• Tidak ada hasil yang ditemukan

Objek Teori Hukum

Dalam dokumen BUKU DASAR-DASAR ILMU HUKUM (Halaman 83-97)

PENGANTAR TEORI HUKUM

C. Objek Teori Hukum

Dalam subbab sebelumnya telah diulas ciri-ciri teori hukum.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kita dapat mengetahui apa saja yang merupakan objek teori hukum. Pertama, objek teori hukum adalah ilmu hukum. Ilmu hukum ini meliputi ilmu hukum dogmatik dan ilmu hukum empiris. Dapatlah dikatakan bahwa teori hukum dalam arti sempit adalah legal theory, sedangkan teori hukum dalam arti luar mencakup baik legal theory maupun ilmu hukum yang terdiri dari ilmu hukum dogmatik dan ilmu hukum empiris93.

Objek teori hukum yang kedua adalah asas-asas hukum. Pada hakiktanya asas hukum bukanlah peraturan hukum konkrit, melainkan sesuatu yang berada di belakang atau sesuatu yang terkandung dalam hukum positif. Kendatipun demikian, banyak asas hukum – terutama asas-asas hukum pidana – tertuang secara expressive verbis dalam peraturan hukum konkrit. Asas-asas hukum akan dibahas dalam Bab IV buku ini.

Ketiga, objek teori hukum adalah penemuan hukum. Penemuan hukum berada dalam wilayah penegakkan dalam hal ini adalah ilmu hukum empiris. Penegakkan hukum tidak hanya dilakukan dengan logika penerapan hukum yang mengandalkan penggunaan logika, melainkan melibatkan penilaian dan memasuki ranah pemberian makna94. Kegiatan melakukan penilaian dan memasuki ranah

93 Ibid, hlm. 8 – 9.

94 Satjipto Raharjo, Penafsiran Hukum Yang Progresif dalam Anthon Freddy Susanto, 2005, Semiotika Hukum : Dari Dekonstruksi Teks Menuju Progresivitas

pemberian makna pada suatu peraturan hukum konkrit pada hakikatnya adalah penemuan hukum. Secara garis besar metode penemuan hukum meliputi interpretasi dan argumentasi. Penemuan hukum akan diuraikan lebih lanjut dalam Bab IX buku ini.

Objek keempat teori hukum adalah analisis hukum. Analisis pada intinya penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannnya, penelaahan bagian itu sendiri serta hubungannya antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan95. Dengan demikian analisis hukum adalah kegiatan mendiskripsikan, menjelaskan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan hukum yang ada.

Dalam rangka melakukan analisis hukum dibutuhkan pengetahuan yang luas mengenai hukum itu sendiri, argumentasi yang kuat secara terstruktur dan sistematis untuk menjelaskan permasalaham hukum serta pemecahan masalah-masalah hukum yang dihadapi.

Objek kelima teori hukum adalah filsafat hukum. Kata ‘philosophy’

berasal dari bahasa Yunani, philo yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan96. Dengan demikian philosophy berarti pencinta kebijaksanaan. Kendatipun letak filsafat hukum di atas teori hukum, namun kajian mendalam terhadap teori hukum pada hakikatnya telah memasuki wilayah filsafat hukum. Paling tidak ada tujuh aliran atau mazhab dalam filsafat hukum, masing-masing adalah : hukum alam, positivisme, utilitarianisme, mazhab sejarah, realisme hukum, sociological jurisprudence dan critical legal studies. Lebih lanjut filsafat hukum akan dibahas dalam Bab VI buku ini. Keenam, objek teori hukum adalah kritik idiologi hukum. Termasuk dalam kritik idiologi hukum adalah teori-teori hukum yang tumbuh dan berkembang dari masa ke masa. Kritik idiologi hukum juga meliputi teori keadilan, teori hukum Marxisme, teori sistem hukum dan teori-teori lainnya.

Ketujuh atau yang terakhir, objek dari teori hukum adalah metodologi

95 Departemen Pendidikan Dan kebudayaan, Op.Cit., hlm. 32.

96 Tom Butler, Op.Cit, hlm. 1.

hukum. Termasuk dalam metodologi hukum adalah metodologi pelaksanaan hukum. Metodologi adalah teknik penelitian atau penyelidikan atau cara untuk mendapatkan pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah97. Dengan demikian metodologi hukum adalah teknik penelitian atau penyelidikan masalah-masalah hukum.

Ilmu pengetahuan pada hakekatnya timbul oleh karena adanya hasrat ingin tahu dalam diri manusia98. Ilmu pengetahuan sebagai produk adalah hasil penelaahan atau investigasi ilmiah. Demikian Harton dan Hunt. Hal ini mengandung arti bahwa pertumbuhan ilmu pengetahuan , dari awal mulanya hingga sekarang ini adalah berkat andil kegiatan penelitian yang selama ini dilakukan oleh para ilmuan. Penelitian merupakan metode andalan para ilmuan yang selama ini digunakan untuk menyingkap ‘rahasia dunia alam’ dan ‘rahasia dunia sosial’99. Sugeng Istanto memberi pengertian penelitian sebagai serangkaian kegiatan yang teratur yang membantu pengembangan ilmu lain dalam mengungkapkan suatu kebenaran. Masih menurut Istanto, berdasarkan pengertian tersebut, penelitian dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sebagai proses dan sebagai ilmu. Sebagai proses, penelitian adalah serangkaian kegiatan yang menimbulkan suatu akibat, yakni pengungkapan suatu kebenaran. Serangkaian kegiatan di sini adalah penetapan permasalahan yang hendak diteliti, pengumpulan data yang diperlukan, mengelola data yang telah dikumpulkan dan menarik kesimpulan berdasarkan pengelolaan data tersebut. Sedangkan sebagai ilmu, penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang serangkaian kegiatan yang membantu pengembangan ilmu lain dalam mengungkap suatu kebenaran100.

97 Muhamad Erwin, 2012, Filsafat Hukum : Refleksi Kritis Terhadap Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.14.

98 Soerjono Soekanto, 2005, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 1

99 Sanapiah Faisal, 2005, Format-Format Penelitian Sosial, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 11.

100 F. Sugeng Istanto, 2007, Penelitian Hukum, CV Ganda, Yogyakarta, hlm. 2.

Dalam definisi yang singkat, Sanapiah Faisal memberi arti penelitian sebagai aktivitas dan metode berpikir yang menggunakan metode ilmiah secara terancang dan sistematis untuk memecahkan atau menemukan jawaban sesuatu masalah101. Sedangkan dalam pengertian yang lebih lengkap, penelitian didefinisikan sebagai aktivitas menelaah sesuatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah secara terancang dan sistematis untuk menemukan pengetahuan baru yang terandalkan kebenarannya (objektif dan sahih) mengenai ’dunia alam’ atau dunia sosial102. Tidak jauh berbeda dengan Sugeng Istanto dan Sanapiah Faisal adalah Bambang Sunggono yang memberi pengertian penelitian sebagai pencarian suatu pengetahuan yang benar untuk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu103.

Demikian pula dengan Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar yang mendefinisikan penelitian sebagai penerapan metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan104. Sementara Soerjono Soekanto mengartikan penelitian sebagai suatu bagian pokok dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mengetahui dan lebih memperdalam segala segi kehidupan105. Lebih lanjut dinyatakan oleh Soerjono Soekanto bahwa penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara motodologis, sistematis dan konsisten106. Sedangkan Manheim memberi definisi penelitian sebagai, ”...the careful, diligent, and exhaustive investigation of a scientific subject matter, having, as is aim the advancement of mankind’s knowledge….107

Berdasrakan pengertian penelitian yang dikemukakan oleh Sugeng

101 Sanapiah Faisal, Op.Cit., hlm. 4 102 Ibid, hlm. 10.

103 Bambang Sunggono, 1997, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 28.

104 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2004, Metodologi Penelitian Sosial, Bumi Aksara, Jakarta, hlm 12

105 Soerjono Soekanto, Op.Cit., hlm. 3 106 Ibid, hlm. 42.

107 Loc. Cit., Bandingkan pula dengan Bambang Sunggono, Ibid, hlm. 29.

Istanto, Sanapiah Faisal, Bambang Sunggono, Husaini Usman Purnomo Setiady Akbar, Soerjono Soekanto dan Manheim, dapat ditarik benang merah bahwa penelitian pada hakekatnya adalah : Pertama, serangkaian kegiatan yang menggunakan metode ilmiah.

Kedua, penelitian bertujuan untuk mengungkapkan suatu kebenaran atau menemukan permasalahan tertentu. Ketiga, penelitian sangatlah penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Selanjutnya, apakah yang dimaksudkan dengan penelitian hukum

? kiranya pengertian penelitian pada umumnya secara mutatis mutandis juga berlaku pada pengertian penelitian hukum. Dengan kata lain – menurut Sugeng Istanto – penelitian hukum adalah suatu spesies dari penelitian pada umumnya. Artinya, penelitian tersebut dikhususkan pada ilmu hukum. Dengan demikian penelitian hukum adalah penelitian yang membantu pengembangan ilmu hukum dalam mengungkapkan suatu kebenaran hukum. Konsekuensinya, untuk melakukan penelitian hukum, seseorang harus memahami penelitian itu sendiri dan memahami ilmu hukum108.

Soerjono Soekanto – sebagaimana juga dikutip oleh Bambang Sunggono –memberi pengertian penelitian hukum sebagai suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, penelitian hukum juga diadakan dengan pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan109.

Fungsi penelitian tidaklah mungkin dipisahkan dari pengertian penelitian itu sendiri. Sebagaimana yang telah diutarakan di atas

108 Sugeng Istanto, Op.Cit., hLm. 29.

109 Soerjono Soekanto, Op.Cit., hlm. 43. Bandingkan pula dengan Bamabang Sunggono,Op.Cit.,, hlm. 38.

bahwa penelitian pada hakekatnya adalah serangkaian kegiatan dengan menggunakan metode ilmiah untuk membantu ilmu lain dalam rangka mengungkapkan suatu kebenaran, maka dapat disimpulkan fungsi dari penelitian adalah membantu pengembangan ilmu lain dan mengungkapkan suatu kebenaran. Menurut Sugeng Istanto, penelitian untuk membantu pengembangan ilmu lain berarti merupakan sarana bagi ilmu lain untuk mengembangkan dirinya dengan cara menyatukan sasaran bahasan dan metode pembahasan dua ilmu tersebut. Sementara fungsi penelitian untuk mengungkapkan suatu kebenaran adalah mengutarakan keberadaan suatu kebenaran yang belum jelas menjadi lebih jelas, lebih dapat dimengerti dan lebih masuk akal.

Masih menurut Sugeng Istanto, untuk mengungkapkan suatu kebenaran dilakukan dengan kegiatan :

a. Menegaskan keberadaan suatu kebenaran

b. Menegaskan penyebab keberadaan suatu kebenaran c. Menegaskan akibat keberadaan suatu kebenaran d. Mengoreksi keberadaan suatu kebenaran110

Perihal mencari kebenaran, Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar berpendapat bahwa kebenaran itu dapat ditemukan dengan proses nonilmiah dan ilmiah. Proses nonilmiah meliputi common senses, intuitif, trial and error, otoritas, prasangka dan wahyu.

Sedangkan proses ilmiah untuk menemukan kebenara adalah dengan cara penelitian111.

Masih perihal kebenaran, paling tidak ada empat paham yang membahas mengenai kebenaran. Pertama, coherence theory atau teori koherensi. Paham ini menyatakan bahwa suatu preposisi cenderung benar, jika preposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan preposisi-preposisi lain yang benar. Dengan kata lain, jika

110 Sugeng Istanto, Op.Cit., hlm. 4 – 7.

111 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Op.Cit.,, hlm. 1 – 3.

makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita. Kedua, correspondence theory atau paham korespondensi. Menurut paham ini, suatu pernyataan itu benar jika yang diungkapkannya itu merupakan fakta.

Ketiga, paham empiris yang menyatakan bahwa kebenaran adalah sesuatu yang mendasarkan diri pada berbagai segi pengalaman dan biasanya menunjuk kepada pengalaman inderawi. Keempat atau yang terakhir adalah paham pragmatisme. Paham ini menyatakan bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Dengan kata lain, pernyataan adalah benar jika pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia112. Sementara menurut Sugeng Istanto, kebenaran adalah kesesuaian sesuatu dengan ukuran tertentu113.

Fungsi penelitian hukum adalah membantu pengembangan ilmu hukum dan mengungkapkan kebenaran hukum. Menurut Sugeng Istanto, membantu pengembangan ilmu hukum adalah dengan menyatukan sasaran bahasan dan metode pembahasan penelitian dengan sasaran bahasan dan metode pembahasan ilmu hukum yang dibantunya. Sedangkan pengungkapan kebenaran hukum terkait dengan pengertian pengungkapan dan pengertian kebenaran hukum114. Sanapiah Faisal menyatakan, paling tidak ada lima jenis penelitian pada umumnya. Pertama, penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasi suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Kedua, penelitian eksplanasi adalah untuk menguji antar-variabel yang dihipotesiskan dengan tujuan apakah satu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan

112 Bambang Sunggono, Op.Cit.,, hlm. 16 – 19.

113 Sugeng Istanto, Op.Cit., hlm. 5 114 Ibid, hlm. 38, 39 dan 42.

variabel lainnya.

Ketiga, penelitian studi kasus yaitu penelitian yang penelaahannya kepada satu kasus yang dilakukan secara mendalam, mendetail dan komprehensif. Keempat, penelitian survei yakni penelitian yang ditujukan pada jumlah besar atau kelompok. Oleh karena itu fokus pada penelitian survey hanya ditujukan pada beberapa variabel saja.

Kelima, penelitian eksperimen adalah penelitian yang secara sengaja memanipulasi suatu variabel kemudian memeriksa efek atau akibat yang ditimbulkannya115.

Sedangkan Soerjono Soekanto membagi macam-macam penelitian secara garis besar dilihat dari empat aspek. PERTAMA, dari aspek sifatnya, macam-macam penelitian dapat dibagi menjadi tiga.

Pertama, penelitian eksploratoris yaitu penelitian yang dilakukan jika pengetahuan tentang suatu gejala yang akan diselidiki masih kurang atau bahkan tidak ada. Kedua, penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Ketiga, penelitian eksplanatoris yang dilakukan jika pengetahuan suatu masalah sudah cukup sehingga dimaksudkan untuk menguji hipotesa-hipotesa tertentu.

KEDUA, dari aspek bentuknya, macam-macam penelitian juga dibagi menjadi tiga. Pertama, penelitian diagnostik adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan mengenai sebab- sebab terjadinya suatu atau beberapa gejala. Kedua, penelitian preskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan mendapatkan saran- saran mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah- masalah tertentu. Ketiga, penelitian evaluatif yakni suatu penelitian untuk menilai program-program yang dijalankan.

KETIGA, dari aspek tujuannya, macam-macam penelitian dibagi

115 Sanapiah Faisal, Op.Cit.,, hlm. 20 – 24.

menjadi empat. Pertama, penelitian fact finding yang hanya bertujuan untuk mencari fakta. Kedua, penelitian problem finding yang merupakan lanjutan dari penelitian fact finding dengan tujuan menemukan masalah. Ketiga, sebagai lanjutan penelitian problem finding adalah penelitian problem identification yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah. Selanjutnya penelitian yang keempat adalah problem solution yakni untuk mengatasi masalah sebagai lanjutan dari penelitian problem identification.

KEEMPAT, dari aspek penerapannya, macam-macam penelitian dibagi menjadi tiga. Pertama, penelitian murni biasanya ditujukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan atau teori atau untuk keperluan pengembangan metodologi penelitian. Kedua, penelitian berfokuskan masalah adalah kaitan antara bidang teori dengan bidang praktis yang sebenarnya merupakan penghubung antara penelitian murni dan penelitian terapan. Ketiga, penelitian terapan adalah penelitian yang tujuannya untuk memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan yang sifatnya prkatis116.

Macam-macam penelitian yang lebih dari apa yang dikemukakan oleh Sanapiah Faisal dan Soerjono Soekanto adalah macam-macam penelitian menurut Sugeng Istanto yang membaginya ke dalam tujuh variasi. PERTAMA, variasi penelitian berdasarkan ilmu yang dibantu. Berdasarkan variasi ini, hanya ada dua macam penelitian, yakni penelitian ilmu alam dan penelitian ilmu sosial. KEDUA, variasi penelitian berdasarkan hakikat ilmu yang dibantu. Berdasarkan variasi tersebut, macam penelitian juga dibagi menjadi dua, yaitu penelitian ilmu dasar dan penelitian ilmu terapan.

KETIGA, variasi penelitian berdasarkan sifat kebenaran yang diungkapkan dibagi menjadi dua. Pertama, penelitian kualitatif yaitu kesesuaian sesuatu dengan suatu ukuran yang berupa keharusan

116 Soerjono Soekanto, Op.Cit.,, hlm. 9 – 11.

dipenuhinya persyaratan kualitas tertentu. Kedua, penelitian kuantitatif adalah kebenaran yang berupa keharusan dipenuhinya persyaratan kuantitas data pendukung tertentu. KEEMPAT, variasi penelitian berdasarkan tujuan penelitian yang dibagi menjadi empat macam penelitian. Pertama, penelitian eksploratoris adalah penelitian yang menjajaki suatu kebenaran. Kedua, penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu kebenaran dalam keadaan seperti apa adanya. Ketiga, penelitian eksplikatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menerangkan data yang ditemukan dalam kegiatan penelitiannya. Keempat, penelitian preskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menetapkan kebenaran yang seharusnya dalam peristiwa yang diteliti.

KELIMA, variasi penelitian berdasarkan kasus yang diteliti. Berdasarkan variasi ini, penelitian dibagi menjadi tiga macam. Pertama, penelitian survei yakni penelitian yang hendak mengungkapkan suatu kebenaran berdasarkan sejumlah kasus tertentu. Kedua, penelitian studi kasus adalah penelitian yang hendak mengungkapkan suatu kebenaran berdasarkan suatu kasus tertentu. Ketiga, penelitian eksperimental adalah penelitian yang hendak mengungkapkan suatu kebenaran berdasarkan kasus yang direkayasa.

KEENAM, variasi berdasarkan jumlah orang yang diteliti. Dalam penelitian sosial sasaran bahasannya adalah orang. Oleh karena itu, macam penelitian menurut variasi ini adalah penelitian yang sasaran bahasannya satu orang dan penelitian yang sasaran bahasannya sejumlah orang tertentu. KETUJUH, variasi penelitian berdasarkan tempat pengumpulan data yang dibagi menjadi tiga macam penelitian. Pertama, penelitian lapangan adalah penelitian yang dalam mengumpulkan data untuk mengungkapkan suatu kebenaran ditempuh dengan cara menghubungi orang-orang yang menghayati data tersebut dalam masyarakat. Kedua, penelitian pustaka adalah penelitian yang dalam mengumpulkan data untuk mengungkapkan suatu kebenaran ditempuh dengan cara membaca pustaka yang ada. Ketiga, penelitian laboratorium adalah penelitian yang dalam

mengumpulkan data untuk mengungkapkan suatu kebenaran ditempuh dengan cara mengadakan percobaan di laboratorium yang dilengkapi dengan peralatan tertentu117.

Apabila kita merujuk pada macam penelitian berdasarkan tujuan penelitian, baik menurut Soerjono Soekanto maupun Sugeng Istanto, terlihat jelas hubungan antara penelitian yang satu dengan penelitian lainnya. Berdasarkan tujuan penelitian, Soerjono Soekanto membagi macam penelitian menjadi empat bagian, masing-masing penelitian fact finding, penelitian problem finding, penelitian problem identification dan penelitian problem solution. Hubungan antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lain adalah bahwa penelitian yang pertama bertujuan untuk mencari fakta, kemudian dilanjutkan dengan penelitian untuk menemukan masalah, selanjutnya penelitian untuk mengidentifikasi masalah dan pada akhirnya penelitian untuk mengatasi masalah.

Demikian pula menurut Sugeng Istanto bahwa berdasarkan tujuan penelitian, ada pendapat yang menyatakan bahwa empat macam penelitian – masing-masing penelitian eksploratoris, penelitian deskriptif, penelitian eksplikatif dan penelitian preskriptif – merupakan satu rangkaian penelitian. Artinya, penelitian ekploratoris dilakukan sebelum penelitian deskriptif, penelitian deskriptif dilakukan sebelum penelitian eksplikatif dan seterusnya. Akan tetapi – masih menurut Sugeng Istanto – masing-masing penelitian dapat merupakan suatu kegiatan penelitian yang berdiri sendiri118.

Selanjutnya yang akan kita bahas adalah macam-macam penelitian hukum. Menurut Bambang Sunggono, macam penelitian hukum secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni penelitian hukum doktrinal dan penelitian hukum non-doktrinal. Penelitian hukum doktrinal paling tidak dibagi menjadi tujuh macam penelitian. Pertama, penelitian

117 Sugeng Istanto, Op.Cit.,, hlm. 8 – 13.

118 Sugeng Istanto, Op.Cit.,, hlm. 10.

inventarisasi hukum positif adalah penelitian awal yang harus dilakukan sebelum penelitian hukum lainnya. Kedua, penelitian asas dan doktrin hukum. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan asas atau doktrin hukum positif yang berlaku. Lazimnya disebut penelitian studi dogmatik atau doctrinal research.

Ketiga, penelitian hukum untuk suatu perkara in concreto. Tujuan penelitian ini adalah hendak menguji apakah suatu postulat normatif tertentu memang dapat atau tidak dapat dipakai untuk memecahkan suatu masalah hukum tertentu in concreto. Keempat, penelitian terhadap sistematik hukum. Penelitian ini bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap pengertian dasar dalam hukum. Kelima, penelitian terhadap taraf sinkronisasi. Penelitian ini bertujuan meneliti sinkronisai antara aturan hukum positif yang satu dengan aturan hukum positif yang lain.

Keenam adalah penelitian perbandingan hukum. Penelitian ini adalah dengan menggunakan unsur-unsur sistem hukum sebagai titik tolak perbandingan yakni mencakup struktur hukum, substansi hukum dan budaya hukum. Ketujuh, penelitian sejarah hukum. Penelitian ini bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap tahap-tahap perkembangan hukum yang dapat dipersempit ruang lingkupnya menjadi sejarah peraturan perundang-undangan. Sedangkan penelitian hukum non-doktrinal pada dasarnya adalah penelitian yang menyangkut permasalahan interrelasi antara hukum dengan lembaga- lembaga sosial lainnya119.

Macam penelitian hukum yang dikemukakan oleh Bambang Sunggono tidak jauh berbeda dengan macam penelitian hukum yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto. Menurut Soerjono, macam penelitian hukum secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum sosiologis

119 Bambang Sunggono, Op.Cit.,, hlm. 81 – 101.

atau empiris. Penelitian hukum normatif mencakup penelitian asas- asas hukum, penelitian sistematika hukum, penelitian sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum dan penelitian perbandingan hukum.

Sementara penelitian hukum sosiologis atau penelitian hukum empiris hanya mencakup penelitian terhadap identifikasi hukum dan penelitian terhadap efektivitas hukum120.

Berbeda dengan macam penelitian hukum yang dikemukakan Bambang Sunggono dan Soerjono Soekanto adalah macam penelitian hukum yang dikemukakan Sugeng Istanto. Sebagaimana macam penelitian pada umumnya seperti yang dikemukakan oleh Istanto, secara mutatis mutandis juga berlaku terhadap macam penelitian hukum.

Macam penelitian hukum menurut Sugeng Istanto dibagi ke dalam tujuh variasi. PERTAMA, variasi penelitian berdasarkan lingkup ilmu hukum. Oleh karena ilmu hukum yang dimaksud di sini adalah ilmu tentang hukum positif, maka penelitian berdasarkan lingkup ilmu hukum mencakup tiga hal. Pertama, penelitian tentang isi hukum positif. Kedua, penelitian penerapan hukum positif. Ketiga, penelitian pembuatan hukum positif.

KEDUA, variasi penelitian berdasarkan hakikat ilmu hukum.

Berdasarkan variasi ini, macam penelitian hukum dibagi menjadi dua, yaitu penelitian ilmu hukum dasar dan penelitian ilmu hukum terapan. Penelitian ilmu hukum dasar adalah ilmu hukum yang sasaran bahasannya berkaitan dengan pengertian dan asas-asas hukum.

Sedangkan penelitian ilmu hukum terapan adalah ilmu hukum yang sasaran bahasannya berkaitan dengan penggunaan hukum positif untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu dalam kehidupan masyarakat. KETIGA, variasi penelitian berdasarkan sifat kebenaran hukum yang diungkapkan dibagi menjadi dua. Pertama, kebenaran hukum kualitatif yaitu kesesuaian sesuatu dengan ketentuan hukum yang menetapkan persyaratan kualitas tertentu yang harus dipenuhi.

120 Soerjono Soekanto, Op.Cit.,, hlm. 50 – 51.

Kedua, kebenaran hukum kuantitatif adalah kesesuaian sesuatu dengan ketentuan hukum yang menetapkan persyaratan kuantitas tertentu harus dipenuhi.

KEEMPAT, variasi penelitian berdasarkan tujuan penelitian yang dibagi menjadi empat macam penelitian. Pertama, penelitian hukum eksploratoris adalah penelitian yang menjajaki kemungkinan keberadaan suatu kebenaran. Kedua, penelitian hukum deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu kebenaran hukum seperti apa adanya. Ketiga, penelitian hukum eksplikatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan kebenaran hukum hubungan antar variabel yang dipermasalahkan. Keempat, penelitian hukum preskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menentukan kebenaran hukum yang seharusnya ada bagi sesuatu121.

Perihal penelitian hukum deskriptif dan penelitian hukum eksplikatif ini, pendapat Sugeng Istanto tidak jauh berbeda dengan pendapat Jan Gijssels. Menurut Gijssels, penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya dibatasi pada suatu pemaparan, suatu analisis atau suatu konstruksi tanpa mengarah secara langsung pada pengujian atas hipotesis-hipotesis atau atas teori-teori. Secara tegas dinyatakan oleh Gijssels, ”Bij een beschrijvend onderzoek beperkt men het opzet van de studie tot een beschrijving, een analyse of een klassifikatie, zonder dat men hierbij rechtstreeks de konstruktie of de toetsing van hypotesen of van teorieen op het oog heeft122.

Sedangkan penelitian eksplikatif – masih menurut Gijssels – adalah penelitian dengan melakukan konstruksi hipotesis-hipotesis dan teori- teori untuk memahami bagian tertentu dari kenyataan, misalnya dengan memperlihatkan suatu hubungan tertentu diantara variabel-variabel suatu kenyataan. Secara gamblang dikatakan oleh Gijssels, ”Bij een verklarend onderzoek wordt er naar gestreefd via de konstruktie van

121 Sugeng Istanto, Op.Cit.,, hlm. 46 – 48.

122 Jan Gijssels, Op.Cit., hlm. 131

Dalam dokumen BUKU DASAR-DASAR ILMU HUKUM (Halaman 83-97)

Dokumen terkait