• Tidak ada hasil yang ditemukan

Minat Belajar Siswa

Dalam dokumen implikasi sistem kekerabatan dalam proses (Halaman 34-40)

BAB I PENDAHULUAN

E. Definisi Operasional

2. Minat Belajar Siswa

Sebelum kita mengetahui minat belajar maka kita harus mengetahui pengertian minat dan belajar Kata minat secara etimologi berasal dari bahasa inggris “ interest” yang berarti kesukaan, perhatian (kecenderungan hati pada sesuatu), keinginan. Jadi dalam proses belajar siswa harus mempunyai minat atau kesukaan untuk mengikuti kegiatan belajar yang berlangsung, karena dengan adanya minat akan mendorong siswa untuk menunjukan perhatian, aktivitasnya dan partisipasinya dalam mengikuti belajar yang berlangsung.

Menurut Ahmadi (2009: 148) Minat adalah sikap jiwa seseorang termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi, konasi, dan emosi), yang tertujuan pada sesuatu dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang kuat.

Menurut Slameto (2003:180), minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Sedangkan menurut Djaali (2008: 121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Sedangkan menurut Crow&crow (dalam Djaali, 2008: 121) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian minat adalah rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan apapun.

b) Belajar

Skinner (dalam Walgito, 2010: 184) memberikan definisi belajar Learning is a process of progressive behavior adaptation. Sedangkan menurut walgito (2010: 185) belajar merupakan perubahan perilaku yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku ( change in behavior or performance). Menurut Whittaker (dalam Djamarah, 2011: 12) merumuskan bahwa belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Demikian pula menurut Djamarah (2011: 13).

belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Demikian pula menurut Khodijah (2014: 50) belajar adalah sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk kompetensi, ketrampilan, dan sikap yang baru melibatkan proses-proses mental internal yang mengakibatkan perubahan perilaku dan sifatnya relative permanen.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan dalam diri pelajarnya yang berupa, pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku akibat dari interaksi dengan lingkungannya.

c) Minat Belajar

Minat merupakan rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan. Minat tersebut akan menetap dan berkembang pada dirinya untuk memperoleh dukungan dari lingkungannya yang berupa pengalaman. Pengalaman akan diperoleh dengan mengadakan interaksi dengan dunia luar, baik melalui latihan maupun belajar. Dan faktor yang menimbulkan minat belajar dalam hal ini adalah dorongan dari dalam individu. Dorongan motif sosial dan dorongan emosional.

Dengan demikian disimpulkan bahwa pengertian minat belajar adalah kecenderungan individu untuk memiliki rasa senang tanpa ada paksaan sehingga dapat menyebabkan perubahan pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku .

Dalam minat belajar memiliki beberapa ciri-ciri. Menurut Elizabeth Hurlock (dalam Susanto, 2013: 62) menyebutkan ada tujuh ciri minat belajar sebagai berikut:

1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.

2) Minat tergantung pada kegiatan belajar 3) Perkembangan minat mungkin terbatas 4) Minat tergantung pada kesempatan belajar 5) Minat dipengaruhi oleh budaya

6) Minat berbobot emosional

7) Minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang terhadap sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.

d) Siswa

Siswa merupakan pelajar yang duduk dimeja belajar setrata sekolah dasar maupun menengah pertama (SMP), sekolah menengah keatas (SMA). Siswa-siswa tersebut belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan untuk mencapai pemahaman ilmu yang telah di dapat di dunia pendidikan. Siswa atau pesetra didik adalah mereka yang secara khusus di serahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang di selengarakan di sekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketrampilan, berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia, dan mandiri (Kompas,1985).

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembanganya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadianya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. hal yang sama siswa juga dapat dikatakan sebagai sekelompok orang dengan usia tertentu yang belajar baik secara kelompok atau perorangan. Siswa juga dapat dikatan sebagai murid atau pelajar, ketika berbicara siswa maka fikiran kita akan tertuju kepada lingkungan sekolah, baik sekolah dasar maupun menengah (Jawa pos, 1949). Pengertian yang sama diambil dari (Kompas Gramedia, 2005) Siswa adalah komponen masukan dalam system pendidikan yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga

menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

menurut Wikipedia, siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha meningkatkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Menurut Nata (dalam Aly, 2008) kata murid diartikan sebagai orang yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik sebagai bekal hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat dengan jalan belajar sungguh-sungguh. Disamping kata murid dijumpai istilah lain yang sering digunakan dalam bahasa arab, yaitu tilmidz yang berarti murid atau belajar, jamaknya tilmidz. Kata ini merujuk pada murid yang belajar di madrasah. Kata lain yang berkenaan dengan murid adalah thalib, yang artinya pencari ilmu, pelajar dan mahasiswa.

Menurut Slameto (2003: 57) siswa yang berminat dalam belajar adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus.

2) Ada rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminatinya.

3) Memperoleh sesuatu kebanggaan dan kepuasan pada suatu yang diminati.

4) Lebih menyukai hal yang lebih menjadi minatnya daripada hal yang lainnya

5) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat belajar adalah memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu secara terus menerus, memperoleh kebanggaan dan kepuasan terhadap hal yang diminati, berpartisipasi pada pembelajaran, dan minat belajar dipengaruhi oleh budaya. Ketika siswa ada minat dalam belajar maka siswa akan senantiasa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan akan memberikan prestasi yang baik dalam pencapaian prestasi belajar.

e) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa

Dalam pengertian sederhana, minat adalah keinginan terhadap sesuatu tanpa ada paksaan. Dalam minat belajar seorang siswa memiliki faktor- faktor yang mempengaruhi minat belajar yang berbeda-beda, menurut syah (2003: 132) membedakannya menjadi tiga macam, yaitu:

1. Faktor Internal

faktor dari dalam diri siswa yang meliputi dua aspek, yakni:

a. Aspek Fisiologis

Kondisi jasmani dan tegangan otot (tonus) yang menandai tingkat kebugaran tubuh siswa, hal ini dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam pembelajaran.

b. Aspek Psikologis

Aspek psikologis merupakan aspek dari dalam diri siswa yang terdiri dari, intelegensi, bakat siswa, sikap siswa, minat siswa, motivasi siswa.

2. Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal terdiri dari dua macam yaitu faktor lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial

a. Lingkungan Sosial : Lingkungan social terdiri dari sekolah, keluarga, masyarakat dan teman sekelas

b. Lingkungan Nonsosial : Lingkungan social terdiri dari gedung sekolah dan letaknya, faktor materi pelajaran, waktu belajar, keadaan rumah tempat tinggal, alat-alat belajar.

3. Faktor Pendekatan Belajar

Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu.

B. Landasan Teori

1. Teori pertukaran sosial (George Casper Homans)”

Teori pertukaran Homans bertumpu pada asumsi orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh hadiah/ ganjaran atau menghindari hukuman, sehingga setiap individu atau kelompok yang sudah mendapatkan ganjaran atau menghindari hukuman maka kecendrungan individu untuk mengulang kembali perilaku tersebut. Seperti halnya mahasiswa yang rajin pergi kuliah

karena ingin mendapatkan ganjaran nilai yang maksimal seperti nilai “A”

dengan menghindari hukuman mendapatkan nilai yang rendah seperti nilai

“E”.

Unsur utama dari pertukaran sosial adalah cost (biaya), reward (imbalan), profit (keuntungan). Hubungan timbal balik diatas akan merujuk pada kuantitas dan nilai. Kualitas adalah intensitas atau frekuensi yang dimana suatu perilaku dinyatakan dalam suatu jangka waktu tertentu atau sejumlah perilaku yang terjadi. Teori pertukaran sosial memandang hubungan interperson sebagai suatu transaksi dangang.

Teori pertukaran sosial Homan (1974 : 110) memiliki beberapa proposisi, yaitu :

a) Proposisi sukses (the success proposition) untuk semua tindakan yang dilakukan oleh individu yang mendapatkan hadiah, maka semakin besar kemungkinan individu tersebut mengulang tindakanya.

b) Proposisi pendodorong (the stimulus proposition) untuk semua tindakan yang dilakukan individu berdasarkan dorongan atau sekumpulan dorongan yang menyebabkan individu mendapatkan hadiah.

c) Proposisi nilai (the value proposition) untuk semua tindakan yang dilakukan individu atas dasar makin tinggi nilai hasil tindakan seseorang bagi dirinya, maka kemungkinan besar ia melakukan tindakan tersebut.

d) Proposisi deprivasi kejenuan (the deprivation station proposition) untuk tindakan individu yang didasarkan makin dekat waktu mendapatkan hadiah pada masa lalu, maka akan kurang bernilai hadiah berikutnya jika

didapatkan dalam waktu yang lama. Contohnya hasil berdagang selama satu minggu, kemudian selanjutnya mendapatkan lima ratus ribu hasil berdangan dalam waktu satu bulan, maka kemungkinan besar tindakan tersebut tidak akan dilakukan lagi.

e) Proposisi persetujuan agresi (the aggresstion approval proposition) untuk tindakan individu jika tidak menerima ganjaran sesuai yang diharapkan atau mendapatkan hukuman yang tidak diigingkan, maka besar kemungkinan untuk melakukan tindakan agresif, tindakan tersebut akan bernilai baginya.

f) Proposisi rasionalitas menerangkan bahwa seseorang melakukan atau tidak melakukan tergantung pada presepsi mengenai peluang sukses. Persepsi tentang tinggi rendahnya kesuksesan tergantung kesuksesan yang didapatkan pada masa lalu.

2. William Goode, J (Sosiologi Keluarga)

Keluarga merupakan system norma dan tata cara yang diterima untuk menyesuaikan tugas penting, keluarga berperan membina angota-anggotanya untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan budaya di mana ia berada. Bila semua anggota sudah mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan dimana ia tinggal.

a) Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu dan anak.

b) Hubungan sosial di antara anggota keluarga relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan adopsi.

c) Hubungan antara anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab.

d) Memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka sosialisanya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.

C. Karangka Konsep

Didalam kerangka pikir ini menjelaskan tentang miniatur dalam melakukan penelitian. Seperti yang terlihat pada gambar bagan diatas bahwa penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Baraka dengan objek sistem kekerabatan dalam proses pembelajaran. Kemudian dari objek kajian yang ingin diteliti terdapat

System kekerabatan guru dan siswa

Dampak system kekerabatan dalam proses pembelajaran Bentuk system

kekerabatan dalam proses pembelajaran

Temuan Lapangan SMP Negeri 3

Baraka

beberapa sub fokus yakni bentuk system kekerabartan dampak dari system kekerabatan di SMP Negeri 3 Baraka. Selain dari pada itu setelah dilakukannya penelitian peneliti akan menemukan hasil lapangan yang akan di paparkan pada hasil penelitian.

D. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengenai system kekerabatan guru terhadap siswa dan terdapat beberapa penelitian terdahulu yang ditemukan terkait dari system kekerabatan diatas antara lain:

1. Lazuardi, 2014. Untuk mengetahui pandangan dan penilaian terhadap Nepotisme Guru terhadap siswa dalam Prekrutan dan seleksi siswa baru, apakah nepotisme selalu merugikan atau dapat menguntungkan, untuk mengetahui batasan-batasan dalam nepotisme apabila nepotisme dianggap merugikan, untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung apabila nepotisme dianggap menguntungkan, untuk mengetahui solusi-solusi dalam menghadapi kasus nepotisme dalam proses prekrutmen dan seleksi.

Informan dalam penelitian ini adalah Masyarakat dan orang tua siswa yang memiliki hubungan keluarga dengan salah satu tenaga pendidik dan masyarakat yang ada disekitar sekolah. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara langsung dan observasi.

Penelitian ini diteliti secara kuantitatif dengan menggunakan alat analisis data membercheck. Dalam pengumpulan datanya, penelitian ini menganalisis data primer yang dihasilkan dari wawancara langsung kepada tujuh orang informan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa beberapa informan ada juga yang berpendapat bahwa nepotisme tidak selalu buruk. dapat juga berdampak positif apabila subjek yang terpilih benar-benar memiliki kemampuan dan kapasitas yang baik. dapat juga menguntungkan jika memberikan atau membuat kinerja organisasi maupun perusahaan menjadi lebih baik.

Nepotisme dikatakan menguntungkan karena dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses rekrutmen dan seleksi.

2. Aritonang, 2012. Hasil Penelitian faktor utama yang mempengaruhi minat dan motivasi belajar siswa ialah cara mengajar, karakter dan kedekatan guru terhadap siswa. Data diperoleh dengan melakukan survey menggunakan kuesioner dan setelah diolah menunjukkan bahwa mata pelajaran yang diminati oleh siswa adalah keterampilan, olahraga, dan kesenian cara mengajar guru, karakter guru, suasana kelas tenang dan nyaman, dan fasilitas belajar yang digunakan. Selaras dengan temuan yang diperoleh, penelitian ini memberikan saran operasional.

3. Sobandi, 2016. Hasil Penelitian permasalahan dalam penelitian ini adalah belum optimalnya hasil belajar siswa dipengaruhi cara mengajar guru. Hal ini ditandai dengan perolehan hasil belajar siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket model rating scale. Sampel penelitian adalah 58 siswa Kelas X Administrasi Perkantoran Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) di Bandung. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis data menggunakan analisis regresi. Indikator yang digunakan untuk mengukur minat belajar adalah ketertarikan untuk belajar, perhatian dalam belajar, motivasi belajar dan pengetahuan. Berdasarkan analisis regresi, diperoleh hasil bahwa minat belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui peningkatan minat belajar siswa. Artinya semakin baik minat belajar siswa akan berdampak pada hasil belajar siswa yang semakin baik.

4. Suprihatin 2015, penelitian : Implikasi metode belajar guru dalam proses pembelajaran disekolah. Guru memiliki pengaruh yang luar biasa bagi arah pengembangan pendidikan di Indonesia pergeseran pemahaman terhadap guru dari mengajar menjadi pendidik sudah menjadi keputusan hukum di Indonesia yang telah disahkan baik aturan tentang Guru dan Dosen. Hukum memberikan penjelasan guru sebagai pendidik profesional ketimbang sebagai orang yang pekerjaannya mengajar dengan kemampuan tenaga professional. Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki motivasi untuk belajar. 1) Kuatnya kemauan untuk berbuat, 2) Jumlah waktu yang di sediakan untuk belajar, 3) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain, 4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.

Menumbuhkan motivasi belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan kemampuan dan kemauan belajar. Salah satu cara yang logis untuk momotivasi siswa dalam pembelajaran adalah mengaitkan pengalaman

belajar dengan motivasi siswa. Guru sebagai orang yang membelajarkan siswa sangat berkepentingan dengan masalah ini. Sehingga sebagai guru atau calon guru sebisa mungkin kita harus selalu berupaya untuk dapat meningkatkan motivasi belajar terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan menggunakan berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh guru yaitu 1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai. 2) Membangkitkan motivasi siswa. 3) Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. 4) Mengguanakan variasi metode penyajian yang menarik. 5) Berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa. 6) Berikan penilaian. 7) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa. 8) Ciptakan persaingan dan kerjasama.

5. Rahman 2014, hasil penelitian : Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana dan sejauh mana refleksi diri guru memiliki kontribusi terhadap upaya pengembangan profesionalismenya. Penelitian ini melibatkan sebanyak 120 guru SD di Provinsi Lampung. Pengambilan sampel dilakukan secara . Instrumen penelitian berupa angket persepsi guru. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier. Hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa refleksi diri guru secara signifikan memberikan kontribusi positif terhadap perilaku profesional maupun upaya pengembangan profesionalisme. Dengan kata lain, jika refleksi diri guru dilakukan dengan baik, maka upaya yang dilakukannya untuk mengembangkan profesionalisme juga baik.

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif mengenai “Implikasi Sistem Kekerabatan Dalam Proses Pembelajaran di SMP Negeri 3 Baraka Kabuparen Enrekang”. Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif karena kualitatif ini bersifat alami dan mendalam serta menghargai objek. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif mengenai beberapa asumsi dalam beberapa pendekatan kualitatif yaitu yang pertama, peneliti kualitatif lebih memerhatikan proses dari pada hasil. Kedua, peneliti kualitatif lebih menekankan pada interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, untuk melakukan observasi partisipasi. Keempat, penelitian menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar. Terakhir, proses penelitian kualitatif besifat induktif dimana peneliti membuat konsep, hipotesa atau dugaan sementara, dan teori berdasarkan data lapangan dalam proses penelitian. Fraenke dan Walen dalam Creswell (2016: 276) Penelitian kualitatif berfokus pada proses- proses yang terjadi atau hasil dan outcame.

Creswell (2016: 245) Metode kualitatif memiiki pendekatan yang lebih beragam dalam penelitian akademis ketimbang penelitian kuantitatif. Sementara pendekatan penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah jenis pendekatan studi kasus (case study). Peneliti menggunakan pendekatan studi

31

kasus ini dengan melihat masalah atau peristiwa yang ingin diteliti ini sudah lama terjadi dan masih dirasakan hingga sekarang dan masih ada yang ingin di ungkapkan. Studi kasus adalah bagian dari metode kualitatif yang hendak mendalami suatu kasus tertentu secara lebih mendalam dengan melibatkan pengumpulan beraneka sumber informasi. Creswell (2016) mendefinisikan studi kasus sebagai suatu eksplorasi dari system-sistem yang terkait atau kasus.

Stake dalam Creswell (2016) mengemukakan bahwa studi kasus merupakan salah satu strategi penelitian yang didalamnya peneliti yang memiliki peranan aktif karena dalam strategi ini peneliti menyelidiki berbagai macam gejala atau permasalahan yang terjadi dalam suatu gejala atau masalah yang akan diteliti oleh peneliti tersebut. Peneliti juga harus mampu menyelidiki secara cermat suatu program, kejadian, dan segala aktivitas yang dilakukan dan proses yang dilakukan dalam sekelompok individu. Kasus-kasus dan masalah yang akan diteliti dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.

Patton dalam Conny R. Semiawan (2010: 49) mengemukakan bahwa studi kasus merupakan studi tentang suatu kejadian atau permasalahan yang memiliki kekhususan dan keunikan sehingga peneliti tertarik untuk mengungkap terkait dengan masalah yang akan diteliti karena keunikannya dan dalam permasalahan tersebut peneliti harus melihat masalah yang akan diteliti.

Berdasarkan ketiga pendapat diatas terkait dengan pengertian studi kasus dapat dilihat persamannya bahwa studi kasus merupakan suatu jenis penelitian

Menfokuskan pada suatu permasalahan yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian sesuai dengan tujuan yang ingin peneliti capai. Pada jenis penelitian ini peneliti harus benar-benar mampu menempatkan diri dan mampu menemukan suatu cara yang tepat yang dapat memecahkan masalah yang akan diteliti karena pada penelitian ini penelitilah yang berperan aktif.

Studi kasus ini dapat membantu peneliti untuk mengadakan studi mendalam tentang perorangan, kelompok, program, organisasi, budaya, agama, daerah atau bahkan Negara. Dengan metode ini peneliti bertujuan melihat suatu kasus secara keseluruhan serta peristiwa-peristiwa atau kejadian yang nyata untuk mencari kekhususan atau ciri khasnya.

Untuk memahami dan mendeskripsikan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif mengenai “Implikasi System Kekerabatan Dalam Proses Pembelajaran di SMP Negeri 3 Baraka Kabuparen Enrekang”.

peneliti menggunakan studi lapangan (field research) dengan observasi penelitian langsung ke lapangan untuk melakukan pengamatan pada subjek dan objek penelitian.

B. Lokus Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini secara geografis terletak di SMP Negeri 3 Baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan. Pada penelitian ini berkaitan dengan “Implikasi Sistem Kekerabatan Dalam Proses Pembelajaran di SMP Negeri 3 Baraka Kabuparen Enrekang”.

Peneliti melakukan penelitian di Sekolah ini karena sebelumnya peneliti

sudah melihat bagaimana pengaruh di sekolah ini mempengaruhi karakter siswa mulai dari malas belajar serta mendapatkan hasil yang tidak baik ketika ulangan penentu kenaikan kelas dan yang lebih prihatinya sekolah ini terletak di daerah pedesaan dan prestasi yang diraih itu malah menurun.

Sangat disayangkan hal itu terjadi karena salah satu cita-cita bapak Presiden Ir.H. Joko Widodo “yang ingin membangun Indonesia dimulai dari Desa” itu malah menuai banyak keganjalan dengan terjaringnya system tersebut.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang di butuhkan peneliti untuk melakukan penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurung waktu kurang lebih 2 (dua) bulan.

No

Juli Juli

Kegiatan S S R K J S S S R K J S

1

Pengajuan Judul

2

Pengurusan Surat Izin Penelitian 3

Penulisan Skripsi

Dalam dokumen implikasi sistem kekerabatan dalam proses (Halaman 34-40)

Dokumen terkait