• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metodologi Kitab Tafsir

عٱ

2. Metodologi Kitab Tafsir

a. Latar Belakang Penulisan Tafsir

Dalam berkarya, ath-Thabarîy berharap ia dapat membuat sebuah karya yang diharapkan lebih sempurna dari yang pernah ditulis oleh

68 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik- Modern, h. 2

69 Said Agil al-Munawar, Al-Qur`an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 96

70 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik- Modern, h. 4

para pendahulunya. Dalam hal itu ia mengatakan, “ketika saya mencoba menjelaskan tafsir Al-Qur`an dan menerangkan makna- maknanya yang InsyaaAllah akan menjadi sebuah kitab yang mencakup semua hal yang perlu diketahui oleh manusia, melebihi seluruh kitab lain yang telah ada sebelumnya. Saya berusaha menyebutkan dalil-dalil yang telah disepakati oleh umat dan yang diperselisihkannya, menjelaskan alasan setiap madzhab yang ada dan menerangkan alasan yang benar menurut saya dalam permasalahan terkait secara singkat”.71 Itu dilakukannya karena dia merasa sangat prihatin menyaksikan kualitas pemahaman masyarakat terhadap Al- Qur`an. Mereka hanya sekedar bisa membacanya tanpa mengetahui maksud atau kandungan dari ayat itu.72

b. Deskripsi Tafsir Jâmi’ al-Bayân ‘an Ta’wîl ai Al-Qur`an

Tafsir ath-Thabari atau Jâmi‟ al-Bayân „an Ta‟wîl ai Al-Qur`an karya Abi Ja‟far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, ditahqiq oleh Khalil Mais, diterbitkan oleh Dar al-Fikr di Beirut pada tahun 2005. Terdiri dari 4920 halaman dan Berjumlah 15 jilid:

1) Jilid 1, terdiri dari 736 halaman, berisi penafsiran juz 1 yakni surat al-Fâtihah ayat 1-7, dan surat al-Baqarah ayat 1-141.

2) Jilid 2, terdiri dari 781 halaman, berisi penafsiran juz 2 yakni surat al-Baqarah ayat 142-252.

3) Jilid 3, terdiri dari 392 halaman, berisi penafsiran juz 4 yakni surat Ali Imrân ayat 93-200, dan surat an-Nisa` ayat 1-23.

4) Jilid 4, terdiri dari 400 halaman, berisi penafsiran juz 6 yakni surat an-Nisa` ayat 148-176, dan surat al-Mâidah ayat 1-81.

71 Abu Ja‟far Muhammad bin Jarîr ath-Thabarîy, Jâmi‟ al-Bayân „an Ta`wîl âi Al- Qur`an, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1995), h. 40

72 https://sc.syekhnurjati.ac.id 15/08/2019 03.15

5) Jilid 5, terdiri dari 279 halaman, berisi penafsiran juz 8 yakni surat al-An‟âm ayat 111-165, dan surat al-A‟râf ayat 1-87.

6) Jilid 6, terdiri dari 252 halaman, berisi penafsiran juz 10 yakni surat al-Anfâl ayat 41-75 dan surat at-Taubah ayat 1-92.

7) Jilid 7, terdiri dari 280 halaman, berisi penafsiran juz 12 yakni surat Hûd ayat 6-123, dan surat Yûsuf ayat 1-52.

8) Jilid 8, terdiri dari 238 halaman, berisi penafsiran juz 14 yakni surat al-Hijr ayat 1-99, dan surat an-Nahl ayat 1-128.

9) Jilid 9, terdiri dari 264 halaman, berisi penafsiran juz 16 yakni surat al-Kahfi ayat 79-110, surat Maryam ayat 1-98, surat Thâha ayat 1- 135.

10) Jilid 10, terdiri dari 240 halaman, berisi penafsiran juz 18 yakni surat al-Mu`minûn ayat 1-118, surat an-Nûr ayat 1-64, dan surat al-Furqân ayat 1-20.

11) Jilid 11, terdiri dari 176 halaman, berisi penafsiran juz 21 yakni surat al-„Ankabût ayat 1-69, surat ar-Rûm ayat 1-60, surat Luqmân ayat 1- 34, surat as-Sajdah ayat 1-30, dan surat al-Ahzâb ayat 1-30.

12) Jilid 12, terdiri dari 144 halaman, berisi penafsiran juz 24 yakni surat az-Zumar ayat 30-75, surat Ghâfir ayat 1-85, dan surat Fushilat ayat 1-46.

13) Jilid 13, terdiri dari 288 halaman, berisi penafsiran juz 27 yakni surat adz-Dzâriyat ayat 30-60, surat ath-Thûr ayat 1-49, surat an-Najm ayat 1-62, surat al-Qamar ayat 1-55, surat ar-Rahmân ayat 1-76, surat al-Wâqi‟ah ayat 1-96, dan surat al-Hadîd ayat 1-29.

14) Jilid 14, terdiri dari 315 halaman, berisi penafsiran juz 29 yakni surat al-Mulk ayat 1-30, surat al-Qalam ayat 1-52, surat al-Hâqqah ayat 1- 52, surat al-Ma‟arij ayat 1-44, surat Nuh 1-28, surat al-Jin ayat 1-28,

surat al-Muzammil ayat 1-20, surat al-Mudatsir ayat 1-56, surat al- Qiyâmah ayat 1-40, surat al-Insân 1-31, surat al-Mursalat ayat 1-50.

15) Jilid 15, terdiri dari 408 halaman, berisi penafsiran juz 30 yakni surat an-Naba` ayat 1-40, surat an-Nâzi‟at ayat 1-46, surat „Abasa ayat 1- 42, surat at-Takwîr ayat 1-29, surat al-Infithar ayat 1-19, surat al- Muthaffifin ayat 1-36, surat al-Insyiqaq ayat 1-25, surat al-Burûj ayat 1-22, surat ath-Thâriq ayat 1-17, surat al-A‟la ayat 1-19, surat al-Ghâsyiah ayat 1-26, surat al-Fajr ayat 1-30, surat al-Balâd ayat 1- 20, surat asy-Syamsy ayat 1-15, surat al-Laîl ayat 1-21, surat adh- Dhuha ayat 1-11, surat al-Insyirah ayat 1-8, surat at-Tîn ayat 1-8, surat al-„Alaq ayat 1-19, surat al-Qadr ayat 1-5, surat al-Bayyinah ayat 1-8, surat al-Zalzalah ayat 1-8, surat al-„Âdiyât ayat1-11, surat al-Qâri‟ah ayat 1-11, surat at-Takâtsur ayat 1-8, surat al-„Ashr ayat 1-3, surat al-Humazah ayat 1-9, surat al-Fîl ayat 1-5, surat Quraisy ayat 1-4, surat al-Mâ‟ûn ayat 1-7, surat al-Kautsar ayat 1-3, surat al- Kâfirûn ayat 1-6, surat an-Nashr ayat 1-3, surat al-Lahab ayat 1-5, surat al-Ikhlâsh ayat 1-4, surat al-Falaq ayat 1-5, dan surat an-Nâs ayat 1-6.

c. Sistematika, Metode dan Corak Penafsiran

Adapun sistematika yang digunakan oleh ath-Thabarîy yaitu:

1) ath-Thabarîy memulai dengan menetapkan dan membatasi tema yang akan dibahas, baik itu berupa ayat dan penafsirannya atau penjelasan sebuah hadits, kemudian menyimpulkan berbagai pendapat mengenai aqidah, hukum fiqih, qira`at, suatau pendapat atau permasalahan yang menjadi selisih.

2) Menetapkan tema, sebelum memulai penulisan, ath-Thabarîy mengumpulkan bahan-bahan data yang akan ditulis.

3) Setelah data terkumpul, ath-Thabarîy pun mulai meneliti semua bahan yang telah terkumpul.

4) ath-Thabarîy membandingkan antar sanad dengan dalil, dan mengambil dalil paling kuat guna dijadikannya sebagai argumentasi.73

Metode tafsir yang digunakan oleh ath-Thabarîy adalah metode tahlili, dengan menyebutkan munasabah ayat, asbab nuzulnya apabila ada, mufradat dan lafal dari pandangan bahasa Arab, memaparkan kandungan ayat secara umum, menerangkan unsur-unsur balaghah.

Tafsir ini tidak memiliki corak khusus dalam penafsiran, karena ath- Thabari menafsirkan ayat-ayat Al-Qur`an berdasarkan riwayat.

Meskipun seringkali beliau melakukan tarjih terhadap riwayat dan pendapat yang ia kutip.74

d. Sumber dan Referensi Penafsiran

Sumber penafsiran Tafsir ath-Thabarîy adalah bi al-ma‟tsûr, namun penafsiran ath-Thabarîy sedikit berbeda dan lebih unggul dari para mufassir generasi sebelumnya. Beliau tidak hanya megutip riwayat Nabi saw. dan pendapat para mufassir sebelumnya, melainkan juga mengkritisi mana riwayat yang shahih dan tidak shahih, serta mengutip riwayat yang paling kuat (rajah) bila terjadi perbedaan pendapat di kalangan sahabat dan tabi‟in.

Untuk referensi ath-Thabari merujuk pada hadits Nabi saw (beliau hanya mencantumkan hadits yang shahih), pendapat para sahabat (Khulafa ar-Rasyidin, Abdullah bin Mas‟ûd, Abdullah bin Abbas, Ubay bin Ka‟ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asy‟ari, dan Abdullah bin

73Ath-Thabarîy, Tafsir ath-Thabarîy, terj. dari Jami‟ al-Bayan an Ta‟wil Ay Al- Qur`an, Akhmad Affandi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008)

74 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik- Modern, h. 6-11

Zubair) dan tabi‟in (untuk rujukan hadits: Sa‟id bin Jabir, Mujâhid bin Jabir, Ikrimah dan al-Dhahhak. Dan untuk rujukan tafsir: tafsir „Abd ar- Rahmân bin Zaid bin Aslam, tafsir Ibn Juraij, dan tafsir Muqatil bin Hayyan), kebahasaan, sya‟ir Arab klasik, nahwu merujuk pada ( kitab

„Ali bin Hamzah al-Kisâ`i, kitab Ma‟âni al-Qur`an karya Yahya bin Ziyâd al-Farra‟i dan lain sebagainya), dan sîrah Nabawiyah.75

B. Profil al-Qurthubîy dan Tafsirnya Tafsir al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qur`an 1. Biografi Penulis

b. Mengenal al-Qurthubîy (w. 671 H)

Nama lengkapnya adalah Abu „Abdillah Muhammad bin Ahmad al- Anshari al-Maliki al-Qurthubîy. Dikenal dengan sebutan Qurthubî dinisbatkan kepada Negara kelahirannya, Beliau lahir di lingkungan keluarga petani di Cordova Andalusia (sekarang Spanyol) pada masa kekuasaan Bani Muwahhidun pada tahun 580 H/1184 M.76 Disanalah al-Qurthubîy mempelajarari bahasa Arab dan sya‟ir, disamping juga mempelajari Al-Qur`an al-Karim, dia memperoleh pengetahuan yang luas dalam bidang fiqih, nahwu, dan qira`at sebagaimana dia juga mempelajari ilmu balaghah dan ulum Al-Qur`an dan juga ilmu-ilmu lainnya.77 al-Qurthubîy merupakan salah seorang dari ahli tafsir, faqih, muhadits, wira`i, zuhud dan ahli ibadah. Beliau pergi ke Mesir dan

75 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik- Modern, h. 11

76 Tidak banyak sumber yang menyebutkan secara panjang tentang asal usul keluarga al-Qurthubi. Lihat Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 19, pendapat lain dikatakan oleh Hasbi ash-Shidqi, yang menyebutkan bahwa al-Qurthubî lahir di Andalusia tahun 486 H dan meninggal di Mausul tahun 567 H. lihat Hasbi ash-Shidqi, Sejarah dan Pengantar Imu Al-Qur`an/Tafsir, (Jakarta:

Bulan Bintang,1980), h. 291. Namun informasi ini sangat lemah karena Hasbi tidak menyebutkan sumber yang jelas dan kemungkinan besar Hasbi salah mengutip tahun kelahiran dengan nama yang sama dinisbatkan kepada al-Qurthubîy, yakni Abu Bakar Yahya Ibn Sa‟id Ibn Tamam Ibn Muhammad al-Azdi al- Qurthubîy. https://digilib.uinsby.ac.id 15/08/2019 02:15

77 Abu „Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshâriy al-Qurthubî, al-Jâmi‟ al- Ahkâm Al-Qur`an, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1995), h. 15

menetap di Maniyah Bani Khusaib sebelah utara Asuyuth sampai akhir hayatnya, beliau wafat pada tahun 671 H.78 al-Qurthubîy merupakan ulama yang shalih dan sudah mencapai tingkat ma‟rifatullah, zuhud, bahkan dirinya selalu disibukkan oleh urusan-urusan akhirat. Usianya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah dan menyusun kitab.

Kehidupan ilmiah di Maghrib (Maroko) dan Andalusia (Spanyol) pada masa al-Muwahhidin (514-668 H) berkembang sangat pesat. Masa tersebut merupakan masa yang di dalamnya al-Qurthubî menjalani beberapa fase dari kehidupannya, tepatnya ketika beliau sedang berada di Andalusia dan sebelum pindah ke Mesir. Beberapa faktor dari kemajuan gerakan ilmiah antara lain adanya dukungan dan dorongan dari Muhammad bin Tumart (ulama terkemuka pada masanya) kepada masyarakat untuk mencari dan memperoleh ilmu pengetahuan, dan banyaknya buku-buku dan karya tulis di Andalusia. Dari sana lahirlah banyak lembaga keilmuan, ilmu keagamaan pun seperti fikih, hadits, tafsir berkembang pesat.

Setelah al-Qurthubîy pindah ke Mesir paa masa pemerintahan dinasti al-Ayyubiyyin, juga tidak kalah maju keilmuan di Andalusia pada masa pemerintahan dinasti al-Muwahhidin. Faktor akan kemajuannya pun hampir sama dengan faktor majunya keilmuan di Andalusia. Sungguh semua itu mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan jiwa keilmuan dalam diri al-Qurthubîy.79

c. Sanjungan Ulama terhadapnya

Adz-Dzahabi mengatakan, al-Qurthubîy merupakan seorang imam yang memiliki ilmu yang luas dan mendalam. Beliau mempunyai

78Muhammad Sa‟id Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah terj. dari

„Adzma` al-Islam „Ibru Arba‟ah „Asyar Qarnan min az-Zaman, oleh Khairul Amru dan Achmad Faozan, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2007), h. 348

79 Abu „Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshâriy al-Qurthubîy, al-Jâmi‟ al- Ahkâm Al-Qur`an, h. 17

sejumlah karya yang sangat bermanfaat dan menunjukkan betapa luas pengetahuannya dan sempurna kepandaiannya.80

d. Guru dan Muridnya

Guru-gurunya adalah Ibnu Rawaj (ahli hadits), Ibnu Jamizi (ahli di bidang ilmu hadits, fiqih dan qira`at), Abu al-Abbas Ahmad bin Umar bin Ibrahim al-Maliki al-Qurthubî (penulis kitab al-Mufhim Fi Syarh Shahih Muslim), al-Hasan al-Bakary81 dan Ibnu Muzayyan. Murid- muridnya antara lain Syihabuddin Abu Abbas dan Abu Abdullah Wali.82

e. Kitab-kitab Karyanya

Selain kitabnya al-Jâmi‟ lî Ahkâm Al-Qur`an, para ahli sejarah menyebutkan sejumlah hasil karya al-Qurthubi, diantaranya adalah:

at-Tadzkirah fî Ahmal al-Mauta wa Umûr al-Âkhirah, at-Tidzkar fî Afdhal al-Adzkâr, a-Asna fî Syarh al-Ama`illah al-Husna, Syarh at- Taqasshi, al-I‟lâm bi Maa Fi Din an-Nashara Min al-Mafâshid wa al- Auham, Wa Izhâr Mahâsin Dîn al-Islam, Risâlah fî Alqam al-Hadits, Kitâb al-Aqdhiyah, dan lain sebagainya.83

2. Metodologi Kitab Tafsir

a. Latar Belakang Penulisan Tafsir

Berangkat dari pencarian ilmu dari para ulama (seperti abu al-Abbas bin Umar al-Qurthubî Abu al-Hasan bin Muhammad bin Muhammad al-Bakhri), kemudian Imam al-Qurthubî diasumsikan berhasrat besar untuk menyusun kitab Tafsir yang juga bernuansa fiqih dengan

80 Abu „Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshâriy al-Qurthubîy, al-Jâmi‟ al- Ahkâm Al-Qur`an, h. 16

81 Abu „Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshâriy al-Qurthubîy, al-Jâmi‟ al- Ahkâm Al-Qur`an, h. 18

82 Muhammad Sa‟id Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah terj. dari

„Adzma` al-Islam „Ibru Arba‟ah „Asyar Qarnan min az-Zaman, oleh Khairul Amru dan Achmad Faozan, h. 348

83 Abu „Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshâriy al-Qurthubîy, al-Jâmi‟ al- Ahkâm Al-Qur`an, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1995), h. 18

menampilkan pendapat imam-imam madzhab fiqih dan juga menampilkan hadits yang sesuai dengan masalah yang dibahas. selain Itu kitab tafsir yang telah ada sedikit sekali yang bernuansa fiqih,karena itulah al-Qurthubîy menyusun kitabnya, dan ini akan mempermudah masyarakat, karena disamping menemukan tafsir, dia juga akan menemukan banyak pandangan Imam mazhab fiqih, hadits-hadits Rasulullah saw. maupun pandangan para ulama mengenai masalah itu.

b. Deskripsi Tafsir al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qur`an

Tafsir al-Qurthubî atau al-Jâmi‟ lî Ahkâm Al-Qur`an karya al- Qurthubi, ditahqiq oleh Ahmad „Abdul „Alim al-Barduni, diterbitkan oleh Dar al-Kutub di Mesir tahun 1967 terdiri dari 19 jilid.

c. Sistematika, Metode dan Corak Penafsiran

Dalam menulis kitab tafsirnya, al-Qurthubîy memulai dari surat al- Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas, atau dapat dikatakan bahwa sistematika yang digunakan oleh al-Qurthubîy dalam atfsirnya adalah sistematika mushafi. Metode yang diterapkan al-Qurthubîy dalam tafsirnya adalah metode tahlili karena al-Qurthubîy mencoba menjelaskan dan memetakan kandungan ayat-ayat Al-Qur`an dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat Al-Qur`an sebagaimana yang tercantum didalam mushaf. Bukan berarti dengan tahlili yang digunakan oleh al-Qurthubîy sehingga secara keseluruhan penafsirannya itu bentuk tahlili, namun metode ijmali pun terkadang menjadi cara untuk menafsirkan Al-Qur`an yang berarti secara ringkas dan dengan bahasa yang komunikatif.84

Husain adz-Dzahabi menjelaskan, bahwa tafsir al-Qurthubîy adalah kitab tafsir yang digolongkan tafsir yang bercorak fiqhi. Begitupun al-

84 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 28

Qashabi Mahmud Zalath menyimpulkan bahwa tafsir al-Qurthubi memeiliki kecenderungan Fiqh yang sangat kental. Hal ini dapat dibuktikan dengan uraian-uraian al-Qurthubîy yang secara panjang dan detail tentang hukum ketika memahami sebuah ayat-ayat yang menyangkut tentang hukum. Oleh Karena dominasi kajian tafsir al- Qurthubîy adalah tentang hukum-hukum, maka beliau menamai kitab tafsirnya dengan al-Jami‟ li Ahkam Al-Qur`an yang berarti penghimpun hukum-hukum Al-Qur`an.85

Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh al-Qurthubîy dalam menafsirkan Al-Qur`an sebagai berikut:

1) Menyebutkan ayat-ayat lain yang berkaitan dengan hadits-hadits dengan menyebut sumbernya sebagai dalil

2) Mengutip pendapat ulama dengan menyebut sumbernya sebagai alat untuk menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan pokok pembahasan

3) Menolak pendapat yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam 4) Mendiskusikan pendapat ulama dengan argumentasi masing-masing,

setelah itu melakukan tarjih dengan mengambil pendapat yang paling benar.86

d. Referensi Penafsiran

Tafsir al-Qurthubî menggunakan dua sumber yaitu tafsir al-ma‟tsur dan tafsir al-ra`yi, karena al-Qurthubîy tidak menafsirkan ayat semata- mata dengan akal melainkan didasari dengan kaidah-kaidah bahasa termasuk bantuan dengan sya‟ir-sya‟ir jahiliyah dan dibantu dengan

85 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 28

86 . https://digilib.uinsby.ac.id 15/08/2019 02:15

konsep-konsep „ulum Al-Qur`an seperti naskh-mansukh, sebab nuzul, makiyah –madaniyah dan lain sebagainya.87

e. Keistimewaan kitab Tafsir al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qur`an

Tafsir al-Qurthubîy dianggap sebuah ensiklopedi besar yang memuat banyak ilmu. Diantara keistimewaannya adalah: memuat banyak hukum-hukum dalam Al-Qur`an dengan pembahasan yang luas, hadis- hadis yang tercantum dalam tafsirnya ditakhrij dan pada umumnya disandarkan langsung pada periwayatnya, al-Qurthubîy telah berusaha untuk tidak banyak membahas cerita israiliyat dan hadits maudhu, akan tetapi beliau melewatkan hal itu tanpa memberi komentar pun, setelah al-Qurthubîy menceritakan kisah israiliat dan hadits maudhu‟ yang dapat menodai kesucian malaikat atau Nabi atau dapat membahayakan keimanan seseorang, maka al-Qurthubîy menjelaskan bahwa itu semua adalah bathil.88

C. Profil Wahbah az-Zuhailîy dan Tafsirnya al-Munîr Fî al-‘Aqîdah wa asy-Syarî’ah wa al-Manhaj

1. Biografi Penulis

a. Mengenal Wahbah az-Zuhailîy (w. 1437 H)

Wahbah az-Zuhailîy dilahirkan pada tanggal 6 Maret 1932 M/1351 H di Athiyah tepatnya di daerah Qalmun, Damascus, Syiria. Berasal dari kalangan keluarga yang relegius. Ayahnya bernama Musthafa az- Zuhailîy terkenal dengan keshalihannya dan ketakwaannya selain hafal Al-Qur`an, beliau juga bekerja sebagai petani dan senantiasa mendorong putra-putranya untuk menuntut ilmu.

87 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik- Modern, h. 27

88 Abu „Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshâriy al-Qurthubîy, al-Jâmi‟ al- Ahkâm Al-Qur`an, h. 21

Wahbah az-Zuhailîy mendapat pendidikan dasar di desanya. Pada tahun 1946, beliau melanjutkan pendidikannya ke tingkat menengah di Damascus. Setamatnya dari sekolah menengah ini, beliau melanjutkan pendidikannya di Universitas al-Azhâr Kairo, pada jurusan Syari‟ah hingga mendapat ijjazah strata satu (LC). Disaat yang bersamaan Wahbah juga mengikuti kuliah di universitas Ain Syams Kairo, jurusan bahasa Arab, ilmu yang kelak sangat membantunya sebagai pakar tafsir dan fikih.89 Ketka itu Wahbah az-Zuhailîy memperoleh tiga ijazah, yakni:

1) Ijazah Sarjana (S1) dari Fakultas Syari‟ah Universitas al-Azhâr pada tahun 1956

2) Ijazah Takhashshush Pendidikan dari Fakultas Bahasa Arab Universitas al-Azhâr pada tahun 1957

3) Ijazah Sarjana (S1) dari Fakultas Syari‟ah Universitas „Ain Syam pada tahun 195790

Tidak berhenti di jenjang ini, Wahbah az-Zuhailîy kemudian melanjutkan pendidikannya ketingkat pascasarjana di Universitas Kairo yang ditempuh selama dua tahun dan memperoleh gelar MA dengan tesis berjudul “az-Zira‟î Fî ash-Shiyâsya asy-Syar‟iyyah wa al-Fiqh al- Islami”. Merasa belum puas dengan pendidikannya beliau melanjutkan ke program doktoral yang diselesaikannya pada tahun 1963 M dengan judul disertasi “Atsar al-Harb Fî al-Fiqh al-Islami” di bawah bimbingan Dr. Muhammad Salam Madkur.91

89 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik- Modern, h. 163

90 Ainol, “Metode Penafsiran az-Zuhailî dalam at-Tafsir al-Munîr”, dalam Mutawatir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadits, 2011, h. 143

91 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik- Modern, h. 164.

Beliau dikenal sebagai seorang sosok ulama sekaligus ilmuwan yang sangat tekun. Menurut keterangan dari beberapa muridnya, ketika Syaikh Wahbah sedang menyusun kitab, hari-harinya beliau habiskan di dalam perpustakaan sejak buka sampai tutup. Karir akademisnya dimulai ketika ia diangkat sebagai tenaga pengajar pada tahun 1963 M, di Fakultas Syari'ah Universitas Damaskus dan secara berturut-turut ia menjabat sebagai ketua Jurusan Fiqh al-Islami wa Madzhabihi, wakil dekan, kemudian Dekan di Fakultas yang sama. Setelah mengabdi selama lebih dari dua belas tahun dan dikenal sebagai pakar dalam bidang Fiqh, Tafsir dan Dirasah Islamiyyah, Wahbah memperoleh gelar Profesornya pada tahun 1975.

Pada tahun 1963, beliau menjadi dosen di Universitas Syiria di fakultas Syariah. Kemudian menjadi wakil dekan, lalu menjadi dekan.

Setelah jabatan dekan berakhir, kemudian beliau menjadi ketua jurusan Fikih Islam dan Mazhab. Jabatan ini beliau pegang lebih dari tujuh tahun. Maka dari itu Wahbah az-Zuhailîy adalah seorang pakar fikih, tafsir dan studi-studi Islam. Beliau bermazhab Hanafi.92

Aktivitas ilmiahnya tidak hanya di isi dengan kegiatan mengajar, tapi juga dengan menulis puluhan karya ilmiah, menghadiri berbagai pertemuan ilmiah di dalam dan diluar negri, disamping mengajar di beberapa Negara, seperti di fakultas Hukum Universitas Ben Ghazi Libia (1972-1974), di Fakultas Syari'ah wa al-Qonun Universitas Uni Emirat Arab (1974-1979) dan Universitas Khurtum di sudan.93

92 A. Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir, (Depok:Lingkar Studi al- Qur`an (eLSiQ), 2013), h. 227

93 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik- Modern, h. 165