• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA

B. Pendidikan Karakter

1. Konsep Pendidikan Karakter

Istilah pendidikan secara terminologis memiliki banyak definisi yang berbeda-beda oleh para pakar pendidikan. Dalam arti sempit menurut Suparlan, pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam system pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan.31

Dalam arti luas, menurut Redja Mudyaharjo, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala sesuatu yang ada di lingkungan dan memberikan pengalaman belajar merupakan proses pendidikan secara luas.32

Menurut Ali Asraf yang dikutib oleh Teguh Wangsa, pendidikan adalah suatu upaya melatih perasaan peserta didik sehingga dalam sikap, tindakan, keputusan atau pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan dipengaruhi oleh nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etika.33

Pengertian pendidikan juga tertuang dalam UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 1 dijelaskan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.34

31 Suparlan Suhartono. Filsafat Pendidikan.(Yogyakarta: Ar-ruzzMedia,2007)cet.2.hal.84

32 Redja Mudyaharjo. Filsafat Ilmu Pendidikan suatu Pengantar. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2001)hal.45

33 Teguh Wangsa Gandhi HW. Filsafat Pendidikan,,,,.hal.63

34http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.p df di akses13 Desember 2017.

Secara eksplisit makna pendidikan dalam UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tersebut telah mengisyaratkan bahwa pendidikan harus menjadi sarana efektif dalam pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, meliputi nilai-nilai moral-spritual, intelektual dan skiil, yang sangat berguna bagi pembentukan karakter anak didik yang pada gilirannya diharapkan menjadi karakter budaya bangsa.35 Dengan demikian pendidikan sebagai sarana vital untuk mencetak generasi muda yang berkualitas, berkarakter kuat dan berbudaya untuk membawa perubahan besar bagi bangsa Indonesia.

Adapun Istilah karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan baru muncul pada akhir abad -18, dan pertama kalinya dicetuskan oleh pedadog jerman F.W. Foerster. Terminology ini mengacu pada sebuah pendekatan idealis-spritualis dalam pendidikan yang juga dikenal dengan teori normative. Yang menjadi prioritas adalah nilai-nilai transenden yang dipercaya sebagai motor pengerak sejarah, baik bagi individu maupun bagi sebuah perubahan sosial.36

Pengertian karakter dapat ditinjau dari dua sisi, yakni sisi etimologis dan terminologis. Secara etimologis istilah karakter berasal dari bahasa yunani charassein yang berarti to engrave, yang diterjemahkan menjadi mengukir, melukis, memahatkan atau mengoreskan. Dalam bahasa Inggris, character bermakna sama dengan mengukir, melukis, memahatkan atau mengoreskan.37

35 Muhammad Takdir Ilahi. Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral.(Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media,2012)hal.28.

36 Masnur Muslich. Penidikan karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional.

(Jakarta: PT. Bumi Aksara,2011)hal.37.

37 Suyadi. Startegi Pembelajaran Pendidikan Karakter. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2013)hal.5

Hal ini mengambarkan membentuk karakter diibaratkan seperti mengukir di atas batu atau besi yang keras. Dari sanalah berkembang pengertian karakter yang diartikan sebagai tanda khusus atau pola prilaku.38 Sementara dalam bahasa Arab karakter diartikan khuluq, sajiyyah, thab’u (budi pekerti, tabiat atau watak).

Kadang juga diartikan syakhsiyyah yang artinya lebih dekat dengan personality (kepribadian)39

Dalam kamus besar Indonesia (KBBI), pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional kata karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain atau bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, prilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen dan watak.40 Maka individu yang berkarakter berarti individu yang memiliki kepribadian, berprilaku, bersifat, dan berwatak yang membedakan dengan individu lainnya.

Adapun secara terminologis pengertian karakter menurut Thomas Lickona yang dikutip oleh Mujtahid, karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertangung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya.41

38 Kokom Kumalasari. Didin Saripudin. Pendidikan Karakter Konsep Dan Aplikasi Living Values Education. (Bandung: PT Refika Aditama,2017)hal.2

39 Agus Zaenul Fitri. Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Dan Etika di sekolah.(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2012) hal.20

40 Heri Gunawan. Pendidikan Karakter Konsep Dan Implemntasi, (Bandung:

Alfabeta,2012)hal.14

41 Mujtahid. Model Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Pendekatan Terintegrasi dalam Perkuliahan Pada Jurusan PAI-FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Jurnal studi Islam Ulul Albab Volume 17, No.2 Tahun 2016. Hal.233

Menurut Hermawan kertajaya dalam kutipannya Furqon Hidayatullah, mengemukakan bahwa karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar dan merespon sesuatu.42

Sedangkan Doni Koesoema A. memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, karakteristik, gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Sedangkan Imam Ghazali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga muncul tanpa perlu dipikirkan lagi.43

Menurut Kementrian pendidikan Nasional, karakter memiliki definisi sebagai nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berbuat baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam prilaku.44

Dari definisi secara etimologis maupun terminologis dapat kita simpulkan bahwa karakter adalah ciri khas prilaku manusia sebagi budi pekerti, mental atau moral yang mengakar pada kepribadian individu yang terwujud dalam pikiran, sikap, perkataan, dan perbuatan berdasarkan pada nilai-nilai kebaikan.

42 M. Furqon Hidayatullah. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa.(Surakarta: Yuma Pustaka,2010)hal.12-13

43 Barnawi. M. Arifin. Strategi Dan kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter.

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2016)cet.2 hal.21

44 Kokom Kumalasari. Didin Saripudin. Pendidikan Karakter,,,,,.hal.2

Menurut Saptono, istilah karakter dipahami dalam dua kubu pengertian.

Pengertian pertama bersifat deterministic. Karakter dipahami sebagai sesuatu yang telah ada dari sononnya (given) yang kita terima begitu saja, dan tidak bisa kita rubah.

Pengertian kedua, bersifat non deterministic atau dinamis. Disini karakter dipahami sebagai tingkat kekuatan atau ketanguhan seseorang dalam upaya mengatasi kondisi rohaniah yang sudah given. Ia merupakan proses yang dikehendaki oleh seseorang (willed) untuk menyempurnakan kemanusiaannya.

Dari karakter yang bersifat dinamis dapat dipahami bahwa karakter sebagai kondisi rohaniah yang belum selesai. Ia bisa diubah dan dikembangkan mutunya atau malah ditelantarkan sehingga makin menurun.45 Disadari bahwa karakter bersifat fleksibel dan bisa diubah maka muncul konsep pendidikan karakter.

Istilah pendidikan karakter mulai dikenalkan sejak tahun 1900-an. Tomas Lickona disebut-sebut sebagai pengusungnya. Terutama ketika ia menulis buku yang berjudul The Return Of Character Education.46 Menurut Lickona yang dikutip Muchlas Samani dan Hariyanto, pendidikan karakter merupakan upaya yang sunguh-sunguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis.47

Creasy mengartikan pendidikan karakter yang dikutip Zubaidi, sebagai upaya mendorong peserta didik tumbuh dan berkembang dengan kompetensi berfikir dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral dalam hidupnya serta mempunyai

45 Saptono. Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter Wawasan, Strategi dan Langkah Praktis.(Jakarta: Erlangga,2011)hal.18.

46 Suyadi. Startegi Pembelajaran,,,,.hal.6.

47 Muchlas Samani. Hariyanto. Konsep Dan Model Pendidikan Karakter.(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2014)cet.4.hal.43.

keberanian melakukan kebenaran meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan.

Dalam hal ini penekanan pendidikan karakter tidak terbatas pada transfer pengetahuan mengenai nilai-nilai mulia, namun lebih dari itu bagaimana menjadikan nilai-nilai yang ada tertanam dan menyatu dalam totalitas pikiran dan tindakan.48

Menurut Ratna Megawangi, pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.49

Adapun Menurut Agus Wibowo, pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya baik dalam keluarga, masyarakat dan warga Negara50

Selanjutnya Dalam grend desain pendidikan karakter kemendiknas (2010) dijelaskan, pendidikan karakter merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.51

Dari beberapa pengertian yang ada dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah usaha sadar sebagai upaya pembentukan dan penanaman karakter mulia pada peserta didik dalam berpikir, bersikap dan

48 Zubaidi. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi Dan Aplikasi,,,hal. 16-17

49 Darma Kesuma. Cepi Triatna. Johar Permana. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan praktek Di sekolah. (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2013)cet.3.hal.5

50 Agus Wibowo. Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012)hal.36

51 Zubaidi. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi Dan Aplikasi,,,.hal.17

pengamalan sehari-hari pada kehidupannya baik dalam keluarga dan masyarakat.

Pendidikan karakter menjadi sangat penting untuk diterapkan dalam lembaga pendidikan kita mengingat berbagai macam prilaku yang non-edukatif kini telah menyerambah dalam lembaga pendidikan kita. Dengan implementasi pendidikan karakter akan menghasilkan sosok pribadi yang memiliki kemampuan intelektual dan moral yang seimbang.