• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Setiap individu akan saling membantu dan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok (Sanjaya, 2012:142-143).

Menurut Slavin (2008: 4), pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para peserta didik bekerja dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi

pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing- masing. Sementara Asma (2009:2) berpendapat pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana kelompok- kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2013:202).

Selanjutnya, Trianto (2011:56-57) menegaskan bahwa selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil dengan tujuan, agar siswa saling membantu, berdiskusi, dan saling memberikan motivasi untuk keberhasilan kelompoknya. Dengan model pembelajaran kooperatif memiliki kesempatan yang sama untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.

b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif sebagai model pembelajaran memiliki unsur- unsur penting yang saling terkait satu sama lain. Johnson dan Johnson (dalam Trianto, 2011:60-61) mengemukakan lima unsur penting dalam belajar kooperatif.

Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Kedua, interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama. Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal membantu siswa yang membutuhkan bantuan, dan tidak hanya sekedar mengambil keuntungan hasil kerja teman sekelompoknya. Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Pembelajaran kooperatif menuntut siswa mampu bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok dengan keterampilan khusus. Kelima, proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Lie (dalam Rusman, 2013:

212) bahwa ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif. Pertama, prinsip ketergantungan positif, yaitu keberhasilan dalam penyelesaian tugas

tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

Kedua, tanggung jawab perseorangan, yaitu setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut demi keberhasilan kelompoknya. Ketiga, interaksi tatap muka, yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. Keempat, partisipasi dan komunikasi, yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Kelima, evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran dikembangkan dan diterapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian juga halnya dengan pembelajaran kooperatif. Rusman (2013:

209-210) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif, yaitu (1) untuk mencapai hasil belajar akademik, (2) mengembangkan kompetensi sosial siswa, dan (3) untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.

Sedangkan Johnson dan Johnson (dalam Trianto, 2011:57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman, baik secara individu maupun secara kelompok.

Menurut Asma (2009:3-5), terdapat tiga tujuan pembelajaran kooperatif.

Pertama, pencapaian hasil belajar. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, sehingga dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Siswa dapat bekerja sama dengan teman sebaya dalam kelompok yang akan meningkatkan kemampuan akademiknya melalui tutorial.

Kedua, penerimaan terhadap perbedaan individu. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atau tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur pembelajaran kooperatif, serta belajar untuk menghargai satu sama lain.

Ketiga, pengembangan keterampilan sosial. Pengembangan keterampilan sosial ini bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi, sehingga siswa dapat membantu temannya memahami konsep materi pelajaran yang sulit.

Zamroni (dalam Trianto, 2011:57-58) mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan, khususnya dalam wujud input pada level individual. Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.

d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Ibrahim, dkk (dalam Trianto, 2011:66-65) mengemukakan enam langkah utama dalam pembelajaran kooperatif, yaitu (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan informasi, (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif, (4) membimbing bekerja dan belajar, (5) evaluasi, dan (6) memberikan penghargaan. Untuk lebih jelas, langkah-langkah tersebut ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai, baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Rusman (2013:212-213) menjelaskan prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap. Pertama, penjelasan materi, tahapan ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Kedua, belajar dalam kelompok, tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. Ketiga, penilaian, dapat dilakukan melalui tes atau kuis, dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian kemampuan kelompoknya. Keempat, pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberi penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

e. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif

Asma (2009:50-60) mengemukakan tujuh model pembelajaran kooperatif.

Pertama, Student Teams-Achievement Divisions (STAD), merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dengan menempatkan siswa dalam kelompok besar yang beranggotakan empat atau lima orang siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda. Kedua, Teams- Games-Tournament (TGT), merupakan model pembelajaran yang didahului dengan penyajian materi pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan sejumlah pertanyaan kepada siswa, kemudian siswa melakukan diskusi pada kelompok masing. Model ini tidak menggunakan tes individual, tetapi menggantikannya

dengan turnamen yang dilakukan terlebih dahulu dengan membentuk kelompok baru. Kemudian menempati meja turnamen dan selanjutnya memulai permainan.

Ketiga, Team-Assisted Individualization (TAI), dirancang dan digunakan untuk pembelajaran terprogram dengan menggunakan kombinasi pembelajaran kooperatif dan pengajaran individual. Model ini mengharapkan siswa bekerja sesuai dengan unit-unit yang diprogramkan secara individu yang dipilih sesuai dengan level kemampuannya. Keempat, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), adalah model pembelajaran yang beranggotakan empat orang siswa yang terlibat dalam sebuah rangkaian kegiatan bersama, termasuk saling membacakan satu sama lain, saling membuat ikhtisar satu dengan yang lain, menulis tanggapan terhadap cerita, dan berlatih pengejaan serta perbendaharaan kata. Kelima, Group Investigation (GI), adalah model pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan dengan mencari dan menemukan informasi (gagasan, opini, data, solusi) dari berbagai macam sumber di dalam dan di luar kelas. Siswa mengevaluasi dan mensintesiskan semua informasi yang disampaikan oleh masing-masing anggota kelompok dan akhirnya menghasilkan laporan kelompok. Keenam, Jigsaw, biasanya digunakan untuk narasi tertulis seperti kajian sosial, sastra, dan berbagai ilmu pengetahuan (sains) terutama yang terkait dengan tujuan pembelajaran memperoleh konsep bukan keterampilan.

Ketujuh, Co-op Co-op, menempatkan kelompok dalam kerja sama satu dengan yang lain untuk mengkaji topik kelas. Model ini memungkinkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil, kemudian memberikan kesempatan untuk saling bertukar pemahaman dengan teman sebaya. Dari tujuh model pembelajaran

kooperatif yang telah diuraikan, maka model pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini, adalah model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition).

f. Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

Teori-teori yang digunakan, yaitu (1) pengertian CIRC, (2) tahap-tahap model pembelajaran CIRC, (3) komponen-komponen pembelajaran CIRC, dan (4) kelebihan model CIRC. Pembahasan lebih lanjut, diuraikan berikut ini.

1) Pengertian CIRC

Model pembelajaran CIRC merupakan pembelajaran kooperatif sebagai sarana untuk memperkenalkan teknik terbaru latihan-latihan kurikulum yang berasal, terutama dari penelitian dasar mengenai pengajaran praktis pembelajaran membaca dan menulis. Pembelajaran ini menekankan pada tujuan kelompok dan tanggung jawab individual. CIRC dihasilkan dari sebuah analisis masalah- masalah tradisional dalam pembelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa (Slavin, 2008:200).

Sharan (2009, 35:36) menjelaskan bahwa CIRC merupakan pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk memperkenalkan latihan dalam penelitian membaca dan menulis, yang digunakan di dalam kelas secara rutin. Selanjutnya, Asma (2009:57) menjelaskan bahwa model CIRC adalah model pembelajaran yang bekerja dalam tim beranggotakan empat orang. Mereka terlibat dalam sebuah rangkaian kegiatan bersama, termasuk saling membacakan satu sama lain, saling membuat ikhtisar satu dengan yang lain, menulis tanggapan terhadap cerita,

dan berlatih pengejaan serta perbendaharaan kata. Mereka juga bekerja sama untuk memahami ide pokok dan keterampilan pemahaman yang lain.

Menurut Suyatno (2009:68), CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara kooperatif dengan membentuk kelompok secara heterogen dan terdiri atas 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi. Huda (2011:126-127) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil, baik homogen maupun heterogen.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CIRC adalah model pembelajaran untuk membaca dan menulis yang dilakukan secara berkelompok, beranggotakan empat orang siswa yang terlibat dalam sebuah rangkaian kegiatan bersama dan berkolaborasi dalam kegiatan kelompok. Siswa dalam pembelajaran CIRC dapat dikelompok secara homogen atau heterogen.

2) Tahap-tahap Pembelajaran dengan Menggunakan Model CIRC

Asma (2009:57-59) mengemukakan tahap-tahap pembelajaran CIRC dalam enam langkah. Pertama, mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan ke dalam masing-masing kelompok kerja. Dalam hal ini, kegiatan yang dilakukan siswa adalah: (1) membaca cepat berbagai sumber, mengajukan topik, dan mengkategorikan saran-saran, (2) bergabung dalam kelompok yang sedang mempelajari topik yang mereka pilih, (3) komposisi kelompok didasarkan pada

minat dan bersifat heterogen, dan (4) guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan memfasilitasi kelompok.

Kedua, merencanakan kegiatan kelompok. Kegiatan yang dilakukan adalah: (1) Apa yang akan dikaji, (2) bagaimana kita mengkaji, (3) siapa yang akan melakukannya (pembagian kerja), dan (4) apa tujuan menyelidiki topik ini.

Ketiga, melaksanakan pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan adalah: (1) siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data-data, dan mencapai kesimpulan, (2) masing-masing kelompok berkontribusi terhadap usaha kelompok, dan (3) siswa saling menukarkan, mendiskusikan, menjelaskan, dan mensintesiskan gagasan- gagasan.

Keempat, mempersiapkan laporan akhir. Kegiatan yang dilakukan, adalah:

(1) para anggota kelompok menentukan hal-hal penting dari pesan pembelajaran yang telah dipelajari, (2) para anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka, dan (3) para wakil kelompok membentuk steering committee untuk mengkoordinasikan rencana-rencana untuk presentasi.

Kelima, menyajikan laporan akhir. Kegiatan yang dilakukan, adalah: (1) presentasi dilakukan terhadap seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk, (2) bagian presentasi harus melibatkan khalayak secara aktif, dan (3) khalayak mengevaluasi kejelasan dan daya tarik presentasi menurut kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh kelas. Keenam, evaluasi, kegiatan yang dilakukan, adalah: (1) siswa saling tukar umpan balik tentang topik, tentang hasil bacaan yang dibaca, dan tentang pengalaman-pengalaman afektif mereka tentang

bacaan tersebut, (2) guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevalusi pembelajaran yang telah berlangsung, dan (3) assesmen terhadap pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran tingkat yang lebih tinggi.

Suprijono (2010:130-131) mengemukakan enam langkah dalam pembelajaran CIRC. Enam langkah tersebut terdiri atas: (1) membentuk kelompok yang anggotanya empat orang yang secara heterogen, (2) guru memberikan wacana atau kliping sesuai dengan topik pembelajaran, (3) siswa bekerja sama membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana dan dituliskan pada lembar kertas, (4) mempresentasikan atau membacakan hasil kerja kelompok, (5) guru membuat kesimpulan bersama, dan (6) penutup.

Siswa dalam pembelajaran CIRC, ditempatkan dalam kelompok-kelompok homogen maupun heterogen. Pertama-tama mereka mengikuti serangkaian instruksi guru tentang keterampilan membaca dan menulis, kemudian praktik, lalu prapenilaian, dan kuis. Setiap kelompok tidak dapat mengikuti kuis hingga anggota-anggota di dalamnya menyatakan bahwa mereka benar-benar siap.

Penghargaan (reward) diberikan kepada kelompok yang anggota-anggotanya mampu menunjukkan penampilan yang meningkat dalam aktivitas membaca dan menulis (Huda, 2011:126-127).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka langkah-langkah atau tahap-tahap pembelajaran CIRC adalah (1) mengidentifikasi topik dan mengelompokkan siswa secara heterogen, (2) guru memberikan wacana atau bahan bacaan yang dapat mendukung pembelajaran, (3) siswa bekerja sama dan saling membantu

memecahkan masalah dalam pembelajaran, (4) mempersiapkan laporan, (5) mempersentasikan atau membacakan hasil kerja kelompok, dan (6) guru membuat kesimpulan bersama, dan melakukan evaluasi.

3) Unsur-unsur Pembelajaran CIRC

Pembelajaran CIRC, sebagai bagian dari model pembelajaran kooperatif, juga memiliki unsur-unsur yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rusman (2013:208), unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah: (1) siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka hidup sepenanggungan bersama, (2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, (3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (4) siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, (5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah yang juga dikenakan untuk semua anggota kelompok, (6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar, dan (7) siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

4) Keunggulan Model CIRC

CIRC memiliki keunggulan, seperti yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif. Sanjaya (2012:249-250) menjelaskan delapan keunggulan yang dimiliki oleh pembelajaran kooperatif, termasuk CIRC. Pertama, siswa tidak terlalu tergantung pada guru, akan tetapi menambah kepercayaan untuk berpikir

sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.

Kedua, dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan orang lain. Ketiga, membantu siswa untuk peduli dengan orang lain dan menyadari segala keterbatasannya, serta menerima segala perbedaan. Keempat, membantu memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. Kelima, suatu langkah untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial. Keenam, mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Ketujuh, meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. Kedelapan, belajar kelompok dapat meningkatkan motivasi dan memberikan ransangan untuk berpikir.

3. Menulis Eksposisi dengan Menggunakan Model Pembelajaran CIRC

Dokumen terkait