• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membuat Resume Pasien Pulang

Dalam dokumen MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN (Halaman 99-103)

93 8. Menjelaskan isi surat keterangan pasien pulang, resume atau discharge summary (tata cara minum obat, perawatan di rumah dan kapan waktu control)

9. Menanyakan kembali pada pasien dan keluarga apakah sudah mengerti isi dari surat keterangan pasien pulang

10. Mempersilahkan pasien atau keluarga untuk tanda tangan

11. Memberikan surat keterangan pasien pulang kepada pasien atau keluarga

12. Mendokumentasikan

13. Untuk perawatan lanjutan (Home care) membuat dokumentasi berdasarkan dokumentasi surat keterangan pasien pulang, selanjutnya membuat dokumen catatan kesehatan pasien selama perawatan di rumah.

94 Kegunaan dari lembar resume pasien pulang (Triyanti & Weningsih, 2018) adalah :

1. Menjaga kelangsungan perawatan di kemudian hari dengan memberikan tembusannya kepada dokter utama pasien, dokter yang merujuk dan konsultan yang membutuhkan.

2. Memberikan informasi untuk menunjang kegiatan komite telaah staff medis.

3. Memberikan informasi kepada pihak ketiga yang berwenang.

4. Memberikan informasi kepada pihak pengirim pasien.

5. Isi resume.

Resume ini harus disingkat dan hanya menjelaskan informasi penting tentang penyakit, pemeriksaan yang dilakukan dan pengobatannya.

Resume ini isinya harus menjawab pertanyaan – pertanyaan ini (Triyanti &

Weningsih, 2018) :

1. Mengapa pasien masuk rumah sakit (pertanyaan klinis singkat tentang keluhan dan riwayat penyakit sekarang).

2. Apakah hasil – hasil penting pemeriksaan laboratorium, rontgen, dan fisik (hasil negatif mungkin sama pentingnya dengan hasil positif) 3. Apakah pengobatan medis maupun operasi yang diberikan (termasuk

respon pasien, komplikasi, dan konsultasi).

4. Bagaimana keadaan pasien pada saat pulang (perlu berobat jalan, mampu bergerak sendiri, mampu untuk bekerja).

5. Apakah anjuran berobat pengobatan / perawatan yang diberikan (nama obat dan dosisnya, tindakan, pengobatan lainnya, dirujuk kemana, perjanjian untuk datang lagi).

Ketentuan pengisian resume pasien pulang (Permenkes No.

269/Menkes/Per/III/2008):

1. Identitas pasien (nama pasien, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nomor medical record).

2. Tanggal masuk dan tanggal keluar . 3. Ruang perawatan terakhir.

4. Diagnosis / masalah waktu masuk.

5. Ringkasan riwayat penyakit selama perawatan.

6. Pemeriksaan fisik yang mendukung diagnosis.

7. Pemeriksaan penunjang / diagnostik terpenting.

8. Terapi / pengobatan selama di rumah sakit.

95 9. Diagnosis utama atau sekunder (ICD 10).

10. Tindakan sekunder (ICD 9).

11. Catatan alergi (reaksi obat).

12. Instruksi / anjuran & edukasi (follow up) selama lepas perawatan.

13. Kondisi waktu keluar (sembuh, dirujuk, pulang atas permintaan sendiri atau meninggal).

14. Rencana tindak lanjut pengobatan (poliklinik, RS lain, puskesmas, dokte luar)

15. Terapi ( obat ) pulang.

16. Tanda tangan dan nama lengkap DPJP (dokter penanggungjawab pasien)

Pada saat perampingan berkas rekam medis, RPP adalah salah satu berkas yang tetap disimpan. Saat ini, RPP mempunyai nilai ekonomis sebagai sarana utama penagihan kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS-Kes) dan penanggung biaya lain. Kelengkapan RPP juga menjadi salah satu indikator mutu pelayanan medis di rumah sakit.

Selain itu, RPP sebenarnya merupakan dokumen yang penting untuk kontinuitas pelayanan antar penyedia layanan kesehatan. Penelitian di berbagai negara menemukan masalah yang melatarbelakangi kurangnya mutu RPP (Pongpirul, Walker, Rahman, et al., 2011). Sebagian besar masalah ini berkaitan dengan pengisian oleh DPJP, baik karena kurangnya waktu sampai dengan kurangnya kemauan. Dokumen RPP defisien dikembalikan kepada DPJP yang bersangkutan oleh petugas rekam medis, sekali atau lebih, sampai dengan lengkap dan bisa dikoding dalam sistem pelaporan maupun sistem penagihan pihak pembayar (Pongpirul, Walker, Winch, et al., 2011).

Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis, yaitu dimulai dari pelayanan FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama), jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis maka pasien dapat dirujuk oleh FKTRL (Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut), pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer, pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer (Buwono et al., 2016). Untuk menjamin berjalannya sistem rujukan berjenjang dengan baik, maka perlu diperlukan langkah-langkah, seperti sosialisasi yang

96 terus-menerus, proses pertemuan lintas sektor secara proaktif serta monitoring dan evaluasi yang juga terus menerus harus dilakukan antar seluruh stakeholders, guna menanamkan kesadaran masyarakat tentang sistem rujukan berjenjang dan sinkroniasi berbagai kebijakan (Buwono et al., 2016).

Khususnya rujukan pasien secara eksternal atau vertikal merupakan rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila pasien membutuhkan pelayanan kesekatan spesialistik atau subspesialistik dan perujuk tidak dapat memberikan pelayan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas peralatan dan atau ketenagaan, sedangkan rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya; kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut;

pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efesiensi dan pelayanan jangka panjang; dan atau perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasaranan, peralatan, dan atau ketenagaan (Buwono et al., 2016).

Dalam pelaksanaan rujukan pasien secara eksternal harus memperhatikan beberapa langkah dalam prosedurnya, berikut prosedur rujukan pasien dengan transfer eksternal (Kunto, 2020).

1. Dokter DPJP memberikan advice bahwa pasien harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih tinggi levelnya, dan menulis rujukan pasien diform yang sudah tersedia.

2. Karu atau perawat jaga berkordinasi dengan PIC Pelayanan covid19 di Rumah Sakit bersangkutan (dalam hal ini termasuk skema pandemi covid-19).

3. Perawat berkoordinasi dengan rumah sakit yang dituju, dengan mengisi sisrut.

97 4. perawat menyiapkan administrasi pasien, surat rujukan, hasil

pemeriksaan penunjang (RO, Laborat,dll).

5. Perawat menghubungi sopir ambulan.

6. Sediakan semua kebutuhan yang dibutuhkan untuk rujukan dan komunikasikan dengan rumaah sakit yang bersangkutan tentang kebutuhan perawatan pasien.

7. Perawat memakai APD Level 3. Kedelapan sekaligus terakhir, Pasien dapat diberangkatkan dengan pendamping sesuai dengan level transfer eksternal.

C. Mangelola Administrasi Pasien Pulang

Dalam dokumen MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN (Halaman 99-103)