Selain aktivitas fisik, diketahui pemberian supplementasi dengan zat tertentu maupun dengan pengobatan medikamentosa dapat membantu menurunkan berat badan. Alpha lipoic acid atau ALA merupakan senyawa antioksidan yang memiliki efek membantu menurunkan berat badan.
Efek penurunan berat badan dari ALA disebabkan oleh hambatan pada aktivitas AMP kinase pada hypothalamus. AMP kinase (AMPK) adalah pengatur utama pada metabolisme glukosa dan lipid pada sel. AMPK akan diaktivasi ketika energi seluler habis. Aktivasi AMPK pada otot skeletal akan meningkatkan pengambilan glukosa. Aktivasi AMPK juga akan meningkatkan oksidasi asam lemak bebas melalui hambatan pada acetyl-coenzyme A carboxylase.
AMPK yang teraktivasi akan memberikan sinyal rasa lapar, dan membuat subjek memiliki rasa ingin makan. Pemberian ALA diketahui akan menghambat aktivasi AMP kinase pada hipotalamus sehingga menghambat rasa lapar. ALA dapat menstimulasi transport glukosa dan sintesa ATP pada jaringan perifer, dan dapat menghambat aktivasi AMP kinase melalui peningkatan pengambilan glukosa oleh sel hipotalamus.
ALA juga diketahui memiliki efek lipolisis. Hormone sensitive lipase (HSL) adalah lipase intraseluler yang mampu menghidrolisis triasilgliserol, diasilgliserol, monoasilgliserol, dan kolesterol-ester. Enzim ini berfungsi untuk memobilisasi cadangan lemak menjadi energi (Kolehmainen et al., 2002). ALA mampu meningkatkan fosforilasi HSL yang akan memecah lemak menjadi energi dan mengurangi masa lemak subkutan maupun viseral (Watt et al., 2006;
Fernandez et al., 2012).
3.2 Konsep Penelitian
Gambar 3.1 Konsep Penelitian
.
Faktor Eksternal:
- Gaya Hidup
- Konsumsi makanan
- Aktivitas Fisik - Lingkungan -Pemberian Alpha Lipoic Acid
-Latihan Intensitas Sedang
Faktor Internal:
- Umur
- Jenis kelamin - IMT
- Kebugaran Fisik - Genetik
- Hormonal
Tikus Wistar Jantan Obesitas - Penurunan berat
badan
- Penurunan lemak subkutan abdominal - Penurunan lemak
i l bd i l
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Pemberian ALA secara oral dengan latihan fisik intensitas sedang dapat menurunkan berat badan lebih banyak daripada latihan fisik intensitas sedang saja pada tikus wistar jantan dengan obesitas.
2. Pemberian ALA secara oral dengan latihan fisik intensitas sedang dapat menurunkan berat lemak subkutan abdominal lebih banyak daripada latihan fisik intensitas sedang saja pada tikus wistar jantan dengan obesitas.
3. Pemberian ALA secara oral dengan latihan fisik intensitas sedang dapat menurunkan berat lemak visceral abdominal lebih banyak daripada latihan fisik intensitas sedang saja pada tikus wistar jantan dengan obesitas.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post test only control group design (Federer, 2008). Skema penelitian digambarkan sebagai berikut : P0
P1
P2
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
Keterangan:
P : Populasi S : Sampel
R : Randomisasi Sampel
P0 : Perlakuan kelompok kontrol dengan makanan standard setelah tikus menjadi obesitas
P1 : Perlakuan kelompok perlakuan dengan makanan standard dan latihan fisik intensitas sedang setelah tikus menjadi obesitas
P S R
O1
O2
O3
53
P2 : Perlakuan kelompok perlakuan dengan makanan standard dan latihan fisik intensitas sedang dan pemberian ALA setelah tikus menjadi obesitas
O1 : Observasi berat badan, lemak subkutan abdominal dan lemak viseral abdominal kelompok kontrol post test
O2 : Observasi berat badan, lemak subkutan abdominal dan lemak viseral abdominal kelompok perlakuan 1 post test
O3 : Observasi berat badan, lemak subkutan abdominal dan lemak viseral abdominal kelompok perlakuan 2 post test
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar. Penelitian dilaksanakan dalam waktu 13 minggu, yang terdiri dari :
Minggu 1 : adaptasi tikus dan persiapan
Minggu 2 – 9 : perlakuan tikus sehingga menjadi obesitas
Minggu 10 – 13 : perlakuan pada tikus dan pengukuran berat badan tiap minggu Minggu 14 : satu hari untuk penimbangan berat badan, berat lemak subkutan dan viseral abdominal post perlakuan.
4.3 Populasi dan Kriteria Sampel Penelitian 4.3.1 Sampel penelitian
Dalam penelitian ini digunakan tikus dengan kriteria sebagai berikut : tikus putih (Rattus Norvegicus) galur Wistar, jantan, dewasa yang sehat, obesitas (berat lebih dari 250 gram) , berumur 4-5 bulan.
4.3.2 Kriteria Sampel 1. Kriteria inklusi
Kriterian inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tikus putih ( Rattus Norvegicus) galur Wistar , jantan, sehat, umur 4-5 bulan dan obesitas dengan berat badan minimal 250 gram .
2. Kriteria drop out
Tikus putih sakit atau mati.
4.3.3 Besar Sampel
Pada penelitian ini perhitungan jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus Federer (2008)
Keterangan :
n = jumlah sampel t = jumlah perlakuan Perhitungan :
(n – 1) x (3 – 1) ≥15 (n – 1) x 2 ≥15
(n – 1) x (t – 1) ≥15
2n – 2 ≥15
2n ≥17
n ≥ 8.5
Untuk mengantisipasi adanya sampel yang drop out maka ditambah 10%, sehingga jumlah cadangan tikus = 10% x 8.5 = 0.85 ≈ 1 ekor. Jadi sampel yang diperlukan adalah 10 ekor per kelompok, sehingga jumlah sampel yang diperlukan untuk 3 kelompok perlakuan adalah 30 ekor.
4.4. Variabel Penelitian 4.4.1. Klasifikasi Variabel
1. Variabel bebas : ALA dan latihan fisik intensitas sedang.
2. Variabel tergantung: berat badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat lemak viseral abdominal.
3. Variabel kendali : diet tinggi kalori , jenis tikus, umur tikus, galur Wistar, berat badan tikus, panjang naso-anal tikus, jenis kelamin tikus putih .
4.4.2 Definisi Operasional
1. ALA 100 mg adalah dosis antioksidan Alpha Lipoic Acid dengan merk dagang Alpha Lipoic Acid® dari GNC dalam bentuk tereduksinya yakni Dihidro Lipoic Acid (DHLA) dengan sisi R-Isomer yang dapat mereduksi radikal bebas dalam darah. Dosis yang diberikan mengikuti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Seo et al. (2012) yaitu 0.5% wt./wt. berat badan. Dengan perhitungan dari indeks Lee didapatkan berat badan tikus yang obesitas adalah kira-kira 250 gram. Dengan demikian, dosis yang diberikan adalah
0.5% wt./wt. ALA x 250 gram = 15 mg perhari. ALA diberikan per sonde (force feeding) satu kali sehari.
2. Latihan Intensitas sedang Latihan intensitas sedang meliputi;
a. Renang di dalam ember berdiameter 35 cm, dengan kedalaman air 20 cm.
b. Frekuensi : setiap hari.
c. Durasi : selama 20 menit. Berdasarkan penelitian waktu latihan intensitas berat pada tikus sehingga timbul kelelahan (tenggelam) didapatkan lama waktunya 60 menit (Jawi, 2002). Untuk latihan intensitas sedang; 30%
dari intensitas berat. Jadi 30% x 60 menit = 18 menit. Sehingga diperlukan sekitar 18 menit (dibulatkan 20 menit) (Pangkahila, 2009). Pada Penelitian pendahuluan untuk mencari waktu yang tepat dalam menentukan waktu latihan untuk intensitas sedang dalam percobaan mencit direnangkan didapatkan bahwa waktu latihan selama 60 menit tikus tampak mengalami kelelahan dan mau tenggelam; dalam waktu 30 menit tikus tampak mengalami kelelahan;
dalam waktu 20 menit tikus masih bisa berenang tapi tidak mengalami kelelahan (Vitariana, 2010).
3. Berat badan, diukur dengan timbangan tikus merk Tanita.
4. Berat lemak abdomen adalah berat lemak viseral dan berat lemak subkutan abdomen.
5. Berat lemak viseral abdomen adalah lemak yang terdapat di daerah intraperitoneal, mencakup lemak omental dan mesenterik, diukur dengan timbangan merk Sartorius yang memiliki kepekaan sampai dengan 0,0001.
6. Berat lemak subkutan abdomen adalah lemak yang terdapat di lapisan subkutan di daerah di antara ruas tulang punggung thoracalis dan ruas tulang punggung coccygeal, diukur dengan timbangan merk Sartorius yang memiliki kepekaan sampai dengan 0,0001.
7. Tikus wistar jantan adalah hewan percobaan tikus jenis Rattus norvegicus, galur wistar, jenis kelamin jantan, yang sehat, berusia 4-5 bulan dengan berat kira- kira 250 gram (kriteria indeks Lee >0.3).
8. Diet tinggi karbohidrat dan lemak adalah diet yang terdiri dari karbohidrat 55%, lemak 35%, protein 10% yang didapat dari Laboratorium Farmakologi Universitas Udayana, Denpasar, Bali.
4.5 Alat dan Bahan Penelitian
1. ALA dengan merk dagang Alpha Lipoic Acid ® 100mg GNC 2. Gliserin
3. Diet tinggi karbohidrat dan lemak yang terdiri dari: karbohidrat 55%, lemak 35%, protein 10% yang didapat dari Laboratorium Farmakologi Universitas Udayana, Denpasar, Bali.
4. Sonde
5. Timbangan tikus merk Tanita 6. Timbangan merk Sartorius 7. Buku untuk mencatat data 8. Ember dan air
4.6 Prosedur Penelitian 4.6.1 Sebelum Perlakuan
1. Dari populasi tikus Wistar, dipilih 30 ekor tikus yang sesuai dengan kriteria inklusi untuk dijadikan sampel. Tikus sampel ini diadaptasikan terlebih dahulu selama 7 hari.
2. Kandang yang digunakan untuk memelihara tikus percobaan berupa bak plastik berukuran 50x40x20 cm dan pada bagian atas diberi penutup kawat, di dalam kandang terdapat tempat makanan dan botol minuman, serta pada dasar bak diberikan sekam padi untuk menyerap kotoran tikus. Setiap kandang berisi satu ekor tikus.
3. Semua tikus percobaan diaklimatisasi di Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Tikus di kandangkan dan diberikan makanan tinggi kalori sehari dua kali selama 60 hari, dan diberi minum secara ad libitum juga.
4. Tikus ditempatkan pada kondisi 12 jam pada pagi hari tanpa lampu, sedangkan pada 12 jam berikutnya (malam hari) diberi penerangan berupa lampu kuning 10 watt. Suhu kandang dijaga pada kisaran suhu 25°C dan kelembaban 70%, kebersihan dan kenyamanan kandang harus selalu dijaga dan tikus diperlakukan dengan kasih sayang.
5. Selama 8 minggu, ketiga kelompok tikus akan diberikan diet tinggi lemak tinggi karbohidrat dengan komposisi karbohidrat 55%, lemak 35%, protein 10%
yang didapat dari Laboratorium Farmakologi Universitas Udayana, Denpasar, Bali.
4.6.2 Pelaksanaan Penelitian
1. Setelah 8 minggu, akan didapatkan tikus obese dengan berat badan lebih dari 250 gram. Kemudian tikus dibagi menjadi 3 kelompok (masing-masing 10 ekor tikus) secara random dan makanan ketiga kelompok tikus tersebut diganti menjadi makanan standar.
P0 (kelompok kontrol) : tidak mendapat perlakuan apapun selama 4 minggu.
P1 (kelompok 1) : tikus melakukan latihan fisik intensitas sedang berupa renang di dalam ember berisi air dengan durasi 20 menit setiap hari selama 4 minggu.
P2 (kelompok 2) : tikus melakukan latihan fisik intensitas sedang berupa renang di dalam ember berisi air dengan durasi 20 menit setiap hari dan diberikan ALA personde satu kali sehari dengan dosis 15mg setiap hari selama 4 minggu.
2. Setelah 4 minggu pada ketiga kelompok dilakukan penimbangan berat badan dengan menggunakan timbangan Taniata. Setelah dilakukan penimbangan, ketiga kelompok tikus dibunuh dengan cara dianestesi secara inhalasi dengan chloroform. Setelah itu dilakukan pembedahan, dimana rongga abdomen dibuka, dicari, dan dipisahkan lemak subkutan abdominal yang terdapat di lapisan subkutan di daerah di antara ruas tulang punggung thoracalis dan ruas
tulang punggung coccygeal, kemudian diukur dengan timbangan merek Sartorius. Untuk lemak viseral abdominal diambil lemak yang terdapat di daerah intraperitoneal, mencakup lemak omentum dan mesenterik, diukur dengan timbangan merk Sartorius.
4.7 Alur Penelitian
Gambar 4.2 Alur Penelitian Adaptasi selama tujuh hari
Kontrol Kelompok 1
Tikus diberi diet standar setiap hari selama 28 hari
Tikus diberi diet standar dan latihan fisik intensitas sedang selama 28 hari
Berat badan
Berat Lemak Subkutan Abdominal Berat Lemak Viseral Abdominal
Analisis Data
Tikus diberi diet tinggi kalori selama 8 minggu
Pemilihan tikus yang memenuhi syarat obesitas Tikus Wistar
(Hewan Coba)
Tikus diberi diet standar, latihan fisik intensitas sedang dan ALA selama 28 hari
Kelompok 2
4.8. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah sebagai berikut:
Data yang diperoleh dari penelitian akan dianalisis dan diolah dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Analisis deskriptif
Semua data dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analistik ( uji hipotesis ) untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki.
2. Analisis normalitas
Data uji normalitas dengan menggunakan Shaphiro – wilk karena sampel yang digunakan kurang dari 30 sampel. Data berdistribusi normal (p>0,05).
3. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan homogenity of variance test dengan Lavene’s test dan bersifat homogen (nilai p>0,05).
4. Uji komparasi untuk mengetahui perbedaan rerata berat badan, berat lemak subkutan dan lemak viseral abdominal antar kelompok sesudah perlakuan dengan ketentuan sebagai berikut :
Data berdistribusi normal (p>0,05) dan homogen kemudian dilakukan analisis komparabilitas dengan T-independence test, analisi kemaknaan dengan one way Annova test dan dilanjutkan dengan LSD untuk mengetahui perbedaan individual antar kelompok
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan completely randomized menggunakan Post-test only Control Group Design yang menggunakan 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, galur Wistar, sehat, umur 4-5 bulan dan obesitas dengan berat badan minimal 250 gram yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol (P0) tidak mendapat perlakuan apapun, kelompok perlakuan 1 (P1) yang diberikan latihan fisik intensitas sedang berupa renang di dalam ember berisi air dengan durasi 20 menit setiap hari selama 4 minggu, dan kelompok perlakuan 2 (P2) yang diberikan latihan fisik intensitas sedang berupa renang di dalam ember berisi air dengan durasi 20 menit setiap hari dan diberikan ALA personde satu kali sehari dengan dosis 15 mg setiap hari selama 4 minggu. Hasil penelitian ini kemudian dianalisis dan disajikan menggunakan hasil analisis deskriptif, normalitas data, homogenitas data, dan uji komparabilitas.
5.1 Analisis Deskriptif
Rerata berat badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat lemak viseral abdominal setelah 4 minggu perlakuan (posttest). Hasil analisis deskriptif berat badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat lemak viseral abdominal pada masing-masing kelompok disajikan pada Tabel 5.1.
64
Tabel 5.1
Hasil Analisis Deskriptif Data Variabel Kelompok
Subjek N Rerata
(gram) SB Minimum (gram)
Maksimum (gram)
Berat badan
P0 10 279,10 5,84 269 286
P1 10 257,90 10,31 243 279
P2 10 213,90 8,92 201 231
Berat lemak subkutan abdominal
P0 10 1,99 0,49 1,3 2,9
P1 10 1,46 0,31 1,0 2,0
P2 10 0,66 0,24 0,3 0,9
Berat lemak viseral abdominal
P0 10 2,19 0,76 1,1 3,2
P1 10 1,46 0,49 0,9 2,4
P2 10 0,79 0,46 0,3 1,6
Gambar 5.1
Perbandingan Rerata Berat Badan antar Kelompok
Gambar 5.2
Perbandingan Rerata berat Lemak Subkutan Abdominal antar Kelompok
Gambar 5.3
Perbandingan Rerata Berat Lemak Viseral Abdominal antar Kelompok
5.2 Uji Normalitas Data
Rerata berat badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat lemak viseral abdominal setelah 4 minggu perlakuan (posttest) diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p>0,05) (Tabel 5.2).
Tabel 5.2
Hasil Uji Normalitas Data Antar Kelompok
Variabel Kelompok
Subjek N p Keterangan
Berat badan
P0 10 0,309 Normal
P1 10 0,429 Normal
P2 10 0,871 Normal
Berat lemak subkutan abdominal
P0 10 0,713 Normal
P1 10 0,940 Normal
P2 10 0,068 Normal
Berat lemak viseral abdominal
P0 10 0,464 Normal
P1 10 0,341 Normal
P2 10 0,061 Normal
n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi
5.3 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Rerata berat badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat lemak viseral abdominal setelah 4 minggu perlakuan (posttest) diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Lavene’s test. Hasil menunjukkan bahwa varian data hasil penelitian adalah homogen (p>0,05). Data disajikan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3
Hasil Uji Homogenitas Data Antar Kelompok
Variabel N p Keterangan
Berat badan 30 0,576 Homogen
Berat lemak subkutan abdominal 30 0,094 Homogen Berat lemak viseral abdominal 30 0,072 Homogen N = jumlah sampel; p = taraf signifikansi
5.4 Uji Komparabilitas
Analisis komparabilitas ini bertujuan untuk membandingkan rerata berat badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat lemak viseral abdominal setelah 4 minggu perlakuan (posttest). Hasil analisis kemaknaan diuji dengan uji t- independence pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4
Rerata Nilai Variabel antar Kelompok Sesudah Perlakuan Variabel Kelompok
Subjek N Rerata
(gram) SB F p
Berat badan
P0 10 279,10 5,84
P1 10 257,90 10,31 150,776 0,000
P2 10 213,90 8,92
Berat lemak subkutan abdominal
P0 10 1,99 0,49
P1 10 1,46 0,31 34,029 0,000
P2 10 0,66 0,24
Berat lemak viseral abdominal
P0 10 2,19 0,76
P1 10 1,46 0,49 14,110 0,000
P2 10 0,79 0,46
SB = Simpangan Baku; F = F-test; p = signifikansi
Tabel 5.4 menunjukkan rerata berat badan sesudah 4 minggu perlakuan kelompok kontrol (P0) adalah 279,10±5,84 gram, pada kelompok P1 adalah
257,90±10,31 gram, dan pada kelompok P2 adalah 213,90±8,92 gram. Analisis kemaknaan dengan One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F= 150,776 dan nilai p= 0,000. Rerata berat lemak subkutan abdominal sesudah 4 minggu perlakuan kelompok kontrol (P0) adalah 1,99±0,49 gram, pada kelompok P1 adalah 1,46±0,31 gram, dan pada kelompok P2 adalah 0,66±0,24 gram. Analisis kemaknaan dengan One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F= 34,029 dan nilai p= 0,000. Rerata berat lemak viseral abdominal sesudah 4 minggu perlakuan kelompok kontrol (P0) adalah 2,19±0,76 gram, pada kelompok P1 adalah 1,46±0,49 gram, dan pada kelompok P2 adalah 0,79±0,46. Analisis kemaknaan dengan One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F= 14,110 dan nilai p= 0,000.
Hal ini berarti rerata berat badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat lemak viseral abdominal setelah 4 minggu perlakuan (posttest) antar kelompok kontrol (P0), kelompok perlakuan 1 (P1) dan kelompok perlakuan 2 (P2) berbeda sangat bermakna (p<0,01). Uji lanjutan untuk mengetahui perbedaan individual antar kelompok dengan menggunakan Least Significance Difference (LSD) test (Tabel 5.5).
Tabel 5.5
Analisis LSD Perbandingan Rerata Variabel antar Kelompok
Variabel Kelompok I Kelompok II Rerata Perbedaan p
Berat badan
P0 P1 21,200* 0,000
P2 65,200* 0,000
P1 P0 -21,200* 0,000
P2 44,000* 0,000
P2 P0 -65,200* 0,000
P1 -44,000* 0,000
Berat lemak subkutan abdominal
P0 P1 0,5300* 0,003
P2 1,3300* 0,000
P1 P0 -0,5300* 0,003
P2 0,8000* 0,000
P2 P0 -1,3300* 0,000
P1 -0,8000* 0,000
Berat lemak viseral abdominal
P0 P1 0,7300* 0,010
P2 1,4000* 0,000
P1 P0 -0,7300* 0,010
P2 0,6700* 0,017
P2 P0 -1,4000* 0,000
P1 -,6700* 0,017
*Berbeda bermakna (p<0,05) secara statistik diuji menggunakan Least Significaance Difference Test (LSD)
Hasil analisis lanjutan menggunakan LSD menunjukkan bahwa ketiga kelompok memiliki rerata berat badan, berat lemak subkutan abdominal dan berat lemak viseral abdominal yang berbeda setelah 4 minggu perlakuan (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa rerata berat badan dan berat lemak viseral abdominal pada kelompok P0 adalah yang paling tinggi, disusul oleh kelompok P1 dan kelompok P2 memiliki rerata berat badan dan berat lemak viseral abdominal yang paling rendah.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Subyek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan metode Posttest Only Control Group Design. Data dikumpulkan dari 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, galur Wistar, sehat, umur 4-5 bulan dan obesitas dengan berat badan minimal 250 gram. Penelitian dilakukan di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Semua tikus yang memenuhi kriteria obesitas sebanyak 30 ekor tikus dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol (P0) tidak mendapat perlakuan apapun, kelompok perlakuan 1 (P1) yang diberikan latihan fisik intensitas sedang berupa renang di dalam ember berisi air dengan durasi 20 menit setiap hari selama 4 minggu, dan kelompok perlakuan 2 (P2) yang diberikan latihan fisik intensitas sedang berupa renang di dalam ember berisi air dengan durasi 20 menit setiap hari dan diberikan ALA personde satu kali sehari dengan dosis 15 mg setiap hari selama 4 minggu. Setelah 4 minggu perlakuan dilakukan pemeriksaan berat badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat lemak viseral abdominal.
Penggunaan tikus sebagai subjek disebabkan karena tikus merupakan hewan yang memiliki banyak persamaan secara biologis terhadap manusia. Tikus merupakan salah satu hewan coba dalam penelitian berbasis percobaan nutrisi.
Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain, yaitu bahwa tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat
71
esofagus yang bermuara ke dalam lambung, serta tidak memiliki kantong empedu.
Karakteristik tikus yaitu tidak memiliki kantung empedu, tidak dapat memuntahkan kembali isi perutnya, tidak pernah berhenti tumbuh, namun kecepatannya akan menurun setelah berumur 100 hari. Penggunaan tikus Wistar (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya dengan sempurna mudah dipelihara dan cocok untuk berbagai macam penelitian. Sedangkan penggunaan tikus Wistar berjenis kelamin jantan dikarenakan tikus jantan tidak terpengaruh oleh siklus menstruasi seperti pada tikus Wistar betina, dimana pada tikus yang menstruasi akan terjadi perubahan hormonal yang akan memberi efek pada berat badan, berat lemak subkutan abdominal, dan berat lemak viseral abdominal (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
6.2 Pengaruh Latihan Fisik Intensitas Sedang Terhadap Berat Badan, Berat Lemak Subkutan Abdominal, dan Berat Lemak Viseral Abdominal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan berat badan yang signifikan sesudah 4 minggu perlakuan yaitu pada kelompok kontrol (P0) adalah 279,10±5,84 gram dan pada kelompok P1 adalah 257,90±10,31 gram (p<0,01).
Selain itu, rerata berat lemak subkutan abdominal juga mengalami penurunan sesudah 4 minggu perlakuan jika dibandingkan pada kelompok kontrol (P0) adalah 1,99±0,49 gram dan pada kelompok P1 adalah 1,46±0,31 gram (p<0,01).
Rerata berat lemak viseral abdominal sesudah 4 minggu perlakuan kelompok kontrol (P0) adalah 2,19±0,76 gram dan pada kelompok P1 adalah 1,46±0,49 gram (p<0,01).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Amalia (2005) yang menunjukkan bahwa latihan fisik secara teratur yang dilakukan minimal 6 sampai 8 minggu dengan durasi latihan minimal 30 menit akan menyebabkan penurunan berat badan dengan rerata 1,8 kg. Selain itu, penelitian lain menunjukkan hasil yang serupa bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan penurunan berat badan (p=0,000) (Febrina, 2007).
Perlakuan latihan fisik (renang) selama 18 minggu pada tikus menunjukkan bahwa latihan lebih banyak menyebabkan penurunan berat badan. Penurunan berat badan sebagai pengaruh dari olahraga bersamaan dengan penurunan massa lemak, lingkar perut, dan kadar kolesterol (Sudibjo, 2009). Purwanto (2011) menyatakan bahwa dalam kurun waktu 12 minggu setelah melakukan senam aerobik, persentase lemak badan menurun secara bermakna sebesar 3,42%.
Aktivitas otot merupakan salah satu jalan untuk memindahkan lemak dari jaringan adipose kemudian membakarnya menjadi energi di otot (Irving et al., 2008). Pelatihan fisik dapat mengurangi presentasi lemak tubuh dan meningkatkan massa otot, serta meningkatkan presentasi jaringan non-lemak.
Selain itu disebutkan pula bahwa program olahraga aerob dapat mengurangi risiko penyakit yang dihubungkan dengan obesistas (Sheerwood, 2012).
Aktivitas fisik memfasilitasi mobilisasi dan oksidasi lemak terutama pada jaringan adipose viseral yang akan menyebabkan penurunan kadar lemak tubuh karena meningkatnya metabolisme basal pada sel-sel tubuh (Dewi et al., 2015).
Individu yang terlatih memiliki otot yang berkapiler dan bermitokondria lebih banyak serta dapat meningkatkan kapasitas untuk menyimpan karbohidrat dan
mengoksidasi lemak (Psilander, 2014). Peningkatan penggunaan lemak sebagai energi pada latihan endurance terjadi selama latihan submaksimal (Gropper et al., 2009). Faktor lain yang berperan pada oksidasi lemak adalah proliferasi kapiler otot skelet yang meningkatkan pelepasan asam lemak ke otot, peningkatan karnitin transferase yang memudahkan transportasi asam lemak melewati membran mitokondria, dan peningkatan asam lemak pengikat protein yang mengatur transportasi asam lemak miosit (Horowitz dan Klein, 2000).
Oksidasi asam lemak menghalangi penggunaan glukosa dan glikolisis di dalam otot skelet. Kebanyakan asam lemak yang dioksidasi selama latihan dengan intensitas rendah (25% VO2 max) berasal dari asam lemak plasma. Seiring peningkatan intensitas latihan, terjadi peningkatan intramuscular triasilgliserol mencapai sekitar setengah total lemak yang teroksidasi. Total lemak yang teroksidasi selama latihan dengan intensitas tinggi (> 70% VO2 max) lebih rendah dibandingkan saat latihan dengan intensitas menengah meskipun pengeluaran energi selama latihan tersebut tergolong tinggi (Horowitz dan Klein, 2000). Selain pengaruh intensitas latihan, kecepatan oksidasi lemak juga dipengaruhi oleh durasi latihan yang dilakukan pada setiap intensitas. Perubahan lemak menjadi energi meningkat ketika latihan dilakukan pada periode waktu yang lama (Achten et al., 2002).
Menurut Maughan et al. (2007) kehilangan berat badan dapat berasal dari oksidasi substrat dalam tubuh, oksidasi air, dan hilangnya air akibat pelepasan glikogen. Oksidasi substrat dalam tubuh adalah oksidasi bahan bakar metabolik (karbohidrat, lemak, dan protein) saat latihan. Oksidasi tersebut menghasilkan