• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori yang diperoleh secara teoritis dengan kasus nyata dari penerapan asuhan keperawatan kritis di ruangan ICU pada Ny.”F”

usia 47 tahun dengan kasus Pneumonia Dextra di ruang intensive care unit Rumah Sakit TK.II Pelamonia Makassar yang dilakukan selama 29 April - 2 Mei 2023.

Tahap-tahap dalam proses keperawatan adalah sebagai berikut.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.

Data diperoleh melalui wawancara langsung kepada pasien dan keluarga pasien, hasil pemeriksaaan fisik/observasi langsung serta hasil pemeriksaan dignostikyang mendukung yaitu hasil foto thoraks. Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny.”F” diketahui bahwa pasien masuk rumah sakit pada tanggal 28 April 2023 dengan diagnosa medis Asma. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29 April 2023 pasien Ny.”F” umur 47 tahun dengan diagnosa Pneumonia Dextra didapatkan keluhan pasien mengatakan sesak napas, mual, lemas dan nyeri dada sebelah kanan saat pasien batuk berlendir, pasien mengatakan sudah 4 hari tidak BAB. Tampak pasien sesak, tampak pasien lemas di tempat tidur, tampak pasien meringis saat batuk. Pasien mengatakan memiliki riwayat Asma sudah 17 tahun. GCS 15 M6V5E4 (compos mentis). Pada pasien pneumonia sesak terjadi diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri,mycoplasma (fungi) dan aspirasi subtansi asing yang berupa eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan dalam

paru-paru), sehingga didapatkan tanda dan gejala batuk berlendir, sesak dan demam.

Setelah dilakukan pemeriksaan diagnostik foto thorax pada tanggal 29 April 2023 didapatkan hasil Pneumonia Dextra, pemeriksaan laboratorium pada pasien pneumonia akan terjadi infeksi WBC:18.02 10^3/uL, MCV:83.3 fL, RDW-SD:36.1 %, PDW:10.3 fL, NEUT#:14.63 10^3/uL, MONO#: 1.43 10^3/uL, NEUT%:81.2 %, LYMPH%:10.3 %, IG%: 0.6 %, LED:69 mm. TTV:

TD: 131/93 mmHg, N: 107x/menit, S: 36,7°C, P: 30X/menit, SPO2:

88%. Pasien tampak infus dextrose 0,5%, oksigen NRM 10 liter/menit, dan kateter, keluarga pasien mengatakan pasien memiliki riwayat Asma dari ibunya sejak 17 tahun.

Berdasarkan kasus, factor-faktor serta tanda dan gejala yang menyebabkan Ny.F mengalami penyakit pneumonia dextra yaitu terdengar suara nafas tambahan rochi, sesak, batuk berlendir, mual muntah, pasien nyeri dada karena adanya pleuritis dan sesak, dan menggunakan bantuan otot pernapasan yaitu otot dada. Pasien juga memiliki riwayat asma 17 tahun lalu, disertai dengan pasien sering terpajan asap rokok.

Berdasarkan Abdjul & Herlina, (2020) terdapat beberapa tanda dan gejala serta faktor resiko yang mengakibatkan pneumonia antara lain: demam disertai mengigil, batuk disertai dengan dahak, sesak napas, nyeri dada, nafsu makan berkurang, mual, muntah, pemeriksaan fisik, pemeriksaaan thorax. Dari hasil mengkajian, tanda dan gejala yang dialami oleh pasien sama dengan tanda dan gejala berdasarkan teori.

Dari hasil pengkajian tersebut penulis menarik kesimpulan bahwa semua gejala yang disebutkan oleh para peneliti diatas, dirasakan oleh pasien Ny.F dengan pneumonia dextra di ruang ICU/ICCU Rumah Sakit TK.II Pelamonia Makassar.

2. Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan data daari pengkajian, penulis mengangkat 3 diagnosis keperawatan pada Ny.F sesuai SDKI, yaitu:

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang tertahan. Penulis mengangkat diagnosa ini karena didapatkan tanda dan gejala pasien tampak pasien sesak, pernapasan 30x/menit, SPO2: 88% terdengar suara napas tambahan rochi, teraba vocal fremitus dada kanan lebih lemah dari pada dada sebelah kiri dan tampak pasien kesulitan untuk mengeluarkan sputum.

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung. Penulis mengangkat diagnosa ini karena didapatkan tanda dan gejala mayor yaitu terdapat takikardi, gambaran EKG aritmia, tekanan darah yang meningkat, CRT < 3 detik, JVP meningkat 5+3 cmH2O

c. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan infeksi. Penulis mengangkat diagnosa ini karena didapatkan tanda dan gejala pasien tidak menghabiskan makanannya, otot menelan terganggu, rongga mulut kotor, ada gigi tanggal, lidah kotor dan bising usus 4x/menit.

3. Intervensi Keperawatan

Setelah melakukan proses pengkajian menentukan masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan, penulis menyusun rencana asuhan keperawatan yang bertujuan mengatasi masalah yang dialami pasien. Perencanaan yang dilakukan meliputi tindakan mandiri perawat, tindakan observasi, pendidikan kesehatan dan tindakan kolaboratif pada setiap diagnosis perawat memfokuskan sesuai kondisi pasien (SIKI PPNI, 2019).

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang tertahan. Pada diagnosis pertama ini penulis membuat 8 intervensi yaitu: monitor pola napas, monitor bunyi napas

tambahan, monitor sputum, posisikan semi fowler, berikan air hangat, berikan oksigen, anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, pemberian bronkodiator, ekspektoran, dan mukolitik.

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung. Pada diangnosis ini penulis mengangkat 9 intervensi yaitu: Identifikasi tanda dan gejala penurunan curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, peningkatan CVP), Monitor tekanan darah, monitor saturasi oksigen, monitor EKG, fasilitasi pasien dan keluarga untuk memodifikasi gaya hidup sehat, berikan terapi relaksasi untuk mengurangi sress, berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%, anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi, dan anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap.

c. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan infeksi. Pada diagnosis ini penulis membuat 8 intervensi yaitu: identifikasi status nutrisi, identifikasi makanan yang di sukai, monitor asupan makanan, lakukan oral hygiene sebelum makan, berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi, berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein, anjurkan posisi duduk, kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan jika perlu.

4. Implementasi Keperawatan

Pada implementasi keperawatan Ny.”F” penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan dari 3 diagnosis keperawatan. Penulis melakukan implementasi selama 3 hari, pada hari pertama dan kedua implementasi didapatkan keadaan pasien masih sama dengan keadaan saat melakukan pengkajian terutama sesak, batuk berlendir dan masih terdengar bunyi napas tambahan ronchi pada pasien, pada hari ke tiga implementasi didapatkan pasien mengalami perubahan seperti sesaknya menurun, serta bunyi suara napas tambahan ronkhi menjadi normal (vesikuler).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan yang diperoleh dari hasil implementasi yang dilakukan pada tanggal 29 April 2023 sampai 01 Mei 2023 pada pasien Ny.F merupakan tahap untuk menilai tujuan yang diharapkan tercapai atau tidak. Dalam tahap evaluasi ini dilakukan 3x8 jam:

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang tertahan sampai pada perawatan hari ketiga teratasi sebagian. Karena tampak pasien masih merasa sesak sedikit, dan tampak diberikan posisi semi-fowler serta pasien mengeluarkan sptumnya sesekali.

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung. Sampai pada perawatan hari ketiga mulai teratasi ditandai dengan tekanan darah pasien dalam batas normal, dan juga frekuensi nadi pasien sudah mulai membaik dengan nilai

>99x/menit.

c. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan infeksi. Sampai pada perawatan hari ketiga teratasi sebagian ditandai tampak pasien menghabiskan sedikit dari porsi makanannya, tampak nafsu makan pasien mulai membaik, dan terdengar bising usus 10x/menit.

Dokumen terkait