• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.7 Metode Pengumpulan Data

2.7.2 Observasi

46

47 3) Observasi tak terstruktur yaitu dilakukan dengan tidak terstruktur atau observasi yang dilakukan tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi (Sugiyono, 2014).

Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang hendak diteliti. Setelah tempat penelitian diidentifikasi, dilanjutkan dengan membuat pemetaan, sehingga diperoleh gambaran umum tentang sasaran penelitian.

Kemudian peneliti mengidentifikasi siapa yang akan diobservasi, kapan, berapa lama, dan bagaimana. Lantas peneliti menetapkan dan mendesain cara merekam wawancara tersebut (Raco, 2010).

2.7.3 Wawancara

Penelitian ini juga menggunakan wawancara sebagai teknik pengumpulan data.

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2014) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari narasumber lebih mendalam.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dari yang di wawancarai (interviewee) yang memberikan atas itu. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menggunakan menilai keadaan seseorang. Dalam wawancara tersebut bisa dilakukan secara individu maupun dalam bentuk kelompok sehingga didapat data informatik yang orientik (Moleong, 2013).

48 Menurut Sugiyono (2013) wawancara dibagi menjadi tiga jenis yaitu : 1) Wawancara terstruktur, wawancara ini digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara pengumpulan data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.

2) Wawancara semi terstruktur, wawancara ini adalah wawancara yang dalam pelaksanaanya lebih bebas bila di bandingkan dengan wawancara terstruktur.

3) Wawancara tidak terstruktur, wawancara ini adalah wawancara yang bebas dan peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Dengan wawancara peneliti mengubah orang dari objek menjadi subjek.

Bila subjek dipandang sebagai objek, maka berlaku prinsip hierarkis yaitu peneliti akan memposisikan dirinya sebagai orang yang lebih tahu. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, partisipan dipandang sebagai subjek berarti bahwa baik peneliti maupun yang diteliti kedudukannya sama (Raco, 2010). Selain itu, Kajornboon (2005) mengatakan bahwa apabila narasumber tidak mudah ditemui dan marah, maka wawancara dapat dibatalkan atau ditunda.

2.7.4 Focus Group Discussion (FGD)

Penggunaan aspek kualitatif telah menjadi perhatian khusus dalam studi IS dan teknologi informasi (TI) selama bertahun-tahun, terutama untuk mengeksplorasi

49 manusia, proses, prosedur, dan hubungannya dengan teknologi dan sistem (Subiyakto et al., 2015), namun presentasi metodologinya masih perlu diketahui secara substansial untuk digunakan.Salah satu bentuk yang berkaitan dengan hal- hal yang disebutkan di atas adalah Focus Group Discussion (FGD).

Menurut Kitzinger dan Barbour, FGD adalah melakukan eksplorasi suatu isu/fenomena khusus dari diskusi suatu kelompok individu yang berfokus pada aktivitas bersama diantara para individu yang terlibat didalamnya untuk menghasilkan suatu kesepakatan bersama. Berbeda dengan metode pengumpul data lainnya, metode FGD memiliki sejumlah karakteristik, diantaranya, merupakan metode pengumpul data untuk jenis penelitian kualitatif dan data yang dihasilkan berasal dari eksplorasi interaksi sosial yang terjadi ketika proses diskusi yang dilakukan para informan yang terlibat (Kamberelis dan Dimitriadis, 2013).

Pentingnya kelompok sebagai sarana untuk memperoleh informasi telah ditekankan oleh G. H. Smith dalam definisi klasiknya tentang diskusi kelompok yaitu, istilah diskusi kelompok akan terbatas pada situasi di mana kelompok berkumpul cukup kecil untuk mengizinkan diskusi nyata di antara semua anggotanya (Stewart, 2014). Keuntungan utama kelompok fokus adalah peserta diberikan kebebasan berekspresi daripada teknik penelitian lain (Dransfield, 2004).

Metode FGD memiliki karakteristik jumlah peserta yang cukup bervariasi untuk satu kelompok diskusi. Satu kelompok diskusi dapat terdiri dari 4 sampai 8 peserta (Bedford & Burgess, 2001; Cronin, 2001 dalam Doody, 2013) atau 6 sampai 10 peserta (Bloor et al., 2001; Cameron, 2005 dalam Doody, 2013).

50 2.7.5 Dokumentasi

Setelah mendapatkan informasi melalui observasi dan wawancara, akan lebih dapat dipercaya bila didukung oleh autobiografi dari informan, atau bisa juga dengan gambar, tulisan, atau juga karya-karya monumental lainnya (Sugiyono, 2014). Dokumen-dokumen dipilih oleh peneliti guna menyaring adanya kepalsuan data yang ada atau dengan kata lain dokumen bisa saja palsu sehingga peneliti harus lebih cermat dalam mengumpulkan dokumen tersebut.

2.8 Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian merupakan derajat ketepatan antar data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

Dalam penelitian kualitatif, suatu realitas itu bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang seperti semula. Sifat laporannya juga selalu berbeda dari orang perorang. Tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan pikiran masing-masing. Uji keabsahan dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (keabsahan internal), dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektivitas) (Sugiyono, 2014).

Dalam penelitian ini, peneliti menguji keabsahan data dengan melakukan tiga uji diatas, yaitu:

1) Uji credibility

Terdapat bermacam-macam cara untuk pengujian kredibilitas data yang ada. Yang pertama adalah dengan perpanjang pengamatan, dengan begitu peneliti akan kembali lagi kelapangan untuk

51 mengamati, mewawancarai, lagi sumber data yang ada maupun yang baru. Sehingga menciptakan suasana yang akrab agar dapat saling mempercayai satu sama lain sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi (Sugiyono, 2014).

Yang kedua adalah meningkatkan ketekunan, dengan meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan (Sugiyono, 2014). Peneliti akan mengamati secara cermat dan sungguh-sungguh hingga muncul makna berbeda dari apa yang ingin diteliti.

Yang ketiga adalah triangulasi dalam pengujian kredibilitas atau pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, diantaranya (Sugiyono, 2014):

a. Triangulasi sumber

Dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber penelitian lalu dideskripsikan, dikategorisasikan, hingga spesifik. Data yang telah dianalisis menghasilkan suatu kesimpulan lalu disepakati oleh para narasumber.

b. Triangulasi metode

Dilakukan dengan cara mengecek data yang sama dengan metode yang berbeda. Sehingga terlihat hasilnya jika berbeda- beda maka akan didiskusikan kepada sumber yang terlibat dalam penelitian sehingga diketahui mana yang benar, mana

52 yang tidak, atau semuanya benar. Triangulasi ini menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Yang keempat dengan menggunakan bahan referensi.

Maksudnya adalah bahan pendukung keabsahan data yang ada (Sugiyono, 2014). Peneliti tidak hanya sekedar mewawancarai saja, melainkan peneliti memiliki rekaman wawancara, foto-foto, dan bukti lainnya untuk menambah tingkat kredibilitas penelitian.

Yang kelima mengadakan membercheck. Dengan pengecekan data peneliti akan mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data (Sugiyono, 2014). Disini penulis akan memberikan hasil data yang diperoleh saat penelitian terhadap beberapa subjek yang dituju, lalu jika para informan tersebut cocok dengan hasil data yang diperoleh oleh peneliti maka penelitian akan valid adanya.

2) Uji dependability

Uji ini dilakukan dengan melakukan audit terhadap seluruh proses penelitian. Demi menghindari kesalahpahaman atas validitas penelitian. Uji dependability ini membuktikan bahwa penelitian benar-benar dilakukan, bukan hanya sekedar mencari data dokumen saja. Dan juga penelitian ini diaudit oleh pembimbing penelitian.

Peneliti harus menunjukan bukti-bukti lapangan asli bahwa peneliti memang sudah melakukan observasi atau pra-observasi langsung ke

53 lapangan. Sehingga dependabilitas dapat dinyatakan benar adanya (Sugiyono, 2014).

3) Uji Confirmability

Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmabilitas mirip dengan uji dependabilitas, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Pengujian konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmabilitas (Sugiyono, 2014).

2.9 Metode Analisis Data

Menurut Sugiyono (2014), analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dikatakan juga bahwa analisa data sebelum memasuki lapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian, fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah penelitian masuk dan selama di lapangan.

Sedangkan Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2014) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

54 Aktivitas dalam analisi data yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification.

Selaras dengan pernyataan tersebut Chariri (2009) mengatakan bahwa untuk melakukan analisis, peneliti perlu menangkap, mencatat, menginterpretasikan dan menyajikan informasi. Analisis data tidak dapat dipisahkan dari data collection. Adapun langkah analisis dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Data Collections

Data yang dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi sehingga terbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian.

2) Data Reduction

Data yang peneliti peroleh dilapangan jumlahnya sangat banyak. Perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2014). Dengan reduksi akan mempermudah peneliti untuk melihat gambaran lebih, dan melakukan pengumpulan data selanjutnya. Dengan reduksi, maka peneliti mengambil data yang pokok dan penting saja, membuat kategorisasinya, dan data-data yang tidak penting tidak digunakan selama analisis. Dalam data reduction mencakup hal-hal dibawah ini:

55 a. Organisasi Data

Digunakan untuk menentukan kategori, konsep, tema dan pola.

Dari data wawancara ditulis lengkap dan dikelompokkan menurut format tertentu. Melalui cara ini peneliti dapat mengidentifikasi informasi sesuai pemberi informasi dengan misalnya jabatan partisipan. Transkrip hasil wawancara kemudian dapat dianalisis dan key points dapat ditandai untuk memudahkan coding dan pengklasifikasian. Narasi (deskripsi) yang telah diorganisisr dapat dikelompokkan kedalam tema tertentu, dengan menggunakan code. Pengelompokkan tema tersebut harus koheren dengan tujuan penelitian dan keyakinan yang dibuat peneliti sesuai dengan fenomena penelitian (Chariri, 2009).

b. Coding Data

Setelah data diorganisasi, kemudian dikelompokkan ke dalam tema tertentu dan diberi kode untuk melihat kesamaan pola temuan. Jadi, coding harus dilakukan sesuai dengan kerangka teoritis yang dikembangkan sebelumnya. Dengan cara ini, coding memungkinkan peneliti untuk mengaitkan data dengan masalah penelitian (Chariri, 2009).

(i) Open Coding

- Merupakan langkah pertama pemberian kode.

56 - Peneliti menganalisis dan menentukan berbagai

kategori tema.

(ii) Axial Coding

- Peneliti menganalisis ketertkaitan satu tema dengan tema yang lainnya: cause & consequence, condition &

interactions, strategy & process dan membuat

“cluster”.

(iii) Selective Coding

- Scanning data dan coding yang dilakukan sebelumnya setelah semua data lengkap.

- Tema utama muncul dan memudahkan peneliti untuk melakukan interpretasi dan analisis.

3) Data Display

Penyajian hasil penelitian di paparkan secara deskriptif berdasarkan temuan di lapangan dengan bahasa dan pandangan informan agar mudah dipahami oleh pembaca. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

Dan yang paling sering digunakan oleh penelitian kualitatif adalah berbentuk teks naratif. Melakukan interpretasi hasil yaitu menginterpretasikan apa yang telah diintrepetasikan oleh informan terhadap masalah yang diteliti (Sugiyono, 2014).

57 Menurut Chariri (2009) atas dasar coding, peneliti dapat memulai memahami data secara rinci. Proses ini dapat berupa

“pemotongan” data hasil interview dan dimasukkan ke dalam folder khusus sesuai dengan tema yang ada, kemudian data dicari maknanya/diinterpretasi.

4) Data Conclusion Drawing/Verifying

Menarik kesimpulan dan verifikasi merupaka langkah terakhir dalam teknik analisis data Miles and Huberman. Kesimpulan akan menentukan kredibel atau tidaknya data yang diperoleh. Pada tahap ini peneliti melakukan interpretasi data sesuai dengan konteks permasalahan dari tujuan peneliti. Dari interpretasi yang dilakukan akan diperoleh kesimpulan dalam jawaban masalah penelitian. Hasil interpretasi kemudian dikaitkan dengan teori yang ada sehingga interpretasi tidak bersifat bias tetapi dapat dijelaskan oleh teori tersebut, karena penelitian kualitatif berpegang pada konsep triangulation (Sugiyono, 2014).

Dalam penelitiannya sebelumnya Bree et al. (2014) merancang dan menerapkan metode yang relatif mudah dan hemat biaya menganalisis transkrip / kelompok data terarah. Hasil data dalam penelitian tersebut, sejumlah besar berupa data mentah. Data dari focus group perlu dianalisis secara teoritis dan triangulasi. Pendekatan yang digunakan untuk analisis itu bisa dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office suite.

58 Kemudian dalam penelitian selamjutnya, Bree dan Gallagher (2016) menjelaskan bahwa proses evaluasi memerlukan pengumpulan dan analisis data yang valid dan andal prosedur yang harus ditetapkan. Dalam banyak kasus, metode kualitatif seperti wawancara, kelompok fokus dan tanggapan teks bebas digunakan untuk tujuan ini. Metode ini menghasilkan data dalam jumlah besar, yang harus diberi kode dan dianalisis secara menyeluruh dan profesional.

Sedangkan software komersial paket dapat membantu dalam analisis ini, dalam iklim ekonomi yang sulit, biaya lisensi di seluruh kampus untuk hal seperti itu bisa sangat mahal. Excel dapat menangani sejumlah besar data, menyediakan beberapa atribut, dan memungkinkan untuk berbagai teknik tampilan (Meyer dan Avery, 2009). Hyde dan Maier (2006) mengatakan bahwa keuntungan menggunakan Microsoft Excel sebagai lingkungan pengembangan adalah bahwa ia menyediakan kemampuan yang memungkinkan untuk analisis dan manipulasi data dan visualisasi hasilnya.

2.10 Pengembangan Model dan Tema Penelitian 2.10.1 Pengembangan Model Penelitian

Sebagian besar model penelitian dikembangkan menggunakan model dan teori sebelumnya (Belout dan Gauvreau, 2004). Berdasarkan hal tersebut, peneliti menggunakan asumsi tentang model logika pemrograman komputer (menurut Davis, 1998 dan Kellogg, 2004) dan kerangka kerja pengklasifikasian proyek menurut McLeod dan MacDonell (2011) dalam pengembangan model penelitian ini, seperti yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya (Subiyakto dan Ahlan, 2014;

59 Subiyakto et al., 2015; Subiyakto et al., 2016;) saat melakukan pengembangan model keberhasilan SI. Selain itu, peneliti juga mengadopsi dan menggunakan teori model evaluasi sistem EUCS (Doll dan Torkzadeh, 1988) dan teori/konsep security (Fitriyani et al., 2016; Chin dan Vaezi, 2015; Montesdioca dan Macada, 2015; dan Pavlou dan Chellappa, 2001).

Secara ringkas, peneliti menggunakan 7 faktor pada tema penelitian ini yang meliputi Content (CN), Accuracy (AC), Format (FR), Ease of use (EU), Timeliness (TL), Security (SC), dan End-user satisfaction (EUS) (Gambar 2.4).

Faktor CN berperan sebagai faktor pada dimensi input menurut model logika Davis (1998) dan kerangka kerja McLeod dan MacDonell (2011). Sedangkan, faktor AC, FR, EU, TL, SC berperan sebagai faktor pada dimensi proses dan faktor EUS berperan sebagai faktor dimensi output menurut model logika Davis (1998).

Berikut adalah penjelasan dari setiap faktor yang peneliti gunakan : 1) Content (CN)

Faktor content pada penelitian ini digunakan untuk mengukur kepuasan pengguna ditinjau dari sisi isi/konten dari suatu sistem (Marakarkandy dan Yajnik, 2013).

2) Accuracy (AC)

Faktor accuracy pada penelitian ini berfungsi untuk mengukur kepuasan pengguna dari sisi ketepatan sistem dalam mengolah input serta menghasilkan sebuah informasi. Untuk mengecek apakah sebuah sistem memiliki tingkat keakurasian yang baik, dapat dilihat

60 dari jumlah error yang dihasilkan ketika mengolah data (Arthur et al., 2008).

3) Format (FR).

Faktor format berfungsi untuk mengukur kepuasan pengguna akhir dalam menilai tampilan dan estetika dari antarmuka sistem.

Tampilan yang menarik serta kemudahan dalam memahami dan menggunakan antar muka dapat meningkatkan kepuasan pengguna akhir dan dapat berpengaruh terhadap tingkat efektifitas pengguna (Arthur et al., 2008).

4) Ease of Use (EU).

Faktor ease of use digunakan untuk mengukur kepuasan pengguna dari sisi kemudahan dalam menggunakan sistem (Marakarkandy dan Yajnik, 2013). Hal ini dikarenakan kemudahan dalam menggunakan sistem meliputi keseluruhan proses dari awal sampai akhir yang terdiri dari proses memasukkan data, mengolah dan mencari informasi serta menampilkan data akhir yang akan digunakan oleh pengguna akhir (Arthur et al., 2008).

5) Timeliness (TL)

Faktor timeliness mengukur kepuasan pengguna dari sisi ketepatwaktuan sistem menyediakan informasi. Semakin cepat sebuah sistem mengolah input dan menghasilkan output dapat dijadikan tolak ukur penilaian apakah sistem tersebut tepat waktu atau real time (Arthur et al., 2008).

61 6) Security (SC)

Faktor security berfungsi untuk mengukur kepuasan pengguna dari sisi keamanan sistem yang merupakan faktor yang relevan dan perlu dipertimbangkan didalam pengukuran kepuasan sistem informasi berbasis web, hal ini dikarenakan rentannya kejahatan dalam dunia maya yang dikenal dengan istilah cyber crime (Pavlou dan Chellappa, 2001).

7) End-user satisfaction (EUS)

Kepuasan pengguna akhir sistem informasi adalah sebagai evaluasi afektif keseluruhan pengguna akhir mengenai pengalamannya terkait dengan sistem informasi Chin dan Lee (2000). Hal ini serupa dengan penelitian Subiyakto dan Ahlan (2014) yang mengatakan bahwa kepuasan pengguna akhir merupakan tingkat dimana pengguna puas ketika memanfaatkan TI sebagai hasil proyek.

62 Gambar 2.4 Tema EUCS yang dikembangkan

(Diadopsi dari Doll dan Torkzadeh, 1988)

2.10.2 Pengembangan Model Penelitian dan Tema Penelitian

Model penelitian ini mengadopsi model logika pemograman komputer input- proses-output (Davis, 1998 dan Kellogg, 2004) dan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Subiyakto & Ahlan (2014) menjelaskan bahwa variabel content pada model penelitian ini berada dalam dimensi input dan variabel ini dimungkinkan untuk mempengaruhi variabel lainnya dalam dimensi proses dan output. Parasuraman dalam Assa (2015) juga menyatakan bahwa untuk

63 kepentingan pengukuran jasa, mutu harus dipandang dari lima perspektif, satu diantaranya adalah content. Sejalan dengan itu, Marakarkandy dan Yajnik (2013) menyebutkan bahwa faktor isi/content berpengaruh terhadap kepuasan pengguna sistem informasi berbasis web. Selain itu, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dahliana et al. (2014) menunjukkan bahwa faktor content memiliki kontribusi terhadap kepuasan pengguna. Merujuk pada penjelasan diatas, peneliti merumuskan tema-tema penelitian sebagai berikut:

T1: Hubungan Content (CN) terhadap Accuracy (AC);

T3: Hubungan Content (CN) terhadap Format (FR);

T5: Hubungan Content (CN) terhadap End-User Satisfaction (EUS);

T6: Hubungan Content (CN) terhadap Ease of Use (EU);

T8: Hubungan Content (CN) terhadap Timelines (TL);

T10: Hubungan Content (CN) terhadap Security (SC);

Dalam penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa faktor akurasi/accuracy memiliki pengaruh terhadap kepuasan pengguna (Hall, 2007).

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti merumuskan tema penelitian sebagai berikut:

T2: Hubungan Accuracy (AC) terhadap End-User Satisfaction (EUS);

64 Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa tampilan/format sistem memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan pengguna (Marakarkandy dan Yajnik 2013; Dahliana et al., 2014; dan Arthur et al., 2008). Merujuk pada penjelasan diatas, peneliti merumuskan tema penelitian sebagai berikut:

T4: Hubungan Format (FR) terhadap End-User Satisfaction (EUS);

Menurut Somers et al. (2003), kemudahan penggunaan/ease of use suatu sistem merupakan faktor ketiga setelah content dan format yang berpengaruh dalam memberikan kepuasan pengguna. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti merumuskan tema penelitian sebagai berikut:

T7: Hubungan Ease of Use (EU) terhadap End-User Satisfaction (EUS);

Ketepatan waktu/Timeliness merupakan salah satu faktor yang penting dalam menyajikan suatu informasi yang relevan (Somers et al., 2003), sehingga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam memberikan kepuasan pengguna. Merujuk pada alasan diatas, peneliti merumuskan tema-tema penelitian sebagai berikut:

T9: Hubungan Timelines (TL) terhadap End-User Satisfaction (EUS);

65 Melihat pentingnya faktor keamanan, seperti yang dikatakan Fitriyani et al. (2016) bahwa faktor keamanan dalam penggunaan sistem adalah elemen penting yang harus dijaga dan ditingkatkan oleh suatu perusahaan dalam rangka mempertahankan kontinuitas teknologi. Selaras dengan pendapat diatas, Chin dan Vaezi (2015) mengemukakan pentingnya mengukur kepuasan pengguna terhadap keamanan sistem informasi, karena keamanan sistem informasi telah lama ditemukan untuk mempengaruhi kepuasan pengguna dengan sistem informasi.

Hasil survei nasional mengenai keamanan dan privasi menunjukkan bahwa organisasi AS melaporkan 65% pengurangan kepuasan pelanggan karena pelanggaran keamanan sistem informasi (Technologies dalam Chin dan Vaezi, 2015).

Pavlou dan Chellappa (2001) juga mengatakan bahwa keamanan merupakan faktor yang relevan dan perlu dipertimbangkan didalam pengukuran kepuasan sistem informasi berbasis web, hal ini dikarenakan rentannya kejahatan dalam dunia maya yang dikenal dengan istilah cyber crime. Keamanan sistem informasi adalah segala bentuk mekanisme yang harus dijalankan dalam sebuah sistem yang ditujukan agar sistem tersebut terhindar dari segala ancaman yang membahayakan keamanan data informasi dan keamanan pelaku sistem (ISO, 2008).

Berdasarkan alasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa faktor keamanan yang disertakan dalam suatu sistem terhadap akun seseorang dapat memberikan perlindungan, rasa aman dan nyaman bagi pengguna, sehingga menimbulkan

66 kepuasan dalam menggunakan sistem tersebut. Oleh karena itu, peneliti merumuskan tema-tema penelitian sebagai berikut:

T11: Hubungan Security (SC) terhadap End-User Satisfaction (EUS);

2.11 Ringkasan

Evaluasi kepuasan pengguna merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan sistem informasi mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna saat menggunakan sistem tersebut dengan membandingkan antara kesannya terhadap kinerja sistem dan harapan pengguna. Dalam hal ini sistem yang dibahas adalah sistem informasi akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan focus group discussion (FGD). Dari data wawancara ditulis lengkap dan dikelompokkan menurut format tertentu. Transkrip hasil waancara kemudian dapat dianalisis dan key points dapat ditandai untuk memudahkan coding dan pengklasifikasian.

Narasi (deskripsi) yang telah diorganisisr dapat dikelompokkan kedalam tema tertentu, dengan menggunakan code. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan secara keseluruhan terkait evaluasi sistem informasi akademik. Hal ini dapat dilihat dari tema penelitian yang diajukan mengandung faktor dari berbagai sisi yang dapat mempengaruhi end-user satisfaction. Tema penelitian ini terdiri dari tujuh faktor dan sebelas jalur hubungan yang kemudian dijadikan dasar penarikan tema penelitian.

Dokumen terkait