BAB I PENDAHULUAN
1.9 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan penelitian ini terbagi dalam lima bab, meliputi pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian, hasil analisis dan interpretasi, dan penutup.
Berikut adalah penjelasan singkat lima bab tersebut.
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, pertanyaan penelitian, ruang lingkup dan batasan, metodologi penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan teori-teori terkait landasan pelaksanaan penelitian, meliputi teori kepuasan pengguna, teori sistem informasi akademik, teori end-user computing satisfaction, teori keamanan sistem informasi, teori konsep dasar kualitatif, metode pengumpulan data, metode analisis data, pengembangan model dan tema penelitian yang digunakan untuk mendukung teori-teori dalam penelitian ini.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memaparkan secara metodis proses penelitian, mencakup penjelasan-penjelasan tentang pendekatan penelitian, prosedur penelitian, keabsahan data, tempat dan waktu penelitian, narasumber, teknik analisis data penelitian, alat analisis data penelitian serta instrumen penelitian. Tujuannya secara tidak langsung memberikan
14 gambaran tentang ruang lingkup dan batasan penelitian kepada para pembaca.
BAB 4 HASIL ANALISIS DAN INTERPRETASI
Bab ini memaparkan profil narasumber, hasil analisis, interpretasi dan diskusi hasil penelitian. Analisis data dilakukan terhadap data yang berhasil dikumpulkan sebelumnya menggunakan perangkat lunak kemudian diolah dengan menggunakan MS. Word 2013 dan MS. Excel 2013. Selanjutnya, interpretasi dan diskusi dilakukan dengan merujuk kepada basis teori sebelumnya.
BAB 5 PENUTUP
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran atas hasil pelaksanaan penelitian terutama terkait dengan aspek penggunaan dan kelanjutan bagi kajian-kajian selanjutnya.
1.12 Ringkasan
Pentingnya peranan sistem informasi akademik di perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu akademik dan layanan akademik di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, maka sistem informasi akademik yang telah berjalan akan terasa cukup membantu apabila didasari dari kenyamanan pengguna dalam menggunakan sistem informasi tersebut sehingga mencapai kepuasan pengguna sistem. Ini menjadi fakta menarik dalam melakukan penelitian, untuk mengeksplorasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan pengguna
15 akhir dan memahami status kepuasan pengguna sistem informasi akademik saat ini. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan studi literatur, observasi, wawancara, FGD, dan dokumen dengan mahasiswa, dosen, staf akademik pusat, staf keuangan pusat dan staf PUSTIPANDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai partisipan.
16 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian seperti teori evaluasi kepuasan pengguna, teori sistem informasi akademik, teori end-user computing satisfaction, faktor keamanan dalam sistem informasi, konsep dasar kualitatif, metode pengumpulan data, teori keabsahan data, metode analisis data, pengembangan model dan tema penelitian, dan teori- teori lain yang terkait. Selanjutnya, teori-teori tersebut akan dijelaskan dalam bab ini secara berurutan dan diakhiri dengan ringkasan.
2.2 Evaluasi Kepuasan Pengguna 2.2.1 Definisi Evaluasi
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam bahasa Arab; al-taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti; penilaian. Akar katanya adalah value; dalam bahasa Arab; al-qimah; dalam bahasa Indonesia berarti; nilai (Wulan dan Rusdiana, 2015).
Edwind Wandt dan Gerald W. Brown dalam Wulan dan Rusdiana (2015) mengatakan bahwa, “evaluation refer to the act or process to determining the value of something”. Menurut definisi ini, istilah evaluasi itu merupakan suatu proses untuk menetukan nilai dari sesuatu. Selaras dengan pendapat tersebut,
17 menurut Newcomer et al. (2015) evaluasi merupakan penilaian sistematis terhadap operasi dan/atau hasil dari sebuah program atau kebijakan, dibandingkan dengan serangkaian standar eksplisit atau implisit, sebagai sarana untuk berkontribusi terhadap peningkatan program atau kebijakan. Wysong dalam Wulan dan Rusdiana (2015), mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses untuk menggambarkan, memperoleh atau menghasilkan informasi yang berguna untuk mempertimbangkan suatu keputusan. Tujuan diadakannya evaluasi terhadap sistem informasi adalah dapat menentukan kemampuan sistem mencapai tujuannya (Weber dalam Newcomer, 2015). Dengan adanya sistem informasi yang efektif, diharapkan pengguna sistem informasi menjadi puas.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu melalui proses yang sistematis untuk mengukur sejauh mana keberhasilan suatu program.
2.2.2 Definisi Kepuasan
Menurut Irawan dalam Aini (2016) kepuasan atau satisfaction adalah kata dari bahasa latin, yaitu statis yang berarti enough atau cukup dan facere yang berarti to do atau melakukan. Jadi, produk atau jasa yang bisa memuaskan adalah produk dan jasa yang sanggup memberikan sesuatu yang dicari oleh konsumen sampai tingkat cukup. Sabran (2013) mengatakan bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan.
18 Dalam penelitiannya, Kotler mengatakan bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil dari suatu produk dan harapannya. Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu (dalam Aini, 2016). Hal ini senada dengan yang diungkap Tjiptono dalam Kristiawan (2016) kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang dengan membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan yang diharapkannya.
Dari beberapa pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kepuasan adalah suatu keadaan dalam diri seseorang maupun kelompok yang telah berhasil mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkannya sesuai dengan usaha yang dilakukan.
2.2.3 Definisi Kepuasan Pengguna
Menurut Doll dan Torkzadeh dalam Sugianto dan Tojib (2015) kepuasan pengguna akhir adalah sikap afektif terhadap aplikasi komputer yang spesifik oleh seseorang yang berinteraksi dengan aplikasi tersebut secara langsung. Kepuasan pengguna didefinisikan sebagai seberapa jauh sistem memenuhi atau melampaui harapan pengguna (Jiménez-Zarco et al., 2015). Menurut Chin dan Lee (2000), kepuasan pengguna akhir sistem informasi adalah sebagai evaluasi afektif keseluruhan pengguna akhir mengenai pengalamannya terkait dengan sistem informasi. Sejalan dengan itu, penelitian Amoako dan Gyampah dalam Sebayang dan Tarigan (2009) mengkategorikan kepuasan pengguna informasi tentang ketersediaan informasi yakni integrasi data, akurasi data, waktu, kendala
19 informasi, dan perbaikan sistem informasi yang terus menerus. Kepuasan pengguna juga didefinisikan sebagai penilaian yang sangat pribadi yang sangat dipengaruhi oleh harapan individu (Arshad et al., 2015).
Dari beberapa pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa kepuasan pengguna adalah penilaian tentang seberapa jauh pengguna merasa puas dalam menggunakan sistem informasi.
2.2.4 Definisi Evaluasi Kepuasan Pengguna
Kepuasan pengguna mewakili pandangan interaksi pengguna dengan sistem.
Namun pada akhirnya pengguna yang memutuskan apakah akan menggunakan sistem tersebut atau tidak, bahkan ketika sistem berhasil menyelesaikan tugas dengan baik (Ultes et al., 2017).
Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi kepuasan pengguna merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan sistem informasi mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna saat menggunakan sistem tersebut dengan membandingkan antara kesannya terhadap kinerja sistem dan harapan pengguna.
2.3 Sistem Informasi Akademik 2.3.1 Definisi Sistem Informasi
Sistem informasi mencakup sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi informasi, dan prosedur kerja), ada sesuatu yang diproses (data menjadi informasi), dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan (Kadir,
20 2014). Selaras dengan pengertian tersebut, Laudon dalam Suzanto dan Sidharta (2015) mengatakan bahwa sistem informasi adalah komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyebarkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, pengendalian dan untuk memberikan gambaran aktivitas di dalam perusahaan. Menurut pandangan Alter dalam Buku Pengenalan Sistem Informasi oleh Kadir (2014) menjelaskan definisi sistem informasi melalu Gambar 2.1 dibawah ini:
Gambar 2.1 Definisi Sistem Informasi (Diadaptasi dari Alter, 1992 dalam Kadir, 2014)
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah kombinasi antar prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang
21 diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi. Menurut Sutabri (2015) sistem informasi adalah suatu sistem yang didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk menyediakan kepada pihak luar tentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
Pendapat tersebut selaras dengan Subiyakto (2017) yang mengatakan bahwa definisi sistem informasi ini bukan hanya tentang entitas teknologi, sistem informasi juga tentang domain manajerial dan organisasi
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan kumpulan dari komponen (manusia, komputer, dan teknologi informasi) yang saling berhubungan satu sama lain dan menghasilkan suatu informasi kepada pengguna.
2.3.2 Definisi Sistem informasi Akademik
Akademik adalah program dalam sistem persekolahan yang hanya mempersiapkan sejumlah mata pelajaran yang diperuntukkan bagi siswa yang ingin melanjutkan studi. Akademik adalah lembaga pendidikan tinggi kurang lebih tiga tahun lamanya yang mendidik tenaga profesi (KBBI, 2016).
Sistem informasi akademik merupakan sekumpulan elemen-elemen baik fisik maupun non fisik dan prosedur yang saling berhubungan satu sama lain menjadi satu kesatuan dan bekerja sama untuk mengolah data akademik di sebuah lembaga pendidikan menjadi informasi yang berguna bagi pemakainya (Mutia, 2014). Selaras dengan itu, menurut Sutabri (2012) sistem informasi akademik
22 merupakan kumpulan dari sub-sub sistem yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang diperlukan oleh pengguna informasi sehubungan dengan kegiatan akademik.
2.4 End-User Computing Satisfaction
2.4.1 Definisi End-User Computing Satisfaction
Pengukuran terhadap kepuasan telah mempunyai sejarah yang panjang dalam disiplin ilmu sistem informasi. Dalam lingkup end-user computing, sejumlah studi telah dilakukan untuk meng-capture keseluruhan evaluasi dimana pengguna akhir telah menganggap penggunaan dari sistem informasi (misalnya kepuasan) dan juga faktor-faktor yang membentuk kepuasan ini (Pratama et al., 2012).
End-User Computing Satisfation (EUCS) ini dikembangkan oleh Doll dan Torkzadeh yang menekankan kepuasan pengguna akhir terhadap aspek teknologi berdasarkan isi, keakuratan, format, waktu, dan kemudahan pengguna. EUCS adalah metode untuk mengukur tingkat kepuasan dari pengguna suatu sistem aplikasi dengan membandingkan antara harapan dan kenyataan dari sebuah sistem informasi. Definisi EUCS dari sebuah sistem informasi adalah evaluasi secara keseluruhan dari para pengguna sistem informasi yang berdasarkan pengalaman mereka dalam menggunakan sistem tersebut (Doll dan Torkzadeh, 1991).
23 2.4.2 Dimensi End-User Computing Satisfaction
Dimensi dalam End-User Computing Satisfation (EUCS) menurut Doll dan Torkzadeh ada lima yaitu isi (content), keakuratan (accuracy), format (format), waktu (timeliness) serta kemudahan dalam menggunakan sistem (ease of use).
Gambar 2.2 Model Evaluasi EUCS (Sumber: Arthur et al., 2008)
Berikut ini penjelasan tiap dimensi yang diukur dengan metode EUCS menurut Doll dan Torkzadeh (Arthur et al., 2008):
1) Content (Isi). Dimensi ini menjelaskan ukuran kepuasan pengguna akhir dengan meilhat isi dari suatu sistem informasi, dimana isi meliputi modul atau fungsi-fungsi tertentu yang memiliki tujuan yang spesifik (Marakarkandy dan Yajnik, 2013). Isi dalam sebuah sistem informasi haruslah sesuai dengan kebutuhan pengguna serta
24 memiliki informasi terbaru. Hal ini dikarenakan semakin lengkap sebuah informasi maka dapat meningkatkan kepuasan pengguna (Arthur et al., 2008).
2) Accuracy (Keakuratan). Keakuratan yang dimaksud di sini adalah ketepatan sistem dalam mengolah input serta menghasilkan sebuah informasi. Untuk mengecek apakah sebuah sistem memiliki tingkat keakurasian yang baik, dapat dilihat dari jumlah error yang dihasilkan ketika mengolah data (Arthur et al., 2008).
3) Format (Format). Dimensi ini mengukur kepuasan pengguna akhir dalam menilai tampilan dan estetika dari antarmuka sistem.
Tampilan yang menarik serta kemudahan dalam memahami dan menggunakan antar muka dapat meningkatkan kepuasan pengguna akhir dan dapat berpengaruh terhadap tingkat efektifitas pengguna (Arthur et al., 2008).
4) Ease of Use (kemudahan dalam menggunakan sistem). Kemudahan dalam menggunakan sistem merupakan hal yang penting (Marakarkandy dan Yajnik, 2013). Hal ini dikarenakan kemudahan dalam menggunakan sistem meliputi keseluruhan proses dari awal sampai akhir yang terdiri dari proses memasukkan data, mengolah dan mencari informasi serta menampilkan data akhir yang akan digunakan oleh pengguna akhir (Arthur et al., 2008).
25 5) Timeliness (ketepatan waktu). Timeliness atau ketepatan waktu
dalam menyajikan atau menyediakan informasi menjadi salah satu indikator kepuasan pengguna. Semakin cepat sebuah sistem mengolah input dan menghasilkan output dapat dijadikan tolak ukur penilaian apakah sistem tersebut tepat waktu atau real time (Arthur et al., 2008).
2.5 Faktor Keamanan dalam Sistem Informasi
Keamanan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian sistem informasi sebagai bentuk pencegahan ancaman terhadap sistem serta untuk mendeteksi dan memperbaiki akibat kerusakan sistem. Sejalan dengan hal itu menurut Fitriyani et al. (2016), faktor keamanan dalam penggunaan sistem adalah elemen penting yang harus dijaga dan ditingkatkan oleh suatu perusahaan dalam rangka mempertahankan kontinuitas teknologi. Selaras dengan pendapat diatas, Chin dan Vaezi (2015) mengemukakan pentingnya mengukur kepuasan pengguna terhadap keamanan sistem informasi, karena keamanan sistem informasi telah lama ditemukan untuk mempengaruhi kepuasan pengguna dengan sistem informasi. Hasil survei nasional mengenai keamanan dan privasi menunjukkan bahwa organisasi AS melaporkan 65% pengurangan kepuasan pelanggan karena pelanggaran keamanan sistem informasi (Technologies dalam Chin dan Vaezi, 2015).
Dalam penelitian Montesdioca dan Macada (2015) memperkenalkan model kepuasan pengguna dengan sistem informasi praktik keamanan (kebijakan
26 keamanan dan pelatihan) yang diterapkan oleh organisasi Brasil. Model mereka menyatakan bahwa persepsi pengguna terhadap kinerja sistem informasi dan rasio effort-benefit mempengaruhi pengguna kepuasan dengan praktik keamanan sistem informasi. Pavlou dan Chellappa (2001) juga mengatakan bahwa keamanan merupakan faktor yang relevan dan perlu dipertimbangkan didalam pengukuran kepuasan sistem informasi berbasis web, hal ini dikarenakan rentannya kejahatan dalam dunia maya yang dikenal dengan istilah cyber crime. Keamanan sistem informasi adalah segala bentuk mekanisme yang harus dijalankan dalam sebuah sistem yang ditujukan agar sistem tersebut terhindar dari segala ancaman yang membahayakan keamanan data informasi dan keamanan pelaku sistem (ISO, 2008).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa keamanan sebuah sistem informasi merupakan suatu hal yang harus diperhatikan. Masalah tersebut penting karena jika sebuah informasi dapat diakses oleh orang yang tidak berhak, maka keakuratan informasi tersebut akan diragukan dan akan menjadi sebuah informasi yang menyesatkan, serta akan mengurangi kepuasan pengguna dalam mengoperasikan suatu sistem.
2.5.1 Tujuan Keamanan dalam Sistem Informasi
Fitriyani et al. (2016) mengatakan bahwa faktor keamanan dalam penggunaan sistem adalah elemen penting yang harus dijaga. Dalam Paryati (2008) menyebutkan bahwa sistem keamanan informasi (information security) memiliki empat tujuan yang sangat mendasar adalah:
27 1) Kerahasiaan (Confidentiality)
Informasi pada sistem komputer terjamin kerahasiaannya, hanya dapat diakses oleh pihak-pihak yang diotorisasi, keutuhan serta konsistensi data pada sistem tersebut tetap terjaga. Sehingga upaya orang-orang yang ingin mencuri informasi tersebut akan sia-sia.
2) Ketersediaan (Availability)
Menjamin pengguna yang sah untuk selalu dapat mengakses informasi dan sumberdaya yang diotorisasi. Untuk memastikan bahwa orang-orang yang memang berhak untuk mengakses informasi yang menjadi haknya.
3) Integritas (Integrity)
Menjamin konsistensi dan menjamin data tersebut sesuai dengan aslinya, sehingga upaya orang lain yang berusaha merubah data akan segera dapat diketahui.
4) Penggunaan yang sah (Legitimate Use)
Menjamin kepastian bahwa sumberdaya tidak dapat digunakan oleh orang yang tidak berhak.
2.5.2 Komponen Keamanan dalam Sistem Informasi
Ancaman terhadap sistem informasi dibagi menjadi 2 macam, yaitu ancaman aktif dan ancaman pasif (Paryati, 2008):
1) Ancaman Aktif a. Pencurian data
28 Jika informasi penting yang terdapat dalam database dapat diakses oleh orang yang tidak berwenang maka hasilnya dapat kehilangan informasi atau uang.
b. Penggunaan sistem secara ilegal
Orang yang tidak berhak mengakses informasi pada suatu sistem yang bukan menjadi hak-nya, dapat mengakses sistem tersebut.
c. Penghancuran data secara ilegal
Orang yang dapat merusak atau menghancurkan data atau informasi dan membuat berhentinya suatu sistem operasi komputer.
d. Modifikasi secara ilegal
Perubahan-perubahan pada data ata informasi dan perangkat lunak secara tidak disadari. Jenis modifiksi yang membuat pemilik sistem menjadi bingung karena adanya perubahan pada data dan perangkat lunak disebabkan oleh program aplikasi yang merusak (malicious sofware).
2) Ancaman Pasif
a. Kegagalan sistem
Kegagalan sistem atau kegagalan software dan hardware dapat menyebabkan data tidak konsisten, transaksi tidak berjalan dengan lancar sehingga data menjadi rusak
29 b. Kesalahan manusia
Kesalahan pengoperasian sistem yang dilakukan oleh manusia dapat mengancam integritas sistem dan data.
c. Bencana alam
Bencana alam seperti gempa bumi, banjir, kebakaran, hujan badai merupakan faktor yang tidak terduga yang dapat mengancam sistem informasi sehingga mengakibatkan sumber daya pendukung sistem informasi menjadi luluh lantah dalam waktu yang singkat.
2.6 Konsep Dasar Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dalam setting tertentu yang ada dalam kehidupan riil (alamiah) dengan maksud menginvestigasi dan memahami fenomena apa yang terjadi, mengapa terjadi dan bagaimana terjadinya.
Jadi riset kualitatif adalah berbasis pada konsep “going exploring” yang melibatkan in-depth and case-oriented study atas sejumlah kasus atau kasus tunggal (Finlay dalam Chariri, 2009). Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong (2013), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan, manusia, kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya. Selain itu menurut Bogdan dan Taylor menegaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
30 menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Salam dan Aripin, 2006).
Menurut pandangan Strauss dan Corbin dalam Rahmat (2009), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).
Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris, seperti studi kasus, pengalaman pribadi, instropeksi, riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual yang menggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya dalarn kehidupan individual dan kolektif (Denzim dan Lincoln dalam Rahmat, 2009). Tujuan utama penelitian kualitatif adalah membuat fakta mudah dipahami (understandable) dan kalau memungkinkan (sesuai modelnya) dapat menghasilkan hipotesis baru (Finlay dalam Chariri, 2009). Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan kepada proses tidak semata-mata kepada hasil (Moleong, 2013). Penelitian kualitatif memiliki berbagai model tidak hanya studi kasus. Pemilihan model penelitian kualitatif tergantung pada sudut pandang yang digunakan peneliti dan tujuan penelitian. Gambar 2.3 menunjukkan model penelitian kualitatif menurut Searcy and Mentzer dalam Chariri (2009).
Tidak hanya itu, Creswell (2014) mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk mengerti gejala tersebut peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan pertanyaan
31 umum dan agak luas. Informasi yang disampaikan oleh partisipan kemudian dikumpulkan. Data yang berupa kata-kata atau teks tersebut kemudian dianalisis.
Hasil analisis itu dapat berupa penggambaran atau deskripsi atau dapat pula dalam bentuk tema-tema. Dari data-data itu peneliti membuat interpretasi untuk menangkap arti yang terdalam. Sesudahnya peneliti membuat permenungan pribadi (self-reflection) dan menjabarkannya dengan penelitian-penelitian ilmuan lain yang dibuat sebelumnya. Hasil akhir dari penelitian kualitatif dituangkan dalam bentuk laporan tertulis. Laporan tersebut agak fleksibel karena tidak ada ketentuan bakutentang struktur dan bentuk laporan hasil penelitian kualitatif.
Tentu saja hasil penelitian kualitatif sangat dipengaruhi oleh pandangan, pemikiran, dan pengetahuan peneliti. Oleh karena itu, sebagian orang menganggap penelitian kualitatif agak bias karena pengaruh dari peneliti sendiri dalam analisis data (Semiawan, 2010).
Kata ‘partisipan’ dalam metode kualitatif juga bermakna dinamis. Hal itu berarti bahwa informasi dari peserta penelitian dapat saja mengubah arah penelitian. Ini terjadi misalnya karena praduga atau asumsi peneliti ternyata tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh partisipan, dan karena tujuan metode kualitatif mencari makna pengalaman partisipan maka arah penelitian harus disesuaikan dengan masukan dari narasumber (Semiawan, 2010). Metode kualitatif memperlakukan partisipan benar-benar sebagai subjek dan bukan objek.
Di sinilah partisipan menemukan dirinya sebagai yang berharga karena informasinya sangat bermanfaat.
32 Gambar 2.3 Model Penelitian Kualitatif
(Sumber: Searcy dan Mentzer dalam Chariri, 2009)
Setiap studi kualitatif adalah unik. Pendekatan analisisnya juga unik. Hal ini sangat tergantung pada keahlian, insight, training, dan kemampuan peneliti.
Faktor kemampuan manusia dari peneliti sangat besar dan sekaligus juga kelemahan yang besar. Hasil penelitiannya bisa jadi sangat baik karena pengalaman dan pengetahuan luas yang dimiliki oleh peneliti. Tetapi juga hasilnya bisa dangkal, karena pengetahuan dan pengalaman peneliti yang sangat kurang dan dangkal. Analisis data penelitian kualitatif mengatur secara sistematis bahan hasil wawancara dan observasi, menafsirkannya dan menghasilkan suatu pemikiran, pendapat, teori atau gagasan yang baru. Inilah yang disebut hasil temuan atau findings. Findings dalam analisis kualitatif berarti mencari dan