• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Definisi Istilah

5. Nilai Karakter Religius

Pengasuhan anak oleh istri dalam pola equal partner menjadi tidak terikat dengan peran ayah atau ibu. Kedua suami istri sama-sama memiliki pekerjaan yang dipandang sebagai sama pentingnya. Di sini terjadi pertukaran peran antara pencari nafkah dan pengurus rumah tangga dan anak-anak, sehingga masing-masing suami istri dapat mengisi peran tersebut. Istri mendapat dukungan dan pengakuan dari orang lain karena kemampuannya sendiri dan tidak dikaitkan dengan suami.78

benda konkret, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan sosial penghayatan yang dikehendaki, disenangi, dan tidak disenangi.83

Sedangkan karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu

kharakter” yang berakar dari kata “kharassein” yang berarti memahat atau mengukir dan dalam bahasa latin karakter bermakna membedakan tanda.84 Menurut Kamus Bahasa Indonesia, karakter adalah watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, ahlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.85 Simon Philips yang dikutip oleh Mansur Muslich, menyatakan bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.86 Sedangkan Lickona dalam Dalmeri menyatakan “a reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way.87 Kemudian Hoy dan Miskell menambahkan,

character determines someone’s private thoughts and someone’s actions done. Good character is the inward motivation to do what is

82Mariatul Kiptiah et. al., “Implementing Custom Badamai Values as One of The Reference in Learning Civic Education at Senior High School in Banjarmasin”, Advance in Social Science:

Education and Humanities Research, Vol. 174 (2018), 438.

83 Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001), 98.

84Sri Narwanti, Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai dalam Mata Pelajaran (Yogyakarta:Familia, 2011), 1.

85 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, 639.

86 Mansur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional (Jakarta:

Bumi Aksara, 2011), 70.

87Dalmeri, “Pendidikan untuk Pengembangan Karakter (Telaah tergadap Gagasan Thomas Lickona dalam Educating for Character)”, al-Ulum, Vol. 14 No. 1 (Juni, 2014), 271. 269-188.

Adapun kata religius berasal dari bahasa latin religare yang berarti menambatkan atau mengikat.89 Dalam bahasa Inggris religi (religion) artinya taat pada agama. Religius adalah nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan. Ia menunjukkan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai- nilai ketuhanan dan ajaran agamanya.90

Selain iu, Nashori dan Mucharam memaparkan jika religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang muslim, religiuitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan agama Islam.91 Religius merupakan nilai kehidupan yang mencerminkan tumbuh kembangnya kehidupan keberagaman yang terdiri dari tiga unsur pokok yaitu akidah, ibadah, dan ahklak yang menjadi pedoman perilaku sesuai dengan aturan illahi untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.92

88 Hoy dan Miskell, Educational Administration (America: McGraw Hill, 2005), 61.

89 Yusran Asmuni, Dirasah Islamiah I (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1997), 29

90 Muhammad Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), 2.

91 Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam (Yogyakarta :Menara Kudus, 2002), 71.

92 Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah: Upaya Pengembangan PAI dari teori ke Aksi (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 69.

kesusahan yang diyakininya sebagai takdir dari Allah Swt, sebagai pemeganag kodrat dan irodat.93 Sedangkan Muhaimin menyatakan bahwa karakter religius ialah terbangunnya pikiran, perkataan, dan perbuatan seseorang yang berdasarkan pada nilai ketuhanan atau yang bersumber dari ajaran agama yang dianutnya.94 Adapun menurut Kemendiknas, nilai karakter religius ialah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.95

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai karakter religius adalah nilai karakter yang bersumber dari ajaran agama yang berguna bagi manusia dan memberikan petunjuk dalam menjalani kehidupan serta menjadi ciri khas kepribadiannya yang nampak dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Ditanamkannya nilai karakter religius menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan karakter anak.

93 Hadi Wiyono, “Pendidikan Karakter dalam Bingkai Pembelajaran di Sekolah”, Jurnal Ilmiahcivis, Vol. 2 No. 2 (Juli, 2012), 4.

94 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 88.

95 Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2010), 9.

munculnya spiritualitas sosial. Karena dengan adanya spiritualitas sosial, maka diharapkan tumbuh kesadaran bersama yang mengarah kepada berkembangnya sikap toleransi terhadap multikulturalitas, sehingga menjamin kehidupan bersama yang aman dan nyaman.96 b. Implementasi Nilai Karakter Religius

Memang benar adanya jika anak disekolahkan agar mendapatkan pendidikan dari guru, tetapi tugas mendidik anak bukan sepenuhnya tanggung jawab guru atau sekolah. Apabila anak berada di lingkungan rumah atau keluarga sudah tentu orang tualah yang bertanggung jawab sepenuhnya untuk mendampingi, membimbing, mendidik, dan menjadi teladan bagi anak agar tumbuh dan berkembang dengan karakter yang baik. Oleh sebab itu, upaya sekolah dalam menanamkan nilai karakter akan sangat terdukung.97

Efektivitas pendidikan karakter merupakan tugas kita semua, bukan hanya pendidik dan orang tua, tetapi semua orang yang peduli dengan pola kehidupan masyarakat yang baik (bermoral). Pendidikan karakter memiliki dua tujuan besar, yaitu membantu peserta didik

96 Marzuki dan Pratiwi Istifany Haq, “Penanaman Nilai-nilai Karakter Religius dan Karakter Kebangsaan di Madrasah Tsanawiyah al-Falah Jatinangor, Sumedang”, Jurnal Pendidikan Karakter, Vol. 8 No. 1 (April, 2018), 85.

97 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pedidikan Karakter di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 56.

karakter menuju akhlak yang mulia dalam diri setiap anak, ada beberapa tahapan yang harus dilalui sebagaimana dalam bagan berikut ini:99

Bagan 2.1

Tahapan Implementasi Pendidikan Karakter Menurut Lickona

1) Moral Knowing

Tahapan ini adalah langkah pertama yang harus dilakukan dalam mengimplementasikan pendidikan karakter. Moral knowing is knowledge about morality. Moral knowing is an important think to be taught.100 Anak diharapkan mampu menguasai pengetahuan tentang nilai-nilai, mampu membedakan nilai-nilai dalam akhlak mulia dan akhlak tercela. Selain itu, anak diharapkan mampu memahami secara logis dan rasional tentang pentingnya akhlak mulia dan mampu mencari sosok figur yang bisa dijadikan panutan

98 Thomas Lickona, Characters Matters: How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essential Virtues (New York: Simon and Schuster, 2004), xvi.

99 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011), 50.

100 Hindun, “The Balance of Moral Knowing, Moral Feeling, and Moral Action in Language Learning”, Proceding of The Third International Seminar on Languages Arts (Oktober, 2014), 229.

Tahap 1 Moral Knowing Tahap 2

Moral Feeling/Moral Loving Tahap 3

Moral Doing/Moral Action

enam aspek, yaitu; 1) kesadaran moral, 2) mengetahui nilai moral, 3) menentukan perspektif, 4) pemikiran moral, 5) pengambilan keputusan, dan 6) pengetahuan pribadi.102 Kesemuanya merupakan komponen yang harus diajarkan kepada anak untuk membentuk pengetahuan moral dan memberikan kontribusi yang penting bagi kognitif anak.

2) Moral Feeling atau Moral Loving

Tahapan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dalam tahapan ini yang menjadi sasaran adalah dimensi emosional anak, hati, dan jiwanya.

Anak akan sadar bahwa dirinya butuh untuk berakhlak mulia.

Melalui tahap ini anak diharapkan mampu menilai dirinya sendiri atau instropeksi diri.103

Moral loving atau moral feeling merupakan penguatan aspek emosi anak untuk menjadi manusia yang berkarakter.

Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh anak, yaitu kesadaran akan jati diri, meliputi; 1) hati nurani, 2) harga diri, 3) empati, 4) mencintai hal yang baik, 5)

101 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), 31.

102 Thomas Lickona, Educating for Character: Mendidik Untuk Membentuk Karakter (Bagaimana Sekolah Dapat Mengajarkan Sikap Hormat dan Bertanggungjawab) (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 89.

103 Majid dan Andayani, Pendidikan Karakter, 112-113.

Tahap ini ialah tahapan terakhir yang merupakan puncak dari penanaman nilai karakter. Moral action is how to make moral knowledge can be realized in real combat.105 Anak sudah mampu mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sadar. Anak semakin menjadi rajin beribadah, sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin, cinta kasih, adil, dan sebagainya. Pada tahap tindakan moral terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu kompetensi, keinginan, dan kebiasaan.106

c. Indikator Nilai Karakter Religius

Karakter religius perlu ditanamkan secara maksimal. Penanaman nilai religius menjadi tanggung jawab orang tua dan guru di sekolah.107 Pentingnya penanaman nilai religius sangat dibutuhkan dalam menghadapi perkembangan zaman. Oleh sebab itu, seorang anak diharapkan mampu berperilaku dengan ukuran baik dan buruk yang didasarkan pada ketentuan dan ketetapan agama. Menurut Azzet, hal yang seharusnya dikembangkan dalam diri anak adalah terbangunnya pikiran, perkataan, dan perbuatan yang diupayakan berdasarkan nilai-nilai ketuhanan yang bersumber dari

104 Lickona, Educating for Character, 97.

105 Umi Anugerah et. al., “Character Education: Gender Differences in Moral Knowing, Moral Feeling, and Moral Action in Elementary Schools in Indonesia”, Journal for the Education of Gifted Young Scientists, Vol. 7 No. 3 (September, 2019), 550. 547-556.

106 Lickona, Educating for Character, 99.

107Ngainum Naim, Character Building: Optimalisasi Peran Pendidik dalam Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 124.

yaitu:109

Tabel 2.2

Indikator Nilai Karakter Religius

No Karakter Indikator

1 Taat kepada Allah a. Melaksanakan sholat, puasa, zakat, dan ibadah lain

b. Meninggalkan semua larangan Allah, seperti syirik, judi, zina, membunuh, dan minuman keras 2 Syukur a. Berterimakasih kepada Allah

b. Berterimakasih kepada siapapun yang menolongnya

c. Menggunakan semua yang dimiliki dengan penuh manfaat

3 Ikhlas a. Melakukan perbuatan secara tulus b. Menolong siapapun yang

membutuhkan

c. Memberi tanpa mengharap imbalan

d. Melaksanakan ibadah hanya untuk Allah

4 Sabar a. Melaksanakan ibadah dengan

penuh ketundukan

b. Menerima takdir Allah dengan tabah

c. Menghadapi ujian dengan lapang dada

d. Menghindari sikap marah kepada siapapun

5 Tawakkal a. Menyerahkan semua urusan

kepada Allah

b. Selalu berharap kepada Allah c. Siap menerima keputusan dari

Allah

6 Qanaah a. Menerima semua ketentuan Allah

108 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karkter di Indonesia (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 88.

109 Marzuki, Pendidikan Karakter Islam (Jakarta: Amzah, 2019), 101-107.

dimiliki

c. Menerima semua keputusan dengan rela dan sabar serta tidak putus asa

7 Mandiri a. Bekerja keras dalam belajar

b. Melakukan tugas atau pekerjaan secara mandiri

c. Tidak mau bergantung kepada orang lain

8 Jujur a. Berkata dan berbuat apa adanya b. Mengatakan yang benar itu benar c. Mengatakan yang salah itu salah 9 Menepati janji a. Selalu memenuhi janjinya

b. Melaksanakan apa yang sudah dijanjikan

c. Tidak berkhianat

10 Rendah hati a. Berpenampilan sederhana

b. Selalu merasa tidak bisa meskipun sebenarnya bisa

c. Tidak menganggap remeh orang lain

11 Pemaaf a. Suka memafkan orang lain

b. Bukan pendendam 12 Berhati lembut a. Sayang kepada orang lain

b. Tidak mau menyakiti orang lain c. Berkata dan berbuat dengan penuh

kelembutan

13 Bekerja keras a. Semangat dalam bekerja b. Semangat dalam belajar c. Tidak bermalas-malasan

14 Menghargai waktu a. Memanfaatkan waktu sebaik- baiknya

b. Tidak pernah menganggur c. Selalu beraktivitas

15 Ramah a. Suka tersenyum kepada orang lain b. Pandai menyenangkan orang lain c. Tidak mau menyakiti orang lain

16 Santun a. Berkata dengan halus

b. Berperilaku sopan

c. Berpakaian dengan sopan

17 Mengajak berbuat baik a. Mengajak orang lain untuk beribadah

b. Mengajak orang lain bekerja keras

Nilai-nilai karakter religius tersebut merupakan nilai universal yang diharapkan dapat dimiliki oleh setiap manusia, khsususnya pada seorang anak yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Religius ialah ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleransi teradap pelaksanaan ibadah agama lain serta hidup rukun dan berdampingan.110 C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah pola pikir yang digunakan untuk menunjukkan permasalahan yang diteliti dan menunjukkan adanya suatu keterkaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lain. Kerangka konsep ini dugunakan untuk menghubungkan dan menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut:

110 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), 9.

(Studi Kasus Pada Masyarakat Karang Mluwo, Kabupaten Jember).

Bagan 2.2