• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 7 MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN

D. Akreditasi Rumah Sakit

Konsep dasar akreditasi

Pengertian Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu proses dimana suatu lembaga independen baik dari dalam atau pun luar negeri, biasanya non pemerintah, melakukan assesment terhadap Rumah Sakit berdasarkan standar akreditasi yang berlaku. Rumah Sakit yang telah terakreditasi akan mendapatkan pengakuan dari Pemerintah karena telah memenuhi standar pelayanan dan manajemen yang ditetapkan. Demikian tadi adalah definisi dari akreditasi Rumah Sakit.

Sebuah proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya kese- lamatan dan budaya mutu di rumah sakit, sehingga Rumah Sakit senantiasa berusaha meningkatkan akan mutu dan juga keamanan dari pelayanan ke-

TID AK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANY A UNTUK KEPENTINGAN DIN AS

sehatan yang diberikannya. Dan ini adalah salah satu dari tujuan akreditasi Rumah Sakit.

KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) adalah merupakan suatu lemba- ga independen dalam negeri sebagai pelaksana akreditasi RS yang bersi- fat fungsional dan non-struktural. Sedangkan yang dimaksud dengan JCI (Joint Commission International) adalah merupakan badan akreditasi non profit yang berpusat di Amerika Serikat dan bertugas menetapkan dan menilai standar performa para pemberi pelayanan kesehatan.

Akreditasi JCI ini atau JCI merupakan suatu lembaga independen Luar Negeri yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan sebagai pelak- sana Akreditasi Internasional. Standar Akreditasi Nasional terangkum dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit, sedangkan Standar Akreditasi Internasional terangkum pada edisi ke 4 Joint Commission International Accreditation Standars for Hospital.

Tujuan Manfaat Akreditasi Rumah Sakit diantaranya :

1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Rumah Sakit yang bersangkutan karena berorientasi pada peningkatan mutu dan keselamatan pasien.

2. Proses administrasi, biaya serta penggunaan sumber daya akan menjadi lebih efisien.

3. Menciptakan lingkungan internal RS yang lebih kondusif untuk penyem- buhan, pengobatan dan perawatan pasien.

4. Mendengarkan pasien dan keluarga, serta menghormati hak-hak pasien serta melibatkan merek adalah proses perawatan.

5. Memberikan jaminan, kepuasan serta perlindungan kepada masyarakat atas pemberian pelayanan.

Untuk Akreditasi RS 2012 tahun yang kemarin resmi peluncurannya oleh dr.

Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH di Hotel Bidakara, bertepatan dengan acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2012 tanggal 1 Maret. Untuk versi 2012 ini, KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) mengadopsi penuh standar akreditasi rumah sakit versi JCI (Joint Commission International) di- tambah tiga point MDGs (Millenium Development Goals). http://askep-net.

blogspot.co.id/2013/02/akreditasi-rumah-sakit.html

Definisi dari Federasi Akreditasi International (ISQua, 2015) akreditasi adalah pengakuan publik melalui badan nasional akreditasi independen atau mandiri atas prestasi rumah sakit dengan seluruh civitas hospitalia yang telah memenuhi standar akreditasi, dibuktikan melalui assessment pakar (feer) eksternal yang independen.

Akreditasi rumah sakit dapat diartikan secara umum yaitu sebagai pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada rumah sakit karena telah memenuhi standar yang ditentukan dengan tujuan meningkatkan mutu dari pelayanan rumah sakit tersebut.

Sedangkan Federasi Akreditasi Internasional (ISQua) mendefinisikan akre- ditasi rumah sakit sebagai suatu pengakuan publik melalui suatu badan nasi- onal akreditasi rumah sakit atas prestasi RS dalam memenuhi standar akre- ditasi yang dibuktikan melalui suatu asesmen pakar setara (peer) eksternal yang independent.

Tujuan dilakukannya akreditasi rumah sakit oleh Departemen Kesehatan adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan perlindungan terhadap pasien. Melalui akreditasi, diharapkan manajemen rumah sakit dapat menerapkan SOP (Standard Operating Precedure) dengan baik se- hingga pasien terlindungi dari malpraktik.

Dengan mengikuti program akreditasi, berarti rumah sakit telah melakukan pelayanan dan perlindungan secara menyeluruh terhadap pasien. Karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan, rumah sakit harus mempunyai aturan-aturan yang wajib dilaksanakan seperti hospital by- laws, medical staf bylaws, pedoman medico-legal dan SOP-SOP yang ter- kait dengan pelayanan profesi. Di Indonesia Akreditasi RS dilakukan oleh KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit) Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ada beberapa hal yang penting untuk diketahui berkaitan dengan Akreditasi ini, antara lain:

1. STANDAR

Mengacu pada defenisi di atas maka Rumah Sakit, maka perlu untuk diketahui scara jelas tentang standar yang baik pada rumah sakit dan ma- sing-masing unit/bagian pelayanan penunjang lainnya seperti pelayanan medis, pelayanan keperawatan, administrasi dan manajemen, rekam me- dis, pelayanan UGD, farmasi, dll. Standar ini terbentuk dari beberapa

TID AK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANY A UNTUK KEPENTINGAN DIN AS

elemen utama yaitu: Struktur yang terdiri dari fasilitas fisik, organisasi, sumber daya manusianya, sistem keuangan, peralatan medis dan non- medis, AD/ART, kebijakan, SOP/Protap, program, dsb. Proses yaitu semua pelaksanaan operasional dari staf/unit/bagian RS kepada pasien/

keluarga masyarakat pengguna jasa RS tersebut. Hasil (outcome) adalah perubahan status kesehatan pasien, perubahan pengetahuan/pemaha- man serta perilaku yang mempengaruhi status kesehatannya di masa depan, dan kepuasan pasien. Dari ketiga elemen ini yang lebih penting adalah hasil/outcome, karena menentukan mutu suatu layanan.

Hasil biasanya diukur dengan indikator RS atau indikator klinis. Hasil (outcome) berbeda dengan luaran (output), contoh jumlah pasien op- erasi (PO) adalah luaran, sedangkan hasil adalah jumlah pasien operasi yang ada Infeksi Luka Operasi (PILO) dibagi jumlah pasien yang diope- rasi (PILO/PO kali 100%).

2. PERSIAPAN

Persiapan Akreditasi di RS dimulai dengan membentuk Pokja (Kelompok Kerja) untuk masing-masing bidang pelayanan (yan), misalnya: Pokja pelayanan Gawat Darurat, Pokja pelayanan Medis, Pokja Keperawatan, dsb. Pokja-pokja ini akan mempersiapkan berbagai standar untuk diterap- kan unit/bagiannya, mendorong penerapannya dan kemudian melaku- kan penilaian, yang disebut sebagai self assessment. Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen dari KARS. Instrumen ini terdapat pada satu buku yang tersedia di KARS terjilid sekaligus untuk 16 pelayanan.

yaitu Laporan Survei Akreditasi RS, utamanya berisi Pedoman Khusus/

Survei dari masing-masing pelayanan, pedoman ini tidak lain adalah in- strumen yang digunakan untuk menilai atau “mengukur” sejauh mana RS sudah menerapkan standar. Pedoman khusus ini untuk masing-masing pelayanan berisi tujuh standar, terdapat parameter yang masing-masing jumlahnya berbeda-beda, kemudian ada skor, dan keterangan DO (Definisi Operasional) serta CP (Cara Pembuktian). Dianjurkan agar Pokja mem- pelajari instrumen ini dengan cermat dan mencoba melakukan penilaian masing-masing pelayanannya.

3. JENIS

Ada beberapa jenis Akreditasi Rumah sakit yaitu: (Yan = Pelayanan) a. Lima Pelayanan dengan nilai parameter sebesar 112 parameter,

yaitu:

1) Administrasi dan Manajemen (24), 2) Pelayanan Medis (18),

3) Pelayanan Gawat Darurat (31), 4) Pelayanan Keperawatan (23), 5) Rekam Medis (16).

b. Dua belas Pelayanan dengan nilai parameter sebesar 254 parameter, yaitu:

1) Administrasi dan Manajemen (24), 2) Pelayanan Medis (18),

3) Pelayanaan Gawat Darurat (31), 4) Pelayanaan Keperawatan (23), 5) Rekam Medis (16),

6) Pelayanaan Farmasi (16),

7) Keselamatan Kerja, Kebakaran Kewaspadaan bencana-K3- (27), 8) Pelayanan Radiologi (18),

9) Pelayanan Laboratorium (23), 10) Pelayanana Kamar Operasi (25), 11) Pelayanan Pengendalian Infeksi (17), 12) Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi (16).

c. Enam belas pelayanan dengan nilai parameter sebesar 319 parame- ter, yaitu:

1) Administrasi dan Manajemen (24), 2) Pelayanan Medis (18),

3) Pelayanan Gawat Darurat (31), 4) Pelayanan Keperawatan (23), 5) Rekam Medis (16),

6) Pelayanan Farmasi (16),

7) Keselamatan Kerja, Kebakaran Kewaspadaan bencana-K3- (27),

TID AK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANY A UNTUK KEPENTINGAN DIN AS

8) Pelayanan Radiologi (18), 9) Pelayanan Laboratorium (23), 10) Pelauyanan Kamar Operasi (25), 11) Pelayanan Pengendalian Infeksi ( 17), 12) Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi (16) 13) Pelayanan Rehablitasi Medis (16), 14) Pelayanan Gizi (17),

15) Pelayanan Intensif (17), 16) Peyanan Darah (15).

Sampai saat ini rumah sakit yang telah terakreditasi untuk 16 bidang pelayanan berjumlah 13 rumah sakit.

4. TAHAP

Akreditasi pada sesuatu RS wajib dilakukan untuk lima pelayanan, ini adalah merupakan Akreditasi Tingkat Dasar yaitu pelayanan nomor 1 s/d 5. Tiga tahun kemudian RS meningkatkan diri dan diakreditasi untuk 12 pelayanan, disebut Akreditasi Tingkat Lanjut (pelayanan nomor 1 s/d 12). Dan tiga tahun kemudian RS dapat diakreditasi untuk total 16 pelayanan (Akreditasi Tingkat Lengkap).

Bila upaya penerapan standar, perbaikan elemen-elemen standar struk- tur, proses dan hasil sudah cukup baik, yaitu melalui Penilaian Self Assessment, misalnya nilai yang diperoleh sudah mencapai 80-85 %, maka sudah dapat mengajukan permohonan untuk disurvei oleh KARS.

5. MANFAAT

Berdasarkan literatur luar negeri serta pengalaman KARS di Indonesia, ada beberapa manfaat yang diperoleh RS dengan adanya Akreditasi yaitu:

a. Peningkatan pelayanan (diukur dengan clinical indicator), b. Peningkatan administrasi dan perencanaan,

c. Peningkatan koordinasi asuhan pasien, d. Peningkatan koordinasi pelayanan, e. Peningkatan komunikasi antara staf, f. Peningkatan sistem dan prosedur,

g. Lingkungan yang lebih aman, h. Minimalisasi risiko,

i. Penggunaan sumber daya yang lebih efisien,

j. Kerjasama yang lebih kuat dari semua bagian dari organisasi, k. Penurunan keluhan pasien dan staf,

l. Meningkatnya kesadaran staf akan tanggung jawabnya, m. Peningkatan moril dan motivasi,

n. Re-energized organization,

o. Kepuasan pemangku kepentingan (stakeholder).

6. PENILAIAN

Keputusan Akreditasi. Penilaian hasil oleh surveyor kemudian diajukan ke KARS. Ada beberapa nilai akreditasi antara lain,:

a. Tidak Diakreditasi (Tidak Lulus),

b. Akreditasi Bersyarat: nilai total >65 % - <75 %, tidak ada nilai <

60%, 1 tahun disurvei/nilai lagi pelayananan yang nilainya di bawah 75%.

c. Akreditasi Penuh: nilai total > 75 %, tidak ada nilai < 60%, 3 tahun masa berlaku.

d. Akreditasi Istimewa: 5 tahun masa berlaku, didapat setelah 3 X bertu- rut-turut lulus.

Beberapa hal yang perlu diketahui sebagai persiapan untuk akreditasi me- nyangkut SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL. Antara lain:

1. Informasi umum tentang Santosa Bandung International Hospital Visi dan Misi Santosa Bandung International Hospital.

2. Nama direktur/direksi.

3. Maksud kata “International hospital” pada SBIH.

(International maksudnya, rumah sakit ini menjalin hubungan dengan rumah sakit luar negri dan mengirimkan staff ke luar negri untuk belajar dan menerima staff dari rumah sakit luar, untuk saling berbagi informasi terutama dalam hal pelayanan medis).

TID AK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANY A UNTUK KEPENTINGAN DIN AS

Beberapa Definisi yang Umum dalam Pelayanan Rumah Sakit

Berikut beberapa istilah umum yang kerap di dapati dalam rumah sakit yang sebaikya diketahui oleh seluruh staff. (sesuai dengan Surat Keputusan NOMOR: 560/MENKES/SK/IV/2003) antara lain:

1. Pelayanan Medik adalah pelayanan yang bersifat individu yang diberikan oleh tenaga medik, para medik perawatan berupa pemeriksaan, kon- sultasi, tindakan medik;

2. Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan pasien untuk observasi, diag- nosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa menginap di rumah sakit;

3. Pelayanan Rawat Darurat adalah pelayanan kedaruratan medik yang ha- rus diberikan secepatnya untuk mencegah/menanggulangi risiko kema- tian atau cacat;

4. Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagno- sis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau upaya pelayanan kesehatan lainnya dengan menginap di rumah sakit;

5. Pelayanan Rawat Sehari (One Day Care) adalah pelayanan pasien un- tuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau upaya pelayanan kesehatan lain dan menempati tempat tidur kurang dari 24 (dua puluh empat) jam;

6. Pelayanan Rawat Siang Hari (Day Care) adalah pelayanan pasien un- tuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi mental dan atau upaya pelayanan kesehatan lain maksimal 12 (dua belas) jam;

7. Rawat Rumah adalah pelayanan pasien di rumah untuk observasi, pe- ngobatan, rehabilitasi medik pasca rawat inap;

8. Tindakan Medik Operatif adalah tindakan pembedahan kepada pasien yang menggunakan pembiusan umum, pembiusan local atau tanpa pem- biusan;

9. Tindakan Medik Non Operatif adalah tindakan kepada pasien tanpa pembedahan untuk membantu penegakan diagnosis dan terapi;

10. Pelayanan Penunjang Medik adalah pelayanan kepada pasien untuk membantu penegakan diagnosis dan terapi;

11. Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Rehabilitasi Mental adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam bentuk pelayanan fisioterapi, tera-

pi okupasional, terapi wicara, ortotik/prostetik, bimbingan sosial medis dan jasa psikologi serta rehabilitasi lainnya;

12. Pelayanan Medik Gigi dan Mulut adalah pelayanan paripurna meliputi upaya penyembuhan dan pemulihan yang selaras dengan upaya pence- gahan penyakit gigi dan mulut serta peningkatan kesehatan gigi dan mulut pada pasien di rumah sakit;

13. Pelayanan Penunjang Non Medik adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien di Rumah Sakit yang secara tidak langsung berkaitan dengan pelayanan medik antara lain hostel, administrasi, laundry dan lain-lain;

14. Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan di rumah sakit, yang dibebankan kepada pasien sebagai im- balan atas jasa pelayanan yang diterimanya;

15. Biaya Overhead adalah biaya yang timbul karena kegiatan yang dilak- sanakan sehingga menimbulkan biaya fixed dan biaya variabel :

a. Biaya Fixed meliputi biaya penyusutan, gaji pegawai honorer, dan gaji pegawai tetap serta biaya lainnya bersifat tetap yang terkait pelayanan langsung kepada pasien.

b. Biaya Variabel meliputi Jasa Sarana yang diterima oleh rumah sakit atas pemakaian sarana, fasilitas rumah sakit, yang digunakan lang- sung dalam pencegahan rangka pencegahan, observasi, diagnosis, pengobatan dan konsultasi, visite, rehabilitasi medik dan atau pela- yanan lainnya.

16. Penjamin adalah orang atau badan hukum sebagai penanggung biaya pelayanan kesehatan dari seseorang yang menggunakan/mendapat pelayanan di rumah sakit;

17. Unit Cost adalah besaran biaya satuan dari setiap kegiatan pelayanan yang diberikan rumah sakit, yang dihitung berdasarkan standar akun- tansi biaya rumah sakit.

Demikianlah sekilas gambaran umum tentang akreditasi rumah sakit yang saya dapat kumpulkan, semoga ini dapat bermamfaat dan manambah pe- ngetahuan kita terutama menjelang pelaksanaan akreditsi yang akan dilak- sanakan.

TID AK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANY A UNTUK KEPENTINGAN DIN AS

Akreditasi Rumah Sakit

Akreditasi : Berdasarkan UU RI N0. 20/2003 Pasal 60 ayat (1) dan (3), akreditasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan kelayakan pro- gram dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan berdasarkan kriteria yang bersifat terbuka.

Akreditasi JCI ini atau JCI merupakan suatu lembaga independen Luar Negeri yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan sebagai pelak- sana Akreditasi Internasional. Standar Akreditasi Nasional terangkum dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit, sedangkan Standar Akreditasi Internasional terangkum pada edisi ke 4 Joint Commission International Accreditation Standars for Hospital.

Tujuan Manfaat Akreditasi Rumah Sakit, diantaranya :

1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Rumah Sakit yang bersangkutan karena berorientasi pada peningkatan mutu dan keselamatan pasien.

2. Proses administrasi, biaya serta penggunaan sumber daya akan menjadi lebih efisien.

3. Menciptakan lingkungan internal RS yang lebih kondusif untuk penyem- buhan, pengobatan dan perawatan pasien.

4. Mendengarkan peisn dan keluarga, sera menghormati hak-hak pasien serta melibatkan merek adalam proses perawatan.

5. Memberikan jaminan, kepuasan serta perlindungan kepada masyarakat atas pemberian pelayanan kesehatan.

Tujuan dan Manfaat Akreditasi Rumah Sakit 1. Tujuan Akreditasi Rumah Sakit

Tujuan akreditasi rumah adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehat- an, sehingga sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia yang sema- kin selektif dan berhak mendapatkan pelayanan yang bermutu. Dengan demikian mutu pelayanan kesehatan diharapkan dapat mengurangi minat masyarakat untuk berobat keluar negeri (KARS, 2012). Menurut Permenkes Nomor 012 Tahun 2012 Pasal 2, akreditasi bertujuan un- tuk:

a. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit;

b. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit;

c. Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi;

d. Mendukung program pemerintah di bidang kesehatan.

2. Manfaat Akreditasi Rumah Sakit

Menurut Kementerian Kesehatan RI, manfaat akreditasi rumah sakit adalah sebagai berikut :

a. Bagi pasien dan masyarakat, antara lain : pasien dan masyarakat memperoleh pelayanan sesuai dengan standar yang terukur.

b. Bagi petugas kesehatan di rumah sakit, antara lain : menimbulkan rasa aman dalam melaksanakan tugasnya oleh karena rumah sakit memiliki sarana, prasarana dan peralatan yang telah memenuhi standar.

c. Bagi rumah sakit, antara lain : sebagai alat ukur untuk negosiasi de- ngan pihak ketiga misalnya asuransi, perusahaan dan lain-lain.

d. Bagi pemilik rumah sakit, antara lain : sebagai alat mengukur kinerja pengelola rumah sakit.

e. Bagi perusahaan asuransi, antara lain : acuan untuk memilih dan mengadakan kontrak dengan rumah sakit.

Dasar Hukum Akreditasi Rumah Sakit

1. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/Per/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/Menkes/Per/I/2010 tentang klasifikasi Rumah Sakit.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit

6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 428/Menkes/SK/XII/2012 tentang Penetapan Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia.

TID AK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANY A UNTUK KEPENTINGAN DIN AS

Persiapan Akreditasi di RS dimulai dengan membentuk tim Pokja (Kelompok Kerja). Tim pokja dibentuk untuk masing-masing bidang pelayanan, mi- salnya. Tim Pokja tersebut adalah Pokja pelayanan Gawat Darurat, Pokja pelayanan Medis, Pokja Keperawatan, dsb. Tim kelompok kerja ini akan mempersiapkan berbagai standar untuk diterapkan unit atau bagiannya.

Tim kelompok kerja juda mendorong penerapannya dan kemudian melaku- kan penilaian. Penilaian ini disebut sebagai self assessment.

Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen dari KARS. Instrumen ini terdapat pada satu buku yang tersedia di KARS terjilid sekaligus untuk 16 pelayanan. Judul buku adalah Laporan Survei Akreditasi RS, utamanya berisi Pedoman Khusus/Survei dari masing-masing pelayanan, pedoman ini tidak lain adalah instrumen yang digunakan untuk menilai atau “mengukur”

sejauh mana RS sudah menerapkan standar. Pedoman khusus ini untuk ma- sing-masing pelayanan berisi tujuh standar, terdapat parameter yang ma- sing-masing jumlahnya berbeda-beda, kemudian ada skor, dan keterangan DO (Definisi Operasional) serta CP (Cara Pembuktian). Dianjurkan agar Pokja mempelajari instrumen ini dengan cermat dan mencoba melakukan penilaian masing-masing pelayanannya.

Jenis Pelayanan

Jenis pelayanan yang diakreditasi adalah (beserta jumlah parameternya):

- Lima Yan: 1. Administrasi & Manajemen (24), 2. Yan Medis (18), 3.

Yan Gawat Darurat (31), 4. Yan Keperawatan (23), 5. Rekam Medis (16), (5 Yan total = 112 Parameter).

- Duabelas Yan: 6. Yan Farmasi (16), 7. Keselamatan Kerja, Kebakaran Kewaspadaan bencana-K3- (27), 8. Yan Radiologi (18), 9. Yan Laboratorium (23), 10. Yan Kamar Operasi (25), 11. Yan Pengendalian Infeksi ( 17), 12. Yan Perinatal Risiko Tinggi (16), (12 Yan total = 254 parameter).

- Enambelas Yan: 13. Yan Rehablitasi Medis (16), 14. Yan Gizi (17), 15.

Yan Intensif (17), 16. Yan Darah (15), (16 Yan) = 319 parameter.

Akreditasi pada sesuatu RS wajib dilakukan untuk lima pelayanan, disebut Akreditasi Tingkat Dasar yaitu pelayanan nomor 1 s/d 5. Tiga tahun ke- mudian RS meningkatkan diri dan diakreditasi untuk 12 pelayanan, disebut Akreditasi Tingkat Lanjut (pelayanan nomor 1 s/d 12). Dan tiga tahun ke-

mudian RS dapat diakreditasi untuk total 16 pelayanan (Akreditasi Tingkat Lengkap).

Bila upaya penerapan standar, perbaikan elemen-elemen standar struktur, proses dan hasil sudah cukup baik, yaitu melalui Penilaian Self Assessment, misalnya nilai yang diperoleh sudah mencapai 80-85 %, maka sudah dapat mengajukan permohonan untuk disurvei oleh KARS.

Manfaat

Berdasarkan literatur luar negeri dan juga pengalaman KARS di Indonesia, manfaat yang diperoleh RS karena akreditasi adalah sbb:

1. Peningkatan pelayanan (diukur dengan clinical indicator), 2. Peningkatan administrasi dan perencanaan,

3. Peningkatan koordinasi asuhan pasien, 4. Peningkatan koordinasi pelayanan, 5. Peningkatan komunikasi antara staf, 6. Peningkatan sistem dan prosedur, 7. Lingkungan yang lebih aman, 8. Minimalisasi risiko,

9. Penggunaan sumber daya yang lebih efisien,

10. Kerjasama yang lebih kuat dari semua bagian dari organisasi, 11. Penurunan keluhan pasien dan staf,

12. Meningkatnya kesadaran staf akan tanggung jawabnya, 13. Peningkatan moril dan motivasi,

14. Re-energized organization,

15. Kepuasan pemangku kepentingan (stakeholder).

Keputusan Akreditasi. Penilaian hasil oleh surveyor kemudian diajukan ke KARS, dan keputusan Akreditasi dapat sbb:

- Tidak Diakreditasi (Tidak Lulus),

- Akreditasi Bersyarat: nilai total >65 % – <75 %, tidak ada nilai <

60%, 1 tahun disurvei/nilai lagi Yan yang nilainya di bawah 75%.

- Akreditasi Penuh: nilai total > 75 %, tidak ada nilai < 60%, 3 tahun masa berlaku.

TID AK UNTUK DI PUBLIKASIKAN, HANY A UNTUK KEPENTINGAN DIN AS

- Akreditasi Istimewa: 5 tahun masa berlaku, didapat setelah 3 X bertu- rut-turut lulus.

Akreditasi adalah penilaian kualitas dari organisasi layanan kesehatan.

Jovanoic tahun 2015. 4 Pilar tersebut meliputi kegiatan-kegiatan : 1. Kelompok Standar Berfokus Kepada Pasien.

2. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit.

3. Kelompok Sasaran Keselamatan Pasien.

4. Kelompok Sasaran Menuju Millenium Development.

Lembaga akreditasi

Berikut adalah lembaga-lembaga akreditasi : 1. KARS

2. ISO 9001 3. JCI

Berbagai model evaluasi exsternal pelayanan kesehatan, bias melalui lem- baga lembaga sebagai berikut: Menurut Satoto.(2014).

1. Akreditasi.

2. ISO.

3. Malcolm Baldridge.

4. EFQM (Europian Foundation For Quality Management).

5. Visitatie.

6. ISQua (International Sociatey For Quality Health Care).

Evaluasi mutu rumah sakit yang terbaik adalah dengan kegiatan akreditasi.

Keunggulan akreditasi rumah sakit adalah:

1. Standar yang dipakai adalah spesifik untuk pelayanan kesehatan.

2. Dikembangkan oleh pakar pelayanan kesehatan di rumah sakit yang su- dah mempunyai pengalaman di rumah sakit.

3. Assement element-elemen akreditasi pelayanan kesehatan terleng- kap; struktur proses, hasil/out come, lebih difokuskan ke hasil atau produknya.

4. Menggunakan surveior yang ahli dan praktisi kesehatan di rumah sakit.

Sumber Acuan Akreditasi Rumah Sakit yang terbaru

1. International principles for health care standars, a framework of require- ment for standars, 3rd edition December 2017, International Society for quality in health care (ISQua).

2. Joint Commission International Accreditaion Standards for Hospitals 4 rd Edition, 2011.

3. Instrument Akreditasi Rumah Sakit, Edisi 2007, Komisi akreditasi Rumah Sakit.