlu belajar untuk mengenal segala sesuatu yang berhubungan dengan huruf, tanda-tanda baca dalam suatu cara, yang akhirnya dapat membaca al-Qur’an dengan sebenarnya.

Membaca yang sebenarnya adalah yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sehingga maksud yang terkandung dalam al-Qur’an dapat

26Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa (Bandung:

Aksara, 1987), h. 8.

dipahami dan tidak menyimpang dari arti yang sebenarnya.Membaca al-Qur’an yang benar, bukan saja untuk dapat mengetahui isi dan tujuannya, tetapi juga merupakan ibadah kepada Allah SWT.27

Pengetahuan membaca al-Qur’an adalah berhubungan dengan beberapa bidang penguasaan praktis, diantaranya makhraj, fashahah dan tajwid.

G. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian adalah suatu kegiatan objektif dalam menemukan dan mengembangkan serta menguji ilmu pengetahuan, berdasarkan atas prinsip- prinsip teori yang disusun secara sistematis melalui proses yang intensif dalam mengembangkan generalisasi. Kaitannya dengan judul ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif, karena data yang peneliti kumpulkan dalam penelitian ini berupa pendapat, konsep-konsep, keterangan, tanggapan, dan informasi yang berbentuk uraian dalam mengungkapkan permasalahan yang tidak menggunakan perhitungan dan angka-angka serta tidak memakai analisis statistik.

Nana Syaudih, mengemukakan “penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok beberapa diskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan”.28

Sedangkan menurut Sudarwan, mengemukakan lima ciri penelitian kualitatif yaitu:

27Tim Dosen IAIN Mataram, Model Pembelajaran al-Qur’an Hadits, Program Peningkatan Kualifikasi SI Guru MI, Fakultas Tarbiyah IAIN Mataram, h. 5.

28Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009), h. 60.

a. Penelitian kualitatif mempunyai setting alami sebagai sumber data langsung.

b. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar bukan angka-angka. Kalaupun ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang.

c. Penelitian kualitatif lebih menekankan proses kerja yang seluruh fenomena yang dihadapi diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Penelitian kualitatif cenderung menggunakan pendekatan induktif, abstraksi-abstraksi disusun oleh peneliti atas dasar yang telah terkumpul dan dikelompokkan bersama-sama melalui pengumpulan data selama kerja lapangan di lokasi penelitian.

e. Penelitian kualitatif member titik tekan pada makna, yaitu fokus penelaahan terpaut langsung dengan masalah kehidupan manusia.29 Berdasarkan penelitian diatas, pemilihan pendekatan ini dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan data dengan femomena dilapangan, sehingga peneliti sebagai instrumen kunci melalui observasi terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan dan wawancara secara mendalam kepada instrumen yang terkait.

Adapun alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif ini adalah:

1) Dengan pendekatan kualitatif, peneliti dihadapkan langsung dilapangan dan individu-individu secara utuh guna memperoleh data yang objektif dan logis.

2) Dengan pendekatan kualitatif ini juga, peneliti langsung dapat merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sosial mereka sendiri serta dapat mempelajari kelompok-kelompok dan pengalaman-pengalaman yang mungkin belum pernah kita ketahui sama sekali.

29Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif(Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 51.

Dalam dokumen peranan guru pendidikan agama islam dalam (Halaman 32-37)