• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Asuhan Keperawatan

BAB 2 KONSEP DASAR MANAJEMEN PELAYANAN

G. Manajemen Asuhan Keperawatan

Prinsip-prinsip Manajemen Asuhan Keperawatan

1. Dasar Perencanaan pemikiran atau konsep tindakan tertulis yang meru- pakan fungsi untuk menurunkan risiko dalam pengambilan keputusan atau pemecahan masalah dan efek perubahannya. Adapun kegiatan yang bisa dilakukan adalah analisa dan mengakaji sistem, mengatur strategi, menentukan tujuan jangka panjang dan jangka pendek, mengkaji sum- ber-sumber organisasi dan kemampuan yang bisa dimanfaatkan, serta membuat aktivitas berdasarkan prioritas kegiatan.

2. Memanfaatkan waktu yang efektif misalnya membuat jadwal tugas dan bila ingin tahu kondisi yang tahu sebenarnya turun ke lapangan.

3. Melibatkan staf dalam pembuatan keputusan.

4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan yang efektif.

5. Mengorganisir misalnya struktur organisasi sesuai blok/level manajemen mulai dari unit, departemen, top/eksekutif dan tingkat operasional.

6. Melakukan langsung kegiatan pengarahan, misalnya dengan melak- sanakan pendelegasian, supervisi, koordinasi secara intern dan ekstern serta pengendalian.

7. Memberikan motivasi agar tetap tinggi; menaikkan gaji secara periodic, memberikan pendidikan pelatihan tambahan dan promosi lainnya.

8. Menerapkan komunikasi yang efektif baik terhadap sejawat perawat atau tenaga kesehatan lainnya.

9. Melakukan kegiatan pengendalian meliputi: membuat penilaian pelak- sanaan rencana, memberikan instruksi, menetapkan standar/pedoman kerja yang dilaksanakan, dan membandingkan penampilan kinerja de- ngan standar awal yang telah ditetapkan.

10. Mengembangkan staf. Sebagai manajer harus selalu berpikir pengem- bangan staf bukan pengurangan staf, sehingga jenjang karir dan ja- batan yang jelas. Hal ini akan meningkatan motivasi dan kinerja staf.

Untuk itu pengembangan staf dapat mengikuti pernyataan Katz (dalam Swanburgh, 2006), dimana ada 3 kategori kemampuan yang harus di- miliki oleh secorang manajer agar menjadi sukses dalam pengemba- ngan staf. Tiga kemampuan perawat yang harus dimiliki adalah:

a. Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan berpikir yang didasari oleh ilmu pengetahuan dan pengalaman yang pernah dialami. Hal ini mendukung dalam pembuatan perencanaan terutama membuat visi-misi dan kerangka konsep pekerjaan baik dimasa sekarang mau- pun yang akan datang.

b. Kemampuan tehnis, yaitu sejauh mana seorang manajer bisa mem- buat metode, sistem dan pedoman kerja yang mudah diikuti oleh staf dan mudah untuk dievaluasi. Kemampuan ini juga berdasarkan pengalaman kerja di lapangan. Karena pengetahuan bila ditunjang dengan pengalaman lapangan akan menjadi sempurna, sehingga mempercepat dalam proses pengambilan tindakan dan berani me- ngambil risiko.

c. Kemampuan human/interpersonal, yaitu kemampuan untuk menga- dakan hubungan dengan orang lain, dalam hal ini membuat peker- jaan tambah lancar. Membuat hubungan dengan anak buah, hubu- ngan dengan satu tingkat/selevel dan membuat hubungan dengan atasan termasuk pihak luar yang terkait dengan pelayanan.

11. Melakukan kegiatan pengendalian meliputi: membuat penilaian pelak- sanaan rencana, memberikan instruksi, menetapkan standar/pedoman

TID AK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANY A UNTUK KEPENTINGAN DIN AS

kerja yang akan dilaksanakan, dan membandingkan penampilan kinerja dengan standar awal yang telah ditetapkan.

Kerangka Dasar dan Filosofi Manajemen Keperawatan

Pembuatan kerangka konsep dan penguasaan filosofi manajemen kepe- rawatan merupakan kegiatan yang harus dilalui seorang manajer. Kerangka konsep dasar atau model dasar manajemen keperawatan dan filosofi kepe- rawatan, yang memberikan semangat dan landasan dasar dalam pelaksa- naan kegiatan keperawatan, pedoman dalam pengambilan keputusan dan menjadi dasar dalam melakukan evaluasi hasil manajemen keperawatan.

Untuk itu kita perlu mengetahui dasar filosofi ilmu keperawatan.

1. Kerangka dasar paradigma keperawatan, yaitu body of knowledge atau pohon ilmu keperawatan yang menjadi dasar eksistensi sebagai ilmu pengetahuan. Paradigma keperawatan terdiri dari manusia, perawat/

keperawatan, kesehatan dan lingkungan.

Skema Paradigma Keperawatan

Ada beberapa karakter/ciri dalam membuat pola hubungan antar staf keperawatan yang bisa mendukung pelaksanaan pelayanan antara lain:

a. Secara naluri setiap manusia akan tertarik dan mempertahankan pada pekerjaan sehingga akan berusaha bekerja sesuai kemampuan terbaik.

b. Informasi yang cukup akan mempengaruhi pelayanan keperawatan sehingga setiap manajer sebelum membuat keputusan harus memiliki informasi yang memadahi sehingga keputusannya akan akurat dan tepat.

c. Percaya bahwa suatu tujuan akan mudah dicapai bila dikerjakan se- cara bersama-sama.

d. Individu memiliki sifat, motivasi dan minat yang berbeda dalam meng- hadapi pekerjaannya, untuk itu manajer yang baik harus mengetahui bagaimana latar belakang dan cara memperlakukan staf perawat se- suai dengan kemampuannya.

e. Manajer harus bisa melakukan fungsi koordinasi dengan semua stake- holder dan mampu melakukan pengendalian pekerjaannya.

f. Manajer harus memahami kualifikasi staf dan kemampuan lebihnya sehingga dapat memberikan pekerjaan sesuai dengan tugas dan tang- gung jawabnya masing-masing.

g. Individu memiliki kesamaan hak dan pembagian pendelegasian ter- utama kepada staf yang dianggap mampu.

h. Manajer selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya se- hingga bisa bekerja secara profesional dan pengambilan keputusan cepat dan tepat.

i. Semua metode sistem yang dipakai adalah untuk memudahkan pen- capaian tugas pokok dan tujuan organisasi secara bersama-sama.

2. Filosofi manajemen keperawatan

Bila diartikan secara operasional, filosofi adalah keyakinan kuat yang dimiliki oleh individu atau kelompok yang mengarahkan untuk tiap ke- giatan individu atau kelompok mencapai tujuan bersama. Keyakinan yang dimiliki oleh tim keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan cara pembagian kerja, koordinasi dan evalu- asi. Filosofi keperawatan melihat bahwa manusia itu adalah unik sehing- ga membutuhkan perlakuan seutuhnya dari segi biologi, psikologi, sosial, dan spiritual.

Adapun beberapa contoh filosofi keperawatan antara lain:

a. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.

b. Manajemen keperawatan adalah fungsi utama bidang keperawatan.

c. Mutu pelayanan keperawatan yang tinggi berarti menunjukkan bah- wa pelaksanaan manajemen pelayanan memiliki standar yang tinggi juga.

d. Menjunjung tinggi pendidikan keperawatan berkelanjutan.

e. Keperawatan merubah dan membantu pasien menuju fungsinya yang optimal.

TID AK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANY A UNTUK KEPENTINGAN DIN AS

f. Tim keperawatan mampu bertanggung jawab dan bertanggung gu- gat.

g. Menghargai hak-hak azasi pasien.

h. Perawat adalah advokat pasien.

i. Perawat wajib memberi pendidikan kesehatan.

Adapun pembuatan visi dan misi institusi akan berperan dalam memberi- kan pelayanan keperawatan terbaik, menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk pendidikan, mengembangkan lingkungan pelayanan yang aman dan nyaman bagi pasien dan keluarganya.

3. Tujuan pelayanan keperawatan

Tujuan pelayanan keperawatan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi keperawatan adalah:

a. Meningkatkan dan mempertahankan mutu.

b. Meningkatkan sikap profesionalisme dan akontabel.

c. Meningkatkan hubungan dengan pasien, keluarga dan masyarakat.

d. Meningkatkan komunikasi antar staf.

e. Meningkatkan kualitas kerja.

Semua tujuan ini akan berhasil bila seorang manajer memperhatikan:

a. Kebijakan yang dibuat sifatnya kooperatif.

b. Memperhatikan kesejahteraan sosial stafnya.

c. Memberikan kesempatan mengikuti pendidikan tinggi stafnya.

Demikian juga agar manajer bila ingin sukses dalam pekerjaannya seha- rusnya memilih metode kerja yang baik. Metode kerja baik bila dalam pelaksanaan memiliki akibat:

a. Semua bekerja dengan mudah dan aman.

b. Menghindari pemborosan waktu dan pemborosan alat.

c. Mengurangi duplikasi tugas antar tenaga.

d. Meningkatkan tingkat kepuasan kerja staf.

e. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

Lingkup Manajemen Keperawatan

Lingkup manajemen keperawatan bagi manajer pemula setingkat kepala ruangan meliputi:

1. Menetapkan penerapan pelayanan keperawatan yang komprehensif.

2. Melaksanakan intervensi dan evaluasi untuk perbaikan pelayanan kepe- rawatan.

3. Menerima akontabilitas sebagai pelaksana yang langsung berhadapan dengan pasien.

4. Mengendalikan lingkup praktik keperawatan agar sesuai dengan per- aturan yang berlaku.

Dalam pelaksanaan partisipasi staf dilevel manajer pemula sifatnya antara lain:

a. Bottom-up, yaitu staf diperbolehkan untuk memberikan masukan kepa- da setiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

b. Top-down, yaitu semua kebijakan dan standar kerja hanya dari atasan, sedangkan staf harus mengerjakan dan tidak boleh memberi masukan.

c. Lateral, yaitu sikap manajer yang lebih memperhatikan masukan yang diberikan oleh manajer selevel daripada atasan atau stafnya.

d. Organizational, yaitu setiap kebijakan harus memperhatikan kebijakan dari top organisasinya agar satu arah pedomannya dan menentang ke- beradaan organisasi.

e. Personal, yaitu setiap kebijakan kadang dipengaruhi oleh karakter pe- mimpin yang mengambil keputusan sehingga harus ada masukan dari staf lain.

TID AK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANY A UNTUK KEPENTINGAN DIN AS A. SWOT Analisis

Pengertian

SWOT merupakan singkatan dari Strenghts (kekuatan), Weakness (kelema- han), Threats (ancaman), Opportunities (peluang). Analisis SWOT adalah Identifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2000). SWOT Analysis is defined looking at an organisation’s strengths, weakness, opportunities, and threats you may be able to analyse the current direction of the organization (ward/clinical area/workplace), for- mulate future goals and objectives, or analyse specific situations, ideas, groups or activities (Stanley.D, 2011). Dengan demikian dapat disimpulkan analisis SWOT adalah identifikasi faktor lingkungan internal (Strengths &

Weakness) dan eksternal (Threats & Opportunities) dalam merumuskan dan menganalisis tujuan serta sasaran organisasi melalui analisis yang spesi- fik terhadap situasi dan ide/gagasan sebagai perencanaan strategi.

Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi rumah sakit dalam pelayanan kesehatan/kepe- rawatan.

KAJIAN SITUASI

3

BAB

TID AK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANY A UNTUK KEPENTINGAN DIN AS

Elemen SWOT terdiri dari :

1. Lingkungan internal yaitu Strength (kekuatan) & Weakness (kelemah- an), kajian data yang berasal dari dalam organisasi mencakup : (a) sumber daya, (b) manajemen, (c) keuangan, (d) pemasaran, (e) sistem informasi dan produksi, (f) kompetensi inti.

2. Lingkungan Eksternal yaitu Threats (ancaman) & Opportunities (pelu- ang), kajian data yang berasal dari luar organisasi mencakup : (a) pasar, (b) kompetitor, (c) demografis, (d) teknologi, (e) kebijakan pemerintah.

Gambar SWOT Learning Activity

Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah machine tool yang mampu menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh orga- nisasi harus disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

Matriks SWOT terdiri dari :

1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE).

2. Eksternal Factor Evaluation (EFE).

B. Matriks IFE dan EFE

1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal organisasi berkaiatan dengan kekuatan dan kelema- han yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal organisasi dapat digali dari beberapa fungsional organisasi, misalnya aspek manaje- men, keuangan, sumber daya manusia, pemasaran, sistem informasi, dan produksi/operasi.

Cara membuat matriks IFE yaitu :

a. Buatlah daftar critical success factors untuk aspek internal kekua- tan (strengths) dan kelemahan (weakness). Menentukan rating se- tiap critical success factors dengan skala antara 1 sampai dengan 4, yakni:

1 = kelemahan benar 2 = kelemahan kecil 3 = kekuatan kecil 4 = kekuatan besar

b. Tentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi dan begitu pula yang sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata nilai kepentingan organisasi.

c. Kalikan nilai bobot dengan nilai rating-nya dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya.

Jadi rating mengacu pada kondisi organisasi, sedangkan bobot pada nilai kepentingan organisasi terhadap data kajian. Jumlahkan semua skor un- tuk mendapatkan skor total organisasi. Jika nilainya di bawah 2,5 menun- jukan bahwa secara internal organisasi adalah lemah, sedang nilai yang berada di atas 2,5 menunjukan posisi internal organisasi yang kuat.

Gambar Tabel Matriks IFE

2. Eksternal Factor Evaluation (EFE)

Matrik EFE digunakan Untuk menyimpulkan dan mengevaluasi hal-hal yang menyangkut peluang dan ancaman yang ada dalam lingkungan eksternal. Data dan informasi aspek internal organisasi dapat digali dari beberapa berasal dari luar organisasi mencakup : pasar, kompetitor, de-

STRENGTH 1.

2.

dst….

WEAKNESS 1.

2.

dst….

THREATS 1.

2.

dst….

OPPORTUNITIES 1.

2.

dst….

Faktor Internal Bobot Rating Skor Keterangan Strengths

1. 2.

dst….

Weakness 1. 2.

dst….

Total Nilai IFE

TID AK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANY A UNTUK KEPENTINGAN DIN AS

mografis, teknologi, kebijakan pemerintah. Cara membuat matriks EFE yaitu :

a. Buatlah daftar critical success factors untuk aspek eksternal men- cakup peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Menentukan rating setiap critical success factors dengan skala antara 1 sampai dengan 4, yakni:

1 = Dibawah rata - rata 2 = Rata - rata

3 = Diatas rata - rata 4 = Sangat bagus

b. Tentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi dan begitu pula yang sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata nilai kepentingan organisasi.

c. Kalikan nilai bobot dengan nilai rating-nya dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya.

Jadi rating mengacu pada kondisi diluar organisasi, sedangkan bobot pada nilai kepentingan organisasi terhadap data kajian. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total organisasi. Jika nilainya 1,0 menunjukan bahwa secara internal organisasi tidak memanfaatkan pelu- ang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman ekter- nal, sedang nilai yang 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan cara luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan meng- hindari ancaman-ancaman ekternal.

Gambar Tabel Matriks EFE

C. Diagram Cartesius

Diagram cartesius digunakan untuk mengetahui posisi penempatan data yang telah dianalisis sebelumnya, maka dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu:

Kuadran 1 : Aggressive Strategy

Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Organisasi tersebut me- miliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

Kuadran 2 : Diversification Strategy

Meskipun menghadapi berbagai ancaman, organisasi ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggu- nakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi divesifikasi (produk/pasar).

Kuadran 3 : Turn Around Strategy

Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, akan tetapi dilain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusa- han ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahan sehingga dapat merebut peluang pasar yang baik.

Kuadran 4 : Defensive Strategy

Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, organisasi tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Keempat strategi tersebut memerlukan key success factor dari lingkungan ekternal dan internal dengan jadgement yang baik melalui strategi alternatif, yaitu :

• Strategi SO (Strengths-Oppotunies) adalah menggunakan kekuatan in- ternal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar peru- sahaan.

• Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) adalah strategi yang bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal.

• Strategi ST (Strength-Threats) adalah strategi perusahaan untuk meng- hindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal.

Faktor Internal Bobot Rating Skor Keterangan Strengths

1. 2.

dst….

Weakness 1. 2.

dst….

Total Nilai EFE

$

TID AK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANY A UNTUK KEPENTINGAN DIN AS

• Strategi WT (Weaknesses-Threats) adalah strategi untuk bertahan de- ngan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman.

Gambar Diagram Cartesius

Sumber: Dumilah, (2010)

Diagram cartesius sangat penting digambarkan oleh seorang leaders dan manager keperawatan. Diagram cartesius adalah sebuah diagnosa bagai suatu ruang rawat nginap atau institusi pelayanan kesehatan, pendidikan tinggi, perusahaan atau lembaga lainnya. Posisi terkini suatu lembaga dapat ditentukan oleh sebuah diagram cartesius. Posisi ini sangat memudahkan manager atau leaders dalam mebuat program kerja yang sesuai dengan situasi terkini.

D. Fish Bone Analisis

Pengertian :

Fishbone analisis adalah Proses analisis penyebab masalah dengan menga- nalisis berbagai dimensi penyebab masalah, dimensi nya terdiri dari 5 M 1 E.

Contoh : belum optimalnya SOP perawatan luka post operasi.

Diagram Fishbone analisis

Keterangan : 1. Man; manusia

- Pengetahuanya.

- Sikapnya.

- Keterampilannya.

2. Methode

- Cara/strategi yang digunakan untuk mengcreat suatu problem atau masalah, tidak efektif sehingga masalah muncul. Metode yang sering digunakan dalam lingkup keperawatan berupa; sosialisasi, desiminasi, pelatihan, seminar, workshop, coaching, redemonstrasi, simulasi, rapat, lounching program, bedah buku, dll yang sesuai.

3. Environment

- Tidak kondusif: rame, berisik, tidak beraturan, udara panas, tidak nya- man.

- Tidak mendukung: kurang bersih, tidak rapih, sarana prasarana tidak lengkap.

4. Material

- Alat/bahan yang diperlukan tidak sesuai atau tidak mendukung, se- hingga timbul masalah: formulir, alat kesehatan, obat-obatan dll.

5. Machine :

- Mesin-mesin apabila ada dan diperlukan: Alat-alat diagnostik, mesin HD, ventilator, yang diperlukan dalam keperawatan dan kesehatan.

Aggressive Strategy

Opportunities

Weaknesses Turn around Strategy

Diversification Strategy Defensive Strategy Strenght

Threats

TID AK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANY A UNTUK KEPENTINGAN DIN AS

6. Money :

- Dana/anggaran yang diperlukan tidak ada atau tidak mendukung, se- hingga timbul permasalahan.

E. Prioritas Masalah

Penetapan Prioritas dalam masalah kesehatan penduduk dan penentuan prioritas dalam program intervensi yang dilaksanakan merupakan sesuatu yang penting mengingat adanya keterbatasan sumber daya SDM dan dana. Untuk itu dijelaskan bahwa ada 4 metode dalam penetapan prioritas masalah kesehatan penduduk yaitu CARL, Bryan, Matematik, Delbeque, Beban Kerugian Kesehatan dan perbandingan capaian program dengan target yang ditetapkan. Menentukan prioritas program intervensi yang dilakukan ada 2 metode masing-masing metode analisis biaya dan metode Hanlon. Diharapkan ini bermanfaat bagi perawat profesional di klinik dan bagi pembelajaran mahasiswa kesehatan.

Setelah melakukan kajian situasi, maka dilakukan perumusan prioritas ma- salah. Banyak rumus untuk menentukan prioritas masalah. Rumus yang cocok dan sesuai dengan masalan pelayanan keperawatan adalah rumus CARL dan BRYAN. Berikut implementasi rumus tersebut adalah :

1. CARL

Perumusan Masalah

a. Belum optimalnya pelaksanaan discharge planning.

b. Kurangnya pengetahuan dan sikap keluarga terhadap pemilahan sampah infeksius dan non infeksius.

c. Kurangnya optimalisasi jam besuk pengunjung.

Prioritas Masalah

Matriks Alternatif Pemecahan Masalah

C : Ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan prasarana).

A : Kemudahan masalah yang ada (muah diatasi atau tidak).

R : Kesiapan dari tenaga pelaksana.

L : Seberapa berpengaruh kriteria yang satu dengan yang lain.

Ket : 5. Sangat penting, 4. Penting, 3. Cukup penting, 2. Kurang pen- ting, 1, Sangat kurang pentin.

2. BRYANT

Metode Bryant merupakan cara untuk memenntukan prioritas masalah keperawatan yang ditemukan memalui kajian analisis dengan memberi- kan score atau nilai untuk parameter yang ditetapkan. Parameter pe- nilaian metode ini adalah sebagai berikut :

a. Community Concern, yakni sejauh mana profesi atau masyarakat menganggap masalah tersebut penting atau dapat juga disebut perha- tian atau kepentingan masyarakat dan pemerintah atau instansi ter- kait terhadap masalah tersebut.

b. Prevalensi, yakni berapa banyak pasien, keluarga atau komutis yang terkena masalah (penyakit) tersebut.

c. Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan problem, penyakit tersebut atau tingginya angka morbiditas atau mortalitas serta kecenderungannya. Maslah tersebut akan berinpact terhadap pasien dan pelayanan keperawatan.

d. Manageability, yaitu sejauh mana kita memiliki kemampuan secara sumber daya, dana, expert, metode, strategi untuk mengatasi ma- salah tersebut.

Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi scoring, kemudi- an masing-masing skor dikalikan. Hasil perkalian ini dibandingkan antara masalah-masalah yang dinilai. Masalah-masalah dengan skor tertinggi, akan mendapat prioritas yang tinggi pula. Metode Bryant menggunakan skor yang berdasarkan pada kriteria :

P = besarnya kelompok atau staf yang terkena masalah, S = tingkat keseriusan atau kegawatan masalah,

No Alternatif Pemecahan Masalah C A R L Score Ket 1 Belum optimalnya pelaksanaan

discharge planning 5 3 4 2 140 3

2 Kurangnya pengetahuan dan sikap keluarga terhadap pemilahan sampah

infeksius dan non infeksius 5 4 5 3 170 1

3 Kurangnya optimalisasi jam besuk

pengunjung 5 4 5 3 170 2

TID AK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANY A UNTUK KEPENTINGAN DIN AS

C = dampak masalah terhadap rumah sakit, institusi terkait, klinik, atau unit keperawatan.

M = ketersediaan sumber daya, dana, expert, metode, sarana dan prasa- rana.

Rumus:

Total skor =P x S x C x M

Untuk mendapatkan skor dari kriteia P, S, C, dan M yaitu dengancara berikut ini : A. Pada kriteria P di atas skornya didapatkan dari rumus berikut : P =5-A/O Keterangan : P = besarnya kelompok atau staf yang terkena masalah A = jumlah aset O = jumlah pengguna. Skor: 1 = jum- lah pasien, individu/masyarakat yang terkena sangat sedikit 2 = jumlah pasien, individu/masyarakat yang terkena sedikit 3 = jumlah pasien, indi- vidu/masyarakat yang terkena cukup besar 4 = jumlah pasien, individu/

masyarakat yang terkena sangat besar B. Pada kriteria S skor didapatkan dari tingkat keseriusan atau kegawatan suatu masalah. Skor: 1 = masalah yang ditimbulkan tidak berat 2 = masalah yang ditimbulkan cukup berat 3 = masalah yang ditimbulkan berat 4 = masalah yang ditimbulkan sa- ngat berat.

3. METODE MATEMATIKA

Metode ini dikenal juga sebagai metode PAHO yaitu singkatan dari Pan American Health Organization, karena digunakan dan dikembangkan di wilayah Amerika Latin. Dalam metode ini dipergunakan beberapa kriteria untuk menentukan prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah berdasarkan: (a) Luasnya masalah (Magnitude), (b) Beratnya kerugian yang timbul (Severity), (c) Tersedianya sumber daya untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut (Vulnerability), (d) Kepedulian/dukungan politis dan dukungan masyarakat (Community andpolitical concern), (e) Ketersediaan data (Affordability), f) Magnitude masalah, menunjuk- kan berapa banvak penduduk yang terkena masalah atau penyakit terse- but. Ini ditunjukan oleh angka prevalensi atau insiden penyakit. Makin luas atau banyak penduduk terkena atau semakin tinggi prevalen, maka semakin tinggi prioritas yang diberikan pada penyakit tersebut, Severity adalah besar kerugian yang ditimbulkan. Pada masa lalu yang dipakai sebagai ukuran severity adalah Case Fatality Rate (CFR) masing-masing penyakit. Sekarang severity tersebut bisa juga dilihat dari jumlah disa-

bility days atau disability years atau disesase burden yang ditimbul- kan oleh penyakit bersangkutan. HIV/AIDS misalnya akan mendapat nilai skor tinggi dalam skala prioritas yaitu dari sudut pandang seperti ini. Vulnerability menunjukan sejauh mana tersedia teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Tersedianya vaksin cacar yang sangat efektif misalnya, merupakan alasan kuat kenapa penyakit cacar mendapat prioritas tinggi pada masa lalu. Sebaliknya dari segi vul- nerability penyakit HIV/AIDS mempunyai nilai prioritas rendah karena sampai sekarang belum ditemukan teknologi pencegahan maupun pe- ngobatannya. Vulnerability juga bisa dinilai dari tersedianya infrastruktur untuk melaksanakan program seperti misalnya ketersediaan tenaga dan peralatan. Affordability menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.

Bagi Negara maju masalah dana tidak merupakan masalah akan tetapi di negara berkembang seringkali pembiayaan program kesehatan tergan- tung pada bantuan luar negeri. Kadang kala ada donor yang mengkhu- suskan diri untuk menunjang program kesehatan atau penyakit tertentu katakanlah program gizi, HIV/AIDS dan lainnya. Dalam penerapan metode ini untuk prioritas masalah kesehatan, maka masing-masing kri- teria tersebut diberi skor dengan nilai ordinal, misalnya antara angka 1 menyatakan terendah sampai angka 5 menyatakan tertinggi, Pemberian skor ini dilakukan oleh panel expert yang memahami masalah kesehatan dalam forum curah pendapat (brain storming). Setelah diberi skor, ma- sing-masing penyakit dihitung nilai skor akhirnya yaitu perkalian antara nilai skor masing-masing kriteria untuk penyakit tersebut. Perkalian ini dilakukan agar perbedaan nilai skor akhir antara masalah menjadi sangat kontras, sehingga terhindar keraguan manakala perbedaan skor tersebut terlalu tipis. Contoh simulasi untuk perhitungan menggunakan metode ini dijelaskan sebagai berikut.

Tabel Simulasi Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan dengan Metode Matematika

Masalah Magnitude Severity Vulnerability Com and political

concern Affordability Final score

TB paru 4 3 3 2 3 216

HIV/AIDS 1 5 1 4 4 80

Malaria 4 3 3 2 2 144

Stroke 1 4 2 3 3 72