• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Konsep Dasar Medis 1. Pengertian

8. Komplikasi

Menurut Ryusuke (2017, dalam Herlina et al., 2020) bahkan dengan pengobatan, beberapa orang dengan pneumonia, terutama yang berada dalam kelompok berisiko tinggi, dapat mengalami komplikasi, di antaranya:

1) Bakteri dalam aliran darah (bakteremia)

Bakteri yang masuk ke aliran darah dari paru-paru dapat menyebarkan infeksi ke organ lain, berpotensi menyebabkan kegagalan organ.

2) Sulit bernapas

Jika pneumonia seseorang parah atau memiliki penyakit paru- paru kronis yang mendasarinya, seseorang mungkin kesulitan bernapas untuk mendapatkan cukup oksigen. Seseorang mungkin perlu dirawat di rumah sakit dan menggunakan mesin pernapasan (ventilator) agar paru-paru sembuh.

3) Penumpukan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura)

Pneumonia dapat menyebabkan cairan atau dahak menumpuk di ruang tipis antara lapisan jaringan yang melapisi paru-paru dan rongga dada (pleura). Jika cairan terinfeksi, mungkin diperlukan cara untuk mengeringkannya melalui chest tube atau diangkat dengan operasi.

4) Abses paru-paru

Abses terjadi jika nanah terbentuk di rongga di paru- paru. Abses biasanya diobati dengan antibiotik. Terkadang, pembedahan atau drainase dengan jarum panjang atau tabung ditempatkan ke dalam abses diperlukan untuk mengeluarkan nanah.

B. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian

a. Pengkajian Kritis meliputi (Muttaqin, 2019).

1) B1 (Breathing)

Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan pemeriksaan fokus, berurutan pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

a) Inspeksi

Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Gerakan pernapasan simetris. Pada klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal, napas cuping hidung serta adanya retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Saat dilakukan pengkajian batuk pada klien dengan pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya peningkatan produksi secret dan sekresi sputum yang purulent.

b) Palpasi

Gerakan dinding thoraks anterior atau ekskrusi pernapasan.

Pada palpasi klien dengan pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri (fremitus vokal).

c) Perkusi

Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila bronchopneumonia menjadi suatu sarang (kunfluens).

d) Auskultasi

Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan bunyi napas tambahan ronkhi pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa untuk

mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi.

2) B2 (Blood)

Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang didapat meliputi:

a) Inspeksi: Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum.

b) Palpasi: Denyut nadi perifer melemah

c) Perkusi: Batas jantung tidak mengalami pergeseran

d) Auskultasi: Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan.

3) B3 (Brain)

Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan kesadaran,didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.

4) B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan denganintake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.

5) B5 (Bowel)

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.

6) B6 (Bone)

Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

b. Pengkajian pola Gordon meliputi: pengkajian komprehensif mencakup seluruh askep kerangka pengkajian keperawatan seperti 11 pola kesehatan fungsional (Nuryanti, 2020).

1) Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesahatan

DS : persepsi pasien tentang mempertahankan kesehatannya, keluhan utama, riwayat keluhan utama, riwayat penyakit yang pernah dialami, faktor risiko dan faktor genetik.

DO : kebersihan mulut, kulit kepala, kebersihan kulit, hygiene

rongga mulut, kebersihan genetalia dan anus.

2) Pola Nutrisi dan Metabolik

DS : jenis, frekuensi dan jumlah makanan yang masuk setiap hari, jenis dan jumlah minuman, nafsu makan berlebih atau berkurang, makanan tambahan (suplemen), jenis makanan yang disukai, kesulitan pada waktu makan, mual, muntah dan kembung, ketaatan terhadap diet, rasa haus dan lapar adalah penurunan berat badan.

DO : jumlah intake dan output, pemeriksaan fisik seperti keadaan rambut, hidrasi kulit, palpebral/kunjungtiva, sclera, hidung, rongga mulut, gizi, kemampuan mengunyah, lida, pharing, kelenjar getah bening, kelenjar parotis, abdomen (inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi, ikterik, lesi).

3) Pola Eliminasi

DS : perubahan pola berkemih (poliuria, oliguria, anuria, disuria, noturia), rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih, infeksi inkontensia, pola BAB, frekuensi, karakteristik dan warna.

DO : bentuk feses, konsistensi, warna, jumlah urin, bau dan endapan, berbusa, encer, warna kuning. Adakah penggunaan kateter, palpasi kandung kemih, nyeri ketuk ginjal, mukut uretra, anus ( peradangan, hemoroid, fistula). Pemeriksaan

diagnostic dan terapi yang berhubungan dengan pola eliminasi.

4) Pola Aktivitas dan Latihan

DS : kebiasaan sehari-hari, kegiatan olahraga, aktivitas diwaktu senggang, keluhan pada pernapasan, keluhan pada jantung seperti berdebar-debar, nyeri dada, rasa lemah badan, letih,sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

DO : postur tubuh, gaya jalan, aktivitas harian, anggota gerak yang cacat, takikardi dan takipnea pada keadaan istrahat atau beraktivitas, latergi/disorientasi, koma, penurunan ketuatan otot.

5) Pola Tidur dan Istrahat

DS : jumlah jam tidur (siang dan malam), kebiasaan sebelum tidur, suasana gelap (gelap dan terang), perasaan saat bangun tidur, gangguan tidur seperti mimpi buruk, sering bekemih, gata- gatal, nyeri, sesak napas.

DO : ekspresi wajah mengantuk, banyak menguap, palpebral, inferior berwarna gelap, latergi, terapi yang berkaitan dengan pola tidur dan istrahat.

6) Pola Persepsi Kognitif

DS : gangguan pengelihatan, rasa tidak nyaman seperti nyeri, kesemutan, gangguan terhadap daya pengelihatan lingkungan, orang dan waktu (orientasi), perubahan dalam konsentrasi/daya ingat.

DO : penggunaan alat bantu, kemampuan berbicara, orientasi/disorientasi (waktu, tempat, orang), respon non verbal, pemeriksaan fisik meliputi pengelihatan, pendengaran, penurunan rasa pada lengan dan tungkai.

7) Pola Persepsi dan Konsep Diri

DS : konsep diri (identitas diri, ideal diri, harga diri, citra dan peran diri), kemampuan dalam pengambilan keputusan, pandangan pasien tentang dirinya, masalah financial yang berhubungan dengan kondisi.

DO : rentang perhatian, kontak mata, postur tubuh, pemeriksaan fisik meliputi kelainan bawaan yang nyata, abdomen, kulit dan punggung protesa.

8) Pola Peran dan Hubungan Sesama

DS : peran dalam keluarga, masyarakat, dan lingkungan.

Hubungan keluarga, masyarakat dan lingkungan

(konflik/perpisahan) adalah perasaan keterpisahan atau terisolir.

DO : hubungan dalam berinteraksi dengan anggota keluarga atau orang lain (kooperatif).

9) Pola Reproduksi dan Seksualitas

DS : hubungan penyakit dengan masalah seksualitas, gangguan fungsional/seksualitas, (impoten, kesulitan organisme).

DO : terapi yang berhubungan dengan pola reproduksi seksualitas.

10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stres

DS : mekanisme koping yang digunakan, ungkapan pasien terhadap dirinya, penyesuaian diri terhadap stres.

DO : ansietas dan peka rangsangan.

11) Pola Sistem Kepercayaan

DS : ungkapan pasien tentang kebutuhan spiritualitas yang diinginkan.

DO : alat untuk berdoa, tampak melakukan kegiatan ibadah.

Dokumen terkait