• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Perempuan Karang Mluwo dalam Membina Nilai Karakter Religius Pada Anak di Tengah Aktivitas Sosial Kemasyarakatan yang

Bagan 2.2 Kerangka Konseptual

A. Paparan Data Analisis

3. Peran Perempuan Karang Mluwo dalam Membina Nilai Karakter Religius Pada Anak di Tengah Aktivitas Sosial Kemasyarakatan yang

Mereka Lakukan

Perempuan sebagai mahluk yang mulia tidak hanya memiliki peran dalam ranah ekonomi, domestik, tetapi juga ranah sosial kemasyarakatan.

Peran tersebut sudah jelas di mana perempuan memiliki tugas untuk dijalankan sesuai dengan perannya. Peran serta perempuan dalam pembangunan menujukkan pengakuan akan eksistensi kaum perempuan di berbagai bidang.

a. Pembinaan Nilai Taat kepada Allah

Keterlibatan perempuan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan menjadi syarat mutlak dalam upaya mewujudkan pembangunan yang berkeadilan. Seiring dengan berjalannya waktu, perempuan mulai bangkit untuk membuktikan bahwasannya mereka layak untuk diperhitungkan. Begitu halnya dengan perempuan yang ada di masyarakat Karang Mluwo, salah satunya ialah Ana. Perempuan berusia 38 tahun tersebut aktif mengikuti berbagai kegiatan di luar urusan rumah tangganya, seperti DAMA (Pemberdayaan Masyarakat), PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga), IGRA (Ikatan Guru Raudhatul Athfal), pengajian (Yasinan), dan Majelis Dzikir sebagaimana pemaparannya berikut:

Soalnya saya jarang datangkan. Kesibukan saya itu mbak.

Kadang ada pesenan kue juga, les privat di rumah sama di luar.

Terus saya ikut pengajian (Yasinan) setiap malam Jumat sama malam Kamis di masjid, tapi jarang datang. Soalnya sibuk ngelesi di rumah. Apalagi kondisi pandemi seperti ini, kadang libur, kadang tidak. Terus sama ini. Kalau setiap malam Jumat manis itu, saya ikut Dzikir at-Taubah sama Bunda Emi. Dia Ketua PCNU Kaliwates. Biasanya sholat taubat, sholat hajat, dzikir, doa-doa, dan ceramah. Tapi saya kalau mau pergi ke mana itu pasti izin ke suami dan saya tidak membawa anak- anak. Kasihan takut capek.”198

Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh informan, ia mengikuti banyak kegiatan yang ada di masyarakat, mulai dari kegiatan yang berkaitan dengan profesinya, kegiatan keagamaan dan kegiatan kemasyarakatan yang lainnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa informan tidak konsisten untuk berpartisipasi di dalamnya. Hal ini dikarenakan kesibukan peran ekonomi yang dijalaninya. Namun, berbeda dengan IGRA, Ana aktif mengikuti kegiatan organisasi profesi tersebut.

198 Ana, wawancara, Karang Mluwo, 13 Januari 2021.

Sumber: Dokumentasi Informan

Perkumpulan IGRA biasa dilakukan setiap satu bulan sekali, baik sebelum ataupun sesudah pandemi. Adanya pandemi covid tidak menghalangi Ana untuk mengikuti kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesiannya. Selain itu, ia juga rutin menghadiri majelis dzikir yang diadakan setiap malam Jumat manis. Ilmu yang ia peroleh dari kegiatan-kegiatan di luar urusan peran ekonominya, ia terapakan kepada peserta didik dan anak-anaknya, salah satunya adalah nilai untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT.

“Ya nduk pasti. Jadi, ketika kita mengikuti kegiatan-kegiatan seperti itu pasti mendapatkan ilmu. Nah, ilmu itu kadang juga saya terapkan kepana anak-anak. Apalagi pas mengikuti pengajian majelis, ada ceramahnya juga. Terus kumpul IGRA lagi. Salah satunya ya ini, saya dan suami membuat ular tangga yang ada nilai-nilai Islaminya dan mendidik anak-anak.

Apalagi ada pembelajaran daring seperti sekarang. Anak-anak lebih banyak bermain sama. Buat menghibur sekaligus mengalihkan perhatiannya sama HP ya, main ular tangga itu.

Gambar 4.15 Anak Bermain Permainan Ular Tangga yang Mendidik

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, permainan ular tangga yang ada di rumah informan terdiri dari gambar-gambar yang memuat pelajaran matematika, bahasa, dan kartun baik yang non Islami maupun Islami seperti anak laki-laki yang memakai kopyah dan baju takwa serta anak perempuan yang menutup aurat dengan pakaian dan jilbab panjangnya. Dengan adanya permainan tersebut, maka Ana berharap bahwa anak-anak mampu belajar dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, salah satunya yakni nilai taat kepada Allah. Selain itu, Ana juga menginginkan jika anaknya sudah baligh nanti, mereka akan menjadi anak yang sholeh dan sholehah.

199 Ana, wawancara, Karang Mluwo, 13 Januari 2021.

kelak, rajin sholat, menutup aurat dengan sempurna. Apalagi yang anak perempuan. Kalau sekarang, paling cuman pakai kerudung sama baju panjang ketika mau mengaji atau les sama anak-anak yang lain. Kalau main atau pergi ke mana ya tidak kerudungan. Kalau les tidak pakai jilbab malu katanya, soalnya teman-temannya pada pakai semua. Masih anak-anak nduk.

Nanti kalau sudah besar ya, in syaa Allah paham sendiri.

Cuman saya sama suami tidak pernah menekan.”200

Nilai ketaatan ini rupanya mulai tampak pada anak perempuannya. Hal itu ditunjukkan dengan caranya berpakaian pada saat mengikuti bimbingan belajar dengan anak-anak lainnya di rumahnya dan bermain ular tangga setelah selesai mengerjakan tugas sekolahnya (bimbingan belajar atau les privat).201 Namun, ia tidak istiqomah menggunakannya (misal saat bermain bersama temannya ketika tidak sedang les privat).202 Begitu pula dengan perempuan lain yang ada di lingkungan Karang Mluwo, banyak di antara mereka mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat, tetapi tidak sedikit pula yang tidak ajeg untuk terlibat di dalamnya, salah satunya ialah Indah:

“Meskipun tidak dibatasi mbak, saya itu jarang keluar. Saya itu kalau tidak perlu dan tidak penting saya tidak keluar mbak.

Apalagi musim Covid seperti ini. Nonggo-nonggo itu tidak pernah mbak. Kalau mau keluar itu kalau ada kepentingan apa itu baru keluar mbak, mau membeli apa itu atau apa? Ikut pengajian malam Kamis atau malam Jumat juga tidak mbak.

Cuman kalau DAMA dan PKK itu saya ikut. Tapi jarang datang, soalnya jaga pom. Aku ya tidak jadi apa-apa mbak, sekedar datang begitu. Kalau PKK setiap tanggal 10, kalau DAMA kadang tanggal 15 kadang 20 setiap bulan mbak.

Biasanya kegiatannya itu membahas tentang warga-warga itu

200 Ana, wawancara, Karang Mluwo, 13 Januari 2021.

201 Observasi, Rumah Ana, 14 Januari 2021.

202 Observasi, Rumah Ana, 12 Januari 2021.

agama (religius) pada anak. Kalau kataku sama saja. Paling ya kegiatan semacam itu lebih kepada sosialisasi hubungan masyarakat deh mbak, menjaga hubungan keharmonisan pada tetangga.”203

Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Supiyana:

“Saya tidak apa-apa ikut pengajian begitu atau DAMA-PKK sama Bapak. Tapi saya ikut yang pengajian malam Jumat itu, yang lainnya tidak. Cuman mengaji Yasin aja, kadang dibak’an.

Tidak ada ceramah-ceramahnya begitu. Tapi kalau capek habis pulang kerja itu ya tidak datang sudah, istirahat. Apalagi ada Corona sekarang ini, pengajiannya jarang kumpul. Saya juga cuma anggota. Kalau suami saya ikut yasinan juga, khusus bapak-bapak.204

Berdasarkan pemaparan informan, dapat diketahui bahwa keduanya jarang mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat. Hal ini disebabkan karena kesibukannya dalam menjalani peran ekonominya, hanya sebatas anggota biasa, serta adanya pandemi Covid-19 yang melarang untuk berkumpul dengan banyak orang. Selain itu, kegiatan masyarakat yang informan ikuti juga tidak memiliki dampak apapun terhadap pembinaan nilai taat kepada Allah. Sebagaimana penuturan informan yang menyatakan bahwa kegiatan pengajian yang berada di daerahnya tersebut hanya berfokus pada agenda dibak’an dan mengaji surah Yasin tanpa mengkajinya ataupun memberikan ceramah keagamaan yang lainnya. Selain itu, kegiatan DAMA dan PKK juga berfokus pada pembinaan masyarakat untuk menjaga hubungan

203 Indah Fajriana, wawancara, Karang Mluwo, 28 Januari 2021.

204 Supiyana, wawancara, Karang Mluwo, 4 Februari 2021.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan diperkuat dengan adanya dokumentasi, maka pembelajaran online bagi ibu yang memiliki aktivitas sosial kemasyarakatan dalam membina nilai taat kepada Allah terhadap anak memiliki dampak yang berbeda-beda. Ada ibu yang merasa bahwa kegiatan sosial kemasyarakatan yang diikutinya tersebut berpengaruh dalam membina nilai taat kepada Allah terhadap anak. Selain itu, ada pula ibu yang merasakan bahwa kegiatan-kegiatan yang diikuti tidak memiliki pengaruh apapun dalam membina karakter anak. Akan tetapi, dari informasi yang disampaikan oleh beberapa informan terdapat suatu persamaan yakni, perempuan kurang partisipatif pada aktivitas kemasyrakatan dikarenakan sibuk atau lelah bekerja.

b. Pembinaan Nilai Mandiri

Era new normal yang sedang dialami oleh umat manusia saat ini bukan menjadi penghambat utama bagi perempuan masyarakat Karang Mluwo dalam menjalani perannya sebagai bagian dari anggota pembangunan masyarakat. Sebagaimana yang disampaikan oleh Indah:

“Sama saja ya mbak, sebelum pandemi sama sesudah pandemi.

Saya sama-sama jarang datang ke DAMA-PKK. Ya itu sudah, jaga pom. Apalagi seperti sekarang, tambah banyak liburnya.

Ya menemani anak-anak belajar online itu. Anak-anak jarang sekali belajar sama Bapaknya. Kalau ingin datang ke DAMA sama PKK ya datang, kalau tidak ya tidak berangkat. ”205

205 Indah Fajriana, wawancara, Karang Mluwo, 28 Januari 2021.

masalah utama baginya untuk tidak hadir dalam kegiatan masyarakat tersebut, melainkan karena profesinya sebagai pekerja (penjaga) pom bensin. Selain itu, informan juga memanfaatkan waktu luangnya ketika bekerja untuk mendampingi anak-anaknya belajar secara daring.

Namun, hal ini berbanding terbalik dengan pemaparan dari Sulik:

“Ya saya ikut itu pengajain malam Kamis tapi yang datang ya anak saya si Lail itu. Saya tidak pernah datang nduk, kan saya kerja. Kalau saya kerja, Lail pengajian, ya warungnya ditutup.

Lail datang buka warung lagi, nanti saya yang lanjut jaga kalau pulang kerja. Sayakan pulangnya kadang jam setengah 19.30 kadang jam 20.00. Kalau PKK sama DAMA begitu saya tidak ikut nduk, banyak pekerjaan. Sibuk jaga warung, kerja rengginang. Kalau pas warungnya lagi sepi kayak sekarang ada virus ini, ya kerumah saudara depan ini sama sebelah, rumah kakak sepupu saya. Jarang itu saya main di rumah tetangga.

Paling ya pas lewat itu ya omong-omongan. Cuman kata anak saya, sejak Covid, pengajiannya jarang kumpul. Tidak boleh kumpul banyak orang katanya. Terus kalau Gofur belajarnya ya tetap sama mbaknya, kadang pulang mengaji itu belajarnya, kadang kalau ada pengajian, setelah datang itu. Tidak pasti.

Kalau saya cuman bertanya, sudah belajar (mengerjakan tugas) atau belum? Begitu saja. Kalau Bapaknya, ya apa kata Lail sudah.”206

206 Sulik, wawancara, Karang Mluwo, 25 November 2020.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Hal tersebut sesuai dengan yang peneiliti temui ketika mengikuti aktivitas informan sahari-hari. Hari itu adalah bertepatan dengan hari Rabu. Setelah mengerjakan pekerjaan rumah tangga, kemudian ia menjaga warunngnya hingga mnejelang waktu Ashar dan bersiap-siap untuk pergi ke home industry rengginang. Ia bekerja di sana sampai sekitar jam setengah malam. 207 Sebelum berangkat bekerja, ia mengingatkan anak bungsunya untuk mengerjakan tugas sekolah bersama kakaknya ketika pulang mengaji. Selain itu, ia juga memberikan sejumlah uang kepada anak sulungnya untuk membayar pengajian rutinan malam harinya (malam Kamis).208

207 Observasi, Tempat Kerja Sulik (Home Indutrsy Rengginang di Karang Mluwo), 26 November 2020.

208 Observasi, Rumah Sulik, 26 November 2020.

kegiatan pengambangan masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya.

Selain itu, kondisi pandemi Covid-19 yang menyebabkan adanya pembelajaran dari rumah juga tidak menjadi penghalang baginya untuk bekerja mencari uang. Hal ini disebabkan karena urusan pendampingan belajar, ia serahkan sepenuhnya kepada anak tertuanya serta peran Bapak tidak terlibat di dalamnya. Hal tersebut juga hampir senada dengan yang disampaikan oleh Supiyana:

“Ya jarang datang pengajian, soalnya kerja itu. Pulang sudah capek. Tapi, kalau tidak capek, datang. Terus Corona ini, tambah jarang datang, kadang kata ketuanya libur. Kalau tidak datang atau libur pengajian itu ya istirahat, tidur-tiduran di rumah. Anak saya belajarnya pagi, kadang sama saya, sama masnya, tapi lebih sering sama masnya.”209

Dari pemaparan informan tersebut dapat diketahui bahwa informan memang jarang datang ke kegiatan pengembangan masyarakat yang diiukutinya. Hal tersebut dikarenakan kesibukannya dalam menjalankan peran ekonomi. Oleh sebab itu, pandemi Covid-19 bukan menjadi penghambat utama bagi dirinya untuk terlibat dalam menjalankan perannya tersebut. Selain itu, ketidakhadiran inforamn pada saat pengajian juga tidak dimanfaatkan untuk menemani anak belajar secara daring, karena tugas pendampingan belajar diserahkan kepada anak tertuanya.

209 Supiyana, wawancara, Karang Mluwo, 4 Februari 2021.

kondisi pandemi bukan menjadi faktor utama bagi perempuan untuk tidak terlibat (hadir) dalam kegiatan pembangunan atau pengembangan masyarakat. Hal ini disebabkan karena aktivitas ekonomi yang banyak menyita waktunya. Di samping itu, walaupun mereka jarang aktif dalam kegiatan masyarakat, untuk urusan pendampingan belajar anak selama pembelajaran daring, ada yang diserahkan kepada anak tertuanya sepenuhnya, ada yang dibantu oleh anak tertua (ibu jarang mendampingi), dan ada pula yang mengatasinya sendiri. Informan menggunakan waktu luang pada saat menjalankan peran ekonomi untuk mendampingi anaknya belajar secara online.

Tidak dapat dipungkiri bahwa, anak usia TK dan SD masih membutuhkan perhatian orang dewasa (keluarga) terhadap kemajuan dan perkembangan belajarnya selama pembelajaran dari rumah. Di mana, tugas menjadi guru di rumah bukan hanya tanggungjawab seorang ibu, melainkan juga anggota keluarga yang lainnya, misal anak tertua.